Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KIMIA MEDICINAL OBAT KARDIOVASKULER

OLEH : NAMA STAMBUK KELAS : HENDRA SENDANA : F1F1 10 014 : A

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

OBAT KARDIOVASKULER
HISTORY Digitalis adalah salah satu dari obat obat tertua, di pakai sejak tahun 1200, dan sampai kini masih terus dipakai dalam bentuk yang telah dimurnikan. Digitalis dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih dan dapat bersifat racun. Pada tahun 1785, William Withering dari Inggris menggunakan digitalis untuk menyembuhkan sakit bengkak, yaitu edema pada ekstremitas akibat insufisiensi ginjal dan jantung. Angina pektoris pertama kali dijelaskan sebagai suatu penyakit klinik tersendiri oleh Wiliam Heberden diakhir pertengahan abad ke 18. Pada pertengahan kedua abad ke 19 ditemukan bahwa amil nitrit memberikan penyembuhan yang sementara. Tetapi pengobatan yang efektif terhadap serangan akut angina pektoris baru mungkin setelah diperkenalkan nitrogliserin pada tahun 1879. Selanjutnya banyak vasilidator lain, (misalnya : teofilin, papaverin) Diperkenalkan untuk pengobatan angina. Namun ketika diuji klinik bersama ganda, ditemukan bahwa obat-obat nonnitrat tersebut ternyata tidak lebih baik daripada plasebo. Kenyataannya beberapa penelitian klasik terhadap efek plasebo dilakukan pada penderita-penderita angina. Dengan diperkenalkannya obat- obat penghambat beta, profilaksis terapi terhadap angina bisa dilakukan. Akhir-akhir ini, kalsium antagonis telah ditunjuk berguna untuk pencegahan serangan angina, khususnya pada angina varian. Penghambat kanal Ca++ (PKC), yang pertama kali di temukan (Hass & Hartfelder, 1962) adalah verapamil. Pada tahun-tahun selanjutnya di temukan berbagai macam penghambat kanal Ca++ yang kemudian di gunakan dalam klinik. Penghambat kanal Ca++ yang mempunyai struktur kimia berbeda satu sama lain, di kenal sebagai derivate : fenilalkilamin (verapamil), dihidropiridin (nifedipin, nikardipin, amlodipin), benzotiazepin (diltiazem), difenilpiperazin (sinarizin, flunarizin) dan diarilaminopropilamin eter (bepridil).

TEORI UMUM A. DEFINISI Kardiovaskular ialah penyakit yang berhubungan dengan fungsi jantung (cardiac) dan sisitem peredaran darah (Vaskular). Penyakit ini disebabkan karena adanya penyumbatan dan penyempitan pembuluh arteri koroner oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi (aterosklerosis). Sistem Kardiovaskuler terdiri atas 3 bagian yang saling mempengaruhi yaitu jantung (untuk memompa), pembuluh darah (mengedarkan/mengalirkan), dan darah (menyimpan dan mengatur). Interaksi antara ketiganya dibawah kendali sistem saraf dan hormon untuk mempertahankan keseimbangan dinamis oksigen dalam sel. Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) baik secara langsung ataupun tidak langsung. Obatobat untuk gangguan jantung dan darah di bagi menjadi empat kelompok obat yaitu obat gagal jantung, antiagina, antiaritmia dan antihipertensi. Obatobat dalam kelompok ini mengatur kontraksi jantung, frekuensi, irama jantung, dan aliran darah ke miokardium (otot jantung). A. Obat Gagal Jantung Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat kelainan struktural dan fungsional jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk di isi dengan darah atau untuk mengeluarkan darah. Gagal jantung terjadi jika curah jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2. Manifestasi gagal jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah, yang membatasi kemampuan melakukan kegiatan fisik dan retensi cairan yang menyebabkan kongesti paru dan edema perifer. Farmakodinamik Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi Menghambat enzim Na, K ATP-ase

Mempercepat masukanya Ca kedalam sel Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema, meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat suntukan (iritasi jaringan)

