(pagi hari) Pagi ini saya terbangun dengan senyum ceria. Waktu masih menunjukkan pukul 04.45. Disaat ayam masih berkokok merdu, saya dengan semangat telah siap untuk berangkat menuju Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Hari ini saya bersama teman-teman SFAN, Pak Usman, dan staff KPP PA lainnya akan melakukan muhibah dengan Forum Anak di desa Kemadang, Gunug Kidul, Wonosari. Beberapa teman SFAN sudah berada di KPP PA saat saya tiba di sana, dan saya berkenalan dengan beberapa anggota baru yang akan ikut ke Wonosari yaitu, Dhea, Gian, Fira, Ismi dan Tomy. Setelah Pak Usman Basuni menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berada di sana, kami langsung menempati tempat duduk di dalam bus. Tak lupa kita berfhoto bersama dengan banner bertuliskan SFAN ke Gunung Kidul. Awal perjalanan diisi dengan pembagian sarapan oleh Kak Ratna dan diselingi tawa canda antar anggota SFAN. Ada pula pertanyaan dari bu Ani yang kemudian dapat saya jawab dengan hadiah sebuah cokelat silverqueen.
Seusai makan siang kami melanjutkan perjalanan yang masih cukup panjang. Nisa, teman kami memulai dinamika kelompok di dalam bus agar kami lebih mengenal beberapa anggota baru di SFAN. Satu per satu kami memperkenalkan diri dengan khasnya masing-masing. Setelah sesi perkenalan, dilanjutkan dengan sharing mengenai penyalahgunaan NAPZA dan bahayanya oleh Rifai. kemudian adik kita, Dhea, menunjukkan keahliannya dalam bercerita. Lalu tiba-tiba Ka Adit
SFAN @gunungkidul
mengadakan ice-breaking dengan beberapa cara yang membuat seluruh anggota SFAN tertarik. Dan muncullah para ice-breaker dengan pertanyaan yang beragam. Setelah lelah karena puas menerka jawaban, beberapa tertidur pulas, sedangkan sebagian ada yang bermain uno. Sejujurnya, kami sudah tidak sabar ingin tiba di Wonosari, Jazelyn pun tidak hentinya mengirim pesan hanya untuk menanyakan kami sudah sampai dimana.
SFAN @gunungkidul
Pak Usman kembali memberi pengarahan sambil menikmati sarapan dengan para anggota SFAN dan Jazelyn. Suphiyan menceritakan sedikit pengalamannya di asrama Kediri yang merupakan English Area. Dan para anggota SFAN dari Kota Bogor berjanji akan menguasai Bahasa Inggris dalam waktu 3 bulan terhitung hari ini. Selesai rapat kecil, kami langsung bergegas ke bus untuk menuju Kantor BPMPKB. Di sana, teman-teman dari FAGK sudah menunggu dan langsung menyambut ketika kami tiba. Forum Anak Gunung Kidul merupakan pilot project yang di dalamnya terdapat Desa Kemadang sebagai Desa ramah anak. Selesai sambutan kami berkeliling melihat ruang secretariat sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa Kemadang.
(siang hari) Kami tiba di desa Kemadang sekitar 1 jam sebelm waktu sholat Jumat. Disana kami disambut oleh 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan berusia 6-7 tahun yang menari di balai desa. Kemudian kami disuguhkan tarian Jaipong ala Kemadang oleh anak-anak perempuan dari sanggar GaruLuku. Sangat mengesankan. Setelah memberi sambutan serta maksud dan tujuan kedatangan SFAN ke FORANDAKA 17 (Forum Anak Desa Kemadang 17 dusun), kami melihat ruang secretariat FORANDAKA 17. Di dalamnya terpampang struktur organisasi dalam setiap tupoksi, fhoto-fhoto kegiatan, serta mading yang berfungsi sebagai papan pengumuman.
Selesai berkeliling, kami berjalan menuju sanggar GaruLuku. Sanggar GaruLuku bekerja sama dengan SOS Childrens Village Yogyakarta membentuk FORANDAKA 17. Di sepanjang jalan terdapat beberapa papan yang tertempel di pohon-pohon bertuliskan seputar desa Kemadang yang ramah anak, misalnya tulisan KAWASAN RAMAH ANAK atau ZONA PARTISIPASI ANAK. Sangat layak memang Desa Kemadang ini mendapat apresiasi dengan menyandang gelar Desa Ramah Anak. Di depan sanggar GaruLuku, anak-anak Sekolah Dasar sedang melakukan senam SKJ, saya dan teman-temanpun spontan mengikuti gerakan anak-anak yang sangat lucu itu. Selesai senam, kami disuguhi kelapa muda yang katanya baru dipetik dari pohonnya. Lalu kami berbagi cerita dengan anak-anak di sanggar GaruLuku, disusul dengan pemberian topi dan cinderamata. Anak-anak
SFAN @gunungkidul
di sanggar GaruLuku sangat aktif dan ceria. Mereka dengan semangat menjawab pertanyaanpertanyaan sederhana yang kami berikan. Tak lupa kami berbagi yel IDOLA sebagai pembangkit semangat dan menambah suasana kehangatan diantara kami semua. Sungguh sangat berat berpisah dengan anak-anak ini. Mereka menginspirasi kami dalam hal kreatifitas dan semangat. Banyak sekali hal yang kami daptkan dari kunjungan kami kali ini.
Seusai kunjungan kami ke FORANDAKA 17 yang terbentuk pada tanggal 15 Januari 2012, kami menyempatkan diri untuk bermain di pantai sekitar 30menit, pantai Kukup. Di Gunung Kidul terdapat banyak sekali tempat wisata yang dapat dikunjungi, salah satunya tempat wisata bahari. Walaupun hanya 30menit, tapi keindahan pantai Kukup masih dapat kami rasakan dan teringat dengan sangat jelas.
(sore hari) Kami melanjutkan perjalanan ke Malioboro. Teman-teman dari Forum Anak DIY sudah menunggu di BPPM Yogyakarta sejak jam 1 siang tadi. Karena terjebak macet, kami baru tiba disana setelah bada maghrib. Kami langsung bertukar peluk dengan teman-teman FADIY.
Setelah sambutan diberikan, kami menyantap gudeg Yogya dan bersiap ke Malioboro. Masing-masing dari kita mendapatkan guide untuk berbelanja di Malioboro. Saya dan Panji mendapat guide Kak Tiara. Sebelum ke Malioboro, saya, Jaze, Panji, Nahal, dan Devi mengantar pak Usman ke penginapan terlebih dahulu, karena masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan.
SFAN @gunungkidul
Perbelanjaan di Malioboro berlangsung sekitar 2jam. Setelah mengucapkan sampai jumpa dengan teman-teman FA DIY, kami bersiap untuk pulang kembali ke Jakarta. Kunjungan yang sangat singkat namun berharga ini sulit diakhiri, namun kami tetap harus kembali menjalankan aktifitas masing-masing sepulangnya dari Yogyakarta.
(siang hari) Akhirnya kami tiba di kantor Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Perjalanan yang singkat dan melelakan ini memerikan kami banak sekali pelajaran yang dapat direnungkan dan dijadikan pengalaman berharga dalam hidup. Semangat yang ditunjukkan oleh FAGK, atau kesederhanaan anak-anak FORANDAKA 17, serta keramahan teman-teman FADIY merupakan hal yang tidak ternilai harganya. Dapat menjalin persahabatan dengan seluruh anak-anak di Indonesia membuat saya lebih meghargai perbedaan dan mensyukuri hidup. Terimakasih SFAN.
SFAN @gunungkidul