Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca puisi adalah bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra merupakan proses antara guru dan siswa, yang menjadikan proses pengenalan, pemahaman dan penghayatan. Pada akhirnya dalam menikmati karya sastra akan mampu menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra khususnya puisi dalam kegiatan belajar belum diupayakan secara maksimal, karena sebenarnya pembelajaran puisi merupakan kegiatan pementasan karya seni yang memerlukan kemampuan khusus. Proses belajar mengajar di SD Negeri Slateng 02, khususnya siswa kelas VI dalam pembelajaran membaca puisi belum sepenuhnya menguasai. Dikarenakan beberapa hal diantaranya; Siswa tidak berani tampil dan membaca dengan baik, hal ini juga dipengaruhi oleh factor psikologis, merasa asing, merasa malu, merasa takut dan kurang percaya diri. Kegagalan pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas VI SD Negeri Slateng 02 mencapai 75% lebih. Sebagai gambaran antara lain; mereka membaca sambil tertawa sendiri karena merasa lucu dan aneh, siswa yang merani tampil secara sukarela tidak ada, seandainya ada yang berani tampil karena terpaksa, akan membaca jauh dari norma membaca puisi yang baik dan suasana kelas sama sekali tidak mendukung. Pembangkit motivasi siswa agar menyukai pembacaan puisi dapat ditempuh dengan langkah-langkah; dengan mengajak siswa berdiskusi tentang puisi yang akan dibacakan, siswa biasa melihat langsung dengan kata lain dapat menggunakan metode demonstrasi,dan diharapkan dapat mengapresiasikan puisi melalui menulis atau menceritakan kembali dan memparafrasekan. Dalam buku Strategi Belajar Mengajar (2001:114), ada beberapa macam metode mengajar, antara lain; Metode Ceramah, Tanya Jawab,

Diskusi, Kerja Kelompok, Pemberian Tugas, Demonstrasi, Eksperimen. Berkaitan dengan pembelajaran membaca puisi,metode demonstrasi dapat dijadikan pilihan yang paling tepat dan efektif. Kelebihan metode ini dalam pembelajaran membaca puisi adalah; (1) Siswa dapat secara langsung mengamati bentuk pembacaan puisi, (2) Siswa dapat secara langsung mengetahui pelafalan kata, intonasi dalam membaca puisi dengan baik, (3) Siswa dapat secara langsung mengetahui pentingnya interpretasi,penampilan ketika membaca puisi, (4) Suasana kelas akan lebih hidup karena menghilangkan kejenuhan serta dapat dijadikan sebagai hiburan. Sedangkan kelemahan metode ini antara lain; (1) Siswa cenderung meniru model tanpa kreatifitas sendiri, (2) Siswa menganggap model adalah yang paling baik, (3) Tidak setiap guru menjadi model yang baik dan tidak mudah mencari model yang baik di luar guru. Pemilihan metode demonstrasi merupakan tantangan bagi guru.Guru akan menjadi model didepan kelas, dengan demikian guru akan berusaha meningkatkan kualitas diri. dengan baik akan Penyajian pembelajaran yang dipersiapkan mendapat respon dari siswanya.Dengan penyajian

berulang-ulang dan selalu menarik akan menimbulkan motivasi siswa terhadap minat membaca puisi. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan membaca puisi dengan metode demonstrasi pada siswa kelas VI SDN Slateng 02 Ledokombo Jember. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah cara meningkatkan ketrampilan membaca puisi pada siswa kelas VI SD Negeri Slateng 02 Jember ? 2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan metode demonstrasi dalam membantu siswa meningkatkan ketrampilan membaca puisi pada siswa Kecamatan Ledokombo Kabupaten

kelas VI SD Negeri Slateng 02 Jember ? C. Tujuan Perbaikan

Kecamatan Ledokombo Kabupaten

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui bagaimana prestasi, pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah diterapkannya metode demonstrasi pada siswa kelas VI SD Negeri Slateng 02 Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. 2. Ingin mengetahui pengaruhnya metode demonstrasi dalam meningkatkan ketrampilan membaca puisi setelah diterapkan pembelajaran dengan metode demonstrasi pada siswa kelas VI SD Negeri Slateng 02 Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. D. Manfaat Perbaikan Adapun maksud diadakannya perbaikan ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Bahasa Indonesia 2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam proses belajar-mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri Slateng 02 Kecamatan Ledokombo Kabuaten Jember. 3. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Puisi Puisi adalah Jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu meningkatkan kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Adapula yang mengatakan puisi adalah karangan bahasa yang khas yang memuat pengalaman yang disusun secara khas pula. Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna yang ditafsirkan secara estetik. Puisi juga dapat disebut sebagai karya seni yang puitis karena puisi dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, atau dapat pula menimbulkan keharuan.Haryadi (1996:113).