Farmakokinetik Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta pengosongan lambung Distribusi glikosida lambat Eliminasi melalui ginjal Terapi gagal jantung di bagi atas terapi non-farmakologik dan terapi farmakologik. Terapi non-farmakologik terdiri atas : a. Diet, pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus di beri diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah atau berat badannya. b. c. Merokok, harus dihentikan Aktivitas fisik, olahraga teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan untuk pasien gagal jantung yang stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas yang nyaman bagi pasien. d. e. Istirahat, dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil. Bepergian, hindari tempat-tempat yang sangat panas atau lembab, dan gunakan penerbangan-penerbangan pendek. Terapi farmakologik terdiri atas : a. Penghambat ACE Penghambat ACE merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun, yakni dengan fraksi ejeksi di bawah normal (< 40-45 %), dengan atau tanpa gejala, obat ini diberikan untuk menunda atau mencegah terjadinya gagal jantung, dan juga untuk mengurangi resiko infark miokard dan kematian mendadak. Pada pasien gagal jantung

sedang dan berat dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, penghambat ACE mengurangi mortalitas dan gejala-gejala gagal jantung, meningkatkan kapasitas fungsional dan mengurangi hospitalisasi. b. Antagonis angiotensin II Obat-obat ini berkhasiat vasodilatasi perifer dan

mengurangi preload maupun afterload darah, yakni beban darah masing-masing sebelum dan sesudah mencapai jantung. c. Diuretik Diuretik merupakan obat untuk mengatasi gagal jantung akut yang selalu disertai dengan kelebihan cairan yang

bermanifestasi sebagai kongesti paru atau edema perifer. Diuretika golongan tiazid biasanya digunakan untuk mengurangi edema akibat gagal jantung dan dengan dosis yang lebih rendah, untuk menurunkan tekanan darah. Penggunaan diuretik dengan cepat menghilangkan sesak napas dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Pada pasien-pasien ini diuretik mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan extrasel, alir balik vena, dan tekanan pengisian ventrikel. Dengan demikian, edema perifer dan kongesti paru akan berkurang/hilang, sedangkan curah jantung tidak berkurang. Pada mereka ini, diuretik diberikan sampai terjadi diuresis yang cukup untuk mencapai euvolemia dan mempertahankannya. d. Antagonis aldosteron Pada pasien gagal jantung, kadar plasma aldosteron meningkat (akibat aktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron), bisa sampai 20 x kadar normal. Aldosteron menyebabkan retensi Na dan air serta ekskresi K dan Mg. Retensi Na dan air menyebabkan dan peningkatan preload jantung. e. -bloker

-bloker bekerja terutama dengan menghambat efek merugikan dari aktivasi simpatis pada pasien gagal jantung dan efek ini jauh labih menguntungkan dibandingkan dengan efek inotropik negatifnya. Stimulasi adrenergik pada jantung memang pada awalnya meningkatkan kerja jantung, akan tetapi aktivasi simpatis yang berkepanjangan pada jantung yang telah mengalami disfungsi akan merusak jantung dan hal ini dapat di cegah oleh bloker. f. Vasodilator lain vasodilator dari penghambat ACE dan antagonis all yang digunakan untuk pengobatan gagal jantung adalah : 1. Hidralazin-isosorbit dinitrat Dapat mengurangi mortalitas pada pasien gagal jantung akibat disfungsi sistolik. Hidralazin merupakan vasodilator arteri sehingga munurunkan afterload, sedangkan isosorbit dinitrat merupakan vinodilator sehingga menurunkan preload jantung. 2. Na Nitroprusid I.V Suatu vasodilator kuat, kerjanya di arteri maupun vena, sehingga menurunkan afterload maupun preload jantung. Masa kerjanya singkat sehingga dosisnya dapat di titrasi dengan cepat untuk mencapai efek hemodinamik yang diinginkan. Karena itu obat ini biasa dipakai untuk mengatasi gagal jantung akut di IGD. g. Glikosida jantung Khasiatnya adalah memperkuat kontraktilitas otot jantung (efek inotrop positif), terutama digunakan pada gagal jantung untuk memperbaiki fungsi pompanya. Khasiat digoksin yang terpenting adalah efek inotrop positif, yakni memperkuat kontraksi jantung, sehingga volume pukulan, volume menit dan diuresis diperbesar, serta jantung yang membesar dapat mengecil lagi.

