Anda di halaman 1dari 17

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Pekerjaan Alamat : Tn.

K : 69 tahun : Petani : 15 Polos Metro Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Agama : Jawa : Islam

I. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama Tidak bisa buang air besar (BAB) sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

b. Keluhan tambahan Kembung, mual, muntah, dan belum buang angin sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

c. Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih 2 hari SMRS Os mengeluh tidak bisa BAB. Os juga mengeluh tidak bisa buang angin dan perut sebelah atas terasa penuh. Keluhan disertai kembung, nyeri perut yang hilang timbul, mual, dan muntah. Riwayat panas badan disangkal. Buang air kecil tak ada kelainan. Sejak 1 tahun yang lalu os mulai merasakan perutnya sering kembung yang disertai BAB menceret. Riwayat BAB berbentuk kecil-kecil seperti kotoran kambing disertai darah berwarna merah segar disangkal. Karena keluhannya Os sering berobat ke mantri tetapi keluhan tidak berkurang. Kemudian os berobat ke salah satu dokter, oleh dokter tersebut os dirujuk ke RSAY Metro.

d. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengaku belum ada keluarga yang mengeluh gejala seperti ini.

e. Riwayat Penyakit Dahulu Os mengaku 7 tahun yang lalu mengalami hernia inguinalis sinistra dan telah dioperasi.

II. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis Keadaan umum Kesadaran : tampak sakit sedang : compos mentis TD = 130/80 mmHg Nadi = 82 x/menit, Pernapasan = 18 x/menit Suhu = 36,2oC

Tanda-tanda Vital :

KEPALA - Bentuk - Rambut - Mata : bulat, simetris : hitam, lurus, tidak mudah dicabut : palpebra tidak edema, konjungtiva anemis, pupil isokor, refleks cahaya +/+ - Hidung - Mulut : bentuk normal,sekret (-), tidak ada deviasi septum : bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis - Telinga : liang lapang, serumen tidak ada.

LEHER - Kelenjar getah bening - Kelenjar gondok - JVP : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran kelenjar gondok : tidak ada peningkatan

THORAKS Paru - Inspeksi - Palpasi - Perkusi : bentuk dan pergerakan pernafasan kanan dan kiri simetris : fremitus taktil kanan dan kiri sama : sonor pada kedua lapang paru

- Auskultasi : vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

Jantung - Inspeksi - Palpasi - Perkusi : pulsasi iktus kordis tidak terlihat : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikularis sinistra : redup

- Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN - Inspeksi - Palpasi : perut datar, simetris : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) seluruh lapang abdomen - Perkusi : hipertimpani

- Auskultasi : bising usus (+) meningkat

EKSTREMITAS - Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-) - Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-)

GENITALIA Laki-laki, tidak ada kelainan

B. Status Lokalis Status lokalis et regio abdomen Inspeksi : tidak terlihat benjolan, warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak ada tanda peradangan, darm contour (+), darm steifung (+) Palpasi : distensi perut (+), tidak teraba massa & benjolan, nyeri tekan (-) Perkusi Auskultasi C. Rectal Toucher : hipertimpani : bising usus (+) meningkat, borborygmi (+)

Sphingter ani menjepit kuat, tidak teraba massa & benjolan pada mukosa, nyeri tekan (-), sarung tangan : feses (-), darah (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium (darah lengkap) 20-11-2012: o Leukosit: 12.900/L (5.000 10.000/L) o Eritrosit: 5.030.000/L (4,37 5,63 jt/L) o Hemoglobin: 14,9 g/dL (14 18 g/dL) o Hematokrit: 42,3 % (41 54 %) o Trombosit: 193.000/L (150.000 450.000/L) o Gula darah sesaat: 119 mg/dL (70 110 mg/dL)

Urinalisis 20-11-2012: o Leukosit: 8 (<1/LPB) o Eritrosit: 1 (<1/LPB) o Epitel: ++

BNO 3 posisi: o Ileus obstruksi letak tinggi o Tak tampak perforasi

IV. RESUME

Seorang pria berusia 69 tahun datang dengan keluhan utama tidak bisa buang air besar (BAB). Keluhan dirasakan sejak 2 hari SMRS. Os juga mengeluh tidak bisa buang angin dan perut sebelah atas terasa penuh. Keluhan disertai kembung, nyeri perut yang hilang timbul, mual, dan muntah. Riwayat panas badan disangkal. Buang air kecil tak ada kelainan. Sejak 1 tahun yang lalu os mulai merasakan perutnya sering kembung yang disertai BAB menceret. Riwayat BAB berbentuk kecil-kecil seperti kotoran kambing disertai darah berwarna merah segar disangkal. Karena keluhannya Os sering berobat ke mantri tetapi keluhan tidak berkurang. Kemudian os berobat ke salah satu dokter spesialis dan dikatakan

terkena ileus obstruksi. Lalu os dirujuk ke RSAY Metro. Riwayat penyakit sebelumnya os pernah menderita hernia inguinalis sinistra dan telah dioperasi sekitar 7 tahun yang lalu. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-).

Pemeriksaan Fisik : Status generalis: T: 130/80 mmHg, N: 82 x/menit, R: 18x/menit, S: 36,2oC

Status lokalis et regio abdomen Inspeksi : tidak terlihat benjolan, warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, tidak ada tanda peradangan, darm contour (+), darm steifung (+) Palpasi : distensi perut (+), tidak teraba massa & benjolan, nyeri tekan (-) Perkusi Auskultasi : hipertimpani : bising usus (+) meningkat, borborygmi (+)

Rectal Toucher Sphingter ani menjepit kuat, tidak teraba massa & benjolan pada mukosa, nyeri tekan (-), sarung tangan : feses (-), darah (-)

V. DIAGNOSA KERJA Ileus obstruksi letak tinggi

VI. DIAGNOSA BANDING Adhesi atau pita Volvulus Tumor usus halus

VII. PENATALAKSANAAN IVFD RL 20 tetes/menit Ceftriakson 2 x 1 gram

Gentamisin 2 x 80 mg Ranitidin 2 x 1 ampul Ketoroloac 2 x 1 ampul Pasang DC & NGT

VIII. PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsional : dubia ad bonam Quo ad sanationam: dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka

Ileus Obstruktif

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi ini dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi usus halus toal merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat. Terdapat 2 jenis obstruksi, yaitu ileus paralitik (adinamik) dan ileus obstruktif (mekanik). Pada ileus paralitik terjadi hambatan peristaltik usus karena toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Sedangkan pada ileus obstruktif terdapat rintangan fisik yang menghalangi proses pengeluaran isi usus. Pada orang dewasa,15% obstruksi usus terjadi dimana saja, tetapi yang tersering adalah di kolon sigmoid. Penyebabnya dapat berupa proses mekanik, inflamasi, atau keganasan. Diagnosa ileus obstruktuf dapat dilakukan dengan cara menetukan sifat dan letak sumbatan. Berdasarkan sifatnya, ileus obstruksi dibagi menjadi simple obstruction dan strangulated obstruction. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi letak tinggi, mulai gaster sampai ileum termina dan letak rendah mulai ileum terminal sampai anus. Pembagian obstruksi berdasarkan letaknya dapat juga dibedakan menjadi obstruksi pada usus halus, usus besar, duodenum dan closedloop obstruction.

Etiologi Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh: 1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami

operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak. 2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia. 3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal. 4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi. 5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik. 6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar. 7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. 8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi. 9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan. 10. Benda asing, seperti bezoar. 11. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre. 12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium

Patofisiologi Pada prinsipnya, mekanisme obstruksi usus dengan supai darah yang baik adalah akumulasi cairan dan gas di atas titik obstruksi serta perubahan motilitas usus yang menyebabkan gangguan sistemik. Keseimbangan cairan dalam usus tergantung dari absorpsi dan sekresi. Akumulasi cairan terjadi oleh karena penurunan absorpsi dan/atau peningkatan sekresi. Distensi usus disebabkan oleh kumpulan gas dan cairan proksimal terhadap dan di dalam segmen usus yang tersumbat. Diantara 70-80% gas dalam usus terdiri atas udara yang tertelan. Udara ini terdiri dari nitrogen (70%) yang sulit diserap dari lumen usus sehingga pengeluaran udara secara berkesinambungan melalui pengisapan lambung adalah cara yang bermanfaat dalam pengobatan distensi usus. Kumpulan cairan proksimal terhadap mekanisme obstruksi tidak hanya dihasilkan dari cairan yang diminum, air liur yang ditelan, getah lambung serta sekresi empedu dan pankreas tetapi juga dari terganggunya transport normal natrium dan air. Selama 12 sampai 24 jam obstruksi pertama, terdapat penurunan aliran natrium yang disertai dengan air, dari lumen usus ke dalam darah di bagian proksimal usus yang mengalami distensi. Setelah 24 jam, terjadi perpindahan natrium dan air ke dalam lumen usus yang dapat memeperberat distensi dan cairan yang hilang. Tekanan intraluminal meningkat dari nilai normalnya 2-4 cmH2O menjadi 8 cmH2O. Selama peristaltik, bila ada obstruksi sederhana atau closed loop, tekanan intraluminal mencapai 30-60 cmH2O. Obstrusi closed loop pada usus halus timbul bila lumen usus tersumbat pada dua tempat yaitu pada pembuluh darah aferen dan eferen. Hal ini terjadi oleh mekanisme tunggal seperti cincin hernia, yang secara bersamaan suplai darah sering terhambat. Meskipun aliran darah pada usus besar tidak terganggu selama mekanisme obstruksi, namun distensi caecum terlihat karena diameternya yang besar (hukum LaPlace) dan terganggunya aliran darahnya intramural sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan gangrene dinding caecum, biasanya di anterior. Nekrosis usus halus dapat terjadi melalui mekanisme yang sama bila distensi sangat mencolok. Bila terjadi gangguan aliran darah, timbul invasi bakteri dan dapat berkembang peritonitis.

Pada penelitian disimpulkan bahwa peningkatan sekresi merupakan penyebab utama kehilangan cairan tubuh dan distensi abdomen. Pelepasan prostaglandin sebagai respon terjadinya distensi abdomen juga meningkatkan sekresi ke lumen. Cairan dan elektrolit yang hilang dapat sangat ekstrim sehingga menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemi, insufisiensi ginjal, syok, dan kematian bila tidak dikoreksi.

Gambar 1. Patofisiologi Obstruksi Usus

Gejala Klinis Obstruksi mekanis usus halus ditandai dengan nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang bertambah berat sejalan dengan makin beratnya obstruksi. Nyeri bersifat hilang timbul. Nyeri dapat berkurang sejalan dengan bertambahnya distensi, mungkin disebabkan oleh gannguan motilitas pada usus yang membengkak. Bila terjadi strangulasi, biasanya nyeri lebih terlokalisir dan mungkin menetap. Gejala muntah paling sering ditemukan dan timbulnya lebih awal pada obstruksi usus halus. Awalnya, muntahan mengandung empedu dan 10

mukus dan menetap bila obstruksi ususnya tinggi. Pada obstruksi letak rendah, muntahannya fekulen, yaitu berwarna coklat jingga dan berbau busuk yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri berlebih pada bagian proksimal tempat obstruksi. Obstipasi dan kegagalan mengeluarkan gas sering ditemukan bila obstruksinya komplit, meskipun pada awalnya terjadinya obstruksi beberapa feses dan gas dapat dikeluarkan dengan spontan atau setelah pemberian enema. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Darah dalam feses jarang ditemukan, tetapi muncul pada kasus intusepsi. Obstruksi mekanik pada usus besar sering menimbulkan nyeri kolik yang tidak terlalu hebat. Muntah tidak terlalu menonjol. Muntahan fekulen jarang terjadi. Distensi abdomen tampak jelas. Riwayat perubahan kebiasaan buang air besar dan darah dalam feses sering disebabkan oleh karsinoma dan divertikulosis. Penderita tidak dapat defekasi atau flatus, dan bila penyebabnya volvulus sigmoid, perut dapat menjadi besar sekali. Bila pada colok dubur trasa massa di rektum atau terdapat darah atau lendir, maka hal itu membantu diagnosis kemungkinan karsinoma rektum. Pada ileus adinamik, tidak ada gejala kolik dan hanya rasa tidak enak yang disebabkan distensi. Muntah dapat sering terjadi tapi jarang profuse. Muntahan biasanya terdiri dari isi lambung dan empedu serta hampir tidak pernah fekulen. Obstipasi komplit dapat atau tidak diketemukan.

Diagnosis Klinis Terdapat beberapa bentuk obstruksi usus, yang ditentukan dari bagaimana usus terobstruksi dan dimana letak obstruksinya. Pertama-tama obstruksi dapat dibedakan menjadi simple atau strangulasi. a. Simple obstruction disebabkan oleh hambatan mekanik tanpa adanya gangguan aliran darah. Penebabnya dapat berupa obstruksi dari cacing Ascaris atau adhesi. Simple obstruction dapat berkurang secara spontan. Diagnosis didasarkan 3 gejala: (1) kram abdomen di sekitar umbilicus atau epigastrium. Bila kram menjadi berat dan menetap mungkin tela terjadi strangulasi. (2) Muntah, merupakan gejala yang pertama timbul pada

11

obstruksi usus halus. (3) Obstipasi, terjadi pada obstruksi komplit, sedangkan diare pada obstruksi parsial. b. Strangulated Obstruction. Terjadi bila ada hambatan mekanik dan adanya gangguan aliran darah. Penyebab tersering adalah hernia strangulasi dan volvulus. Dalam 6 jam setelah gangguan aliran darah, usus menjadi gangren dan bisa perforasi. Bila perforasi mencapai rongga peritoneum maka terjadi peritonitis dan bisa syok septik. Kemudian tentukan level dimana obstruksi terjadi: Obstruksi di usus halus menimbulakn pengaruh yang berbeda tergantung level dimana terjadinya. Pada obtruksi yang lebih tinggi, gejala awal berupa muntah dan dapat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan jarang terjadi distensi. Obstruksi usus besar gejalanya muncul lebih lambat. Karena usus berdilatasi, maka terjadi distensi abdomen. Pada mulanya hanya terjadi dilatasi kolon, tapi kemudian katup ileosekal dapat menjadi inkompeten (pada 2/3 pasien) dan diikuti dilatasi bagian proksimal usus kecil. Gejala dehidrasi jarang berat karena kolon masih dapat mengabsorbsi cairan. Obstruksi Closed Loop dihasilkannya oleh katup ileosekal. Terjadi obstruksi di 2 tempat. Dapat terjadi pada volvulus. Dilatasi dapat menghambat aliran darah dan menimbulkan gangren dan peritonitis.

Anamnesis Riwayat Nyeri Pada obstruksi usus halus, dapat terjadi nyeri periumbilikal dan kolik, menjadi spasme. Muntah dapat berkurang secara bertahap. Kadang-kadang nyeri reguler dan hilang dalam interval 2-5 menit. Jika peristaltik berhenti, maka kolik juga berhenti dan merupakan tanda buruk. Obstruksi usus besar, nyeri timbul di bawah umbilikus dan menghilang dalam interval 6-10 menit. Bilatidak ada nyeri, namun terjadi gurgling dan bloating kemungkinan merupakan gejala subakut usus besar atau distal usus halus. Jika nyeri hebat dan terus menerus diduga terjadi obstruksi strangulasi. Dan bila nyeri disertai dengan demam maka diduga terjadi sepsis abdomen. Muntah

12

Pada obstruksi lebih tinggi,m muntah lebih hebat dan sering. Setelah 3 hari obstruksi komplit, muntah menjadi fekulen. Konstipasi Jika usus halus obstruksi, maka kolon dalam sehari atau dua hari menjadi kosong. Tidak ada flatus.

Pemeriksaan Fisik Distensi dan hiperesonasi Jika terjadi kolik dan muntah mungkin terjadi obstruksi. Distensi bukan merupakan gejala yang esensial. Tanda dini adalah daerah flank sedikit penuh atau peningkatan resonansi pada perkusi menjadi tympani. Bila meragukan antara distensi atau asites maka pada asites akan terjadi dullness. Bising usus Pada auskultasi terdengar borborigmus nada tinggi bersamaan dengan nyeri kolik tetapi penemuan ini sering tidak ada beberapa waktupada obstruksi strangulasi. Visible peristaltik Bila kulit tipis, maka akan terlihat gerakan peristaltik. Nyeri Tekan Nyeri tekan dan kekakuan biasanya minimal dan terjadi pada obstruksi usus halus dan usus besar non-strangulasi. Teraba massa Bila teraba massa pada anak-anak, kemungkinan merupakan ascaris. Dan bila teraba gumpalan pada right lower quadran, kemungkinan tuberculosis ileosecal. Harus pula diperhatikan adanya pembesaran kelenjar limfe. Rectal Toucher Bila ditemukan darah segar dan mucus, kemungkinan strangulasi lebih tinggi atau karsinoma usus besar, atau intusepsi. Teraba massa keras feses diduga konstipasi adalah penyebabnya. - Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease - Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma - Feses yang mengeras : skibala

13

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi - Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi - Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan lab dapat ditemukan peningkatan urea nitrogen darah, peningkatan kreatinin, hemokonsentrasi, hiponatremi, hipokalemi dan proteinuri. Gangguan asam basa terjadi akibat hipovolemia. Asidosis metabolik paling sering terjadi akibat dehidasi, kelaparan. Ketosis dan kehilangan basa. Alkalosis metabolik jarang terjadi dan merupakan akibat kehilangan gastric juice oleh karena muntah. Asidosis respiratorik terjadi karena distensi abdomen, yang menyebabkan diafragma terangkat sehingga terjadi retensi CO2. Leukositosis dengan sebagian shift to the left. Leukosit berjumlah 15.00025.000/mm3 dengan predominan PMN dengan sel immatur mengindikasikan adanya strangulasi. Bisa tedapat peningkatan serum amilase oleh karena regurgitasi dari pankreas ke aliran darah karena backpressure dari duodenum.

Pemeriksaan X-Ray Pada posisi terlentang, akan didapatka bahwa terjadi obstruksi, derajat obstruksi dan kadang dapat menentukan penyebabnya. Harus diperhatikan bahwa tidak boleh diberikan kontras. Gas pada peritoneum dapat dilihat di bawah diafragma. Bila pada sekum tidak terlihat adanya banyangn udara, maka obstruksi terjadi di usus halus. Pada kolon yang distensi, gambarannya seperti bingkai yang meliputi rongga abdomen. Kolon dibedakan dari usus halus karena adanya gambaran haustra yang tidak melingkari seluruh lumen kolon yang distensi. Pada obstruksi strangulasi cairan peritoneum akan tampak sebagai celah yang melebar diantara loop usus yang berdekatan serta berdilatasi. Hal ini dapat ditemukan pula pada obstruksi simpel. Menghilangnya gambaran mukosa serta adanya gas dalam dinding usus atau cabang-cabang intrahepatik dari vena porta

14

menunjukan adanya strangulasi. Adanya air fluid level di luar usus menunjukan adanya perforasi.
Foto polos abdomen 3 posisi: Ileus obstruktif letak tinggi Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi. Ileus obstruktif letak rendah Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level panjang-panjang di kolon. appearance karena cairan

Penatalaksanaan Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien. Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab ileus obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk dua alasan: 1. Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.

15

2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vaskular. Pipa yang digunakan untuk tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok: 1. Pendek, hanya untuk lambung. 2. Panjang, untuk intubasi keseluruhan usus halus. Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatom. Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi strangulasi terbukti meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah membedakan antara ileus obstruksi strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan pada semua pasien ileus obstruksi. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila: 1. Strangulasi 2. Obstruksi lengkap 3. Hernia inkarserata 4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter) Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori mencakup; 1. Lisis pita lekat atau reposisi hernia 2. Pintas usus 3. Reseksi dengan anastomosis 4. Diversi stoma dengan atau tanap resksi. Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Wim & Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. 2003. Jakarta: EGC. 2. Schwartz, Seymour. Principles of Surgery 7th edition.1999. Singapore: McGraw-Hill . 3. Lange Current Surgical diagnose and therapy. 1986. Singapore: McGrawHill. 4. Stead, Latha et al. First aid for the surgery clerkship. 2003. USA:McGrawHill.

17

Anda mungkin juga menyukai