B. Pembelajaran Membaca Puisi di SD Guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca puisi sesuai dengan jenjang kelas SD berdasarkan Kurikulum Pendidikan dan Garis-garis Besar Program Pengajaran Bahasa Indonesia.Ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasikan sastra, dan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia. Perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara terpadu. Dalam pembelajaran membaca puisi di SD hal yang perlu diperhatikan adalah siswa, sasaran, metode dan evaluasi. Setelah persiapan pembelajaran dilakukan, dilaksanakan pembelajaran membaca puisi melalui pendekatan metode demonstrasi dengan langkah pra membaca, saat membaca, dan pasca membaca. Pada langkah pra membaca siswa diajak memahami puisi yang akan dibacakan dengan membicarakan kosakata yang dianggap sukar bagi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan

memberi tanda jeda pada baris-baris puisi, guna mengatur pernafasan. Pada langkah saat membaca siswa diajak menyimak model yang mendemonstrasikan pembacaan puisi,dengan tidak lupa mendiskusikan apa yang siswa saksikan.Pada pasca membaca siswa dapat menerapkan keterampilannya dengan pembacaan puisi yang lain atau bahkan prosa dengan aspek-aspek yang telah dipelajari dalam membaca puisi C. Pembelajaran Puisi Dengan Metode Demonstrasi Dalam pembelajaran, adakalanya siswa sulit menangkap hal-hal yang bersifat abstrak untuk itu perlu diberi peragaan supaya pembelajaran itu bersifat konkrit. Untuk menghindari semua itu dalam pengajaran bahasa diperlukan alat peraga seperti yang disarankan pada rambu-rambu pembelajaran bahasa perlu memperhatikan prinsip pengajaran, Antara lain; dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dari yang konkrit ke yang abstrak. Berkaitan dengan pembelajaran puisi, penggunaan pendekatan metode demonstrasi merupakan pilihan yang tepat dan efektif dalam Dalam pembelajaran, adakalanya siswa sulit menangkap hal-hal yang bersifat abstrak untuk itu perlu diberi peragaan supaya pembelajaran itu bersifat konkrit. Untuk menghindari semua itu dalam pengajaran bahasa diperlukan alat peraga seperti yang disarankan pada ramburambu pembelajaran bahasa perlu memperhatikan prinsip pengajaran, Antara lain; dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dariyang konkrit ke yang abstrak. Berkaitan dengan pembelajaran puisi, penggunaan pendekatan metode demonstrasi merupakan pilihan yang tepat dan efektif dalam membaca puisi diharapkan akan banyak menguntungkan siswa untuk meningkatkan apresiasinya.

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) Penelitian dilaksanakan terhadap 28 siswa Kelas VI SDN Slateng 02 Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Siswa sebagian besar berasal dari keluarga petani dengan tingkat kemampuan yang beragam. Dari 28 siswa terdapat 5 orang siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata, 18 siswa berkemampuan sedang dan 5 lainnya berkemampuan kurang. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut: 1) Persiapan Penelitian mulai Minggu ke-1 bulan April 2009 2) Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-2 April sampai minggu ke-4 bulan April 2009 3) Pelaporan Minggu ke-2 bulan Mei 2009 Mata pelajaran yang menjadi subyek adalah Bahasa Indonesia dengan materi membaca puisi B. Deskripsi Per Siklus Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dari kegiatan yang berbentuk siklus diawali dengan kegiatan pra siklus, siklus 1, siklus 2 dan kemudian siklus 3. Setelah tindakan pada siklus 1 diharapkan meningkat dan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan antusias, senang tanpa ada factor keterpaksaan karena ada variasi pembelajaran dibanding pembelajaran sebelumnya. Dalam penelitian ini, faktor yang akan diteliti adalah sebagai berikut : a. Aspek yang akan diobservasi meliputi respon siswa terhadap proses pembelajaran yaitu kesungguhan/ antusias siswa dalam aktivitas pembelajaran. b. Daya serap siswa terhadap tingkat pencapaian hasil belajar.

1. Rencana a. Pra Siklus Pada tahap pra siklus merencanakan pelaksanaan untuk memperoleh data nilai awal materi membaca puisi dengan menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media. b. Siklus 1 Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan metode demonstrasi, demonstasi dilakukan oleh guru kemudian secara bergantian siswa mendemonstrasikan membaca puisi. Media yang dipakai berupa rekaman tape recorder tentang mambaca puisi. c. Siklus 2 Pada siklus yang kedua, demontrasi dilaksanakan dengan bantuan media televisi, peneliti memutarkan video pembacaan puisi, kemudian siswa secara bergantian membacakan puisi di depan kelas. d. Siklus 3 Pada siklus ketiga, metode demonstrasi tetap dilaksanakan dengan mendatangkan nara sumber ( tokoh sekitar ) yang pandai membaca puisi untuk kemudian mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas. Salah satu siswa ditunjuk untuk membaca puisi, kemudian nara sumber memberikan koreksi terhadap bacaan puisi siswa. Selanjutnya satu persatu siswa membacakan puisi di depan kelas. 2. Pelaksanaan a. Pra siklus Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan pada tanggal 7 April 2009, dengan menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan media. Terlihat siswa kebingungan atas penjelasan guru. Hal ini disebabkan siswa belum dapat memahami penjelasan tata cara membaca puisi. b. Siklus 1 Siklus 1 dilaksanakan pada Selasa, 14 April 2009. Peneliti menggunakan metode demonstrasi. Demontrasi dilakukan oleh guru dengan memberi contoh membaca puisi, sekali-kali guru memberikan penjelasan. Siswa diberi kesempatan untuk membacakan puisi di depan