Frekuensi denyutan juga diturunkan (efek kronotrop negatif) akibat stimulasi nervus vagus. Hal ini berbeda dengan banyak zat inotrop positif lain. Farmakokinetika Digoksin : Digoksin merupakan glikosid digitalis yang paling sering digunakan pada pediatri. Digoksin diserap baik oleh saluran gastrointestinal (60-85%) pada bayi sekalipun. 75-85% diabsorbsi setelah pemberian eliksir. Absorbsi kapsul yang berisi cairan adalah 90-100%. 80% diabsorbsi dari tempat penyuntikan IM, namun tidak dianjurkan karena nyeri yang ekstrem dan iritasi. Digoksin didistribusi secara luas, menembus plasenta dan memasuki ASI. Obat ini diekskresi hampir semuanya dalam bentuk yang tidak berubah oleh ginjal. h. obat inotropik lain obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gagal jantung adalah : 1. Dopamin dan dobutamin Pada kecepatan infus yang menghasilkan efek initropik positif pada manusia, efek adrenergik 1 di miokard dominan, dan menghasilkan peningkatan curah jantung dengan hanya sedikit peningkatan denyut jantung. Pada pembuluh darah, efek -agonis (vasokontriksi) dari enansiomer (-) diantagonisasi oleh efek 2 agonis (vasodilatasi) dari rasemat, sehingga resistensi sistemik biasanya sedikit menurun. Debutamin tidak menstimulasi reseptor dopamin. 2. Penghambat fosfodiesterase I.V Inamrinon (dulu disebut amrinon) dan milrinon merupakan penghambat fosfodiesterase kelas III (PDE3) yang digunakan sebagai penunjang sirkulasi jangka pendek pada gagal jantung yang parah. i. Anti trombotik

warfarin (antikoagulan oral) diindikasikan pada gagal jantung dengan fibrilasi atrial, riwayat kejadian tromboembolik sebelumnya, atau adanya trombus diventrikel kiri, untuk mencegah stroke atau tromboembolisme. B. Obat Antiangina
Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung, Kondisi yang paling sering melibatkan Iskemia jaringan dimana obat-obat vasilisator digunakan, Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak seimbangan antara permintaan (demand)) dan penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung. Sebagian besar pasien angina pektoris diobati dengan beta-bloker atau antagonis kalsium. Meskipun demikian, senyawa nitrat kerja singkat, masih berperan penting untuk tindakan prefilaksis sebelum kerja fisik dan untuk nyeri dada yang terjadi sewaktu istirahat. Farmakodinamik Khasiat farmakologik: Dilatasi pembuluh darah dapat menyebabkan hipotensi sinkop Relaksasi otot polos nitrat organik membentuk NO menstimulasi guanilat siklase kadar siklik-GMP meningkat relaksasi otot polos (vasodilatasi) Menghilangkan nyeri dada bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena menurunya kerja jantung Pada dosis tinggi dan pemberian cepat venodilatasi dan dilatasi arteriole perifer tekanan sistol dan diastol menurun , curah jantung menurun dan frekuensi jantung meningkat (takikardi) Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri karena semakin banyak darah yang menggumpul di vena curah darah jantung menurun Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik penurunan aliran darah balik ke jantung

Nitrovasodilator menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos: bronkus, saluran empedu, cerna, tetapi efeknya sekilas tidak digunakan di klinik

Farmakokinetik Metabolisme nitrat organik terjadi di hati Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual Ekskresi sebagian besar lewat ginjal

C. Obat Aritmia Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis, yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari pasien-pasien yang dianestesi, dan lebih dari 80% pasien dengan infarktus miokardium akut. Beberapa aritmia dapat memicu ganguan irama jantung yang lebih serius atau bahkan gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler. Pada pasien tersebut obat antiaritmia diduga dapat menyelamatkan kehidupan. Sebaliknya resiko penggunaan obat aritmia dan khususnya kenyataan bahwa obat tersebut (secara paradoksal) dapat memicu timbulnya aritmia yang lebih fatal pada beberapa pasien telah menyebabkan peninjauan kembali resiko manfaat relative penggunanya. Farmakodinamik

Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epiendogen maupun obat adrenergik eksogen

Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2

Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) efek anastesik lokal

Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard

Menurunkan tekanan darah Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2) Efek bronkospasme (hati2 pada asma) Menghambat glikogenolisis di hati Menghambat aktivasi enzim lipase Menghambat sekresi renin antihipertensi

Farmakokinetik

Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan metoprolol) diabsorbsi baik (90%)

Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya

Sediaan Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol,

oksprenolol, alprenolol Obat-obat antiaritmia dapat dibagi berdasarkan penggunaan kliniknya yaitu : 1. Obat-obat untuk aritmia supraventrikel Adenosin biasanya obat terpilih untuk menghentikan takikardia supraventrikel paroksismal. Karena masa kerjanya pendek sekali (waktu paruhnya hanya 8-10 detik), kebanyakan efek sampingnya berlangsung singkat. Berbeda dengan verapamil, adenosin dapat digunakan setelah beta-bloker. Pada asma, lebih baik dipilih verapamil daripada beta-bloker. Glikosida jantung oral merupakan obat terpilih untuk

memperlambat respon ventrikel pada kasus fibrilasi dan flutter atrium. Digoksin intravena, yang diinfus pelan-pelan, kadang-kadang

dibutuhkan bila kecepatan ventrikel perlu dikendalikan dengan cepat.

Verapamil biasanya efektif untuk takikardia ventrikel. Dosis intravena awal dapat diikuti dengan dosis oral, hipotensi dapat terjadi dengan dosis yang lebih besar. 2. Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan aritmia ventrikel Obat-obat untuk aritmia supraventrikel dan ventrikel atau obat anti aritmia kelas IA mempunyai efek yang kuat terhadap hampir semua jenis sel di jantung. Obat-obat kelas IA meninggikan ambang arus listrik diastolic pada otot atrium dan ventrikel dan pada serabut Purkinje. Obat-obat ini juga meninggikan ambang fibrilasi pada atrium dan ventrikel. Amplitudo, lonjakan (overshoot) dan Vmax fase 0 di atrium, ventrikel dan sel Purkinje diturunkan secara dosedependent tanpa perubahan yang nyata dari Vm. Upstroke respons premature ditekan karena obat ini menyebabkan perubahan voltase dan reaktivasi; Vmax dikurangi dan memanjang untuk mencapai nilai mantapnya. Perubahan yang time-dependent ini paling jelas pada nilai Vm yang rendah. Contoh obatnya adalah disopiramid Disopiramid Pada kadar terapi yang normal (3 g/mL). kira-kira 70% disopiramid terikat pada protein plasma, fraksi yang terikat berbanding terbalik dengan kadar total dalam plasma. Volume distribusi disopiramid adalah sekitar 0,6 liter per kilogram, tetapi nilai ini tergantung dosis karena ikatan proteinnya dapat jenuh. Sekitar 50% dosis disopiramid diekskresikan oleh ginjal dalam keadaan utuh, 20% dalam bentuk metabolit dealkilasi, dan 10% dalam bentuk lain. Metabolit monodealkilasi mempunyai efek antiaritmia dan

antikolinergiknya yang lebih lemah dari senyawa induk. 3. Obat-obat untuk Aritmia Ventrikel. Kecepatan konduksi diserabut Purkinje bila nilai Vm normal. Akan tetapi efek penekanan obat kelas IB terhadap parameter ini sangat diperkuat bila membran terdepolarisasi atau bila frekuensi

eksilasi dinaikkan. Berlawanan dengan obat kelas IA, obat kelas IB mempercepat repolarisasi membran. Contoh obat kelas IB adalah fenitoin: Fenitoin digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel dan atrium yang disebabkan oleh digitalis. Fenitoin efektif untuk mengatasi aritmia ventrikel yang timbul setelah bedah jantung terbuka dan infark miokard, tetapi lidokain sama efektifnya dan lebih mudah diberikan. Fenitoin mengurangi kejadian aritmia ventrikel dalam tahun pertama setelah infark miokard bila kadar dalam plasma dipertahankan di atas 10 g/mL. fenitoin juga efektif untuk mengobati berbagai bentuk aritmia ventrikel yang timbul karena intoksikasi digitalis. Takikardia ventrikel yang menetap pada pasien penyakit jantung koroner dan takiaritmia yang menyertai sindrom Q-T panjang juga dapat diobati secara efektif, bila fenitoin diberi bersama dengan penyekat adrenoreseptor-. Fenitoin tidak efektif untuk aritmia atrium seperti flutter, fibrilasi atrium dan SVT.

