Anda di halaman 1dari 6

Tugas Mata Kuliah Perspektif Sejarah 1 Semester 1

How to Explain a History: Review Penjelasan Sejarah Written by Abu Suud


Didi Pramono Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dapat dihubungi melalui e-mail ddpramono248@gmail.com

Secara umum, kita mengenal sejarah sebagai sekumpulan cerita atau kejadian masa lampau. Lalu, apa yang dimaksud dengan filsafat sejarah? Berbeda dengan sejarah yang hanya mengungkapkan rangkaian peristiwa, termasuk kejadian-kejadian di masa lampau, maka filsafat sejarah mampu mengungkapkan penjelasan berbagai hubungan di antara kejadian-kejadian tersebut dan memberikan gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi di masa mendatang. Berbeda pula dengan sejarah yang membahas masalah dalam sejarah itu sendiri. Filsafat sejarah membahas sejarah itu sendiri, seperti tentang apakah sejarah itu pengetahuan atau bukan? Bagaimanakah cara mengetahui fakta sejarah? Berbedakah dengan yang disebut dengan sejarah yang obyektif? Apakah ada hukum dalam sejarah? Apakah hakekat teori-teori sejarah seperti adanya pendekatan Marxis? Bagaimana cara menjelaskan sejarah? dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut coba dijelaskaan Suud dalam bukunya yang berjudul Tiga Keranjang pada Bab Penjelasan Sejarah. Secara ringkas tulisan ini mencoba turut memberikan pandangannya terhadap tulisan tersebut. Secara berturut-turut akan dijelaskan mengenai: Masalah Sebab-Akibat dalam Sejarah, Sisi Lain dalam Penjelasan Sejarah, dan Menguak MaknaMakna dalam Penjelasan Sejarah serta Komentar Suud atas perkembangan tulisan tentang Sejarah yang berkembang saat ini. Masalah Sebab-Akibat dalam Sejarah Sejarawan memiliki metode masing-masing dalam mencoba menjelaskan masalah sebab-akibat terjadinya suatu peristiwa bersejarah. Sebagian sejarawan menjelaskan dengan kata-kata dan istilah-istilah sebagai beetikut: - sebab, karena, oleh sebab itu, dikarenakan, dan lain sebagainya, - dalam keadaan seperti itu, maka tidak mengherankan jika ...., - sesungguhnya dalam hal ini ...., - tidak dapat dielakkan lagi bahwa ....,

Tugas Mata Kuliah Perspektif Sejarah 2 Semester 1 - pengaruh, dorongan, motif, dorongan hati, perkembangan, konsekuensi, akibat, dan lain sebagainya, - menuju ke ...., menghasilkan ...., membuat ...., menghasilkan ...., dan lain sebagainya, - inevitability, impossibility, necessairy, lead to, force, compel, dan make. Menurut Suud, hal-hal demikian justru akan menimbulkan kebingungan, seolah ada penjelasan yang tersirat, tidak to the point, dan multitafsir. Selain itu seperti terkesan bahwa fakta sejarah sebagai suatu takdir, dongeng kemanusiaan, dan menempatkan manusia dalam posisi yang tidak berdaya terhadap ketentuan takdir Tuhan. Manusia tidak ditempatkan sebagai individu yang melakukan usaha. Terkait dengan masalah sebab-akibat, Taine mengatakan bahwa setelah mengumpulkan fakta, langkah selanjutnya adalah mencari penyebabnya. Pernyataan ini dibantah oleh Croce, menurutnya sejarah tidak dapat dijelaskan dengan rangkaian sebab-akibat, melainkan hanya dapat dijelaskan oleh kejadian itu sendiri. Pada dasarnya orang sulit sekali menemukan faktor yang dianggap sebagai penyebab yang paling utama. Penjelasan fakta-fakta sejarah tidak lain adalah fakta yang telah diberi interpretasi, dan tidak semua fakta reliabel. Untuk itu perlu dilakukan pengujian dengan jalan otoritas atau persaksian, menyangkut dokumen, pengetahuan dan pengalaman yang ada. Hakikatnya suatu peristiwa tidak mungkin berdiri sendiri akan selalu terikat dengan social contact. Dapat disimpulkan bahwa menemukan fakta dan sebab merupakan prosedural inter connexion dalam sejarah. Jadi, dengan mencari sebab dapat memberikan penjelasan bagi sesuatu kejadian sejarah. Yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan historical conexion adalah: rumusan masalah apa yang diajukan, dan dalam kondisi seperti apa dua peristiwa dapat dikatakan berhubungan? Penjelasan tersebut sangat bergantung pada paham yang digunakan untuk menafsirkan faktafakta terkait. Fakta harus ditafsirkan dan dijelasakan dalam kaitan dengan ikatan ruang, waktu, dan kondisi. Dalam sejarah, kita tidak dapat menarik suatu hukum-hukum atau dalil-dalil tertentu yang digunakan untuk meramalkan suatu kejadian. Sejarah adalah mengenai kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, bukan tentang ramalan dan generalisasi. Sejarah tidak mengenal adanya pengulangan atau percobaan suatu kejadian, peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali.

Tugas Mata Kuliah Perspektif Sejarah 3 Semester 1 Dari studi yang telah dilakukan, secara umum penyebab terjadinya peristiwa sejarah adalah ideologi, semangat nasionalisme, kemauan manusia, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa penafsiran sejarah tergantung pada: titik pandang/tempat berpijak, level dan jarak, tujuan dan kepentingan sejarawan terhadap fakta sejarah tersebut. Sisi Lain dalam Penjelasan Sejarah Sub-bab ini diawali dengan mangajukan suatu masalah sebab-akibat sebagai suatu proses mencari penjelasan mental. Dalam arti, penjelasan sejarah tidak harus dimulai dari hasil analisis terhadap sesuatu yang bersifat fisik dan dapat diamati secara fisik. Sejarah juga dapat dijelaskan dengan penjelasan yang bersifat mental. Bahkan, untuk beberapa hal, sejarah memang harus dijelaskan dari segi mentalitasnya. Peristiwa-peristiwa sejarah dapat terjadi karena faktorfaktor hasrat, keinginan, fikiran, rencana, kebijaksanaan, yang semuanya bersumber pada mentalitas manusia. Hanya kejadian-kejadian di sekitar manusia saja yang mempunyai latar betakang, dan latar belakang itu bersifat mental. Contohnya fikiran-fikiran yang nembangkitkan sesuatu perbuatan. Dalam keadaan seperti itu maka tugas sejarawan ialah menggambarkan betapa isi berbagai bentuk sebab atau penyebab dalam sejarah. Juga mereka bertugas menentukan betapa sesungguhnya sejarawan mengetahui penyebab yang menggerakkan sesuatu perbuatan sejarah. Collingwood menjelaskan bahwa penyebab suatu kejadian adalah mental causation, atau motif dan maksud yang menggerakkan suatu perbuatan. Namun akan sangat susah untuk mengetahui motif tindakan seseorang, ini hanya bisa dijelaskan melalui analogi dari pengalaman orang lain. Pada proses sebelum menjelaskan fakta sejarah, perlu dilakukan pengambilan simpulan. Faktanya banyak sejarawan yang menggunakan imajinasi atau intuisi dalam mencoba menjelaskan dan menilai fakta sejarah. Banyak penjelasan sejarah yang mendasarkan diri pada penjelasan tentang maksud, mental, motif, latar belakang suatu peristiwa. Penjelasan ini didasarkan pada kejadian masa lampau. Penjelasan yang berdasarkan sebab-sebab amat susah dilakukan, karena bersifat unobservable. Simpulan tidak dapat ditarik berdasarkan analogi dengan fenomena kekinian, yang ada simpulan dihadapkan dengan pikiran penulis. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi permasalahan penjelasan sejarah diantaranya: kekuatan analisis penulis, pemikiran, perkara reliving dan recreating yang terjadi pada diri penulis.

Tugas Mata Kuliah Perspektif Sejarah 4 Semester 1 Tindakan-tindakan manusia (termasuk penjelasan atas masa lampau) diarahkan oleh hal-hal berikut: kedudukan pemikiran tertentu, diarahkan oleh pertimbangan tertentu, diperintah oleh keinginan tertentu, melakukan apa yang orang lain katakan dan pertimbangkan, mematuhi nalurinya, mencari suara hati mereka, memerangi godaan yang datang pada mereka. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa motivasi dan dorongan itu tentunya tidak dapat diamati secara kasat mata, membutuhkan pendekatan secara mendalam untuk dapat menguaknya ke permukaan. Dapat juga dilakukan dengan jalan menelaah dokumen-dokumen yang ada, seperti surat pribadi, memorial, buku harian, wawancara, angket, surat dinas, dan lain sebagainya. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bagaimana kita dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan akan terjadi pada seseorang atau masyarakat dengan jalan memahami apa yang mereka pikirkan? Pikiran merupakan sesuatu yang hanya dapat diketahui oleh individu yang memiliki pikiran tersebut, dan mustahil diketahui secara pasti oleh orang lain. Yang dilakukan para sejarawan adalah menduga, memperkirakan, melakukan pengandaian, dan mengajukan hipotesis. Terkait hal di atas, yang perlu kita imani adalah sejarawan adalah manusia super yang sangat menguasai tentang tokoh/pelaku sejarah. Sehingga apa yang dipikirkan para tokoh sejarah dapat diprediksikan dengan baik oleh sejarawan. Jalan lain yang cukup dapat diandalkan adalah kajian terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan tokoh sejarah tersebut. Menguak Makna-Makna dalam Penjelasan Sejarah Dalam ranah sejarah dikenal istilah-istilah reliving the experience of other people dan rethinking the thoughts of historical characters. Istilah-istilah tersebut lah yang merupakan jurus sakti sejarawan dalam menjelaskan sejarah. Semua pihak perlu menyepakati bahwa sejarawan memiliki intuitive understanding yang berguna sebagai sinar tembus psikologis untuk menembus ruang dan waktu serta pikiran seseorang guna mengungkap menial causes yang berada pada setiap fakta sejarah. Lebih jelasnya, cara yang ditempuh sejarawan untuk memahami dan kemudian menjalaskan fakta sejarah adalah dengan jalan membayangkan diri sendiri menghadapi permasalahan yang sama. Langkah selanjutnya adalah memikirkan kemudian memutuskan sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan. Sikap dan tindakan ini didasarkan pada pengalaman sejarawan itu sendiri. Hasil dari proses ini merupakan hipotesis yang juga dapat salah.

Tugas Mata Kuliah Perspektif Sejarah 5 Semester 1 Cara lain adalah dengan bersikap understanding an action, yang berbeda dengan understanding an event. Sejarawan dapat understanding an action jika ia memiliki pengalaman yang sama terhadap kejadian yang sama. Sejarawan juga perlu menguasai imaginative understanding untuk memahami perbuatan seseorang yang luar biasa dengan situasi yang tidak asing. Ketika sejarawan telah sampai pada titik ini, berarti mereka telah having same thought, reaching the same conclusion, dan acting with the same motives. Ketika sudah sejauh ini, perlu dilakukan refleksi atas materi yang telah disampaikan sebelumnya. Perlu digarisbawahi, bahwa fakta sejarah bersifat unik, semuanya dapat diketahui dengan baik hanya oleh pelaku sejarah itu sendiri. Orang lain di luar itu yang mempunyai kekuatan untuk memprediksi berdasarkan dokumen-dokumen yang ada. Lagi, ada tiga hal yang perlu dicermati dalam upaya menjelaskan sejarah, yakni 1) cermati maksud dan tujuan yang melatarbelakangi sikap dan tindakan seseorang; 2) cermati penentuan rumusan masalah yang dilakukan sebelum seseorang bertindak; dan 3) pertimbangkan kritikkritik yang mungkin diutarakan oleh orang lain. Jalan lain yang kiranya tepat dilakukan untuk dapat menyajikan penjelasan komprehensif terhadap sejarah adalah dengan mengkaji dokumen, seperti surat pribadi, memorial, buku harian tokoh-tokoh sejarah. Kritik terhadap langkah ini adalah ada kecenderungan penulisan dokumen-dokumen tersebut terkesan dilebih-lebihkan, bahkan terkadang membohongi diri sendiri. Jalan terakhir adalah melakukan pengujian membandingkan dengan tindakan-tindakan lain dalam suasana yang bersamaan, yang juga kita ketahui. Hal menarik yang penting untuk dibahas adalah bahwa dalam sejarah memiliki dua pendekatan, yakni materialis dan idealis. Pendekatan materialis memiliki sifat ilmiah, dan pendekatan idealis beranggapan tentang perlunya mempertahankan kebebasan dari jiwa manusia. Disini dipertentangkan antara pandangan Marx dan Collingwood. Marx beranggapan bahwa manusia terbangun oleh sesuatu yang bersifat materialis. Collingwood justru berpendapat bahwa ide adalah kekuatan dan hidup yang dapat mengendalikan dunia dan mengubahnya. Seluruh sikap dan tindakan manusia pada hakikatnya merupakan ide, gagasan, alasan, fikiran, maksud, tujuan, dan rencana. Dunia dan manusia tersusun atas ide dan materi, keduanya tidak dapat dipisahkan. Ide, gagasan, dan tujuan manusia hasil dari aktivitas tubuh yang bersifat materi.

Tugas Mata Kuliah Perspektif Sejarah 6 Semester 1 Akhirnya, dapat ditarik simpulan bahwa sesuatu kejadian tidak bisa hanya dapat dicarikan penjelasannya dari satu sebab yang bersifat mutlak. Ditambahkan oleh Collingwood bahwa tidaklah benar bahwa seluruh perilaku manusia hanya dapat diterangkan dengan hukum sebab akibat yang amat bersifat deterministis. Suud juga menjelaskan komentar-komentar yang muncul tentang sejarah, bahwa kajian banyak digunakan oleh politisi terutama dalam menentukan kebijakan. Karena mereka meyakini dengan mempelajari sejarah mereka dapat meramalkan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Pandangan ini, sekali lagi, perlu mendapat sorotan serius. Gardiner tidak membenarkan anggapan di atas, ia menyatakan bahwa sejarah tidak dapat dijelaskan menggunakan hukum sebab-akibat. Hukum tersebut hanya berlaku pada ranah Ilmu Pengetahuan Alam, di mana suatu peristiwa dapat diujicobakan, dibentuk situasi tertentu, dilakukan eksperimen, dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan kejadian yang menyangkut manusia di masa lampau. Penjelasan sejarah sulit dilakukan, sangat tergantung pada kepentingan serta pandangan hidup yang dianut sejarawan. Dalam upaya penjelasan sejarah akan ditemukan perbedaan berbagai pandangan sejarawan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sejarawan itu sendiri. Faktor internal diantaranya tingkat imajinasi, kreativitas dan konsepnya tentang manusia. Faktor eksternal menyangkut sistem sosial, budaya, lingkungan sekitarnya. Diantara berbagai macam perbedaan tersebut kiranya perlu diutamakan tugas sejarawan itu sendiri, Herodotus menyatakan bahwa tugas sejarawan ialah menyampaikan apa-apa yang diperbuat oleh orang-orang di masa lampau, agar tidak dilupakan oleh manusia pada generasi sekarang dan yang akan datang. Itulah kenapa Herodotus menyebut sejarah sebagai Historia Vitae Magistra yang berarti sejarah merupakan guru kehidupan.

Daftar Pustaka Suud, Abu. 2008. Tiga Keranjang (Tripitaka) Sejarah. Semarang: tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai