Anda di halaman 1dari 12

3.

3 Laboratorium Analisa kadar sukrosa menjadi kontrol pengolahan tebu menjadi gula karena menjadi pusat data dan informasi mengenai proses pengolahan yang dilakukan pada masing-masing tahapan, sehingga dengan adanya informasi tersebut dapat diambil langkah cepat untuk meningkatkan produksi baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kadar sukrosa yang dilakukan yaitu pada tahap: Penggilingan Pemurnian Penguapan Kristalisasi / Masakan Penyelesaian / Puteran Analisis yang dilakukan dalam proses pengolahan tebu PG Djatiroto yang dilakukan antara lain : Analisis Rendemen Individu (ARI) Analisis Preparation Indeks (PI) Analisis Nira Perahan Pertama (NPP) Analisis Gilingan 2 sampai gilingan 5 Analisis Nira Mentah (NM) Analisis Nira Encer (NE) Analisis Nira Kental (NK) Analisis Nira Tersulfitir (NKS) Analisis Tetes, Stroop C dan Clare D Analisis Ampas, Zat kering dan Blotong Analisis Gula SHS Analisis Kadar Fosfat dan Kadar Kapur Analisis Air Kondensat Analisis dalam suatu proses produksi makanan sangat diperlukan guna mengetahui seberapa berhasilnya suatu produk tersebut dalam proses pengolahan. Pada proses pembuatan gula analisis yang dilakukan adalah menghitung nilai brix dan nilai derajat pol. Nira tebu pada dasarnya terdiri dari dua zat, yaitu zat padat

terlarut dan air. Zat padat yang terlarut ini terdiri dari dua zat lagi yaitu gula dan bukan gula.

Zat padat terlarut atau biasa disebut dengan Brix mengandung gula, pati, garamgaram dan zat organik. Baik buruknya kualitas nira tergantung dari banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam nira. Untuk mengetahui banyaknya gula yang terkandung dalam gula biasanya dilakukan analisa brix dan pol. Kadar pol menunjukkan kadar dari gula (sukrosa dan gula reduksi) yang terdapat dalam nira. Alat yang paling umum pemakaiannya di pabrik untuk menghitung nilai brix adalah dengan menggunakan Hydrometer (Timbangan brix), hal ini dikarenakan pemakaiannya mudah dan cepat. Terbuat dari bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian bawahnya berbentuk bola. Pada bagian atas meruncing dan pada bagian ini terdapat skala yang menunjukkan derajat brix. Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya keatas yang dialami oleh suatu benda yang dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat jenis cairan. Jadi semakin kecil berat jenis maka hidrometer semakin tenggelam. Kemudian brix akan ditunjukkan pada skala yang persis berada di permukaan cairan tersebut. Sedangkan untuk pembacaan pol diukur menggunakan alat yang dinamakan Polarimeter atau Saccharomat. Polarimeter terdiri dari polarisator dan analisator. Suatu zat yang memiliki sifat optis aktif dapat memutar bidang polarisasi, yang besar kecilnya tergantung pada konsentrasi larutan. Disamping itu juga tergantung pada ketebalan larutan yang dilewati sinar, temperatur dan panjang gelombang dari sinar. Jika dihubungkan dan dinyatakan dalam rumus: P = cl 100 Keterangan : P = Sudut putar = Rotasi jenis c = konsentrasi (gram/ 1OO mL) l = Panjang tabung (dm)

Hasil dari teknik polarimetri ini adalah derajat pol atau pol yaitu jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100 gram larutan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan polarimeter secara langsung.