D. Obat Antihipertensi Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan ini bertahan. Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung dan resistensi vaskuler perifer. Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian utama , karena pada umumnya tekanan diastolic akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya tekanan sistolik. Target tekanan darah bila tanpa kelainan penyerta adalah <140/90 mmHg, sedangkan pada

pasien dengan DM atau kelainan ginjal, tekanan darah harus di turunkan di bawah 130/80 mmHg Obat-obat yang dewasa ini digunakan untuk terapi hipertensi dapat di bagi dalam beberapa kelompok yakni diuretika, Alfa-blockers, Betablockers, zat-zat dengan kerja pusat (obat-obat SSP), antagonis-kalsium, zat penghambat raas (penghambat ACE), vasodilator, AT-II-receptor blockers (antagonis-ATII).

B. MEKANISME A. Obat Gagal Jantung Antagonis angiotensin II (Ang II) menghambat aktivitas Ang II hanya direseptor AT1 dan tidak di reseptor AT2, maka disebut juga AT1bloker. Tidak adanya hambatan kininase II menyebabkan bradikinin dipecah menjadi kinin inaktif, sehingga vasodilator NO dan PGI2 tidak terbentuk. Kerena itu AT1-bloker tidak menimbulkan efek samping batuk kering. Tiazid dan senyawa-senyawa terkaitnya merupakan diuretika dengan potensi sedang, yang bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada bagian awal tubulus distal. Antagonis Aldosteron memacu remodelling dan disfungsi ventrikel melalui peningkatan preload dan efek langsung yang menyebabkan fibrosis miokard dan proliferasi fibroblas. Kerena itu, antagonisasi efek aldosteron akan mengurangi progresi remodelling jantung sehingga dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat gagal jantung. Mekanisme kerja digoksin yaitu menghambat Na+/K+-ATPase membran yang berperan dalam pertukaran Na+/K+ melalui membran sel otot. Hal ini meningkatkan Na+ intraselular dan menghasilkan peningkatan sekunder Ca2+ intraselular yang meningkatkan kekuatan kontraksi miokard. Peningkatan Ca2+ intraseluler yang terjadi karena

penurunan gradien Na+ sepanjang membran, mengurangi pengeluaran Ca2+ oleh penukar Na+/Ca2+ yang terjadi selama diastol. Penghambat fosfodiesterase, obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim fosfodiesterase yang selektif bekerja pada jantung. Hambatan enzim ini menyebabkan peningkatan kadar siklik AMP (cAMP) dalam sel miokard yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel. B. Obat Antiangina

Golongan nitrat, Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi otot polos pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi vena menyebabkan alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulu jantung. Contoh yang dapat digunakan adalah isosorbida, derivat-nitrat siklis ini sama kerjanya dengan nitrogliserin, tetapi bersifat long-acting. Di dinding pembuluh zat ini diubah menjadi nitrogenoksida (NO), yang mengaktivasi enzim guanilsiklase dan menyebabkan peningkatan kadar cGMP (cyclo-guanilmonophosphate) di sel otot polos dan menimbulkan vasodilatasi.

Golongan Antagonis kalsium, golongan obat yang bekerja dengan cara menghambat influks ion kalsium transmembran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polo, otot jantung dan saraf. Berkurangnya kadar kalsium bebas di dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi), kontraksi otot jantung (inotropik negatif), serta pembentukan dan konduksi impuls dalam jantung (kronotropik dan dromotropik negatif). Contoh yang dapat digunakan adalah Verapamil mekanisme kerja obat ini adalah menekan aktivitas nodus sinus dan konduksi nodus AV, vasodilatasi perifer dan menurunkan kebutuhan oksigen miokardium. Hambatan masuknya kalsium ke dalam miokardium ini juga mengakibatkan kontraktilitas jantung menurun.

Golongan beta-bloker, obat-obat penghambat adrenoseptor beta (betabloker) bekerja menghambat adrenoseptor-beta di jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati.

