Anda di halaman 1dari 88

GAMBARAN TINGKAT STRES MAHASISWA PSIK SAAT MENGIKUTI PROSES TUTORIAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

AZMI 20070320106

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKATA 2011 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah GAMBARAN TINGKAT STRES MAHASISWA PSIK SAAT MENGIKUTI PROSES TUTORIAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada Tanggal 27 Juli 2011 Oleh: AZMI 20070320106

Pembimbing:

Erna Rochmawati., MNSc.

(.)

HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR KTI GAMBARAN TINGKAT STRES MAHASISWA PSIK SAAT MENGIKUTI PROSES TUTORIAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal:

27 Juli 2011

Oleh:

AZMI 20070320106

Penguji: (.)

Erna Rochmawati., MNSc.

Lisa Musharyanti, S.Kep., Ns, MMed Ed (.)

Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(dr. H Erwin Santosa, SP.A.,Mkes) KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

Karya tulis ilmiah ini berjudul Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa PSIK saat Mengikuti Proses Tutorial PBL di UMY. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini, terutama kepada: 1. Bapak dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes, selaku dekan Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Ibu Fitri Arofiati, Ns.,MA., selaku kepala Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 3. Ibu Erna Rochmawati., MNSc., yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan sabar dan selalu tersenyum. 4. Ibu Lisa Musharyanti, S.Kep., Ns, MMed Ed, yang telah banyak memberi masukan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. 5. Bapak Daeng Amhar, SE. MM, ribuan ucapan terimaksih peneliti ucapkan atas semua yang telah dipercayakan kepada peneliti. 6. Kepada ayah dan mak, terima kasih atas doanya yang tak pernah henti untuk kelancaran studi peneliti. 7. Seluruh mahasiswa PSIK FKIK UMY yang telah bersedia menjadi reponden dalam penelitian ini.

8. Teman-teman semua, terima kasih atas semangat yang kalian berikan. Semoga bantuan dan doa yang diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini, untuk itu diharapkan kritik dan saran dari penguji dan semua pihak dapat menjadi bahan untuk dikoreksi. Yogyakarta, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv MOTTO. vi KATA PENGANTAR.............................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................. vii ix

DAFTAR TABEL.. xii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang......................................................................... B. Rumusan Masalah.................................................................... C. Tujuan Penelitian...................................................................... D. Manfaat Penelitian....................................................................

1 7 7 8

E. Penelitian Terkait...................................................................... 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres........................................................................................... 10 1. Pengertian Stres .................................................................. 10 2. Model Stres.......................................................................... 12 3. Faktor-faktor Penyebab Stres.............................................. 15 4. Jenis Stres ........................................................................ 15

5. Tanda dan Gejala Stres....................................................... 16 6. Tahapan dan Gejala pada Tingkat Stres............................. 17

7. Adaptasi Stres.. 21 B. Tutorial PBL............................................................................. 22 1. Pengertian Tutorial PBL..................................................... 22 2. Ciri-ciri model PBL........................................................... 24

3. Langkah-langkah................................................................. 26 4. Tujuan Diskusi Tutorial................................................ 5. Kelebihan dan Kekurangan............................................... 29 30

C. Kerangka Konsep... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian............................................................ B. Populasi dan Sampel.................................................. C. Lokasi dan Waktu.............................................................. D. Variabel Penelitian............................................................. E. Definisi Operasional........................................................... F. Instrumen Penelitian........................................................... G. Cara Pengumpulan Data..................................................... 36 36 39 39 39 40 41

H. Pengolahan Data 42 I. Uji Validitas dan Reliabilitas.............................................. J. Analisa Data....................................................................... K. Etik Penelitian.................................................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil.. 47 B. Pembahasan.. 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.. B. Saran DAFTAR PUSTAKA......................................................................... LAMPIRAN 60 60 63 42 44 46

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4

Distribusi Jumlah Mahasiswa PSIK FKIK UMY Distribusi Frekuensi Mahasiswa PSIK UMY Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Saat Tutorial Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin

38 48 49

49

Tabel 5

Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Berdasarkan Tahun Masuk 50

Tabel 6

Gambaran Perilaku yang Muncul Berdasarkan Tingkat Stres Mahasiswa Pada Saat Terjadi Stres 50 51

Tabel 7

Gambaran Kejadian Stres pada Mahasiswa saat Tutorial

Tabel 8

Gambaran Kejadian Stres Mahasiswa Berdasarkan Tahun Masuk 51

Tabel 9

Gambaran Perilaku yang Muncul pada Mahasiswa Saat Terjadi Stres Tutorial 52

Tabel 10

Gambaran Perilaku yang Muncul pada Mahasiswa Saat Terjadi Stres Berdasarkan Tahun Masuk 52

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Survey Penelitian 2. Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas 3. Surat Ijin Penelitian 4. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian 5. Surat Permohonan Menjadi Responden 6. Kuesioner 7. Lembaran Hasil Uji Statistik 8. Lembaran Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Azmi. (2011). Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa PSIK Saat Mengikuti Proses Tutorial PBL di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pembimbing: Erna Rochmawati., S. Kp. MNSc.

INTISARI Diskusi tutorial merupakan jantung dari PBL. Kesuksesan PBL dalam menghasilkan output pendidikan akan sangat ditentukan oleh proses yang terjadi dalam diskusi tutorial. Sedangkan keberhasilan dari diskusi tutorial akan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu peran mahasiswa dalam pelaksanaan tutorial itu sendiri sehingga menuntut mahasiswa untuk berperan aktif. Tuntutan inilah yang dapat memacu munculnya perasaan stres pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat stres mahasiswa PSIK saat proses tutorial PBL di UMY. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 223 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik stratified proportional random sampling dengan instrument berupa kuesioner. Data dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif numerik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat stress mahasiswa PSIK UMY sebagian besar mengalami tingkat stres ringan yaitu 96,0%. Sedangkan perilaku mahasiswa saat terjadi stres sebagian besar menunjukkan perilaku melawan yaitu 75,8%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tutorial dapat menyebabkan stres ringan pada mahasiswa PSIK FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kata kunci: Tingkat stres, diskusi tutorial PBL.

Azmi. (2011). The Description Of Stress Level Students Nursing Department Tutorial Process In Muhammadiyah University Of Yogyakarta. Advisor: Erna Rochmawati., S. Kp. MNSc.

ABSTRACT Tutorial discussion is the heart of the Problem Based Learning tutorial. PBL's success in producing educational output will be largely determined by the process that occurs in tutorial discussions. While the success of the tutorial discussion will be influenced by several factors among which the role of students in the implementation of the tutorial itself so it requires students to take an active role. This demands can spur the emergence of stress a may students. This study aimed to determine how the stress levels of students PSIK in UMY PBL tutorial process. The study design used in this study was a non experimental cross sectional approach. The study was conducted in March 2011. The samples in this study were 223 people. The sampling technique used proportional stratified random sampling technique with the instrument in the form of a questionnaire. Data was analyzed using descriptive numerical analysis. The results of this study indicate that the stress levels of students PSIK UMY most experienced mild stress level is 96.0%. While the behavior of students during a stressful most of the show oppositional behavior that is 75.8%. The conclusion of this research is a tutorial can cause mild stress on students PSIK FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta.

Keyword: Stress levels, PBL tutorial discussions.

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat berperan penting dalam kehidupan setiap individu dalam pengembangan diri seseorang. Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau dengan cara yang dikenal dan diakui oleh masyarakat (Mulyasa, 2006). Pendidikan membuat seseorang terdorong untuk tahu dan mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan yang dimiliki dan akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan suatu tindakan (Maruf, 2006). Menurut Suprijono (2009), model pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa dalam mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikannya yaitu: 1) model pembelajaran langsung (direct instruction) atau dikenal dengan active teaching yang mengacu pada gaya belajar dimana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pembelajaran

kepada pelajar secara langsung. 2) model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), secara umum pembelajaran kooperatif lebih diarahkan kepada pendidik dimana pendidik menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan ajaran dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dimaksud. 3) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) merupakan konsep yang membantu pendidik dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka pada keluarga dan masyarakat. 4) pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning/PBL). Metode PBL dapat mendukung mahasiswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. PBL adalah suatu metode pembelajaran dimana mahasiswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat studentcentered (Harsono dalam Mutiarani 2009). Pembelajaran berbasis masalah juga merupakan salah satu metode yang rasional dalam mendukung perubahan-perubahan yang diperlukan dalam pendidikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pengambilan keputusan, otonomi praktek, kreativitas, penyelidikan dan keanggotaan tim yang efektif diharapkan dapat terwujud dalam praktek keperawatan modern (Rideout & Elizabeth, 2006).

PBL ini pertama kali diterapkan di McMaster University Kanada pada tahun 1969. Metode ini digunakan untuk mengatasi masalah dalam pendidikan diantaranya terkait dengan pengetahuan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Hal ini terlihat kurangnya integrasi dari setiap mata pelajaran yang didapat dan ketidakmampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang didapatkan di kelas saat melakukan praktek lapangan (Shcmidt dalam Mutiarani, 2009). Dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis masalah

mengedepankan proses diskusi tutorial yang merupakan inti dari pembelajaran tersebut (Harsono, 2004). Proses diskusi tutorial menekankan active student center learnig yaitu mahasiswa dituntut untuk menguji, mencari, menyelidiki, merefleksikan, memahami makna, dan memahami ilmu dalam konteks yang relevan dengan profesi mereka dimasa yang akan datang (Harsono, 2004). Dalam praktek keperawatan metode pembelajaran berbasis masalah ini dapat menjadi suatu metode yang dapat dipertimbangkan manfaatnya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan, pembelajaran melalui proses tutorial sangat mendukung perkembangan pendidikan karena tutorial adalah sebuah metode belajar dimana mahasiswa berhadapan langsung dengan berbagai skenario masalah yang akan mereka hadapi pada dunia nyata. Oleh karena itu metode ini merupakan sumber adaptasi bagi mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

keperawatan. Tutorial adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik, yang diberikan oleh seorang pembimbing tutorial (tutor) kepada

mahasiswa (tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi. Di Indonesia penerapan metode tutorial PBL ini diawali pada tahun 1990 yakni pada pendidikan dokter (Harsono, 2004). Tidak menutup kemungkinan pada pendidikan kesehatan lainnya juga memerlukan

perubahan-perubahan dalam strategi pembelajaran seperti pendidikan keperawatan khususnya. Hal tersebut digunakan untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keperawatan yang semakin lama semakin berkembang pesat, serta mengingat akan kebutuhan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang semakin besar sehingga dengan adanya perubahan dalam strategi pendidikan mampu menciptakan lulusan perawat yang profesional. Untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan pembangunan pendidikan ditujukan untuk mencapai sasaran dalam mewujudkan masyarakat yang sehat lahir dan batin secara merata. Dalam hal ini pelayanan keperawatan yang berkualitas dan profesional dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila adanya pendidikan keperawatan yang berkualitas pula (Bagian Akademik PSIK UMY, 2005). Menurut Adam cit Mutiarani (2009), Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta didirikan pada tahun 1998 dan telah menerapkan metode pembelajaran tutorial PBL tetapi secara hybrid dengan menggunakan kasus atau skenario sebagai

pemacu dalam menjelaskan hasil belajar mereka sendiri sebelum kembali ke dalam kelompok untuk mendiskusikan hasil pengetahuan yang telah diperoleh. Program PBL dengan metode tutorial baru diterapkan pada mahasiswa PSIK angkatan 2004 pada semester ke V dan pada angkatan 2006 metode tersebut baru diterapkan sejak semester pertama, hal tersebut merupakan hal yang baru bagi mahasiswa PSIK UMY. Oleh karena mahasiswa tidak terbiasa dengan pola belajar diskusi, maka mahasiswa lebih banyak memilih untuk diam dari pada mengembangkan skil diskusi dan interpersonal yang mereka miliki (Muharni, 2008). Untuk mendapatkan hasil diskusi yang memuaskan, mahasiswa dituntut untuk aktif dalam mencari sumber-sumber bahan ajaran yang sesuai dengan topik bahasan pada skenario sehingga diskusi tutorial menjadi lebih hidup dan mahasiswa lebih aktif dalam menyampaikan hasil belajar mandiri. Kesuksesan PBL dalam menghasilkan output pendidikan yang berkualitas akan sangat ditentukan oleh proses pada saat tutorial. Keberhasilan proses diskusi tutorial sangat dipengaruhi oleh tahapan-tahapan yang harus dijalani oleh mahasiswa yaitu seven jumps method (Muharni 2008). Mahasiswa harus berperan aktif dalam mensukseskan diskusi tutorial dan harus mampu kerjasama dalam kelompok, kerjasama antar mahasiswa diluar diskusi kelompok, memimpin kelompok, mendengarkan pendapat anggota kelompok yang lain, mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai pendapat dan pandangan teman kelompok, bersikap kritis terhadap literatur, belajar mandiri, mampu menggunakan sumber belajar secara efektif dan

keterampilan persentasi (Harsono, 2004). Hal ini dapat menimbulkan stres pada mahasiswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Finch tahun 1998 ada 65 persen peserta didik mengidentifikasi ketidakpastian tentang keluasan dan kedalaman pengetahuan dan tekanan waktu sebagai suatu penyebab stresor (Rideout, 2006). Stresor yang lain terletak pada peran pengajar, harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri, tuntutan terhadap pembelajaran kelompok, beban kerja yang berat, stres berkaitan dengan pencarian sumber, evaluasi bimbingan, dan kepanikan kelompok. Beberapa komentar negatif dari pengajar terhadap metode PBL ini yaitu dari segi waktu pembimbing dan waktu pembelajaran yang dilakukan peserta didik yang kurang. Akibatnya nilai yang didapatkan oleh mahasiswa dari hasil penilaian tutor menjadi kurang memuaskan dan dapat menyebabkan peningkatan terhadap stres. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi stres pada mahasiswa. Namun pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada tingkat stres mahasiswa PSIK pada saat tutorial yang disebabkan karena banyaknya tuntutan dari PBL tersebut. Stresor merupakan suatu stimulus atau suatu pencetus perubahan pada seorang individu dimana perubahan-perubahan tersebut yang dapat

menimbulkan stres. Secara umum stresor dapat dibagi menjadi stresor internal dan stresor eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang sedangkan stresor eksternal yaitu stresor yang berasal dari luar diri seseorang.

Dari hasil studi pendahuluan pada mahasiswa PSIK tentang tingkat stres mahasiswa saat proses tutorial di UMY pada tanggal 28 September 2010 terdapat 16 orang dari 20 orang yang mengatakan bahwa pembelajaran sistem tutorial PBL dapat meningkatkan stres karena pada saat tutorial mereka harus mencari bahan ajaran yang sesuai dengan topik yang akan dibahas apalagi pada saat pertemuan kedua, mereka harus konsentrasi penuh dalam menjelaskan dan menyampaikan pendapat berdasarkan materi yang telah mereka dapatkan. Sedangkan 4 orang mahasiswa lainnya mengatakan bahwa tutorial juga menyenangkan karena pada saat tutorial mereka bebas untuk mengeluarkan pendapat. Dari hasil observasi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat stres mahasiswa PSIK pada saat mengikuti proses tutorial di UMY.

B. Rumusan Masalah Melihat latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan bagaimana gambaran tingkat stres mahasiswa PSIK saat mengikuti proses tutorial PBL di UMY?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat stres mahasiswa PSIK terhadap proses tutorial PBL di UMY.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di PSIK UMY. 2. Bagi Peneliti Berikutnya Sebagai literatur dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan tingkat stres mahasiswa saat mengikuti proses tutorial. 3. Bagi Mahasiswa a. Dapat sebagai panduan dalam pengelolaan stres pada saat menghadapi proses tutorial PBL di UMY. b. Dapat mengevaluasi dan menjalankan peran sebagai mahasiswa dalam mencapai tujuan diskusi tutorial yang optimal.

E. Penelitian Terkait Penelitian tentang tingkat stres mahasiswa PSIK saat mengikuti

proses tutorial ini belum pernah dilakukan. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini dilakukan oleh Jumiati (2009) yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga pada Proses Pembelajaran Poblem Based Learning (PBL) terhadap Tingkat Stres Mahasiswa. Metode yang digunakan yaitu survei analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasilnya adalah 1) tidak ada pengaruh dukungan sosial keluarga pada proses pembelajaran PBL terhadap tingkat stres mahasiswa FK UMY, p= 0,496 ; 2) tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat stres mahasiswa FK UMY, p= 0,168

; 3) tidak ada pengaruh tingkat sosial ekonomi terhadap tingkat stres mahasiswa FK UMY, p= 0,732. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada tujuan penelitiannya. Penelitian Jumiati bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial keluarga pada proses pembelajaran PBL terhadap tingkat stres mahasiswa FK UMY. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres mahasiswa PSIK UMY saat mengikuti proses tutorial PBL.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres

1. Pengertian Stres Stres adalah suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan (Swath, 2003). Ketika seorang dapat beradaptasi pada lingkungan atau segala situasi yang dialami maka stres dapat mendorong seseorang untuk mengubah perilaku dan tindakannya akan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi kehidupan individu tersebut. Menurut Selye dalam Potter & Perry ( 2005), Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon baik respon fisiologis maupun psikologis dalam melakukan tindakan. Respon fisiologis merupakan sindrom adaptasi. Terdapat dua sindrom adaptasi, yaitu Sindrom Adaptasi Lokal (LAS) dan Sindrom Adaptasi Umum (GAS). LAS adalah respon dari jaringan, organ, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Sedangkan respon psikologis adalah respon yang diakibatkan oleh pajanan terhadap stressor (Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Maramis (2004), menyatakan bahwa stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang dapat mengganggu keseimbangan individu tersebut. Apabila masalah atau tuntutan tersebut tidak teratasi dengan baik maka akan muncul gangguan jiwa. Menurut Townsend dalam Nugraheni (2006), stres merupakan persepsi individu bahwa apa yang dilakukannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna dan suatu tindakan yang kurang kontrol

terhadap situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan. Stres muncul karena ketidakberdayaan seseorang menghadapi atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Nugraheni, 2006). Stres juga dapat berasal dari hubungan antara individu dengan lingkungan (Potter & Perry, 2005). Stres merupakan suatu hal yang dapat mengancam dan menantang seseorang untuk melakukan hal di luar pikiran seorang tersebut akibat dari suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang dianggap tidak wajar. Menurut Susanti (2007), stres adalah suatu pengalaman hidup atau perubahan lingkungan individu yang cukup bermakna sebagai akibat ketidakseimbangan tuntutan hidup dan kemampuan dalam menyesuaikan diri individu itu sendiri. Sedangkan Charles & Robert dalam Susanti (2007) mengungkapkan bahwa stres adalah suatu proses terjadinya penekanan secara kontinyu pada faktor emosi yang kemudian dihantarkan melalui reseptor-reseptor syaraf menuju selaput otak (meaning) piameter, arakhoid, durameter dan direspon oleh pusat emosi akan tetapi pusat emosi tidak mampu menetralisir reseptorreseptor emosi tersebut sehingga sistem saraf mengalami gangguan secara emosional dan dapat menyebabkan perubahan pola pikir. Hal itu merupakan gejala dari stres secara fisiologis pada sistem tubuh manusia.

2. Model Stres Menurut Potter & Perry (2005), model stres dapat dibedakan menjadi: a. Model Stres Berdasarkan Respon

Model stres berdasarkan respon ini mengkhususkan respon atau pola respon tertentu yang mungkin menunjukkan stresor. Stres ditunjukkan oleh reaksi fisiologis spesifik (GAS), sehingga respon seseorang terhadap stres menjadi benar-benar fisiologis dan tidak dimodifikasi oleh kemungkinan pengaruh kognitif (Mc Nett dalam Potter & Perry, 2005). Selye dalam Suib (2007), sindrom GAS dideskripsikan dalam tiga tahap sebagai berikut: 1) Tahap peringatan Pada tahap ini tubuh mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai faktor stresor. Apabila faktor stres tidak menghilang maka tubuh akan bekerja semaksimal mungkin untuk menghadapi stresor tersebut. Pada tahap ini terjadi respon fisiologis fight & flight. 2) Tahap resisten Perubahan atau kerusakan akibat stres mulai diperbaiki dan fungsi antibodi dalam tubuh mulai normal. Individu yang mengalami stres menjadi lebih resisten terhadap stresor yang dihadapi. Apabila stres berat tetap berlangsung, maka reaksi tubuh akan mencapai fase kelelahan. 3) Tahap kelelahan Pada tahap ini energi untuk adaptasi mulai hilang dan bila stres terus berlangsung, maka seluruh cadangan energi dalam tubuh

akan habis. Daya tahan tubuh menurun dan individu berubah menjadi apatis dan disebut dengan gangguan psikomatik. b. Model Adaptasi Model adaptasi menunjukkan bahwa ada empat faktor yang dapat menentukan apakah situasi tersebut dapat mempengaruhi seseorang menjadi tegang atau stres: 1) Faktor pengalaman seseorang dengan stresor serupa, sistem dukungan dan persepsi terhadap stres 2) Praktek dan norma kelompok sebaya individu jika dalam suatu kelompok memandang normal untuk membicarakan stresor tertentu, klien mungkin mendiskusikannya. 3) Dampak dari lingkungan sosial dalam membantu seorang individu untuk beradaptasi terhadaptasi stresor. 4) Sumber yang digunakan dalam mengatasi stresor. c. Model Berdasar Stimulus Model Berdasar Stimulus memfokuskan pada tiga hal, yaitu sebagai berikut : 1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan merupakan hal yang normal dan perubahan tersebut memerlukan tipe dan durasi penyesuaian yang sama pula. 2) Individu adalah resipien pasif dari stres dan persepsi mereka terhadap peristiwa adalah relevan. berespon dengan mengeluh atau

3) Semua orang memiliki ambang stimulus yang sama dan penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut. Model ini tidak memungkinkan untuk adanya perbedaan individu dalam persepsi dan respons terhadap stresor.

d. Model Berdasar Transaksi Model ini memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif. Lazarus & Folkman dalam Potter & Perry (2005) memandang stresor sebagai perseptual individu yang berakar dari proses psikologis dan kognitif.

3. Faktor-faktor Penyebab Stres Menurut Susanti (2007) ada dua faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi stres, yakni: a. Faktor Eksternal Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stres yaitu: 1) faktor lingkungan sekitar, 2) faktor sosial budaya, 3) faktor dukungan keluarga, 4) faktor ekonomi dan finansial. b. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh individu manusia. Contoh: terdapatnya banyak masalah yang sedang dihadapi oleh individu tersebut

4. Jenis Stres Menurut Soewardi & Suradja dalam Susanti (2007), jenis stres dapat dibedakan menjadi: a. Stres fisik, yaitu stres yang dapat berefek pada fisik, contoh: udara panas atau dingin, sengatan listrik, dan adanya suatu penyakit. b. Stres psikososial, contoh: masalah dengan pekerjaan, masalah dengan orang tua, hubungan interpersonal, faktor keluarga, dan lain-lain. Wheton (2003), membedakan stres menjadi dua bagian

berdasarkan lama waktu kejadian atau terpapar stres: 1) Stres akut Stres akut berlangsung cepat, mendadak, sangat menonjol dan sering tidak terkontrol serta tidak bisa diramalkan. Efek psikologis yang dapat ditimbulkan dari stres akut ini adalah depresi dan cemas atau ansietas. Contoh: musibah bencana alam, kebakaran dan lain-lain. 2) Stres kronik Stres kronik berlangsung lama, tidak mendadak, tidak menonjol, dan tidak mempunyai puncak, tetapi bersifat menetap. Contoh:

ketidakcocokan dalam berumah tangga, kemiskinan dan lain-lain.

5. Tanda dan Gejala Stres Beberapa tanda dan gejala awal terjadinya stres adalah nyeri kepala atau merasa tegang, nyeri punggung dan tengkuk, susah tidur, rasa malas, tidak nafsu makan, sembelit, mimpi buruk pada malam hari, tekanan darah naik, mual dan muntah, pada wanita terjadi gangguan menstruasi, perasaan khawatir, gelisah, mudah tersinggung, tangan dan kaki terasa dingin, jantung berdebar-debar, dan mudah marah (Susanti, 2007). Pada setiap individu tanda dan gejala yang muncul tidak selalu sama, hal tersebut tergantung pada pola koping individu dalam menyikapi suatu perubahan akan tetapi tidak menutup kemungkinan individu yang mengalami stres juga bisa dengan menutup diri dan suka melamun. Menurut Suib (2007) ketika individu mengalami stres, reaksi tubuh dapat berupa rambut mudah rontok, pandangan mata merasa kabur, mudah lupa, konsentrasi menurun, cepat lelah dan sering sakit kepala, mulut menjadi kering dan sukar menelan sehingga orang yang stres sering minum, keringat berlebihan, merasa sesak nafas, jantung berdebar-debar, jika stres berkepanjangan kadar gula darah meningkat, sering merasa mules-mules, BAB dan BAK tidak teratur, libido bisa menurun atau meningkat.

6.

Tahapan dan Gejala pada Tingkat Stres Hawari dalam Susanti (2007), menyatakan gangguan stres umumnya timbul secara lamban, tidak diketahui kapan mulainya dan

biasanya seorang individu tidak menyadarinya. Terdapat enam tahapan stres dengan gejala-gejala yang muncul, sebagai berikut: a. Stres tingkat I Pada tahapan stres tingkat I ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, perasaan-perasaan yang menyertai dapat berupa: 1) Semangat besar 2) Penglihatan tajam 3) Gugup yang berlebihan 4) Kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya

b. Stres tingkat II Pada tahap ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan muncul keluhan-keluhan yang dikarenakan cadangan energi dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Keluhan yang sering timbul adalah: 1) Merasa letih ketika bangun dipagi hari 2) Merasa lelah setelah makan 3) Merasa lelah menjelang sore hari 4) Kadang-kadang terdapat gangguan pada sistem pencernaan, dan jantung kadang-kadang juga merasa berdebar-debar 5) Perasaan tegang pada otot punggung dan tengkuk atau belakang leher 6) Perasaan tidak bisa santai atau merasa selalu sibuk c. Stres tingkat III

Tahap ini menunjukkan keletihan semakin tampak dan disertai gejalagejala berikut: 1) Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mules, sering ingin kekamar kecil) 2) Otot-otot merasa lebih tegang 3) Perasaan tegang yang semakin tinggi 4) Terdapat gangguan pola tidur (sulit tidur, sering terbangun, sulit untuk tidur lagi atau juga bangun terlalu pagi) 5) Badan lemah dan terasa mau pingsan Jika beban stres atau tuntutan-tututan tidak segera dikurangi dengan memberi kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi maka pada tahap ini penderita harus segera berkonsultasi pada pelayanan kesehatan atau dokter. d. Stres tingkat IV Ciri-ciri yang terjadi pada tahap ini lebih buruk, yaitu: 1) Sulit untuk bertahan sepanjang hari 2) Kegiatan-kegiatan yang awalnya menyenangkan terasa tidak menyenangkan 3) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi, pergaulan sosial dan kegiatan rutin lainnya terasa berat 4) Semakin sulit tidur, sering mimpi menegangkan dan sering terbangun dini hari 5) Munculnya perasaan negativistic

6) Kemampuan berkonsentrasi menurun drastis 7) Perasaan takut yang tidak bisa dijelaskan dan tidak tahu penyebabnya

e.

Stres tingkat V Pada tingkat ini terdapat ciri-ciri yang lebih mendalam, yaitu: 1) Keletihan yang lebih mendalam baik fisik maupun psikologi 2) Tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap sederhana 3) Gangguan sistem pencernaan (maag dan usus) lebih sering sukar buang air besar atau sebaliknya, feses encer dan sering kebelakang 4) Perasaan takutnya semakin bertambah, menyerupai panik

f. Stres tingkat VI Tahap ini merupakan puncak dari tahapan sebelumnya dan merupakan keadaan gawat darurat. Gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu: 1) Debaran jantung yang terasa sangat keras, yang disebabkan oleh zat adrenalin yang dikeluarkan karena terjadi stres yang cukup tinggi dalam peredaran darah. 2) Sesak nafas 3) Badan gemetar atau tremor, tubuh terasa dingin dan berkeringat 4) Tidak bisa melakukan tindakan sekalipun untuk hal yang lebih ringan, pingsan atau collaps

7. Adaptasi Stres Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stres (Hidayat, 2004). Adaptasi juga diartikan merupakan suatu upaya untuk mempertahankan fungsi tubuh yang optimal. Macam-macam adaptasi atau cara penyesuaian diri yaitu sebagai berikut: a. Adaptasi Fisiologis Dimana indikator dari stres dapat diukur. Adaptasi stres fisiologis ini cenderung merupakan suatu reaksi tubuh dan respon fisik seseorang ketika terjadi stres. Misal: sakit kepala, keletihan, perubahan nafsu makan, kenaikan tekanan darah, gelisah, dan lain-lain. b. Adaptasi Psikologis Stres mempengaruhi keadaan emosional seseorang. Hal ini dapat mempengaruhi rasa kontrol, komitmen dan antisipasi terhadap suatu tindakan yang dilakukan. Misal: depresi, ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas, dan lainlain. c. Adaptasi Tingkah Laku Adaptasi tingkah laku ini dapat dibedakan menjadi: 1) Fight, yaitu melawan situasi yang menekan, dan 2) Flight, yaitu menghindari situasi yang menekan. Awie (2008) menerangkan ada tiga-tipe umum perilaku yang dimunculkan jika terjadi stres adalah:

1) Perilaku menyerang adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stresor atau untuk memenuhi kebutuhan. 2) Perilaku menarik diri adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor. 3) Perilaku kompromi adalah mengubah metode yang biasa digunakan. Misal: mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan lain atau untuk menghindari stres.

B. Tutorial PBL 1. Pengertian Diskusi tutorial adalah diskusi kelompok kecil atau inti dari PBL dan merupakan metode belajar dimana mahasiswa berhadapan dengan bermacam masalah yang akan mereka hadapi pada dunia nyata (Mutiarani, 2009). Harsono (2004) menyatakan PBL adalah suatu metode

pembelajaran dimana mahasiswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, selanjutnya diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat Student Centered. Pusdiklatkes dalam Mutiarani (2009), menyatakan bahwa diskusi tutorial PBL merupakan lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Setiap mahasiswa harus mampu mengembangkan masalah tersebut dan mencari jalan

penyelesaiannya. Masalah yang diajukan merupakan masalah yang sering muncul pada masyarakat didunia nyata maupun menelaah sebuah kasus atau skenario. Sehingga dari masalah tersebut mahasiswa mampu

mewujudkan kebutuhan belajar yang mereka inginkan dalam pemecahan masalah itu sendiri. PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu sumber masalah bagi mahasiswa untuk belajar

bagaimana cara berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran dan dikembangkan terutama untuk membantu kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan belajar menjadi pembelajar yang otonom. Menurut Senerci dalam Mutiarani (2006), PBL adalah salah satu bentuk dari model belajar aktif yang dapat mendukung fleksibilitas dan kreatifitas dalam proses belajar. Komponen utama dalam diskusi tutorial PBL ini adalah masalah yang digunakan untuk menstimulasi proses belajar. Dalam hal ini yang paling penting adalah ketrampilan mahasiswa dalam menganalsis pemecahan masalah, pengumpulan informasi yang relevan dan penggunaan informasi dalam pemecahan masalah. Mahasiswa harus mampu memilih informasi atau literatur yang sesuai dengan masalah yang akan mereka bahas. Menurut Harsono (2004) terdapat dua jenis PBL, yaitu: hybrid PBL (hPBL) dan curriculum PBL (cPBL). hPBL bersifat sederhana dan jika dibandingkan, cPBL lebih rumit dari pada hPBL. Materi dalam hPBL yang diberikan kepada mahasiswa merupakan sebagian kecil dari kurikulum konvensional yang ada, sedangkan materi dalam cPBL

merupakan keseluruhan dari kiurikulum konvensional yang diubah dan ditransformasikan menjadi sistem blok. Sedangkan karakteristik PBL terbagi menjadi: belajar dengan stimulasi masalah, bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil, menggunakan pengetahuan yang sebelumnya dan belajar mandiri (Born & Savitri dalam Mutiarani, 2009). Terdapat karakteristik lain, yaitu perluasan ilmu pengetahuan, membuat pengetahuan menjadi sesuatu yang layak untuk digunakan, mengembangkan hubungan dengan

memperhatikan praktek professional dan menstimulasi minat terhadap suatu hal dengan kehidupan.

2. Ciri-ciri model PBL Ciri-ciri model pembelajaran berbasis masalah menurut Fitri (2007) adalah sebagai berikut mahasiswa se-efektif mungkin menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends dalam Fitri (2007), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata mahasiswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi mahasiswa dan akhirnya dapat menyulitkan penyelesaian bagi mahasiswa.

c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami oleh mahasiswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa. d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. e. Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi mahasiswa sebagai pemecah masalah maupun bagi tutor sebagai fasilitator atau pembimbing. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah, serta membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Aktifitas dalam PBL bergantung pada proses tutorial karena tutorial merupakan bagian inti dalam PBL. Dalam proses tutorial, mahasiswa dan tutor bersama-sama melakukan pemahaman dan melakukan proses pencarian pengetahuan yang tersimpan dalam masalah yang disajikan dalam skenario melalui langkah-langkah yang terstruktur guna untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan maupun yang lebih dari tujuan belajar tersebut (Harsono dalam Mutiarani, 2009).

3. Langkah-langkah Menurut Wood (2003) langkah-langkah dalam diskusi tutorial dibagi menjadi tujuh langkah (seven jumps), yaitu: a. Langkah I Mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah atau konsep. Istilah ditulis dalam bentuk daftar. b. Langkah II Menetapkan permasalahan. Mahasiswa berhak mendefinisikan setiap masalah yang ada dalam skenario dan memunculkan permasalahan tersebut dalam pertanyaan dan mempertimbangkan pertanyaan tersebut bersama kelompok.

c. Langkah III Brainstorming. Masalah yang telah ditetapkan dapat menggambarkan pengetahuan setiap mahasiswa terhadap permasalahan yang sedang dibahas. d. Langkah IV Langkah ini mengulang langkah II dan III kemudian menyusun penjelasan terhadap permasalahan yang bersifat sementara. e. Langkah V

Menetapkan tujuan belajar. Kelompok tutorial menetapkan tujuan belajar dan dan tutor memastikan bahwa tujuan belajar tersebut berfokus pada permasalahan yang sebenarnya dalam skenario, dapat dipahami, mencakup hal yang luas dan tepat f. Langkah VI Belajar mandiri. Anggota kelompok mengumpulkan informasi atau bahan ajaran yang terkait dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan g. Langkah VII Mendiskusikan hasil belajar mandiri Sedangkan menurut Buku Panduan Petunjuk Teknis Tutorial PSIK UMY (2007), langkah-langkah dalam diskusi tutorial terbagi ke dalam tujuh langkah sebagai berikut: 1) Mengklarifikasi istilah atau konsep Istilah-istilah yang belum dimengerti dalam skenario perlu ditulis dan diklarifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan bantuan kamus umum, kamus kedokteran dan tutor. 2) Menetapkan permasalahan Masalah-masalah yang ada dalam skenario dididentifikasi dan dirumuskan dengan jelas. 3) Menganalisis masalah Masalah-masalah yang sudah ditetapkan dianalisa dengan

brainstorming. Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat

mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat, dan lain-lain. 4) Menarik kesimpulan dari langkah 3 Masalah-masalah yang sudah dianalisa pada langkah 3 disimpulkan. 5) Menetapkan tujuan belajar Pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dirumuskan dan disusun secara sistematis sebagai tujuan belajar atau tujuan instruksional khusus (TIK). 6) Mengumpulkan informasi tambahan (Belajar Mandiri) Kebutuhan pengetahuan yang ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah padat dicari dalam bentuk belajar mandiri melalui akses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar. 7) Mensintesis atau menguji informasi baru Mensintesis, menguji, dan mengevaluasi informasi baru hasil dari belajar mandiri setiap kelompok.

4. Tujuan Diskusi Tutorial Kauffman dalam Mutiarani (2009), tujuan dari proses diskusi tutorial, yaitu: a. Self directed learning, yaitu mahasiswa mampu menggunakan pengalaman diskusi sebelumnya untuk menstimulasi pola pikir

kritis mahasiswa sehingga mampu digunakan dalam pembelajaran selanjutnya dan bagaimana cara belajar mandiri b. Clinical reasoning and problem solving. Dari proses diskusi tutorial, mahasiswa akan terbiasa dengan tahap-tahap dalam penalaran klinik, berawal dari identifikasi masalah, identifikasi hipotesis, identifikasi isu-isu belajar, sampai ke identifikasi dalam penggunaan sumber-sumber belajar secara tepat dan sesuai c. Communication skills, yaitu mahasiswa mampu melatih

kemampuan berkomunikasi secara efektif melalui tutorial. Pelatihan kepemimpinan juga merupakan salah satu dari communication skills dari mahasiswa itu sendiri d. Self and peer evaluation. Mahasiswa akan terlatih dan lebih terampil dalam menilai kekuatan dan kelemahan diri serta kekuatan dan kelemahan rekan kelompok diskusi seingga dapat mengembangkan strategi untuk peningkatan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Menurut Harsono (2004), kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan diskusi tutorial dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Kelebihan PBL PBL bersifat student centered sehingga mampu mendorong terjadinya proses pembelajaran yang aktif, memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan generic skills dan attitudes

yang diperlukan dalam praktek lapangan setelah lulus dari perguruan tinggi, PBL juga menyenangkan dan prosesnya memerlukan partisipasi dari seluruh mahasiswa dalam satu kelompok tutorial tersebut dapat meningkatkan motivasi mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk belajar lebih dalam, dan memacu mahasiswa dalam mengaktifkan prior knowledge (pengetahuan sebelumnya) dan

mengembangkannya dalam kerangka pengetahuan konseptual yang sedang dihadapi. b. Kekurangan PBL Kekurangan dari sisi pembelajaran menggunakan metode tutorial PBL adalah: 1. Tutors who cant teach; tutor hanya menyenangi disiplin ilmunya sehingga tutor mengalami kesulitan dalam melakukan tugas sebagai fasilitator dan bisa menyebabkan tutor tersebut mengalami frustasi. 2. Human resources; jumlah pengajar yang diperlukan dalam proses tutorial dibandingkan dengan system konvensional. 3. Other resources; banyaknya mahasiswa yang ingin mengakses perpustakaan dan komputer untuk mencari sumber informasi dalam waktu yang bersamaan. 4. Role models; mahasiswa dapat terbawa pada situasi konvensional dimana tutor beralih fungsi menjadi pemberi kuliah sperti halnya di kelas.

5. Information overloads; mahasiswa dapat mengalami kebingungan sampai seberapa jauh mahasiswa harus melakukan belajar mandiri terhadap informasi apa saja yang relevan untuk dipelajari.

Rideout

(2006)

menyebutkan

beberapa

kelemahan

pembelajaran kelompok kecil yang dapat menimbulkan stres pada mahasiswa, diantaranya: a) Perubahan peran dan hubungan Beberapa peserta mungkin berkaitan dengan kurangnya pengetahuan yang terstruktur sehingga sebagian dari mereka beranggapan bahwa proses evaluasi dan pemberian umpan balik merupakan proses yang mengintimidasi dan

merendahkan. b) Masalah intrapersonal, intrakelompok, dan masalah

interpersonal Permasalahan tersebut merupakan faktor-faktor yang berkaitan dengan anggota kelompok akan tetapi masalah tersebut dapat mempengaruhi kelompok secara menyeluruh. c) Keterampilan dan harapan pembimbing Kurangnya konsistensi pembimbing dalam harapan yang mereka sampaikan atau terlalu direktif merupakan tindakan penghambat yang dapat terjadi kelompok. d) Ketidaksesuaian gaya pembelajaran peserta didik

Peserta didik yang kesulitan dalam mengungkapkan dirinya, sulit berpartisipasi dalam kelompok, sulit memainkan peran kelompok yang berbeda atau sulit dalam mengevaluasi rekan kelompok juga akan menganggap gaya pembelajaran PBL merupakan pengalaman yang tidak nyaman. e) Ketidaksesuaian dengan lingkungan pembelajaran Biaya yang berkaitan dengan pengajar, kecepatan, sarana dan prasarana, dan waktu yang diperlukan untuk revisi kurikulum merupakan permasalahan yang mungkin terjadi. Aspek-aspek yang dinilai dalam diskusi tutorial menurut Buku Pedoman Penilaian Diskusi Tutorial PSIK UMY (2010), dapat dikelompokkan menjadi:

1. Dealing with work, diantaranya: a. preparation of task yaitu menilai persiapan mahasiswa dalam diskusi b. completeness in performing task yaitu kelengkapan materi diskusi c. brainstorming task yaitu kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan secara singkat d. active participation in group yaitu mahasiswa aktif berpartisipasi dalam kelompok e. report back yaitu menjelasankan kembali

2. Dealing with others, terbagi: a. working in a team, yaitu bekerja sama dalam tim b. listening to other, yaitu mendengarkan pendapat anggota kelompok lain dalam kelompok c. performance as a chair of a group, yaitu kemampuan mahasiswa dalam memimpin diskusi kelompok d. summarizing discussion, yaitu menyimpulkan diskusi 3. Dealing with one self, adalah: a. dealing with feed back, yaitu respon atau tanggapan mahasiswa terhadap diskusi b. giving feed back, yaitu mahasiswa dapat memberikan tanggapan c. the ability to reflect, yaitu kempuan untuk

menggambarkan pendapat-pendapat d. dealing with appointment, yaitu dapat menyatakan ketidakpuasan e. being in time, yaitu datang tepat waktu

C. Kerangka Konsep

Berat Diskusi Tutorial Tingkat Stres Saat Tutorial Sedang Ringan Faktor Stres :
- Faktor internal (faktor dari dalam individu sendiri) - Faktor eksternal : fator dari lingkungan sosial budaya lingkungan keluarga ekonomi dan finansial

Keterangan: . = Tidak diteliti = Diteliti

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2002), populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang masih aktif di PSIK UMY pada tahun 2010/2011 dengan keseluruhannya adalah sebanyak 559 mahasiswa. 2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2002). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini, yaitu dilakukan dengan teknik stratified proportional random sampling karena subyek pada penelitian ini terdiri dari beberapa angkatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 233 responden mahasiswa PSIK UMY yang terdiri dari kelas A dan B pada angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010. Jumlah responden yang di ambil sesuai dengan rumus (Nursalam, 2003), yaitu:

n= Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat signifikansi (0,05) n= = = = 233,15 233 Jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 233 responden. Kemudian dari 233 responden diatas, sampel yang dapat diambil untuk menjadi responden dalam penelitian ini, setiap angkatannya adalah:

1. Mahasiswa PSIK angkatan 2007 dapat diambil untuk menjadi responden sebanyak 19% x 233 = 44 responden. 2. Mahasiswa PSIK angkatan 2008 dapat diambil untuk menjadi responden sebanyak 26% x 233 = 61 responden

3. Mahasiswa PSIK angkatan 2009 dapat diambil untuk menjadi responden sebanyak 25% x 233 = 58 responden 4. Mahasiswa PSIK angkatan 2010 dapat diambil untuk menjadi responden sebanyak 30% x 233 = 70 responden. Tabel. 1 Distribusi Jumlah Mahasiswa PSIK FKIK UMY Tahun masuk 2010 2009 2008 2007 Total Jumlah 169 142 144 104 559 Responden 70 58 61 44 233

Sampel yang diambil dapat mewakili populasi dalam penelitian dan harus memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan peneliti dalam

penelitiam ini. Sampel yang termasuk dalam kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang diakui masih sebagai mahasiswa aktif pada tahun ajaran 2010/2011. 2. Bersedia menjadi responden. 3. Ada dalam kelompok tutorial. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah: a) Mahasiswa PSIK UMY yang sedang cuti b) Mahasiswa PSIK UMY yang sedang profesi c) Mahasiswa yang tidak datang pada saat dilakukan penelitian C. Lokasi dan Waktu 1. Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011. D. Variabel Penelitian Didalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dimana yang merupakan variabelnya adalah tingkat stres mahasiswa PSIK UMY. E. Definisi Operasional 1. Tingkat stres mahasiswa PSIK UMY adalah suatu peningkatan tanda dan gejala stres dimana pada awalnya mahasiswa sudah mengalami stres sebelumnya namun oleh karena ada tambahan beban pikiran maka

stres tersebut akan mengalami peningkatan. Tanda dan gejala stres dapat berupa nyeri kepala atau merasa tegang, nyeri punggung dan tengkuk, susah tidur, rasa malas, tidak nafsu makan, sembelit, mimpi buruk pada malam hari, tekanan darah naik, mual dan muntah, pada wanita terjadi gangguan menstruasi, perasaan khawatir, gelisah, mudah tersinggung, tangan dan kaki terasa dingin, jantung berdebar-debar, emosi tidak terkontrol dan mudah marah. Tingkat stres ini dapat diukur dengan skala ordinal, sehingga hasil yang didapat adalah stres berat, stres sedang, dan stres ringan. 2. Perilaku mahasiswa saat munculnya stres pada proses tutorial yaitu dapat berupa: 1) perilaku melawan, seperti menonton televisi, jalanjalan, main game dan lainnya. 2) perilaku menarik diri, seperti berdiam diri dikamar, tidak mau bergabung bersama teman. 3) perilaku kompromi, seperti berusaha untuk belajar, memahami yang tidak dimengerti, mencari sumber yang tepat, dan lain sebagainya. 3. Proses diskusi tutorial PBL adalah suatu proses diskusi dengan menggunakan metode PBL, terdiri dari tujuh langkah atau dikenal dengan Seven Jumps yang didalamnya terdapat 10 sampai dengan 13 orang mahasiswa dan dibimbing oleh seorang tutor sebagai fasilitator dalam membahas suatu permasalahan pada skenario yang telah ditentukan. F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan berupa kuesioner yang merupakan pengembangan konsep dari variabel penelitian. Pertanyaan bersifat tertutup dan terbuka untuk mengukur tingkat stres mahasiswa PSIK UMY ketika mengikuti proses tutorial PBL. Kuesioner berjumlah 23 pertanyaan yang terdiri dari 20 pertanyaan tertutup dan tiga pertanyaan terbuka untuk mengukur tingkat stres mahasiswa. Tujuan dari tiga pertanyaan terbuka yaitu untuk mengetahui cara adaptasi mahasiswa jika terjadi stres pada saat tutorial. Instrumen ini dibuat oleh peneliti berdasarkan tanda dan gejala stres dan peneliti juga mengadopsi dari pertanyaan yang terdapat pada buku Nursalam (2003) yaitu instrumen yang digunakan untuk meneliti stres kerja perawat. Skala yang digunakan dalam dalam pertanyaan ini menggunakan skala likert yaitu dengan skor 1, jika responden menyatakan selalu terhadap pernyataan yang dibuat oleh peneliti, skor 2 sering, skor 3 kadang-kadang, dan skor 4 tidak pernah terhadap pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Skala yang digunakan dalam menghitung persentase hasil penelitian yaitu skala ordinal. Jika 76-100% maka pelaksanaan diskusi tutorial PBL dapat menyebabkan stres ringan pada mahasiswa, jika 56-75% pelaksanaan diskusi tutorial PBL dapat terjadi stres sedang pada mahasiswa dan jika 55% pelaksanaan diskusi tutorial PBL menimbulkan stres berat pada mahasiswa. G. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara memberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada responden yang akan diteliti, yaitu mahasiswa PSIK UMY angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang telah mengikuti proses tutorial PBL di UMY. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti pada saat pertemuan kedua dalam skenario yang sama yaitu sebelum memulai langkah ke tujuh dengan dibantu oleh rekan peneliti yang juga menempuh pendidikan di UMY. Pengisian kuesioner didampingi oleh peneliti dan rekan peneliti kemudian peneliti mencatat nama-nama mahasiswa yang akan dijadikan sebagai responden dalam penelitian untuk menghindari responden yang sama sehingga dapat menyebabkan hasil penelitian yang bias. H. Pengolahan data Data yang diperoleh dari penelitian diolah untuk mempermudah proses analisa data, pengolahan data ini meliputi proses pengeditan dengan memeriksa data, memperjelas data selanjutnya adalah pembahasan. I. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan sebelum melakukan penelitian. Untuk mengetahui instrumen itu valid atau tidak maka peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan 25 item pertanyaan dan 25 mahasiswa sebagai responden yaitu pada mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Hasil uji validitas dari 25 pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 25 orang tersebut didapatkan 20 pertanyaan yang dinyatakan valid. Pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 5,

12, 13, 20, dan 21. Pertanyaan yang tidak valid tersebut oleh peneliti dihilangkan. Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat kevalidititan intrumen ini yaitu dengan teknik korelasi Product Moment (r) yang dikemukakan oleh Pearson yaitu membandingkan r hitung dengan r table. Pada penelitian ini digunakan signifikansi alpha 5% menggunakan rumus:

N(XY)-(XY) rxy = {(NX)-(Y) (NY-(Y)}

Keterangan: rxy : indeks korelasi antara variabel X dan Y N : jumlah Subyek

XY : jumlah perkalian X dan Y X : jumlah nilai X : jumlah nilai Y Reliabilitas adalah suatu pengukuran instrumen yang mengacu pada kemampuan instrumen tersebut untuk mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus alpha, yaitu: r = [ [1

keterangan: r K : Reliabilitas instrumen : Banyaknya butir pertanyaan

b : Jumlah varian butir t : Varian total Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini didapatkan 0,849 dari 25 item pertanyaan. Harga kriteria dari dikatakan reliabel apabila > 0,6. Sehingga instrumen dalam penelitian ini dikatakan semua reliabel (hasil terlampir). J. Analisa Data 1. Setelah data dari hasil pengumpulan data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu melakukan analisa data dengan cara, sebagai berikut: a. Melakukan pengecekan atau memastikan bahwa data-data telah terisi dengan lengkap dan mudah dibaca. b. Melakukan tabulasi data dengan cara memberikan scoring pada masing-masing item. Skor 1 jika responden menyatakan selalu, skor 2 jika sering, skor 3 kadang-kadang, dan skor 4 jika responden menyatakan tidak pernah terhadap pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Total diisi dengan menjumlahkan nilai yang didapat pada tiap item kuesioner. Kemudian untuk menghitung hasil keseluruhan dengan menggunakan: 1. Total diisi dengan menjumlahkan nilai yang didapat pada tiap butir kuesioner

2. Untuk menghitung persentase hasil keseluruhan menggunakan rumus:

Total nilai Persentase = Jumlah aspek yang dinilai c. Setelah dilakukan tabulasi data, maka dengan bantuan komputer untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat stres mahasiswa pada saat mengikuti proses tutorial, digunakan uji statistik nonparametrik yaitu deskriptif numerik. d. Setelah data diperoleh, kemudian disajikan dalam kalimat kualitatif dengan kriteria sebagai berikut: 76-100% 56-75% < 56% = stres ringan = stres sedang, dan = stres berat. x 100%

e. Sedangkan untuk pertanyaan terbuka, jawaban dari masing-masing pertanyaan akan dianalisa dan dikelompokkan sesuai teori yang telah ada.

K. Etik Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip etika dalam penelitian. Prinsip-prinsip etika dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:

prinsip manfaat, prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity), dan prinsip keadilan (right to justice) Nursalam (2003). 1. Prinsip manfaat adalah peneliti harus berhati-hati dalam mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat pada subjek pada setiap tindakan. Partisipasi subjek dalam penelitian harus di hindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. 2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) adalah hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Subjek berhak mendapatkan informasi yang lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan dan subjek juga harus diperlakukan secara manusiawi karena subjek berhak untuk memutuskan persetujuan untuk menjadi responden. Sebelum dilakukan penelitian, penulis meminta persetujuan kepada responden dengan memberikan informed concent untuk mengisi kuesioner. Penelitian ini memberikan jaminan kerahasiaan responden, jadi semua informasi yang berkaitan dengan responden tidak akan dipublikasikan atau semacamnya. Penelitian ini bebas dari penderitaan dan tidak menimbulkan bahaya pada responden.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang gambaran tingkat stres mahasiswa PSIK UMY saat mengikuti proses tutorial PBL di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi karakteristik responden, gambaran tingkat stres mahasiswa saat totorial, gambaran kejadian stres pada mahasiswa saat tutorial, dan gambaran perilaku yang muncul pada mahasiswa saat terjadi stres. 1. Karakteristik Responden Reponden dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSIK FKIK UMY yang berjumlah 223 orang yang terdiri dari empat angkatan, yaitu angkatan 2010, 2008, 2009, dan 2007. Responden diambil berdasarkan rumus dari Nursalam dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu dengan metode Proportional Stratified Random Sampling. Gambaran secara umum karakteristik responden dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Mahasiswa PSIK UMY Persentase (%) Karakteristik Frekuensi 1. Jenis kelamin Laki-laki 88 39,5 Perempuan 60,5 136 100 Total 223

2. Umur 17 - 20 21- 23 Total 3. Angkatan 2010 2009 2008 2007 Total

143 80 223 64 55 61 43 223

64,1 35,9 100 28,7 24,7 27,4 19,3 100

Berdasarkan

tabel.

terlihat

bahwa

karakteristik

responden

berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan yaitu 136 responden (60,5%). Berdasarkan umur responden paling banyak berusia 17-20 tahun yaitu 138 responden (27,8%) dan umur yang paling tinggi yaitu 23 tahun sedangkan umur yang paling rendah adalah 17 tahun. Berdasarkan angkatan responden paling banyak adalah angkatan 2010 yaitu 64 responden (28,7%) dan yang paling sedikit angkatan 2007 yaitu 43 responden (19,3%).

2. Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Saat Tutorial Berdasarkarkan hasil penelitian yang didapatkan, gambaran tingkat stres mahasiswa pada saat tutorial dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel. 3 Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Saat Tutorial Persentase (%) Tingkat Stres Frekuensi

1. Ringan 2. Sedang 3. Berat Total

214 9 0 223

96,0 4,0 0 100

Tabel. 3 menunjukkan bahwa frekuensi tingkat stres mahasiswa cenderung terbanyak adalah stres ringan yaitu 214 responden (96,0%) dan stres sedang 9 responden (4,0%). Sedangkan stres berat tidak ada. Tabel. 4 Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Tingkat stres saat tutorial Total kelamin Ringan Sedang % n % n % n Laki-laki 82 38,3 6 66,7 88 39,5 Perempuan 132 61,7 3 33,3 135 60,5 Total 214 100 9 100 223 100 Dari tabel. 4 diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang paling banyak mengalami stres yaitu perempuan sebanyak 132 orang (61,7%). Perempuan lebih rentan terhadap stres karena perempuan diperngaruhi oleh faktor biologis dan perubahan hormon.

Tabel. 5 Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Berdasarkan Tahun Masuk Tahun masuk Tingakt stres saat tutorial Ringan n % 2007 2008 2009 2010 Total 43 57 50 64 214 100 93.4 90.9 100 96.0 Sedang n % 0 4 5 0 9 0 6.6 9.1 0 4.0 Total

n 43 61 55 64 223

% 100 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel. 5 terlihat bahwa mahasiswa angkatan 2010 yang paling banyak mengalami stres ringan yaitu sebanyak 64 responden (29,9%). Mahasiswa angkatan 2009 yang paling banyak mengalami stres ringan yaitu sebanyak 50 responden (23,4%). Pada angkatan 2008 stres ringan sebanyak 57 (26,6%). Sedangkan pada angkatan 2007 ada sebanyak 43 responden (20,1%) yang mengalami stres ringan. Tabel. 6 Gambaran Perilaku yang Muncul Berdasarkan Tingkat Stres Mahasiswa Pada Saat Terjadi Stres Total Tingkat Perilaku yang muncul saat stres stres Melawan Menarik diri Kompromi stres dari stres terhadap stres n % n % n % n % Ringan Sedang Berat Total 161 8 0 169 95,3 4,7 0 100 19 0 0 19 100 00,0 0 100 34 1 0 35 97,1 2,9 0 100 214 9 0 223 96,0 4,0 0 100

Pada tabel. 6 dapat dijelaskan bahwa perilaku yang paling banyak ditemui pada stres tingkat ringan yaitu perilaku melawan stres sebanyak 161 mahasiswa (95,3%). 3. Gambaran Kejadian Stres Pada Mahasiswa Saat Tutorial Tabel. 7 Gambaran Kejadian Stres pada Mahasiswa saat Tutorial Persentase (%) Kejadian Stres Frekuensi 36,8 Tidak terjadi 82 63,2 Terjadi 141 100 Total 223

Berdasarkan tabel. 7 gambaran kejadian stres pada mahasiswa saat tutorial didapatkan hasil yang paling banyak menyatakan bahwa tutorial menyebabkan stres yaitu 141 responden menyatakan Ya. Tabel. 8 Gambaran Kejadian Stres Mahasiswa Berdasarkan Tahun Masuk Total Tahun Kejadian stres Masuk Tidak terjadi Terjadi 2007 2008 2009 2010 Total n 23 18 12 29 82 % 28,0 22,0 14,0 35,4 100 n 20 43 43 35 141 % 14,2 30,5 30,5 24,8 100 n 43 61 55 64 223
%

19,3 27,4 24,7 26,7 100

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dicantumkan ke dalam tabel.8 diketahui bahwa mahasiswa yang paling banyak mengalami stres yaitu mahasiswa angkatan 2008 sebanyak 43 responden (30,5%) dan yang paling sedikit yang tidak mengalami yaitu mahasiswa angkatan 2009 sebanyak 12 responden (14,0%). 4. Gambaran Perilaku yang Muncul pada Mahasiswa Saat Terjadi Stres Tutorial Tabel. 9 Gambaran Perilaku yang Muncul pada Mahasiswa Saat Terjadi Stres Tutorial Perilaku yang muncul Frekuensi Persentase (%) 1. Perilaku melawan stres 169 75,8 2. Perilaku menarik diri dari stres 19 8,5 3. Perilaku kompromi terhadap stres 15,7 35 100 Total 223

Pada tabel. 9 perilaku yang paling banyak ditimbulkan pada mahasiswa saat mengalami stres tutorial yaitu perilaku melawan stres sebanyak 169 responden (75,8%). Perilaku yang paling sedikit dijumpai yaitu perilaku menarik diri dari stres sebanyak 19 resonden (8,5%). Tabel .10 Gambaran Perilaku yang Muncul pada Mahasiswa Saat Terjadi Stres Berdasarkan Tahun Masuk Tahun Perilaku yang muncul saat stres Total masuk Melawan Menarik diri Kompromi stres dari stres terhadap stres % n % n % n % n 2007 35 20,7 6 31,6 2 5,7 43 19,3 2008 51 30,2 0 00,0 10 28,6 61 27,4 2009 39 23,1 7 36,8 9 25,7 55 24,7 2010 44 26,0 6 31,6 14 40,0 64 28,7 Total 169 100 19 100 35 100 223 100

Berdasarkan tabel. 10 di atas bahwa perilaku yang dapat muncul saat stres berdasarkan angkatan paling bayak yaitu perilaku melawan stres pada angkatan 2008 sebanyak 51 responden (30,2%) dan yang paling sedikit yaitu menarik diri dari stres pada angkatan yang sama. Sedangkan perilaku kompromi terhadap paling banyak yaitu pada angkatan 2010 sebanyak 14 responden (40,0%). 5. Macam-macam Perilaku Mahasiswa yang Muncul saat Mengalami Stres Hasil penelitian tentang macam-macam perilaku mahasiswa yang muncul saat mengalami stres dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Perilaku melawan stres, terdiri dari: mencari kesibukan sendiri, mendengarkan musik, berbicara dengan sahabat, pergi jalan-jalan keluar, nonon televisi dan film, internetan, bercanda sama teman, parti, enjoy aja,

refreshing, goyang-goyang kaki, tidak belajar, menulis, tarik nafas dan berdoa agar diskusi cepat selesai, mengingat yang indah-indah, nyanyi, bersiul-siul dan membuat humor, main hp, sms-an, ke toilet, ngomong agak ngawur, makan, istirahat, mincing, ribut, pergi keluar ruangan beberapa saat, malas masuk, futsal, ngumpul bareng teman-teman, ngobrol, makan permen, karaokean, baca novel. b. Perilaku menarik diri dari stres, terdiri dari: diam saat tutorial, mendengar saja, diam saja, tidur, pasrah dan minta bahan ajaran sama teman,

melamun. c. Perilaku kompromi terhadap stres, terdiri dari: tanya kepada teman, berusaha mempersiapkan diri saat tutorial, menjawab pertanyaan saat tutorial, berusaha untuk santai, belajar lebih giat dan memahami, relaksasi, mencari referensi baru, tetap tenang dan fokus, berusaha mengingat kembali materi kuliah, baca Al-Quran, berpikir positif, berikhtiar dan berdoa, menghilangkan rasa kurang percaya diri, berwudhu, ke perpustakaan, mengevaluasi diri.

B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden di atas menunjukkan bahwa mahasiswa PSIK FKIK UMY paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 136 responden (60,5%) dari 223 responden. BPS (2010) dalam ANTARA News mendapatkan data bahwa di Indonesia jumlah penduduk lebih banyak laki-

laki dibandingkan perempuan akan tetapi di DIY terdapat jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal tersebut menjadi latar belakang perempuan lebih banyak pada penelitian ini. Selain itu dalam buku keperawatan Islam dijelaskan bahwa berawal dari perjuangan Siti Rufaidah sebagai perawat perempuan muslim pertama kali di dunia yang menyerukan kepada umat bahwa menjadi perawat itu merupakan suatu pekerjaan yang mulia dalam membantu sesama. Oleh karena itulah pada penelitian ini didapatkan hasil mahasiswa berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Bardasarkan umur responden paling banyak berusia 17-20 tahun yaitu 143 responden (64,1%). Umur yang paling tinggi yaitu 23 tahun dan umur yang paling rendah adalah 17 tahun. Dari segi umur ini dapat dianalisa bahwa usia antara 17 23 tahun itu merupakan usia remaja akhir dan memasuki usia dewasa dimana pada usia tersebut merupakan usia yang sangat rentan terhadap stres karena mahasiswa dihadapkan dengan berbagai permasalahan untuk mendewasakan dirinya. 2. Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa saat Tutorial Tingkat stres mahasiswa pada saat tutorial sebagian besar mengalami stres tingkat ringan yaitu 214 responden (96,0%) dan yang mengalami stres sedang sebanyak 9 responden (4,0%). Sedangkan stres berat tidak ada. Dari jumlah tersebut yang paling banyak mengalami stres adalah perempuan yaitu 132 orang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Tahun 2007, faktor yang menyebabkan

perempuan lebih rentan terhadap kejadian stres adalah faktor biologis dan budaya. Misalnya, masyarakat masih menganggap perempuan sebagai makhluk tidak berdaya. Sehingga mengakibatkan tekanan yang dapat menimbulkan stres pada perempuan tersebut. Sedangkan dari faktor biologis yaitu seperti siklus hormonal, persalinan, dan menopause pada wanita turut mempengaruhi gangguan emosional perempuan. Di masa seperti ini kondisi emosional perempuan cenderung berubah-ubah. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa saat tutorial sebagian besar terjadi stres ringan pada mahasiswa. Hal ini dikarenakan proses tutorial PBL tersebut merupakan sesuatu yang sudah sering mereka jumpai sehingga jika terjadi stres mahasiswa sudah bisa beradaptasi. Oleh karena itu stres yang dimunculkan hanya stres tingkat ringan. Berdasarkan tahun masuk, sebagian besar yang paling banyak mengalami stres yaitu pada angkatan 2010 yang paling banyak mengalami stres ringan sebanyak 64 responden (29,9%) dan stres sedang tidak ada. Mahasiswa angkatan 2009 yang paling banyak mengalami stres ringan yaitu sebanyak 50 responden (23,4%) dan stres sedang sebanyak 5 responden (55,6%). Pada angkatan 2008 stres ringan sebanyak 57 (26,6%) dan stres sedang sebanyak 4 responden (44,4%). Sedangkan pada angkatan 2007 ada sebanyak 43 responden (20,1%) yang mengalami stres ringan dan stres sedang tidak ada. Hal ini disebabkan oleh pada fase awal dan akhir merupakan fase penyesuaian terhadap perubahan pembelajaran jadi angkatan 2007 dan angkatan 2010 hanya mengalami stres ringan. Mills

(2008) mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan dalam proses PBL adalah proses pengajaran yang sangat berbeda dengan yang mahasiswa terima sebelumnya, sehingga hasilnya dapat menegangkan dan

membingungkan mahasiswa itu sendiri. Selain itu perubahan peran, masalah interpersonal, intrakelompok, intrapersonal, dan keterampilan dapat mempengaruhi kejadian stres pada mahasiswa (Rideout, 2006). Pada tabel. 6 dapat dijelaskan bahwa perilaku yang paling banyak ditemui pada stres tingkat ringan yaitu perilaku melawan stres sebanyak 161 mahasiswa (95,3%). Seseorang yang mengalami stres ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari serta memiliki semangat yang lebih besar (Susanti, 2007). Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin (Ilham, 2007). Oleh karena hal tersebut prilaku yang muncul dapat berupa perilaku yang melawan stres, misalnya untuk menghindari stres dengan melakukan kegiatan lain seperti games, jalanjalan, nonton tv dan lain-lain. Selain perilaku melawan stres, perilaku lain yang dapat dimunculkan yaitu perilaku kompromi terhadap stres dan menarik diri dari stres. Perilaku-perilaku tersebut dilakukan dengan tujuan agar stres yang dialami dapat berkurang bahkan menghilang. 3. Gambaran Kejadian Stres Pada Mahasiswa Saat Tutorial Berdasarkan tabel. 7 gambaran kejadian stres pada mahasiswa saat tutorial sebagian besar menyatakan bahwa tutorial menyebabkan stres.

Meskipun stres yang ditimbulkan ringan akan tetapi jika tidak ditangani stres yang ringan tersebut bisa berubah menjadi stres yang berat dan akan membahayakan bagi kesehatan seseorang dimana tahap ini disebut tahap resisten yaitu energi seseorang untuk beradaptasi menghilang (Suaib, 2007). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Wong (2008) di National University of Singapore didapatkan bahwa banyak hal positif yang didapatkan dari proses diskusi tutorial PBL, salah satunya dapat meningkatkan critical thinking mahasiswa dan tidak menyebabkan stres. Akan tetapi pada penelitian ini didapatkan bahwa tutorial dapat menyebabkan stres ringan pada mahasiswa. Faktor penyebab yang dapat menimbulkan stres tersebut adalah faktor internal dan ekternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya kondisi fisik dan keadaan emosi individu itu sendiri seperti penyakit dan terdapatnya banyak masalah yang sedang dihadapi oleh individu itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang, misalnya faktor sosial budaya, keluarga dan lingkungan (Potter & Perry, 2005). Selain itu juga dipengaruhi oleh mahasiswa yang belum familiar terhadap proses tutorial PBL itu sendiri sehingga mahsiswa merasa asing dengan proses yang mereka alami. Pada penelitian ini sebagian mahasiswa mengatakan bahwa sesuatu yang dapat memicu stres pada saat tutorial adalah mahasiswa kesulitan dalam menemukan sumber materi untuk step ke tujuh, mini kuis dan saat memulai membahas skenario dengan kelompok yang baru.

4. Gambaran Perilaku yang Muncul pada Mahasiswa Saat Terjadi Stres Tutorial Pada tabel. 9 perilaku yang paling banyak ditimbulkan pada mahasiswa saat mengalami stres tutorial yaitu prilaku melawan stres sebanyak 169 responden (75,8%). Perilaku yang paling sedikit dijumpai yaitu perilaku menarik diri dari stres. Hal ini dikarenakan cara beradaptasi individu memiliki cara tersendiri untuk beradaptasi terhadap paparan stres, selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial dari individu itu sendiri sehingga jika salah satu individu ada yang mengalami stres maka individu lain berusaha untuk mengalihkan stres tersebut. Faktor pengalaman juga memegang peranan penting dalam hal ini, seorang yang pernah terpapar stres yang serupa maka tindakan untuk mengalihkan stres tersebut sudah dipersiapkan sehingga jika terjadi stres yang serupa dapat menjadi suatu kebiasaan bagi dirinya (Potter & Perry, 2005). Sedangkan gambaran perilaku mahasiswa saat terjadi stres berdasarkan angkatan yaitu yang paling banyak perilaku melawan pada angkatan 2008, yang paling sedikit yaitu perilaku menarik diri terjadi pada angkatan yang sama yaitu angkatan 2008. Untuk perilaku kompromi paling banyak terjadi pada angkatan 2010. Dari hasil tersebut diketahui bahwa perilaku yang muncul saat terjadi stres adalah sebagian besar mengalami perilaku yang melawan. Hal yang dapat mempengaruhinya yaitu pada angkatan tersebut merupakan angkatan yang masih berada pada tahap pertengahan masuk perguruan tinggi sehingga dari stres yang mereka alami

dapat menimbulkan perilaku yang melawan seperti jalan-jalan bersama teman-teman, nonton tv, bermain game dan sebagainya. Selain itu menurut Sundari (2011) dalam kuliah keterampilan belajar tentang stres manajemen bahwa pola asuh dan lingkungan juga berperan dalam cara beradaptasi seseorang saat terjadi stres.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar mahasiswa PSIK UMY mengalami stres ringan saat mengikuti proses tutorial PBL sebanyak 96,0% 2. Perilaku yang ditimbulkan mahasiswa saat mengalami stres karena tutorial sebagian besar menunjukkan perilaku yang melawan stres yaitu 75,8%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka terdapat beberapa saran yang diberikan peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Pendidikan Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memperhatikan

mahasiswa dari aspek psikologis, fisiologis dan diharapkan mahasiswa dapat diberikan soft skill tentang pengelolaan stres, sehingga dapat meminimalkan terjadinya stres pada saat tutorial. Selain itu dapat memaksimalkan peran tutor dalam tutorial dan mencantumkan sumber materi pada setiap skenario yang akan dibahas guna mempermudah mahasiswa dalam mengakses sumber ajaran yang berkaitan untuk meningkatkan mutu pendidikan. 2. Bagi Peneliti Berikutnya Mengingat banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini maka disarankan pada peneliti selanjutnya dapat melengkapi keterbatasan tersebut

dan dalam hal ini hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur pada penelitian selanjutnya dengan meneliti variabel-variabel lain yang dimungkinkan dapat mempenagruhi tingkat stres mahasiswa saat tutorial seperti tingkat pengetahuan mahasiswa, kemandirian mahasiswa dalam mengelola stres dan lain sebagainya. 3. Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa diharapkan jika terjadi stres ringan pada saat tutorial dapat mengelola stres dengan perilaku yang positif, seperti mencari sumber yang dapat menimbulkan stres kemudian melakukan sesuatu yang dapat meringankan stres tersebut. Stres ringan merupakan stres yang baik untuk memacu semangat dalam belajar. C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian Kekuatan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dalam penelitian ini secara langsung dilakukan oleh peneliti sendiri dan pada saat pengisian kuesioner oleh responden dilakukan pada saat itu juga sehingga peneliti mengetahui dengan detail proses dan hasil data yang diperoleh. Jadi pengisian data yang terkesan dibuat-buat dapat diminimalkan. Setelah pengambilan data tersebut sebagian besar langsung dilakukan crosscheck kembali oleh peneliti. Jika ada data yang kurang lengkap maka peneliti langsung menanyakan kepada responden yang bersangkutan sehingga data yang didapatkan merupakan data yang benar-benar lengkap dari responden. Kelemahan dalam penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode crossectional yang hanya menggambarkan keadaan sekarang sehingga

peneliti tidak bisa melihat gambaran tingkat stres pada mahasiswa angkatan selanjutnya. Penelitian ini hanya berfokus pada bagaimana gambaran tingkat stres mahasiswa untuk saat ini dan untuk kedepannya perlu dilakukan penelitian ulang. Keterbatasan lain pada penelitian ini yaitu jumlah reponden yang seharusnya diteliti sebanyak 233 mahasiswa namun ketika pengambilan data ada 10 responden dari kelompok yang berbeda tidak masuk kelas dan tidak mengikuti proses tutorial jadi responden tersebut dinyatakan gugur setelah melihat acuan pada kriteria inklusi.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Buku Panduan Akademik PSIK UMY 2007. Buku Panduan Tutorial PSIK UMY. 2007. Yogyakarta. Dempsey. 2002. Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan. EGC. Jakarta. Harsono. 2004. Pengantar Problem Based Learning. Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hawari, D. 2002. Stres Cemas & Depresi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Ilham, A. 2007. Episode kehidupan muslim. Diakses tanggal 02 Juli 2011 dari http://abinyailham.wordpress.com.

Jumiati. 2009. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga pada Proses Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Tingkat Stres Mahasiswa. KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. EGC. Jakarta. Mills, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses 04 Juli 2011 dari http://www.csap.bham.ac.uk/resources/project_reports/ShowOverview. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mutiarani, MN. 2009. Efektivitas Pelaksanaan Diskusi Tutorial PBL dengan Metode Seven Jumps dalam Memacu Critical Thinking Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Muharni. 2008. Persepsi Mahasiswa Terhadap Peran Tutor Dalam Pelaksanaan Seven Jumps Pada Diskusi Tutorial Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Nugraheni. 2006. Hubungan Stres Psikologis Terhadap Peningkatan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus di RSUD Kota Yogyakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta. Rideout. 2006. Pendidikan Keperawatan Berdasarkan Problem-Based Learning. Cetakan 1. EGC. Jakarta. Suib. 2007. Stresor dan Mekanisme Koping Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Yogyakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Susanti, D. 2007. Dukungan Keluarga dan Tingkat Stres Klien Gagal Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. KTI. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Swarth, J. 2003. Stres dan Nutrisi. EGC. Jakarta.

Wong. 2008. The effects of problem-based learning during medical school on physician competency: a systematic review. Diakses tanggal 19 Juli 2011, dari http://www.cmaj.ca/content/178/1/34.full#sec-2. Yogyakarta. Antara News. (2010). Penduduk Indonesia Lebih Banyak Laki-laki. Diakses tanggal 09 Juli 2011, dari http://www.antaranews.com/berita.

LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

NIM /Angkatan:... Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada p enelitian yang dilakukan oleh Azmi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul

Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa PSIK Saat Mengikuti Proses Tutorial PBL di UMY. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini.

Yogyakarta, 2011 Responden

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN TINGKAT STRES MAHASISWA PSIK SAAT MENGIKUTI PROSES TUTORIAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA A. Data Demografi Identitas Responden Nama Lengkap Umur Jenis Kelamin Tahun Masuk : : : :

Laki-laki 2010 2009

Perempuan 2008 2007

PETUNJUK PENGISIAN Jawablah semua pertanyaan yang tertera dibawah ini sesuai dengan pilihan yang Anda alami. Berilah tanda silang () pada kolom yang ada disebelah kanan masing-masing pertanyaan. Keterangan: 1 = Selalu (SL) 2 = Sering (SR) 3 = Kadang-kadang (K) 4 = Tidak Pernah (TP) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Pertanyaan SL Saya merasa tegang saat mengikuti proses tutorial Saya merasa nyeri kepala pada saat tutorial Saya merasa ada gangguan tidur Saya merasa kehilangan nafsu makan atau nafsu makan meningkat Saya merasa mudah marah ketika tutorial Saya merasa mudah tersinggung Saya merasa jantung berdebar-debar saat tutorial Saya merasa badan mudah pegel-pegel saat tutorial Saya merasa malas untuk ikut tutorial Saya merasa sembelit saat totorial Saya merasa proses tutorial membuat saya sulit untuk belajar banyak Saya tidak bisa memperbanyak pengetahuan pada saat tutorial Saya merasa mudah pusing ketika tutorial Saya merasa nyeri punggung ketika tutorial Saya merasa nyeri tengkuk ketika tutorial Saya merasa tangan dan kaki terasa dingin ketika tutorial Perasaan tidak bisa santai atau merasa selalu sibuk Saya merasa emosi tidak terkontrol Saya merasa terbebani oleh proses tutorial Saya merasa lelah ketika tutorial SR K TP

Pertanyaan terbuka untuk mengetahui cara adaptasi mahasiswa ketika terjadi stres: 1. Apakah tutorial bisa menyebabkan stres pada diri Anda? 2. Jika ya (pada pertanyaan nomer 1). Proses dalam tutorial yang mana yang menyebabkan Anda stres? 3. Jika terjadi stres apa yang Anda lakukan untuk mengatasinya?
.

Frequency Table
Umur Frequency Valid 17 tahun 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun Total 5 26 62 50 58 16 6 223 Percent 2.2 11.7 27.8 22.4 26.0 7.2 2.7 100.0 Valid Percent 2.2 11.7 27.8 22.4 26.0 7.2 2.7 100.0 Cumulative Percent 2.2 13.9 41.7 64.1 90.1 97.3 100.0

Jenis kelamin Frequency Valid Laki-laki Perempuan Total 88 135 223 Percent 39.5 60.5 100.0 Valid Percent 39.5 60.5 100.0 Cumulative Percent 39.5 100.0

Tingakt stres saat tutorial Frequency Valid Ringan Sedang Total 214 9 223 Percent 96.0 4.0 100.0 Valid Percent 96.0 4.0 100.0 Cumulative Percent 96.0 100.0

Tutorial menyebabkan stres Frequency Valid Tidak ya Total 82 141 223 Percent 36.8 63.2 100.0 Valid Percent 36.8 63.2 100.0 Cumulative Percent 36.8 100.0

Perilaku yang muncul saat stres Frequency Valid Perilaku menyerang Perilaku menarik diri Perilaku kompromi Total 169 19 35 223 Percent 75.8 8.5 15.7 100.0 Valid Percent 75.8 8.5 15.7 100.0 Cumulative Percent 75.8 84.3 100.0

Angkatan * Umur Crosstabulation Umur 17 tahun Angkatan 2007 Count % within Angkatan % within Umur 2008 Count % within Angkatan % within Umur 2009 Count % within Angkatan % within Umur 2010 Count % within Angkatan % within Umur Total Count % within Angkatan % within Umur 0 .0% .0% 0 .0% .0% 0 .0% .0% 5 7.8% 100.0% 5 2.2% 18 tahun 0 .0% .0% 1 1.6% 3.8% 2 3.6% 7.7% 23 35.9% 88.5% 26 11.7% 19 tahun 0 .0% .0% 4 6.6% 6.5% 25 45.5% 40.3% 33 51.6% 53.2% 62 27.8% 20 tahun 4 9.3% 8.0% 21 34.4% 42.0% 22 40.0% 44.0% 3 4.7% 6.0% 50 22.4% 21 tahun 21 48.8% 36.2% 31 50.8% 53.4% 6 10.9% 10.3% 0 .0% .0% 58 26.0% 22 tahun 14 32.6% 87.5% 2 3.3% 12.5% 0 .0% .0% 0 .0% .0% 16 7.2% 23 tahun 4 Total 43

9.3% 100.0% 66.7% 2 19.3% 61

3.3% 100.0% 33.3% 0 27.4% 55

.0% 100.0% .0% 0 24.7% 64

.0% 100.0% .0% 6 28.7% 223

2.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Angkatan * Jenis kelamin Crosstabulation Jenis kelamin Laki-laki Angkatan 2007 Count % within Angkatan % within Jenis kelamin 2008 Count % within Angkatan % within Jenis kelamin 2009 Count % within Angkatan % within Jenis kelamin 2010 Count % within Angkatan % within Jenis kelamin Total Count % within Angkatan % within Jenis kelamin 19 44.2% 21.6% 27 44.3% 30.7% 25 45.5% 28.4% 17 26.6% 19.3% 88 39.5% 100.0% Perempuan 24 55.8% 17.8% 34 55.7% 25.2% 30 54.5% 22.2% 47 73.4% 34.8% 135 60.5% 100.0% Total 43 100.0% 19.3% 61 100.0% 27.4% 55 100.0% 24.7% 64 100.0% 28.7% 223 100.0% 100.0%

Angkatan * Tingakt stres saat tutorial Crosstabulation Tingakt stres saat tutorial Ringan Angkatan 2007 Count % within Angkatan % within Tingakt stres saat tutorial 2008 Count % within Angkatan % within Tingakt stres saat tutorial 2009 Count % within Angkatan % within Tingakt stres saat tutorial 2010 Count % within Angkatan % within Tingakt stres saat tutorial Total Count % within Angkatan % within Tingakt stres saat tutorial 43 100.0% 20.1% 57 93.4% 26.6% 50 90.9% 23.4% 64 100.0% 29.9% 214 96.0% 100.0% Sedang 0 .0% .0% 4 6.6% 44.4% 5 9.1% 55.6% 0 .0% .0% 9 4.0% 100.0% Total 43 100.0% 19.3% 61 100.0% 27.4% 55 100.0% 24.7% 64 100.0% 28.7% 223 100.0% 100.0%

Angkatan * Tutorial menyebabkan stres Crosstabulation Tutorial menyebabkan stres Tidak Angkatan 2007 Count % within Angkatan % within Tutorial menyebabkan stres 2008 Count % within Angkatan % within Tutorial menyebabkan stres 2009 Count % within Angkatan % within Tutorial menyebabkan stres 2010 Count % within Angkatan % within Tutorial menyebabkan stres Total Count % within Angkatan % within Tutorial menyebabkan stres 23 53.5% 28.0% 18 29.5% 22.0% 12 21.8% 14.6% 29 45.3% 35.4% 82 36.8% 100.0% ya 20 46.5% 14.2% 43 70.5% 30.5% 43 78.2% 30.5% 35 54.7% 24.8% 141 63.2% 100.0% Total 43 100.0% 19.3% 61 100.0% 27.4% 55 100.0% 24.7% 64 100.0% 28.7% 223 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * Tingakt stres saat tutorial Crosstabulation Tingakt stres saat tutorial Ringan Jenis kelamin Laki-laki Count % within Jenis kelamin % within Tingakt stres saat tutorial Perempuan Count % within Jenis kelamin % within Tingakt stres saat tutorial Total Count % within Jenis kelamin % within Tingakt stres saat tutorial 82 93.2% 38.3% 132 97.8% 61.7% 214 96.0% 100.0% Sedang 6 6.8% 66.7% 3 2.2% 33.3% 9 4.0% 100.0% Total 88 100.0% 39.5% 135 100.0% 60.5% 223 100.0% 100.0%

Angkatan * Perilaku yang muncul saat stres Crosstabulation Perilaku yang muncul saat stres Perilaku menyerang Angkatan 2007 Count % within Angkatan % within Perilaku yang muncul saat stres 2008 Count % within Angkatan % within Perilaku yang muncul saat stres 2009 Count % within Angkatan % within Perilaku yang muncul saat stres 2010 Count % within Angkatan % within Perilaku yang muncul saat stres Total Count % within Angkatan % within Perilaku yang muncul saat stres 35 81.4% 20.7% 51 83.6% 30.2% 39 70.9% 23.1% 44 68.8% 26.0% 169 75.8% 100.0% Perilaku menarik diri 6 14.0% 31.6% 0 .0% .0% 7 12.7% 36.8% 6 9.4% 31.6% 19 8.5% 100.0% Perilaku kompromi 2 4.7% 5.7% 10 16.4% 28.6% 9 16.4% 25.7% 14 21.9% 40.0% 35 15.7% 100.0% Total 43 100.0% 19.3% 61 100.0% 27.4% 55 100.0% 24.7% 64 100.0% 28.7% 223 100.0% 100.0%

Tingakt stres saat tutorial * Perilaku yang muncul saat stres Crosstabulation Perilaku yang muncul saat stres Perilaku menyerang Tingakt stres saat Ringan tutorial Count % within Tingakt stres saat tutorial % within Perilaku yang muncul saat stres Sedang Count % within Tingakt stres saat tutorial % within Perilaku yang muncul saat stres Total Count % within Tingakt stres saat tutorial % within Perilaku yang muncul saat stres 161 75.2% 95.3% Perilaku menarik diri 19 8.9% 100.0% Perilaku kompromi 34 15.9% 97.1% Total 214 100.0% 96.0%

8 88.9% 4.7%

0 .0% .0%

1 11.1% 2.9%

9 100.0% 4.0%

169 75.8% 100.0%

19 8.5% 100.0%

35 15.7% 100.0%

223 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * Perilaku yang muncul saat stres Crosstabulation Perilaku yang muncul saat stres Perilaku menyerang Jenis kelamin Laki-laki Count % within Jenis kelamin % within Perilaku yang muncul saat stres Perempuan Count % within Jenis kelamin % within Perilaku yang muncul saat stres Total Count % within Jenis kelamin % within Perilaku yang muncul saat stres 70 79.5% 41.4% 99 73.3% 58.6% 169 75.8% 100.0% Perilaku menarik diri 8 9.1% 42.1% 11 8.1% 57.9% 19 8.5% 100.0% Perilaku kompromi 10 28.6% 25 71.4% 35 Total 88 39.5% 135 60.5% 223

11.4% 100.0%

18.5% 100.0%

15.7% 100.0% 100.0% 100.0%

Anda mungkin juga menyukai