kelas. Pada siklus 1 ini siswa mulai menangkap apa yang harus dilakukan pada saat membaca puisi, terbukti dengan mulai lancer dan tepat pembacaan puisi beberapa siswa. c. Siklus 2 Siklus 2 dilaksanakan pada Selasa, 21 April 2009. Peneliti tetap menggunakan metode demonstrasi namun kali ini demontrasi diwakili oleh sebuah video pembacaan puisi yang ditayangkan lewat sebuah pesawat televisi. Setelah tayangan selesai guru memberikan penjelasan tambahan. Satu persatu siswa maju ke depan kelas untuk mendemontrasikan membaca puisi. Pada siklus ini terlihat antusias siswa sudah mulai tinggi terutama pada saat pemutaran video. d. Siklus 3 Siklus 3 dilaksanakan pada Selasa , 28 April 2009 dengan metode demontrasi yang dilakukan oleh narasumber seorang ahli membaca puisi. Setelah demontrasi selesai guru menunjuk satu atau dua orang siswa secara bergantian untuk membaca puisi. Narasumber memberikan koreksi dan penjelasan cara membaca puisi yang baik. Setelah itu semua siswa diberikan kesempatan untuk membacakan puisi di depan kelas. Bentuk penilaian yang dilaksanakan berupa performance tes.

C. Pengamatan/ Pengumpulan Data/ Instrumen Dalam penelitian tindakan kelas instrumen utama penelitian adalah peneliti.Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1982), bahwa peneliti adalah orang yang mengetahui seluruh data dan cara menyikapinya. Untuk mendukung dan melengkapi istrumen utama digunakan instrumen penunjang (Moeloeng, 1991). Instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan Berikut beberapa instrumen yang disiapkan untuk pelaksanaan tindakan:

Tabel 2.1 Format Penilaian Performance Membaca Puisi


NO 1 2 3 NAMA SISWA Intonasi Aspek Penilaian Vokal Ekspresi Nada Jumlah

Tabel 2.2 Format Analisis Data Hasil Belajar Siklus 1


No 1 2 3 Nama Siswa Nilai Pra Siklus Siklus 1 Peningkatan Keterangan

Keterangan : Kolom nilai diisi dengan nilai hasil belajar pra siklus dan hasil belajar siklus1 Kolom peningkatan diisi dengan ada/ tidaknya peningkatan nilai Kolom keterangan diisi dengan tuntas/ tidak tuntas ( tuntas apabila nilai >65) Tabel 2.3 Format Analisis Data Hasil Belajar Siklus 2
No 1 2 3 Nama Siswa Nilai Siklus 1 Siklus 2 Peningkatan Keterangan

Keterangan : Kolom nilai diisi dengan nilai hasil belajar siklus 1 dan hasil belajar siklus2 Kolom peningkatan diisi dengan ada/ tidaknya peningkatan nilai Kolom keterangan diisi dengan tuntas/ tidak tuntas ( tuntas apabila nilai >65) Tabel 2.4 Format Analisis Data Hasil Belajar Siklus 3
No 1 2 3 Nama Siswa Nilai Siklus 2 Siklus 3 Peningkatan Keterangan

Keterangan : Kolom nilai diisi dengan nilai hasil belajar siklus 2 dan hasil belajar siklus 3 Kolom peningkatan diisi dengan ada/ tidaknya peningkatan nilai Kolom keterangan diisi dengan tuntas/ tidak tuntas ( tuntas apabila nilai >65) Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan dua cara sebagaimana yang dikemukakan oleh Silverman (1995 : 156) sbb: Pertama : Membandingkan jenis data yang berbeda seperti data kualitatif dan sumber data yang berbeda, serta data observasi dan tanya jawab untuk melihat apakah memiliki kecocokan antar data yang satu dengan yang lain. Kedua : Mencocokkan kembali data yang diperoleh kepada subyek peneliti. Kedua cara ini digunakan penulis untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian. Selain itu untuk menguatkan data penelitian, penulis juga melakukan pemeriksaan silang dengan cara tukar pendapat dengan teman sejawat. Mengklarifikasi kembali pada subjek, meninjau ulang catatan lapangan, merenungkan kembali bagian-bagian fenomena penting selama tindakan dan menyempurnakannya sehingga diperoleh secara lengkap dan utuh. D. Refleksi Refleksi merupakan ulasan dari hasil kegiatan dan pengamatan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan. Melalui refleksi dapat diungkapkan kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap putaran yang dilihat dari lembar observasi pembelajaran. Berikut refleksi pada masing-masing siklus: 1. Siklus 1 Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan siklus 1 dan tindakan berikutnya pada siklus 2 adalah sebagai berikut: a. Guru hendaknya lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat demonstrasi lebih dari dua kali

10

b. Metode pembelajaran yang dilaksanakan sudah termasuk metode pembelajaran yang berpusat pada siswa namun pelaksanaannya memerlukan persiapan agar peneliti dapat mengusai kelas. 2. Siklus 2 Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan siklus 2 dan tindakan berikutnya pada siklus 3 adalah sebagai berikut: a. Media yang dipakai dalam siklus 2 sudah dapat dikatakan dapat memotivasi siswa namun media tidak akan berarti manfaatnya apabila guru kurang dapat mengarahkan / menggunakan media tersebut. b. Metode pembelajaran yang dilaksanakan sudah dapat mengaktifkan siswa namun dalam pelaksanaannya siswa masih terlihat kurang mampu menagkap informasi dari demonstrasi lewat media tersebut. c. Pada siklus berikutnya guru harus lebih dapat membimbing siswa dalam kelompok dan membimbing siswa secara individu. 3. Siklus 3 Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan siklus 3 adalah sebagai berikut: a. Metode demontrasi yang b. Metode pembelajaran c. Proses pembelajaran sudah lebih terarah karena guru sudah dapat menguasai kelas dan kegiatan siswa dapat terakomodasi dalam kegiatan yang mengarah pada tujuan pembelajaran. d. Proses pembelajaran terlaksana dengan menggunakan PAIKEM pembelajaran dilakukan dengan mendatangkan dilaksanakan sudah dapat narasumber merupakan suatu hal yang baru dan menarik bagi siswa yang mengaktifkan siswa terlihat dengan aktifnya semua siswa dalam proses

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan 1. Pra Siklus Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mengadakan observasi awal yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 April 2009. Tujuannya untuk mengetahui lebih mendalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat perlakuan. Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi siswa, guru, proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas serta sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di kelas maupun di sekolah. Pada observasi awal, kegiatan pembelajaran terdiri dari 3 tahapan, 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan Inti, dan 3) Penutup. Pada kegiatan awal yang berupa appersepsi, siswa diajak tanya jawab tentang materi yang akan dibahas, yang akhirnya mengaitkan dengan materi inti; Sedangkan pada kegiatan inti dalam pembelajaran banyak menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media hanya buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai sumber belajar. Guru lebih banyak menerangkan dengan menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan konsep sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan konsep yang abstrak dan kegiatan belajar mengajar terfokus kepada guru. Selain itu, keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari kepasifan dan kebingungan siswa dalam mengikuti dan memahami pelajaran yang disampaikan guru. Adapun kegiatan penutup siswa diberi tugas mengerjakan soal atau evaluasi. Berikut data hasil belajar pra siklus: Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
No 1 2 3 Nama Andriyan Subairi Holifah Asni Lutfiah Nilai 60 70 50 Tuntas Tidak tuntas TT T TT

12

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Abdul Gofur Lukman Hakim Subairi Farida Faridi Khoirul Ilham Ilmiyeh Halim Gufron Jepriyanto M.Wafi Purwanto M.Arifin Umi Habibah M.ikbal Wasik Nur Imamah Maulida Wajarwati Suyati Sumiyati Riris Ria Dewi Risdatul Jannah Yuni Lestari Nita Novitasari Heni Fia Rumania rata-rata siswa tuntas siswa tidak tuntas persentase tuntas kelas

60 50 60 50 70 80 80 60 70 70 60 60 60 60 50 50 60 70 50 50 60 70 60 50 50 60,36 8 20 28,57

TT TT TT TT T T T TT T T TT TT TT TT TT TT TT T TT TT TT T TT TT TT

Tabel 4.1 Hasil belajar siswa pra siklus Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Rata-rata kelas Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tidak tuntas Prosentase Ketuntasan Klasikal

: 60,36 : 8 siswa : 20 siswa : 28,57 % ( tidak tuntas )

Dari tabel 4.1 di atas diperoleh data bahwa secara klasikal pembelajaran masih belum tuntas dikarenakan prosentase ketuntasan klasikal hanya 28,57 % masih jauh dari batas minimal ketuntasan klasikal yaitu 85 %. Pada refleksi awal melalui observasi dapat ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan pada kelebihan tersebut antara lain : kegiatan pembelajaran. Kelebihan-