C. Obat Antiaritmia Adenosin biasanya obat terpilih untuk menghentikan takikardia supraventrikel paroksismal, kerja obat ini adalah menghambat otomatisitas nodus sinus, memperlambat konduksi nodus AV dan memperpanjang periode refrakter. Aritmia arusbalik ditiadakan oleh obat kelas IA berdasarkan efeknya terhadap masa refrakter efektif, kesigapan dan konduksi. Contohnya bila terjadi depolarisasi premature ventrikel disebabkan oleh arus balik pada serabut Purkinje, hambatan searah dapat diubah menjadi hambatan dua arah, sehingga arus balik tidak terjadi. Mekanisme kerja obat kelas IA pada flutter atau fibrilasi atrium adalah berdasarkan penghapusan arus-balik ini, tetapi lebih kompleks. Prokainamid merupakan obat aritmia kelas IA yang menghambat arus masuk ion Na+, menekan depolarisasi fase 0, dan memperlambat kecepatan konduksi serabut Purkinje miokard ke tingkat sedang pada nilai Vmax istirahat normal.

D. Obat Antihipertensi Diuretika, meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun, di samping itu di perkirakan berpengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih kebal terhadap noradrenalin, hingga daya tahannya berkurang. Alfa-blockers, zat-zat ini memblok reseptor-alfa adrenerg, yang terdapat di otot polos pembuluh (dinding), khususnya di pembuluh kulit dan mukosa.

Beta-blockers, khasiat utamanya adalah anti-adrenergik dengan jalan menempati secara bersaing reseptor beta-adrenergik. Blokade reseptor ini mengakibatkan peniadaan atau penurunan kuat aktivitas adrenalin dan noradrenalin.

Zat-zat dengan kerja pusat (obat-obat SSP), agonis 2-adrenerg menstimulasi reseptor-2-adrenerg yang banyak sekali terdapat di susunan saraf pusat (otak dan medulla). Akibat perangsangan ini melalui suatu mekanisme feedback negatif, antara lain aktivitas saraf adrenerg perifer dikurangi. Pelepasan Na menurun dengan efek menurunnya daya-tahan pembuluh perifer dan TD.

Antagonis-Kalsium, antagonis Ca menghambat pemasukan ion-Ca ekstrasel ke dalam sel dan dengan demikian dapat mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi myokard serta dinding pembuluh. Senyawa ini tidak mempengaruhi kadar-Ca di plasma. Antagonis-Ca dibedakan 2 kelompok yakni Ca overload-blockers yang melawan kenaikan kadar Ca berlebihan di dalam sel. Yang kedua yaitu Ca enrty-blockers yang menghambat pemasukan kalsium ke dalam sel myocard dan otot polos dinding arteriole yang terangsang dengan demikian mencegah kontraksi dan vasokontriksi.

Pengambat ACE, bekerja dengan cara menghambat pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Efek peniadaan pembentukan AT II adalah vasodilatasi dan berkurangnya retensi garam dan air.

AT-II receptor blockers, berlainan dengan penghambat ACE, zat ini tidak menghambat enzim ACE yang merombak angiotensin I menjadi AT II dengan efek vasodilatasi.

Vasodilator, hidralazin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat di pastikan. Sedangkan otot polos vena hampir tidak di pengaruhi. Vasodilatasi yang terjadi menimbulkan reflek kompensasi yang kuat berupa peningkatan kekuatan dan frekuensi denyut jantung, peningkatan rennin dan norepinefrin plasma.

C. RUMUS Rumus struktur digoksin :

Rumus struktur nifedipin :

Rumus struktur verapamil :

Rumus struktur prokainamida :

D. INTERAKSI OBAT A. Obat Gagal jantung 1. Digoksin

Dengan Obat Lain : Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (minor) : Meningkatkan

efek/toksisitas : senyawa beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek aditif pada denyut jantung. Karvedilol

mempunyai efek tambahan pada denyut jantung dan menghambat metabolisme digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh amiodaron (dosis digoksin diturunkan 50 %), bepridil, siklosporin, diltiazem, indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin, klaritromisin), metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis digoksin

diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin dan verapamil. Moricizine dapat meningkatkan toksisitas digoksin .

Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat meningkatkan kadar digoksin secara langsung. Pemberian suksinilkolin pada pasien bersamaan dengan digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko aritmia. Jarang terjadi kasus toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian kalsium secara parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar darah digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir, flecainid, ibuprofen, fluoxetin, nefazodone, simetidein, famotidin, ranitidin, omeprazoe, trimethoprim. Menurunkan efek : Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon inotropik digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat menurunkan absorpsi digoksin. Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain) dapat menurunkan kadar digoksin dalam darah. Penicillamine dihubungkan dengan penurunan kadar digoxin dalam darah.

Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik aminoglutetimid, asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat, sulfasalazin, neomycin, ticlopidin.

Dengan Makanan : Kadar serum puncak digoksin dapat diturunkan jika digunakan

bersama dengan makanan. Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin menurunkan absorpsi oral digoksin. B. Obat antiangina Interaksi anti-angina dengan beta-blocker, Gabungan kedua obat ini menghasilkan sinergisme, beta-blocker mengurangi kerja jantung dengan mengurangi heart rate. Demikian pula nitrat berbuat hal yang sama dengan mengurangi venous return dan volume serta tekanan dalam ventrikel kiri. Efek adiktif dengan alkohol, CCB, dan obat-obat antihipertensi.

C. Obat aritmia 1. Disopiramid Obat yang menginduksi enzim hati, seperti fenobarbital atau fenitoin, dapat memperpendek lama kerja kuinidin dengan cara mempercepat eliminasinya. Tetapi karena terdapat banyak perbedaan dalam kepekaan pasien terhadap induksi enzim, maka sulit untuk meramalkan pasien mana yang terkena bila kuinidin di berikan pada pasien yang mempunyai kadar digoksin plasma yang stabil, kadar digoksin akan meningkat dua kali karena klirensnya menurun. Kadangkadang pada pasien yang sedang menerima antikoagulan oral terjadi peningkatan waktu protrombin setelah pemberian kuinidin. Karena kuinidin berkhasiat sebagai penyekat adrenoreseptor-, interaksi aditif dapat terjadi bila diberikan bersama vasodilator atau obat penurun volume plasma. Misalnya, nitrogliserin dapat menimbulkan hipotensi ortostatik yang berat pada pasien yang sedang mandapat kuinidin. Peningkatan kadar K+ plasma akan memperbesar efek obat antiaritmia kelas 1A terhadap konduksi jantung.

2. Fenitoin -bloker dapat mengurangi aliran darah hati pada pasien penyakit jantung, dan akan menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme lidokain dan meningkatkan kadarnya dalam plasma. Obat-obat yang bersifat basa dapat menggantikan lidokain dari ikatannya pada 1-acid glycoprotein. Kadar lidokain plasma meninggi pada pasien yang menerima simetidin. Mekanisme interaksinya ini kompleks, dan selama pemberian simetidin perlu penyesuaian dosis lidokain dapat memperkuat efek suksinilkolin. Metabolisme meksiletin dapat dipercepat bila diberikan bersama fenitoin atau rifampicin. D. Obat hipersensitivitas Dengan sejumlah obat lain dapat terjadi interaksi bila di gunakan bersamaan, antara lain : Efeknya diperkuat oleh antagonis Ca, terutama verapamil (i.v) dan diltiazem (bradycardia, AV block, hipotensi); nifedipin dan derivate dihidropiridin lainnya (hipotensi). Juga oleh zat-zat inotrop/kronotrop negatif lain, seperti lidokain, fenothiazin, glafenin dan floctafenin (hipotensi berat), serta simetidin (menghambat perombakan hati dari zat-zat lipofil. Efeknya di perlemah oleh barbital, rifampicin (perombakan oleh hati dipercepat), NSAID (indometasin dan lain-lain), dan antasida (menurunkan absorbs, sebaiknya diminum setelah 2 jam). -blockers memperkuat efek teofilin (menghambat perombakan). Klonidin memperbesar risiko rebound hipertensi, maka terapi dengan beta-blockers perlu dihentikan sebelum menggunakan klonidin.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Sulistia Gan., 2009, Farmakologi dan Terapi, UI Press, Jakarta Tanu I. 2007. Farmakologi dan Terapi. Penerbit FKUI. Jakarta Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai