Anda di halaman 1dari 15

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Teori Terkait Pada bab ini akan diuraikan tentang gagal ginjal kronik, hemodialisis & dampaknya, serta kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisis. 1. Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik adalah merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta menyebabkan uremia. Sumber lain menyatakan bahwa gagal ginjal kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus menerus. Penyebab gagal ginjal kronik antara lain glomerulonefritis, infeksi kronis, infeksi vaskuler (nefrosklerosis) proses obstruksi (kalkuli), penyakit kologen (SLE), agen nefrotoksik dan penyakit endokrin (Diabetes). Penyebab yang lain yaitu hipertensi yang tidak terkontrol. Secara umum gejala-gejala ginjal kronik terjadi oliguri (kencing berkurang), lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, bengkak, gatal, sesak nafas, dan pucat/ anemia. Pada pemeriksaan laborat terdapat kenaikan kretinin darah, Hb turun dan proteinuria selalu positif. Bila gejala semakin berat dimana fungsi ginjal yang tersisa sudah minimal sehingga usahausaha pengobatan konservatif berupa diet, pembatasan minum dan obat-

obatan tidak memberi pertolongan yang diharapkan lagi, keadaan tersebut diberi nama gagal ginjal terminal. Pada pasien gagal ginjal terminal diukur dengan klieren kreatinin tidak lebih 5 ml/ mt, maka diperlukan terapi pengganti yaitu dialisis atau dengan transplantasi ginjal. 2. Hemodialis dan Dampak Hemodialis a. Hemodialisis Dialisis adalah difusi partikel larut dari suatu kompartemen cairan ke komptemen lain melewati membrane semi permeable. Pada hemodialisis, darah adalah salah satu kompermiable dan dialisat adalah bagian yang lain. Membrane semi permeble adalah sintetik ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah seperti urea, kreatirin dan asam urat berdifusi. Molekul air sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma bakteri dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati membran. Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi. Darah yang mengandung produksi sisa seperti urea dan kreatinin, mengalir kedalam kompartemen dialier atau ginjal buatan, tampak akan bertemu dengan dialisat, yang tidak mengandung urea atau kreatinin. Ditetapkan gradien maksimum sehingga zat ini mengaliir dari darah kedialisat. Aliran berulang darah melalui dialiser

pada rentang kecepatan 200 sampai 400 ml/ menit lebih dari 4 sampai 5 jam mengurangi produk sisa, ini menjadi keadaan yang lebih normal. Supaya jumlah dan tekanan darah yang mengalir ke dialiser memadahi maka perlu dibuat suatu akses khusus. Akses khusus ini pada umumnya adalah vena lengan yang sudah dibuatkan fistula dengan arteri radialis atau ulnaris. Terdapat shunt aliran darah arteri ke vena sehingga vena akan melebar dan mengalami epitelisasi. Fistula seperti ini dapat bertahan bertahun-tahun dan komplikasinya hampir tidak ada. b. Dampak Hemodialisis Setelah dilakukan hemodialisis pasien merasa lelah, sakit kepala, keringat dingin, kram, dan tak buang air seni. Hal ini terjadi karena tekanan darah menurun dan sel darah merah pecah. Pengaruh lain bersifat kejiwaan dimana pasien menjadi tidak bisa mandiri dan bergantung pada mesin hemodialisis, petugas dan keluarga. Diperkirakan bahwa dialisis yang cepat menyebabkan sindrome, dimanifestasikan oleh sekelompok gejala dari mual ringan, muntah, sakit kepala, hipertensi, sampai agitasi, keduatan dan kekacauan mental. Sehingga penurunan kecepatan aliran darah dan pemberian sedatif dapat mencegah gejala hemodialisis yang lebih berat. Dampak lain dari hemodialisis yaitu terjadinya perdarahan. Perdarahan selama dialisis mungkin karena kondisi medik yang mendasari seperti ulkus atau gastritis, atau mungkin akibat anti

10

kogulasi berlebihan. Anti kogulasi yang sering dipakai adalah heparin karena metode pemberian sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan cepat dan mudah dimonitor. Kondisi psikologis pasien gagal ginjal kronik akan mengalami perubahan. Dimana pasien merasa berduka dan depresi. Namun demikian selanjutnya diikuti oleh penerimaan bahwa terapi hemodialisis akan diperlukan untuk sepanjang hidupnya demi mempertahankan hidup. Dalam aspek sosial, pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis mengalami gangguan peran dan perubahan gaya hidup sangat berhubungan dengan beban fisik dan psikologis karena sakit, pasien tidak diikut sertakan dalam kehidupan sosial dikeluarga dan masyarakat, tidak boleh mengurus pekerjaan, sehingga terjadi perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga. Pasien merasa bersalah karena ketidak mampuan dalam berperan, dan ini merupakan ancaman bagi harga diri pasien. Banyak permasalahan yang timbul akibat dari gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisis, termasuk aspek fisik, psikologis, sosial dan hubungan dengan keluarga. Semua ini akan dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien. Bagaimanapun

hemodialisis dapat memecahkan masalah ini, karena bermanfaat untuk memelihara keadaan kesehatan pasien. Oleh karena itu perlu adanya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, dorongan kesehatan yang

11

baik dan partisipasi dalam membuat keputusan untuk pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis. 3. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal a. Definisi Kualitas Hidup (Quality of Life/ QoL) Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam kontek penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus seperti sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Selain itu adanya perbedaan etnik, budaya dan agama juga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Oleh karena adanya perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka, kualitas hidup sulit didefinisikan secara pasti. Farquhar (1995) dikutip dari Kusman menuliskan tiga jenis utama definisi dari QoL, yang pertama definisi global, yang kedua definisi komponen, yang ketiga adalah definisi terfokus. Definisi global biasanya berisikan pemikiran dalam kepuasan atau

ketidakpuasan, kebahagiaan dan kesedihan, kesejahteraan, evaluasi diri, dari pengalaman hidup dan pencapaian kepuasan secara fisik dan sosial. Definisi komponen adalah sesuatu hal mematahkan

(menurunkan) kualitas hidup dalan suatu komponen atau dimensi, atau mengetahui karakteristik QoL tertentu yang perlu dievaluasi. Definisi

12

terfokus adalah hanya satu atau sebagian kecil komponen dari kemampuan kesehatan atau fungsional. Peneliti lain memandang kualitas hidup sebagai hal

multidimensional yang mencakup persepsi baik aspek positif maupun aspek negatif dari fungsi fisik, emosional, sosial dan mental (King, 1998). Demikian pula menurut Ferrans dan Power (1993) kualitas hidup dipadukan sebagai suatu multi dimensial yang terdiri dari empat bidang kehidupan utama yaitu kesehatan dan fungsi, sosial dan ekonomi, psikologi atau spiritual dan keluarga. Walaupun peneliti mempunyai pandangan yang berbeda dalam menetapkan kualitas hidup tetapi umumnya mereka setuju bahwa kualitas hidup adalah suatu paduan multi dimensial. Kualitas hidup ditetapkan sebagai suatu persepsi individual dari posisi seseorang dalam kehidupan yang mempunyai budaya dan sistem nilai dimana orang itu tinggal, berkaitan dengan tujuan, harapan standar dan perhatian. Persepsi tersebut meliputi kesehatan fisik seseorang, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan mereka dengan lingkungan (4). Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup menunjukkan suatu konsep dari paduan multidimensional, yang secara umum telah ditetapkan sebagai kebahagiaan atau kepuasan hidup. Kualitas hidup ditetapkan secara berbeda dalam penelitian lain. Namun dalam penelitian ini kualitas hidup adalah suatu keterpaduan berdasarkan

13

konsep WHO dari kesehatan fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan mereka dengan segi ketenangan dari lingkungan mereka. b. Dimensi Kualitas Hidup Walaupun terjadi perbedaan mengenai dimensi kualitas hidup, kebanyakan ahli setuju ada empat sampai lima dimensi QoL yang diterima (King, 1998). Kelima dimensi tersebut yaitu : 1. Dimensi fisik adalah kemampuan fungsional seperti tingkat aktivitas, kekuatan energi, perawatan diri dan kesuburan. 2. Dimensi psikologis termasuk kepuasan hidup dan pencapaian tujuan hidup, stres, harga diri, mekanisme pertahanan diri, keinginan, depresi dan ketakutan. 3. Dimensi sosial menunjukkan bagaimana seseorang menjalin hubungan dengan keluarga, teman, kolega pada pekerjaan, dan masyarakat umum termasuk kepuasan seksual. 4. Dimensi somatik berhubungan dengan gejala penyakit dan efek samping perawatan. 5. Spiritual adalah menunjukkan pada tujuan dan arti hidup seseorang. Pendapat lain menyatakan bahwa dimensi kualitas hidup dapat dilihat dari beberapa aspek dalam tujuh kategori yaitu gejala fisik seperti nyeri, kemampuan fungsional seperti aktivitas, kesejahteraan keluarga, kesejahteraan emosi, kepuasan akan terapi meliputi masalah