13

1. Proses pembelajaran telah diselenggarakan secara terstruktur dan sistematis sesuai dengan rancangan pengajaran, maupun program pengajaran; 2. Guru banyak menyampaikan informasi tentang konsep materi walau hanya dengan menggunakan metode ceramah dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sedangkan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran yang ditemukan adalah : 1) Guru banyak menghabiskan waktu pembelajaran (sekitar 65-70%) hanya menjelaskan secara verbal konsep yang abstrak tanpa dibantu dengan sarana dan atau media penunjang yang memadai; 2) Siswa cenderung bersifat pasif (tidak berani menjawab pertanyaan guru secara lepas mungkin karena takut salah, kurang antusias mengikuti pelajaran, merasa kebingungan memahami konsep yang dijelaskan guru. Selama observasi awal ini juga, siswa belum menunjukkan perilaku yang diharapkan. Memang, siswa sesekali menjawab pertanyaan guru dengan mengungkapkan kembali apa yang disampaikan guru, tetapi sangat abstrak sehingga tidak bisa dipahami sedikitpun oleh siswa lainnya. Hal ini karena metode konvensional tidak banyak memberi kesempatan yang luas bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih variatif dan tahan lama retensinya karena kurang menekankan ketrampilan proses. Akibatnya, siswa bahkan kesulitan memvisualisasikan konsep abstrak yang didapatkannya. 2. Pelaksanaan Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari observasi awal, peneliti memberi tindakan siklus I yang dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2009 dalam kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut : 1) Hasil pengamatan terhadap guru

14

a) Pada awal pembelajaran yang dilakukan guru, masih terdapat sebagian siswa melakukan kegiatan di luar tugas yang diberikan b) Siswa diberikan demonstrasi membaca puisi c) Siswa dipaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola belajar siswa dan minat belajarnya terhadapBahasa Indonesia. Siswa yang terkesan sangat tertarik terhadap demonstrasi yang dilakukan guru. d) Siswa dipaparkan tentang kaitan waktu pengerjaan, dimana diharapkan waktu penjelasan tidak terlalu banyak dan sebaliknya waktu untuk berlatih lebih banyak. 2). Hasil Pelaksanaan Siklus I Hasil pelaksaan siklus I terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Nama Andriyan Subairi Holifah Asni Lutfiah Abdul Gofur Lukman Hakim Subairi Farida Faridi Khoirul Ilham Ilmiyeh Halim Gufron Jepriyanto M.Wafi Purwanto M.Arifin Umi Habibah M.ikbal Wasik Nur Imamah Maulida Wajarwati Suyati Sumiyati Riris Ria Dewi Risdatul Jannah Yuni Lestari Nita Novitasari Heni Fia Rumania Nilai Pra Siklus Siklus 1 60 60 70 80 50 60 60 60 50 60 60 70 50 60 70 70 80 80 80 70 60 70 70 70 70 60 60 60 60 60 60 70 60 70 50 60 50 60 60 60 70 80 50 60 50 60 60 60 70 70 60 70 50 70 50 60 Meningkat Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Keterangan TT T TT TT TT T TT T T T T T TT TT TT T T TT TT TT T TT TT TT T T T TT

15

rata-rata kelas siswa tuntas siswa tidak tuntas siswa dengan nilai meningkat persentase ketuntasan

60,36 8 20 28,57

65,71 13 15 16 46,43

Keterangan: T : Tuntas Nilai meningkat : 16 siswa TT : Tidak Tuntas Nilai tidak meningkat : 12 siswa Rata-rata kelas : 65,71 Jumlah siswa tuntas : 13 Jumlah siswa tidak tuntas : 16 Prosentase Ketuntasan Klasikal 46,43 % ( tidak tuntas ) Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I No 1 2 3 4 Uraian Nilai rata-rata Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa dengan nilai meningkat Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus I 65,71 13 16 46,43 %

Keterangan tabel 4.2 dan tabel 4.3 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran koperatif dengan metode diskusi oleh guru diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 65,71 dan ketuntasan belajar mencapai 46,43 % atau ada 13 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 46,43 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang dilaksanakan guru. Setelah melakukan tindakan ini, peneliti menghasilkan rekomendasi berdasarkan refleksi siklus I . Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan selanjutnya pada tindakan II adalah : a. Guru hendaknya lebih mempersiapkan media yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

16

b. Metode pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya lebih ke metode yang dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna. 3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan Siklus Kedua ini dilakukan pada tanggal 21 April 2009. Pada siklus ini peneliti memberikan tindakan seperti pada Siklus I, namun dalam pelaksanaannya pada kegiatan pembelajaran guru mengunakan media televisi untukmmutarkan video demontrasi membaca puisi. Dengan metode diskusi tindakan ini berlangsung 70 menit untuk kemudian diberi evaluasi dan refleksi guna tercapainya proses belajar mengajar sesuai skenario pembelajaran yang terdapat pada rencana pengajaran pada siklus kedua. Dalam siklus II ini, setelah selesai para siswa disuruh mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas satu persatu. Hal ini agar dapat dilihat secara nyata kemampuan siswa tidak hanya angan-angan tapi sudah merupakan hasil yang nyata. Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Andriyan Subairi Holifah Asni Lutfiah Abdul Gofur Lukman Hakim Subairi Farida Faridi Khoirul Ilham Ilmiyeh Halim Gufron Jepriyanto M.Wafi Purwanto M.Arifin Umi Habibah M.ikbal Wasik Nur Imamah Maulida Wajarwati Suyati Nilai Siklus 1 Siklus 2 60 70 80 90 60 60 60 70 60 60 70 80 60 70 70 70 80 90 70 70 70 70 70 70 60 70 60 70 60 60 70 70 70 70 60 60 60 70 60 60 80 90 Meningkat Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Keterangan T T TT T TT T T T T T T T T T TT T T TT T TT T

17

22 23 24 25 26 27 28

Sumiyati Riris Ria Dewi Risdatul Jannah Yuni Lestari Nita Novitasari Heni Fia Rumania rata-rata kelas siswa tuntas siswa tidak tuntas siswa dengan nilai meningkat persentase ketuntasan

60 60 60 70 70 70 60 65,71 13 15 16 46,43

70 60 60 70 70 70 60 69,64 20 8 11 71,43

Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

T TT TT T T T TT

Keterangan: T : Tuntas Nilai meningkat : 8 siswa TT : Tidak Tuntas Nilai tidak meningkat : 20 siswa Rata-rata kelas : 69,64 Jumlah siswa tuntas : 20 Jumlah siswa tidak tuntas : 8 Prosentase Ketuntasan Klasikal : 71,43 % ( tidak tuntas ) Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II No 1 2 3 4 Uraian Nilai rata-rata Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa dengan nilai meningkat Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus II 69,64 20 8 71,43 %

Keterangan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,64 dan ketuntasan belajar mencapai 71,43 % atau ada 20 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Setelah siklus II selesai dilaksanakan, guru atau peneliti mengadakan refleksi akhir. Dari pengamatan peneliti, secara umum pembelajaran pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Beberapa kelebihan pada siklus II ini adalah sebagai berikut : 1) Peneliti sudah bisa menguasai situasi kelas dengan membawa siswa untuk lebih bisa memahami konsep lebih mudah serta lebih aktif

18

karena merasa percaya diri dengan kemampuan memahaminya tersebut, meskipun masih terdapat siswa yang belum berkosentrasi terhadap materi; 2) Pembelajaran yang dilakukan kepada para siswa semakin lebih efektif dengan lebih menekankan pada pengalaman belajar dan menggunakan metode demontrasi k dengan media yang menarik. 4. Pelaksanaan Siklus III Kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan kedua siklus II , dibahas oleh peneliti untuk mencari jalan keluarnya. Pada pertemuan siklus III, peneliti sudah dapat menguasai kelas dan siswa mulai antusias dengan pelajaran. Demonstrasi dilakukan dengan menghadirkan narasumber dari lingkungan. Hal ini jarang sekali dilakukan dan hasilnya sangat luar biasa. Demontrasi narasumber dilanjutkan penjelasan / koreksi atas demonstrasi siswa di depan kelas Pertemuan Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa, 28 April 2009. dengan hasil belajar siswa sebagai berikut: Tabel 4.6 Tabel Hasil Belajar Siklus III
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Andriyan Subairi Holifah Asni Lutfiah Abdul Gofur Lukman Hakim Subairi Farida Faridi Khoirul Ilham Ilmiyeh Halim Gufron Jepriyanto M.Wafi Purwanto M.Arifin Umi Habibah M.ikbal Wasik Nur Imamah Maulida Wajarwati Suyati Nilai Siklus 2 Siklus 3 70 80 90 90 60 70 70 80 60 70 80 80 70 80 70 70 90 90 70 80 70 70 70 80 70 80 70 70 60 70 70 70 70 70 60 60 70 70 60 60 90 90 Meningkat Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Keterangan T T T T T T T T T T T T T T T T T TT T TT T

19

Sumiyati Riris Ria Dewi Risdatul Jannah Yuni Lestari Nita Novitasari Heni Fia Rumania rata-rata kelas siswa tuntas siswa tidak tuntas siswa dengan nilai meningkat persentase ketuntasan

22 23 24 25 26 27 28

70 60 60 70 70 70 60 69,64 20 8 11 71,43

70 60 70 70 70 70 70 73,57 25 3 11 89,29

Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya

T TT T T T T T

Keterangan: T : Tuntas Nilai meningkat : 11 siswa TT : Tidak Tuntas Nilai tidak meningkat : 17 siswa Rata-rata kelas : 73,57 Jumlah siswa tuntas : 25 Jumlah siswa tidak tuntas : 3 Prosentase Ketuntasan Klasikal : 89,29 % ( tuntas ) Tabel 4.7. Rekapitulasi hasil belajar siswa pada Siklus III No 1 2 3 4 Uraian Nilai rata-rata Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa dengan nilai meningkat Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus III 73,57 25 11 89,29 %

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 73,57 dan dari 25 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Disamping itu dengan adanya metode pembelajaran ini siswa dapat menimba pengalaman dari narasumber, dan ternyata dari proses demontrasi siswa ini, siswa lebih mudah menerima pemahaman tentang cara membaca puisi yang baik.

20

Setelah siklus III selesai dilaksanakan,

guru atau peneliti

mengadakan refleksi akhir. Dari pengamatan peneliti, secara umum pembelajaran pada siklus III lebih baik daripada siklus II. Beberapa kelebihan pada siklus III ini adalah sebagai berikut : 1) peneliti dapat menguasai kelas, serta keaktifan siswa sudah maksimal 2) Pembelajaran yang dilakukan kepada para siswa semakin lebih efektif dengan lebih menekankan pada pembelajaran yang melibatkan narasumber demonstrasi, hal ini membuat siswa semakin memahami dan bisa langsung mendemonstrasikan kemampuan membaca puisi secara langsung. B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data diatas, ditunjukkan bahwa pembelajaran koperatif sangat menunjanng peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan model ini mengadaptasi model sebelumnya yang pernah dilaksanakan pada beberapa pembelajaran, sehingga beberapa para siswa tidak terlihat mengalami kesulitan dalam beraktifitas selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dibuktikan dengan data hasil belajar yang terus meningkat dari siklus 1 65,71, siklus 2 sebesar 69,64 dan siklus ketiga dengan hasil sebesar 73,57. Data lain yang juga mendukung bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi adalah jumlah siswa yang tuntas belajar secara individu meningkat drastis dari siklus 1 sebanyak 13 siswa, siklus 2 20 siswa dan siklus 3 ada peningkatan yang signifikan yaitu 25 siswa dari 28 siswa di kelas VI, jadi hanya 3 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal pada siklus 3 ketuntasan belajar kelas telah mencapai 89,29 % ( prosentase ketuntasan diatas batas minimal ketuntasan kelas 80% ). Faktor lain yang menyebabkan hal diatas adalah disebabkan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi para guru, hal ini dinyatakan sekitar 90 % siswa terlihat antusias dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa mulai ditunjukkan sejak siklus 2 dengan metode demonstrasi konsep membaca puisi yang baik dapat dserap langsung oleh siswa yang

21

dibuktikan dengan kemampuan membaca puisi secara klasikal telah mencapai ketuntasan 89,29 %.

22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi dan metode demontrasi sangat membantu siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca puisi. Namun demikian, pembelajaran dengan menggunakan metode ini membutuhkan persiapan mengajar dan manajemen waktu dan kelas dengan baik guna mencapai efektivitas hasil pada setiap aktivitas pembelajaran di kelas. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan demontrasi juga dapat meningkatkan motivasi guru dan mendapat respon positif dari para siswa. B. Saran Saran 1) Saran bagi guru Untuk mencapai hasil yang maksimal, seorang guru dalam mengajar Bahasa Indonesia ( membaca puisi ) sebaiknya dengan menggunakan metode demontrasi; 2) Saran bagi sekolah Pihak Sekolah tentunya harus menyediakan sarana dan prasarana seperti televise, vcd/dvd player, lcd proyektor serta alat bantu mengajar yang dibutuhkan oleh guru serta menyiapkan buku panduan macam-macam metode pengajaran

DAFTAR PUSTAKA

23

Mulyani Sumantri, Johar Permana.2001.Strategi Belajar Mengajar. Bandung :CV Maulana. Syah.1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pengantar Baru.Bandung: Remaja Rosda Karya. Haryadi, Zamzani.1996.Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Aminuduin.1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra: Sinar Baru.

Lampiran 1

24

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu Hari, Tanggal : Bahasa Indonesia : Vi / 2 : 2 X 35 Menit ( 1 X Pertemuan ) : Selasa, 14 April 2009

Standar Kompetensi : 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi Kompetensi Dasar Indikator : 6.3 Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat : Membaca puisi dengan ekspresi yang tepat

Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat membaca puisi dengan intonasi dan ekspresi yang tepat Materi Ajar Membaca Puisi Metode Pembelajaran Demontrasi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal Salam Apersepsi Penyampaian tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Guru mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas Siswa memperhatikan demonstrasi guru

25

Beberapa siswa ditunjuk untuk mencoba mendemonstrasikan membaca puisi Guru memberikan bimbingan cara membaca puisi dengan ekspresi yang baik Siswa bergantian maju untuk membaca puisi Kegiatan Akhir Siswa dan guru menarik kesimpulan Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar Penilaian Bentuk Penilaian Performance tes Instrumen Penilaian Instrumen Pengamatan Performance
NO 1 2 3 NAMA SISWA Intonasi Aspek Penilaian Vokal Ekspresi Nada Jumlah

Kurikulum Bahasa Indonesia Kelas VI, KTSP Buku Bahasa Indonesia Kelas VI, Pusat Perbukuan Depdiknas Buku Saya Senang Berbahasa Indonesia

Keterangan: Intonasi Vokal Ekspresi Nada ( 10 25 ) ( 10 25 ) ( 10 25 ) ( 10 25 ) 40 50 50 60 60 80 80 100 : D ( kurang ) : C ( cukup : B ( baik ) : A ( sangat baik )

Ledokombo, 14 April 2009 Guru Kelas

DAHONO

26

NIM. 813663449 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2 Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu Hari, Tanggal : Bahasa Indonesia : VI / 2 : 2 X 35 Menit ( 1 X Pertemuan ) : Selasa, 21 April 2009

Standar Kompetensi : 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi Kompetensi Dasar Indikator : 6.3 Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat : Membaca puisi dengan ekspresi yang tepat

Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat membaca puisi dengan intonasi dan ekspresi yang tepat Materi Ajar Membaca Puisi Metode Pembelajaran Demontrasi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal Salam Apersepsi Penyampaian tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Guru memutarkan video pembacan puisi dengan benar Siswa memperhatikan video melalui televisi yang disediakan

27

Beberapa siswa ditunjuk untuk mencoba mendemonstrasikan membaca puisi Siswa bergantian maju untuk membaca puisi Guru memberikan komentar terhadap tampilan siswa Kegiatan Akhir Siswa dan guru menarik kesimpulan Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar Penilaian Bentuk Penilaian Performance tes Instrumen Penilaian Instrumen Pengamatan Performance
NO 1 2 3 NAMA SISWA Intonasi Aspek Penilaian Vokal Ekspresi Nada Jumlah

Kurikulum Bahasa Indonesia Kelas VI, KTSP Buku Bahasa Indonesia Kelas VI, Pusat Perbukuan Depdiknas Buku Saya Senang Berbahasa Indonesia Televisi, VCD player, VCD puisi

Keterangan: Intonasi Vokal Ekspresi Nada ( 10 25 ) ( 10 25 ) ( 10 25 ) ( 10 25 ) Ledokombo, 21 April 2009 Guru Kelas DAHONO NIM. 813663449 40 50 50 60 60 80 80 100 : D ( kurang ) : C ( cukup : B ( baik ) : A ( sangat baik )

28

Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 3 Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu Hari, Tanggal : Bahasa Indonesia : VI / 2 : 2 X 35 Menit ( 1 X Pertemuan ) : Selasa, 28 April 2009

Standar Kompetensi : 6. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi Kompetensi Dasar Indikator : 6.3 Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat : Membaca puisi dengan ekspresi yang tepat

Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat membaca puisi dengan intonasi dan ekspresi yang tepat Materi Ajar Membaca Puisi Metode Pembelajaran Demontrasi Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal Salam Apersepsi Penyampaian tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Guru memperkenalkan narasumber kepada siswa Narasumber mendemonstrasikan membaca puisi di depan kelas

29

Beberapa siswa ditunjuk untuk mencoba mendemonstrasikan membaca puisi Narasumber memberikan koreksi dan komentar terhadap tampilan siswa yang maju Siswa bergantian maju untuk membaca puisi Kegiatan Akhir Siswa dan guru menarik kesimpulan Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar Penilaian Bentuk Penilaian Performance tes Instrumen Penilaian Instrumen Pengamatan Performance
NO 1 2 3 NAMA SISWA Intonasi Aspek Penilaian Vokal Ekspresi Nada Jumlah

Kurikulum Bahasa Indonesia Kelas VI, KTSP Buku Bahasa Indonesia Kelas VI, Pusat Perbukuan Depdiknas Buku Saya Senang Berbahasa Indonesia

Keterangan: Intonasi Vokal Ekspresi Nada ( 10 25 ) ( 10 25 ) ( 10 25 ) ( 10 25 ) 40 50 50 60 60 80 80 100 : D ( kurang ) : C ( cukup : B ( baik ) : A ( sangat baik )

Ledokombo, 28 April 2009 Guru Kelas DAHONO NIM. 813663449

30

Lampiran 5

Format Kesedian sebagai Teman Sejawat dalam Penyelenggaraan PKP

Kepada Kepala UPBJJ Jember Di Jember

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa : Nama : SUCIPTO NIP : 19641002 198503 1 001 Tempat Mengajar : SDN Slateng 02 Alamat Sekolah : Ledokombo Jember Telepon :Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama : Nama NIM Program Studi Tempat Mengajar Alamat Sekolah Telepon : DAHONO : 813663449 : S1 PGSD : SDN Slateng 02 : Ledokombo Jember :-

Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jember , 7 April 2009 Mengetahui, Kepala Sekolah Teman Sejawat,

SISWANTO, S.Pd. NIP.19620817 198303 1 021

SUCIPTO NIP. 19641002 198503 1 001

31

Lampiran 6 SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM UPBJJ-UT Menyatakan bahwa: Nama Tempat Mengajar Guru Kelas : SUCIPTO : SDN Slateng 02 Ledokombo :V : DAHONO : 813 663 449 : JEMBER

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jember, 14 April 2009 Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

SUCIPTO NIP. 19641002 198503 1 001

DAHONO NIM. 813 663 449

32

Lampiran 7 SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM UPBJJ-UT Menyatakan bahwa: Nama Tempat Mengajar Guru Kelas : SUCIPTO : SDN Slateng 02 Ledokombo :V : DAHONO : 813 663 449 : JEMBER

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jember, 21 April 2009 Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

SUCIPTO NIP. 19641002 198503 1 001

DAHONO NIM. 813 663 449

33

Lampiran 8 SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM UPBJJ-UT Menyatakan bahwa: Nama Tempat Mengajar Guru Kelas : SUCIPTO : SDN Slateng 02 Ledokombo :V : DAHONO : 813 663 449 : JEMBER

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jember, 28 April 2009 Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

SUCIPTO NIP. 19641002 198503 1 001

DAHONO NIM. 813 663 449

34

Anda mungkin juga menyukai