Gambar. Skema Polarimeter. Prinsip kerja dari polarimeter adalah dimulai dari sinar monokromatis (misal Natrium kekuningan terfilter) dari sumber cahaya (S) melewati celah (C) diteruskan ke prisma polarisator (P), diteruskan ke prisma analisator (A) dan dilihat dengan mata tanpa ada perubahan atau diteruskan secara sempuma (setengah bayangan atas dan bawah dari analisator (A)). Jika diantara polarisator (P) dan analisator (A) diletakkan suatu antara larutan gula optis aktif (sukrosa) maka intensitas sinar yang dteruskan oleh polarisator ke analisator dipadamkan oleh larutan sukrosa, sehingga pada analisator nampak setengah bayangan hitam dan setengah terang. Dengan memutar analisator (A) yang dilengkapi skala puteran dapat berupa derajat busur untuk polarimeter atau skala S (untuk sakarimeter). Diatur cahaya di analisator sampai setengah bayangan di atas sama dengan setengah bayangan di bawah. Syarat yang harus dipenuhi bagi tabung polarimeter dan kaca gelas penutup tabung polarimeter: Panjang tabung harus diketahui (dalam mm). Bagian akhir dari tabung (kedua tepi) dan permukaan kaca gelas penutup harus plane-paralel. Tabung dan kaca gelas penutup harus selalu bersih dari kotoran yang mengganggu analisa (pembacaan pol).

Metodologi Percobaan a. Menghitung nilai brix Alat Saringan Timba Set alat penimbang brix

Bahan Sampel nira (nira dari ARI, NPP, nira gilingan 2-5, NM, NE, NK, NKS, tetes, stroop C, klare D, dan gula SHS) Langkah kerja Preparasi Sampel Preparasi sampel yang dilakukan ada beberapa perbedaan dari satu sampel dengan sampel yang lain yaitu: Untuk sampel nira dari ARI (Analisis Rendemwn Individu) diperoleh dari tebu yang diambil untuk mewakili satu petak kebun. Tebu digiling sendiri didalam laboratorium kemudian hasil perahan (nira) ditimbang dan disaring, Sampel dari Nira Pemerahan Pertama (NPP) dan dari gilingan 2-5 diambil dan dinginkan hingga suhu kamar. Sampel nira mentah cukup difiltrasi dan diambil secukupnya (yaitu sesuai volume wadah sampel untuk penimbang brix). Sampel nira encer cukup didinginkan secukupnya ( suhu kamar). Sampel nira kental dan nira kental tersulfitir ditimbang sebanyak 500 gram kemudian diencerkan dengan menambahkan air sampai massa larutan menjadi 1500 gram. Sampel stroop C dan tetes diambil sebanyak 150 gram kemudian diencerkan dengan menambahkan air sampai massa larutan 1500 gram. Sampel dari klare D dan gula SHS diambil sebanyak 300 gram kemudian diencerkan dengan menambahkan air sampai massa larutan 1500 gram.

Perlakuan Penentuan brix pada toC menggunakan hidrometer dimulai dengan memasukkan sampel nira yang sudah siap ke dalam wadah sampel penimbang brix.

Gambar. Wadah sampel alat penimbang brix Gambar. Skema alat penimbang brix Masukkan alat penimbang brix ke dalam sampel perlahan-lahan dan biarkan sampai keadaan alat penimbang brix tidak naik turun (stabil). Dibaca brix dan suhunya kemudian tentukan brix terkoreksinya. Hasil yang diperoleh dari alat penimbang brix adalah angka brix pada toC yang kemudian diolah menjadi brix terkoreksi dengan rumus: Brix % = brix pada tC + koreksi brix Dimana koreksi brix diperoleh dari tabel brix.

b. Menghitung nilai derajat pol Alat Kertas saring Labu ukur 110mL Polarimeter

Bahan Sampel nira (nira dari ARI, NPP, nira gilingan 2-5, NM, NE, NK, NKS, tetes, stroop C, klare D, dan gula SHS) Akuades Larutan timbal asetat

Langkah kerja Untuk sampel nira dari ARI (Analisis Rendemwn Individu) diperoleh dari tebu yang diambil untuk mewakili satu petak kebun. Tebu digiling sendiri didalam laboratorium kemudian hasil perahan (nira) ditimbang dan disaring, Sampel dari Nira Pemerahan Pertama (NPP) dan dari gilingan 2-5 diambil dan dinginkan hingga suhu kamar. Sampel nira mentah cukup difiltrasi dan diambil secukupnya (yaitu sesuai volume wadah sampel untuk penimbang brix). Sampel nira encer cukup didinginkan secukupnya ( suhu kamar). Sampel nira kental dan nira kental tersulfitir ditimbang sebanyak 500 gram kemudian diencerkan dengan menambahkan air sampai massa larutan menjadi 1500 gram. Sampel stroop C dan tetes diambil sebanyak 150 gram kemudian diencerkan dengan menambahkan air sampai massa larutan 1500 gram. Sampel dari klare D dan gula SHS diambil sebanyak 300 gram kemudian diencerkan dengan menambahkan air sampai massa larutan 1500 gram. Sampel blotong diambil sebanyak 50 gram kemudian dilarutkan menggunakan akuades hingga encer dan dimasukkan kedalam labu ukur dengan volume 200mL ditambah larutan timbal asetat sebanyak 5mL dan di encerkan dengan akuades hingga tanda batas, kemudian larutan disaring dan filtrat t=yang diperoleh diambil untuk diukur nilai derajat pol.

Sampel ampas diambil sebanyak 1 kg dan ditambah dengan 10L air kemudian diekstraksi selama + 2 jam dan air yang diperoleh diambil untuk diukur nilai derajat pol.

Perlakuan Sampel yang diperoleh diambil masing-masing dimasukkan dalam labu ukur 110 mL sebanyak 100mL (tanda batas), kemudian ditambahkan timbal asetat sebanyak 5mL dan diencerkan dengan akuades 5mL (hingga tanda batas). Selanjutnya dikocok dan disaring. Filtrat yang diperoleh di ambil dan dilakukan polarisasi.

Gambar. Labu Ukur. Penambahan timbal asetat sebagai pengendap atau penjernih dikarenakan kemampuan dari ion timbal (II) (Pb2+) mampu menaikkan hasil kali kelarutan dari molekul-molekul yang ada di dalam nira hingga lewat jenuh. Reaksi pengendapan yang terjadi akibat adanya ion timbal (II) (Pb2+), diantaranya: Pb2+ (aq) + 2OH- Pb(OH)2(s) 2Pb2+(aq) + 2CO32-(aq) + H2O(aq) Pb(OH)2(s) + PbCO3(s) + CO2(g) Pb2+(aq) + SO32- (aq) PbSO3(s) Polarisasi merupakan tahapan terakhir analisa untuk memperoleh pol atau derajat pol dengan polarimeter yang dimulai dengan memasukkan filtrat yang diperoleh dari filtrasi ke dalam tabung polarimeter seperti gambar dibawah ini.

Gambar m. Bentuk Tabung Polarimeter. Analisa dengan polarimeter dimulai dari gelombang cahaya yang bergerak lurus ke segala arah dari sumber cahaya akan mengalami rotasi optik yaitu fenomena pemutaran cahaya saat melewati larutan sukrosa (filtrat) hasil dari filtrasi sebelumnya. Rotasi optik yang terjadi dapat diamati dengan tampaknya cahaya yang setengah terang dan setengah gelap. Dengan memutar lensa analisator yang dilengkapi skala putar sampai cahaya yang tampak sempuma (tidak setengah terang dan

setengah gelap) maka dapat diketahui pol atau derajat pol. Hasil brix pada toC juga digunakan untuk mengolah derajat pol yang diperoleh dari polarimeter menjadi pol terkoreksi (pol %) dengan melihat table persen brix. Setelah diperoleh angka brix terkoreksi dan pol terkoreksi, angka tersebut digunakan untuk menentukan harkat kemumian nira (FiK) atau tingkat kemumian nira dengan rumus: HK =
pol % 100 brix%

Nilai HK yang diperoleh dari perhitungan akan menjadi kontrol dari proses pengolahan tebu menjadi gula. Semakin tinggi nilai HK maka kandungan sukrosa dalam sampel juga semakin tinggi.

Analisis Kadar Kapur, Air Kondensat, Preparation Index, Zat Kering, dan Gula Reduksi Analisis Kadar Kapur Alat : Buret dan statif Erlenmeyer Pipet

Bahan : Sampel (nira encer) Akuades KCN 10% EBT 5% Buffer EDTA

Langkah kerja : Diambil 2 mL sampel, masukkan kedalam Erlenmeyer dan dilarutkan kedalam 50 mL akuades, kemudian ditambahkan 2 tetes KCN 10%, 5 tetes EBT 5% dan 2 tetes buffer lalu dikocok Setelah semua tercampur selanjutnya titrasi dengan EDTA Hitung nilai kesadahannya dengan rumus Nilai kesadahan =
1000 kadar EDTA hasil titrasi 50

Analisis Air Kondesat Alat : Buret dan statif Erlenmeyer Pipet

Bahan : Sampel (nira encer) Akuades

KCN 10% EBT 5% Buffer EDTA 0,91

Langkah kerja : Diambil 2 mL sampel, masukkan kedalam Erlenmeyer dan dilarutkan kedalam 50 mL akuades, kemudian ditambahkan 2 tetes KCN 10%, 5 tetes EBT 5% dan 2 tetes buffer lalu dikocok Setelah semua tercampur selanjutnya titrasi dengan EDTA Hitung nilai kesadahannya dengan rumus Nilai kesadahan =
1000 kadar EDTA hasil titrasi 50

Analisis Preparation Index, Alat : Mixer (disintegrator) Tabung dan puteran Timbangan Labu ukur 110mL Alat penimbang brix dan penghitung derajat pol

Bahan : Air Tebu yang sudah dicacah pada cane knife yang menuju gilingan Timbal asetat Akuades

Langkah kerja : Diambil tebu yang sudah dicacah pada cane knife yang menuju gilingan Ditimbang sebanyak 500 gram masukkan kedalam tabung dengan tutup rapat. Ditimbang lagi 500 gram dan masukkan kedalam alat mixer disintegrator.

Masing-masing wadah ditambahkan air sebanyak 3Liter dan diputer selama 30 menit.

Hasil puteran masing-masing diambil airnya dan dilakukan analisis brix dan derajat pol (sama seperti langkah sebelumnya)

Analisis Zat Kering Alat : Alat pengering ampas Termometer Timbangan

Bahan : Ampas

Langkah kerja : Timbang ampas sebanyak 1 kg, masukkan kedalam pengering ampas. Set suhu sekitar 105oC dan tunggu selama 2 jam. Hasil ampas yang telah dikeringkan ditimbang kembali

Analisis Gula Reduksi Alat : Buret dan statif Penangas Erlenmeyer Labu ukur 200mL dan 250 mL Pipet Gelas ukur 10mL Corong dan kertas saring

Bahan : Sampel (NPP, Nira Mentah, Nira Encer) Akuades ATN (Asetat Timbal Nitrat) 10% NaFosfat + K-Oksalat

Fehling I dan Fehling II Batu didih Metil Blue

Langkah kerja : Sampel (NPP, Nira Mentah, Nira Encer) diambil sebanyak 50 gram kemudian masukkan kedalam labu ukur 250 mL, tambahkan 12mL ATN (Asetat Timbal Nitrat) 10% lalu diencerkan hingga tanda batas dengan akuades, kocok dan saring. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil sebanyak 200mL dan dimasukkan kedalam labu ukur 250mL ditambahkan NaFosfat+K-Oksalat sebanyak 10mL dan diencerkan dengan akuades hingga tanda batas. Kemudian kocok dan saring. Filtrat yang diperoleh dimasukkan kedalam buret. Larutan fehling I dan fehling II masing-masing diambil sebanyak 5mL dan masukkan kedalam Erlenmeyer. Ditambahkan 15mL filtrat dari buret dan beberapa butir batu didih, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan saat mendidih ditambahkan dengan 3 tetes Metil Blue. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi hingga warna biru pada buih menghilang

Anda mungkin juga menyukai