14

finansial, seksualitas, dan keintiman termasuk citra tubuh, dan fungsi sosial. Dalam penelitian ini akan digunakan dimensi kualitas hidup dari WHOQoL group yang terdiri dari 4 bidang. Keempat bidang dari WHOQoL BREF meliputi : 1. Kesehatan fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan, ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan kapasitas kerja. 2. Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri. 3. Hubungan sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan hubungan sosial. 4. Dimensi lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, lingkungan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi, dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang. c. Ukuran Kualitas Hidup Pengukuran kualitas hidup oleh para ahli belum mencapai suatu pemahaman pada suatu standar atau metoda yang terbaik. Fokus pengukuran QoL dibagi menurut pengukuran kesehatan diri sendiri dan aspek lain dari kehidupan seseorang seperti spiritual atau keyakinan dan pekerjaan, yang menjadi lebih komprehensif. Secara umum pengukuran QoL dapat dengan cara kuantitatif maupun pengukuran kualitatif. Dalam penelitian ini akan digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan daftar pertanyaan yang distandarisasi, pertanyaan yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Keuntungan dari alat yang distandarisasi adalah bahwa alat ini dapat dipercaya dan dibenarkan, dapat dipastikan setiap partisipan ditanya dengan satuan item yang sama, lebih mudah untuk mengolah data, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan instrumen yang sama. Sedangkan kerugiannya adalah jawaban yang terbatas meskipun yang banyak aspek dari QoL yang harusnya dinilai diabaikan.

15

Pada tahun 1991 bagian kesehatan mental WHO memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQoL). Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas hidup (QOL) yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQoL ini telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia. Setelah melalui beberapa tingkatan hasil akhir adalah 100 versi dari instrumen, yang dikeluarkan dengan WHOQoL-BREF untuk mengukur kualitas hidup pasien gagal ginjal dengan terapi hemodialisis. Instrumen WHOQoL-BREF terdiri dari 26 item, merupakan instrumen kualitas kehidupan paling pendek, namun instrumen ini bisa mengakomodasi ukuran dan kualitas kehidupan seperti yang ditunjukkan dalam sifat psikometrik dan hasil pemeriksaan internasional versi pendek ini lebih sesuai. Praktis dan sedikit memakan waktu dibandingkan WHOQoL-100 item atau instrumen lainnya. d. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam penelitian terdahulu telah menguji kualitas kehidupan, penilaian dengan wawancara, data obyektif dan tes psikologis. Secara umum dilaporkan bahwa terdapat ketakutan pada kualitas kehidupan yang rendah untuk mayoritas pasien hemodialisis, dimana pasien yang lebih muda memiliki kualitas kehidupan yang tinggi dibandingkan pasien yang lebih tua. Beberapa peneliti lain juga telah meneliti pengaruh latar belakang karakteristik tingkat kualitas hidup pasien hemodialisi. Mereka menemukan bahwa secara umum lama perawatan dialisis tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup tetapi disisi lain pendidikan, ras, status, perkawinan secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan. Lok (1996) dikutip dari kusman melaporkan bahwa pasien hemodialisis merasa tingkat aktifitas fisik, aktifitas sosial, kemampuan hidup umumnya dibawah rata-rata.

4. Karakteristik individu Karakteristik individu meliputi pendidikan, pengetahuan, umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik. 1. Pendidikan Secara umum pendidikan diartikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi usia baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik ( Notoatmodjo, 2005). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pembimbing, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

16

Pengertian ini menekankan pada pendidikan formal dan tampak lebih dekat dengan penyuelenggaraan pendidikan secara operasional (Hasbullah, 2001). Menurut UU nomor 20 tahun 2003, jalur pendidikan sekolah terdiri dari : a) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama maa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Di akhir masa pendidikan dasart selama 6 (enam) tahun pertama (SD/MI), para siswa harus mengikutidan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) dengan lama pendidikan 3 (tiga) tahun. b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah jenjang pendidikan dasar. (1) Pendidikan menengah umum Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) ( sempat dikenal dengan sekolah menengah umum atau SMU)atau madrasahj aliyah (MA). Pendidikan menengah umum dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan menengah umum terdiri atas 3 (tiga) tingkat. (2) Pendidikan menengah kejuruan Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun

17

global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian warisan budaya. Pendidikan menengah kejuruan terdiri atas 3 (tiga) tingkat, dapat juga terdiri atas 4 (empat) tingkat sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Satuan pendidikan penyelenggara Sekolah menengah atas (SMA), Madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah kejuruan (MAK) dan program paket C. c) Pendidikan Tinggi pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Penyelenggara pendidikan tertinggi adalah akademi, institut, sekolah tinggi, universitas. 2) Pengetahuan a) Definisi Pengetahuan merupakan resultan dari akibat proses penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran(Istiarti, 2000). Menurut Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2005)_disebutkan bahwa perilaku seseprang terdiri dari 3 bagian penting yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran perilaku kognitif diperoleh dari penghetahuan, afektif dari sikap / tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan / praktik yang dilakukan.

b) Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan menurut notoatmodjo (2005) dibagi menjadi 6 tingkat yaitu: (1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Oleh sebab itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Memahami ( Comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestrasikan metri tersebut secara benar. Aplikasi ( aplication ) A[likasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisireal ( sebenarnya ). Analisa ( analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

(2)

(3)

(4)

18

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. (5) Sintesis ( synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatukemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi ( evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatukriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek peneliti atau responden (Istiarti, 2000).

(6)

3) Umur Dinyatakan dalam tahun, ditentukan berdasarkan tanda pengenal yang ada ( tanggal / bulan /tahun ) 4 ) Jenis Kelamin Dibedakan antara laki-laki dan perempuan. B. Penelitian Terkait Berdasarkan penelusuran pustaka, peneliti menemukan penelitian yang terkait yaitu penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis di RS. Dr. Kariadi Semarang, dilaksanakan oleh Sdr. Junait, tahun 2003. penelitian dengan desain deskriptif analitik mendapat kesimpulan bahwa 75% responden mengalami kecemasan karena faktor terancam kematian (14).

19

Hubungan antara adekuasi Hemodialisis dengan kualitas hidup berdasarkan KDQOL di RS. Dr. Kariadi Semarang dilaksanakan oleh Endang Agustyawati, tahun 2007. Penelitian lain adalah thesis yang dibuat oleh Kusnan Ibrahim tahun 2004 dengan judul Correlation Betwen Coping and Quality of life of

hemodilisis Patient ang Their Spouses di tiga rumah sakit di Jawa Barat. Hasilpenelitian menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara

strategi coping efektif dan kualitas hidup pasien dan pasangannya


C. KERANGKA TEORI

Ekonomi

Dimensi fisik: Nyeri, ketergantungan perawatan medis, kekuatan dan kelemahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas dan kemampuan bekerja

HEMODIALISIS

Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik

Dimensi psikologis: Pengaruh positif dan negative, spiritual, percaya diri, citra diri & peampilan, berfikir, pengetahuan, ingatan,serta konsentrasi

Pengetahuan

Dimensi Sosial : Hubungan pribadi, aktifitas seksual dan dorongan sosial

Dimensi Lingkungan : Lingkungan fisik, keselamatan, dan jaminan fisik, sumber keuangan, sumber informasi, rekreasi, lingkungan, rumah, perawatan, kesehatan dan social, transportasi

Gambar 1 : Kerangka teori kualitas hidup dari WHO (4).

20

D. KERANGKA KONSEP

Karakteristik Individu Terapi Hemodialisis

Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Dimensi fisik

Gambar 2. kerangka Konsep

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu ( Notoatmomojo, 2007). Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Variabel itu sebagai abstrak dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dan yang lainnya kelompok itu

(Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini variabelnya adalah 1. Variabel bebas (Independen) Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah terapi hemodialisis dilihat dari karakteristik individu. 2. Variabel terikat (Dependen) Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas hidup dimensi fisik

21

F. HIPOTESIS

Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah : H1 : Ada hubungan karakteristik individu (Pengetahuan, pendidikan, umur, jenis kelamin) dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi fisik H2 : Ada hubungan terapi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dilihat dari dimensi fisik.

Anda mungkin juga menyukai