Anda di halaman 1dari 60

PROSEDUR PERIJINAN PEMBUATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh : Nama Mahasiswa NIM Jurusan Program Studi Diploma : : : : : SANIMAN 551126/A Teknik Umum Keinspekturan I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEM PTK. AKAMIGAS STEM Cepu, Mei 2012

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penyusun panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberikan Rahmat dan HidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib ( KKW ) yang berjudul PROSEDUR PERIZINAN PEMBUATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) DI KABUPATEN BANJARNEGARA sebagai persyaratan akademik di PTK AKAMIGAS STEM Cepu. Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dapat kami selesaikan berkat dorongan, kerja sama, saran serta pemikiran dari berbagai pihak. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus tulusnya kepada : 1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, M.T. selaku direktur PTK AKAMIGAS STEM Cepu. 2. Bapak Doni Sutrisno, S.T., M.M., selaku Kepala Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara. 3. Bapak Drs. L. Riyatno, M.M., selaku Ketua Program Studi Diploma I Keinspekturan. 4. Bapak Drs. Kun Dharmawan H., selaku Kepala Bidang ESDM Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara. 5. Bapak Zunus Rosyadi, S.Sos., selaku Kepala Seksi Ketenagalistrikan dan enargi Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara. 6. Bapak Agus Heriyanto S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing 7. Bapak dan Ibu dosen PTK AKAMIGAS STEM Cepu, khususnya dari Program Studi Diploma I Keinspekturan. 8. Keluarga dan teman-teman semua yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga penulisan ini bisa terselesaikan dengan baik. Harapan kami apa yang tertulis didalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Oleh karena itu perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran, demi kesempurnaan penulisan ini karena penulisan kami jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik Bapak / Ibu serta memberi Rahmat, Taufik dan HidayahNya kepada kita semua. Amiin. Cepu, Mei 2012 Penulis ( Saniman ) NIM. 551126 / A

INTISARI
PLTMH sendiri merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW sampai 200kW. Adanya aliran air dan ketinggian yang memadai dapat kita manfaatkan sebagai sumber energi untuk PLTMH. Kabupaten Banjarnegara sendiri mempunyai sumber energi alternatif yang cukup banyak, diantaranya adalah panas bumi di Pegunungan Dieng yang sudah dimanfaatkan sebagai PLTPb, dan beberapa aliran sungai yang dikembangkan dengan PLTA dan juga PLTMH. Dari banyaknya potensi yang ada, masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara merasa belum bisa menikmati manfaatnya secara maksimal dikarenakan kurangnya pengembangan dari potensi-potensi tersebut, sehingga Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sendiri merasa perlu menerbitkan Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur tentang usaha ketenagalistrikan, dimana didalamnya juga termasuk izin pembangunan PLTMH dan juga tata cara pengajuannya, baik yang on grid maupun yang off grid. Setelah izin diterbitkan hak dan kewajiban pemegang izin juga harus diatur supaya pemegang izin tidak berlaku semaunya sendiri dan tidak merugikan masyarakat. Izin usaha penyediaan tenaga listrik merupakan sebagai salah satu mekanisme pengawasan kelaikan operasi instalasi tenaga listrik, hak dan kewajiban pemegang izin, sanksi, dan pemantauan.

ii

DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... i INTISARI ......................................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan ..................................................................... 1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1.3. Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................... 1.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................... II. ORIENTASI UMUM 2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Banjarnegara ............................................. 2.2. Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara .......................................... 2.3. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kabupaten Banjarnegara ..... 2.3.1 Kondisi Geografis ..................................................................... 2.3.2 Bentang Alam ........................................................................... 2.3.3 Keadaan Penduduk .................................................................... 2.4. Dinas PSDA Dan ESDM Kabupaten Banjarnegara .............................. 2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas PSDA dan ESDM ............................... 2.6. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ... 2.7. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Ketenagalistrikan dan Energi ............... III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PLTMH ................................................................................................ 3.2. Potensi PLTMH ..................................................................................... 3.3. Izin Usaha .............................................................................................. 3.4. Dasar Hukum ......................................................................................... IV. PEMBAHASAN 4.1. Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara .......................................... 4.2. Perkembangan Listrik Pedesaan Di Kabupaten Banjarnegara............... 4.3. Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ................................................... 4.3.1. On Grid ..................................................................................... 4.3.2. Off Grid ..................................................................................... 4.4. Tata Cara Permohonan Izin PLTMH ..................................................... 4.5. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin ....................................................... 4.6. Pencabutan Izin ..................................................................................... 4.7. Permasalahan dan Penanganannya ........................................................ 1 3 3 4 4 6 7 12 12 13 14 15 17 18 20 22 23 25 27 28 30 32 32 33 35 38 41 43

iii

V. PENUTUP 5.1. Simpulan .............................................................................................. 45 5.2. Saran ..................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iv

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Bupati Banjarnegara I dan XIV ............................................ Lambang Kabupaten Banjarnegara ........................................ Peta Kabupaten Banjarnegara ................................................ Struktur Organisasi Dinas PSDA dan ESDM Kabupeten Banjarnegara ......................................................................... Gambaran Sebuah Sistem PLTMH........................................ Ketinggian Vertikal dimana Air Jatuh(Head) ........................ PLTP Dieng dan PLTA Sudirman ......................................... Power House PLTMH Gringsing .......................................... Mesin Pengering Hasil Tanaman yang Memanfaatkan Listrik dari PLTMH ............................................................... Skema Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ..................... 7 8 12 17 23 24 30 31 32 35

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 01. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005) ........................................ 1

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005) Lampiran 02. Data Pegawai Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.

vii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat karena pertambahan penduduk, Pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat, sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utama, ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi (menipis). Berdasarkan data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025 yang dikeluarkan oleh Departemen ESDM pada tahun 2006, menyebutkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 23 tahun dengan ratio cadangan/produksi pada tahun tersebut, sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 62 tahun dan batubara 146 tahun, (Tabel 1.1.). Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi, biomasa, energi surya dan energi angin relatif cukup besar (lampiran 1). Tabel. 1.1. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005) Jenis Energi Fosil Minyak Gas Batubara Sumber : DESDM (2006) Kebijakan Pemerintah berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan energi nasional dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam peraturan tersebut, pada tahun 2025 Cadangan/Produksi Indonesia 23 Tahun 62 Tahun 146 Tahun Dunia 40 Tahun 60 Tahun 200 Tahun

konsumsi minyak bumi diharapkan turun menjadi 20%, gas alam naik menjadi 30%, batubara naik menjadi 33%, sedangkan energi baru dan terbarukan (termasuk di dalamnya energi mikro hidro) naik menjadi 17%. Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen dan kembali mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah telah menerbitkan Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK Tersebar) melalui Kepmen ESDM No. 1122K/30/MEM/2002. Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK Tersebar) untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik sampai dengan kapasitas 1 MW yang diusahakan oleh usaha kecil dan koperasi. Walaupun teknologi mikro hidro telah dikenal sejak zaman dulu, perkembangan pembangunan teknologi ini dipandang sangat lambat, terlebih setelah terjadinya krisis energi akhir-akhir ini. Salah satu faktor penting dalam pembangunan mikro hidro adalah kebijakan dan peraturan-peraturan (regulasi) yang berkaitan dengan mikro hidro khususnya serta energi terbarukan pada umumnya di tingkat kabupaten-kabupaten. Sampai saat ini banyak yang beranggapan bahwa pemerintah sering mempersulit penerbitan izin-izin pembangunan dan izin-izin usaha dengan peraturan- peraturannya. Namun itu semua dikarenakan kekurang pahaman masyarakat dan pengembang akan peraturan-peraturan yang berlaku. Dalam rangka diversifikasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan tersebut, pasokan tenaga listrik pada tahun 2020 menggunakan minimal 5% berasal dari energi terbarukan. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan daerah

membangun pembangkit tenaga listrik skala kecil yang bersifat off grid (tidak tersambung oleh grid nasional). Salah satu pembangkit listrik skala kecil yang potensial adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Hal ini juga merupakan salah satu implementasi dari green energy initiative yaitu untuk mendorong energi terbarukan, energi efisiensi dan energi bersih. PLTMH dibangun dalam rangka program peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat terutama untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik. Namun dalam pembangunannya juga harus memperhatikan mutu dan melaksanakan ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan serta fungsi lingkungan. Maka diperlukan regulasi yang jelas sebagai pedoman pengawasannya. 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah : a. Untuk memperluas pengetahuan, pengalaman serta mengadakan

perbandingan antara ilmu yang diperoleh selama belajar dengan praktek dan penerapan dilapangan. b. Untuk mengetahui lebih jauh tentang prosedur perizinan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Kabupaten Banjarnegara 1.3 Ruang Lingkup Penulisan Pembahasan dalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dibatasi pada regulasi atau prosedur perizinan mengenai pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro (PLTMH) Di Kabupaten Banjarnegara, permasalahan yang timbul, serta upaya-upaya untuk menanggulanginya. 1.4. Metode Pengumpulan Data Untuk menunjang penulisan Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini diperlukan data-data dari obyek yang diteliti dengan cara : 1. Menanyakan langsung masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) kepada petugas di lapangan, 2. Membaca bahan pustaka/literatur yang diperoleh diperkuliahan, perpustakaan dan seksi ketenagalistrikan dan energi bidang ESDM Di Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara. 3. Pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan. 1.5. Sistematika Penulisan Garis besar sistematika penulisan ini adalah : BAB I. PENDAHULUAN Menguraikan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II. ORIENTASI UMUM Menerangkan tentang Kabupaten Banjarnegara dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan ESDM) Kabupaten Banjarnegara secara singkat.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA Dalam hal ini membahas tentang PLTMH, Potensi, perizinan pembangunan PLTMH, dan dasar hukumnya.

BAB IV. PEMBAHASAN Dalam hal ini membahas potensi energi di Kabupaten Banjarnegara, kondisi kelistrikan di Kabupaten Banjarnegara,, kewenangan pemberian izin, tata cara permohonan izin, hak dan kewajiban pemegang izin, pencabutan izin PLTMH dan permasalahan serta upaya penanganannya BAB V. PENUTUP Merupakan kesimpulan atas analisa dan saran saran untuk pemecahan masalah yang mungkin dapat digunakan sebagai usaha perbaikan di Bidang ESDM pada Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.

II. ORIENTASI UMUM


2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Banjarnegara Dalam www.banjarnegarakab.go.id dijelaskan bahwa Kabupaten

Banjarnegara merupakan hadiah dari Pemerintah Mataram (Sri Susuhunan Pakubuwono VII) kepada R. Tumenggung Dipoyudo IV, karena jasanya pada saat perang Diponegoro. Sesuai dengan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I (yang pada akhirnya tanggal 22 agustus diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Banjarnegara), pada waktu itu berkedudukan di Banjarmangu yang dikenal dengan Banjarwatulembu dan berada di sebelah utara sungai serayu. Persoalan meluapnya sungai serayu pada musim hujan menjadi kendala dalam berkomunikasi dengan Kesultanan Surakarta. Sehingga penguasa pada saat itu memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke sebelah selatan sungai serayu. Kondisi daerah baru merupakan persawahan (banjar) yang luas dengan beberapa lereng yang curam, sehingga nama daerah yang baru ini menjadi Banjarnegara (banjar: sawah, negara: kota) Bupati-Bupati yang pernah menjabat antara lain : 1. R. Tumenggung Dipoyudo IV 2. R. Adipati Diponingrat 3. R. Tumenggung Jayanegara I 4. R. Tumenggung Jayanegara II 5. R. Sumitro Kolopaking 6. R. Sumitro (1831-1846) (1846-1878) (1878-1896) (1896-1927) (1927-1949) (1949-1959)

7. R. Mas Soedjirno 8. R. Soedibjo 9. Drs. Soewadji 10. Drs.H. Winarno Surya Adisubrata 11. H. Endro Soewarjo 12. Drs.H.Nurachmad 13. Drs.Ir. Djasri, MM, MT 14. H. Sutedjo Slamet Utomo, SH, M.Hum

(1960-1967) (1967-1973) (1973-1980) (1980-1986) (1986-1991) (1991-2001) (2001-2011) (2011-2016)

Gambar 2.1. Bupati Banjarnegara I dan XIV 2.2. Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara "diukir" oleh panitia khusus DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan "Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota), Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota). Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966. Disahkan

pada tanggal 11 agustus 1967 oleh DPRDGR, yang kemudian diperkenalkan kepada masyarakat oleh Bupati Banjarnegara ke-7, Raden Mas Soedjirno,

Gambar 2.2. Lambang Kabupaten Banjarnegara Arti Lambang Bentuk, Isi Dan Warna

Ps. (1) Bentuk pokok dari pada Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara merupakan sebuah perisai yang bergayakan (ngestijleerd) berwarna dasar hijau dengan pelisir berwarna kuning emas. Ps. (2) Pada perisai tersebut terlukis 12 macam benda alam / bangunan yang tata letaknya tersusun secara artistik terdiri dari : a) Sebuah segi lima yang seperempat bagian kanan dan kiri bawah berwarna merah, sedang seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah berwarna putih ; b) Setangkai padi berisi 17 butir berwarna kuning emas disebelah kanan segi lima ; c) Serangkai 8 buah kapas yang terbuka penuh berwarna putih disebelah kiri segi lima ; d) Sebuah bintang sudut lima berwarna kuning emas ;

e) Sebatang pohon beringin : daunnya berwarna hijau serta berakar gantung sebanyak 8 buah ; batangnya dengan 5 buah akar berwarna coklat muda ; f) Sebuah keris tak berukel, berwarna hitam ;

g) Sederetan pegunungan berwarna biru muda ; h) Sederetan daerah hutan berwarna hijau ; i) Syphon ( suling saluran air ) berwarna hitam dengan 6 buah cincin yang membagi suling saluran air ini atas 7 buah bagian / ruas ; j) Bidang tanah, diatas mana pohon beringin berdiri : disebelah atas Syiphon berwarna hijau ; disebelah bawah Syiphon merupakan petak petak / tingkat - tingkat berwarna coklat ; k) Air sungai berwarna biru muda dengan 3 jalur gelombangnya berwarna putih ; l) Sehelai selendang dibawah segi lima berwarna kuning emas, diatas dimana tercantum nama "BANJARNEGARA" dengan tulisan hitam ; Makna Lambang Bentuk, Isi Dan Warna

1) Perisai dan keris melambangkan jiwa kepahlawanan dan kesatriaan rakyat Banjarnegara 2) Segi lima yang berdiri tegak, melambangkan watak kepribadian serta jiwa persatuan dan kesatuan rakyat Banjarnegarayang berlandaskan Pancasila 3) Bintang dan Pohon beringin a. Bintang melambangkan kepercayaan beragama yang kuat

b. Pohon beringin melambangkan tradisi yang baik dari Pemerintahan rakyat Banjarnegara 4) Syphon, petak-petak tanah (tanah persawahan yang bertingkat-tingkat) melambangkan daya cipta yang besar dengan nilai-nilai kebudayaan khas dari rakyat Banjarnegara 5) Pegunungan dengan hutan-hutannya melambangkan keadaan alam daerah Banjarnegara dengan bermacam-macam kekayaannya sebagai sumber kehidupan rakyat 6) Air sungai dengan 3 jalur gelombang melambangkan sungai serayu yang mengalir di sepanjang daerah Kabupaten Banjarnegara dengan 3 macam peggunaan airnya, yaitu untuk pertanian, perikanan, dan industri 7) Bidang tanah tempat berdiri pohon beringin yang berwarna hijau melambangkan kesuburan tanah pada umumnya di daerah Banjarnegara 8) Bidang-bidang berwarna merah dan putih di dalam segi lima menandakan daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia 9) Warna hijau dari pada perisai yang dibatasi oleh pelisir kuning, dimana terbentang a. Selendang dengan tulisan "BANJARNEGARA" b. Padi dan Kapas : Mengkiaskan hari depan yang gemilang bagi rakyat Banjarnegara menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa

10

SESANTI / SURYA SENGKALA Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah. Sesanti tersebut berbunyi : "WANI MEMETRI RAHAYUNING PRAJA" Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir bathin bagi rakyat dan pemerintahannya. 2.3. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kabupaten Banjarnegara 2.3.1 Kondisi Geografis Kabupaten Banjarnegara termasuk Wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak diantara 7 12' 7 31' Lintang Selatan dan 109 29' - 109 45'50" Bujur Timur, dengan batasbatas :

Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat

:Wilayah Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang. :Wilayah Kabupaten Wonosobo. :Wilayah Kabupaten Kebumen. :Wilayah Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas.

11

Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,99 Ha atau sebesar 3,29 % dari luas seluruh wilayah Propinsi Jawa Tengah, terdiri dari 20 Wilayah Kecamatan, 12 Kelurahan, 266 Desa. Suhu udara di Kabupaten Banjarnegara berkisar antara 20C-26C dengan temperatur terdingin yaitu 3C-18C, dengan kelembaban udara berkisar 80%-85%.Musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, bulan - bulan basah (hujan) lebih banyak dari pada bulan-bulan kering (kemarau). Adapun curah hujan rata-rata 3.000 milimeter per tahun.

Gambar 2.3. Peta Kabupaten Banjarnegara

12

2.3.2 Bentang Alam Ketinggian tempat pada masing-masing wilayah umumnya tidak sama yaitu antara 40-2.300 meter dpl. Bahkan dibeberapa tempat beda ketinggian atau kemiringan bisa lebih dari 40%. Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis, wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki relief yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula tenaga listrik panas bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan : Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur, Karangkobar, Madukara

Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi, Banjarmangu, Rakit

Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan daerah pegunungan yang berrelif curam. Meliputi Kecamatan :

Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan

13

Dari keadaan geologisnya pada umumnya terlihat struktur batuan yang ada di Kab. Banjarnegara adalah struktur batuan berbentuk lapisan dengan kondisi batuan mudah longsor dan banyak sesar/patahan terutama di wilayah bagian utara sehingga cukup membahayakan bangunan fisik/prasarana. 2.3.3 Keadaan penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 menurut data yang ada pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banjarnegara sejumlah 1.073.240 jiwa, terdiri atas 545.817 jiwa laki-laki dan 527.423 jiwa perempuan.Berdasarkan struktur umur yang ada, penduduk usia produktif ( 15-59 tahun ) sebanyak 775.939 jiwa dan usia non produktif ( 0 s/d 14 tahun dan diatas 60 tahun ) sebanyak 297.301 jiwa. Sehingga Angka Ketergantungan (Dependency Ratio) sebesar 0,38 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus menanggung 38 jiwa usia non produktif. Budaya dan adat istiadat rakyat Banjarnegara, merupakan bagian yang ada di lingkungan budaya Banyumas, dimana masyarakat di daerah ini umumnya mempunyai budaya "manutan" sehingga mereka mudah mengikuti apa yang dikatakan oleh para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal. Mereka juga memperlihatkan loyalitas tinggi sebagai warga masyarakat dan tebal nasionalismenya. Di dalam kehidupan ekonomi nampak sekali kecenderungan mereka untuk bersikap dan samadya (menerima apa adanya, realistis dan tidak ambisius), sikap ini tercermin pada mata pencaharian mereka yang cenderung kurang dinamik (pegawai Negeri ataupun petani). Di kalangan mereka tidak berkembang mentalitas usahawan atau pedagang yang mengutamakan

14

produktivitas dan efisiensi, tolok ukur keberhasilan orang tidak didasarkan pada harta/kekayaan sebagai bukti prestasinya, namun dilihat dari toleransi atau kegotong royongan. Ungkapan mereka tega warase ora tega larane, tega larane ora tega patine, mencerminkan toleransi/kesetiakawanan yang tinggi, dan ojodumeh mengisyaratkan keinginan untuk hidup jujur, rukun dan sederhana/tidak sombong jika sedang berkuasa. Pendek kata mereka hidup dengan falsafah sederma nglakoni (sekedar menjalani hidup). Di samping itu masih berakar kuat adat istiadat Jawa yang bernafaskan ke Islaman, mereka masih percaya akan hari baik/buruk dan umumnya masih melakukan berbagai upacara ritual sebagai warisan nenek moyang yang sepantasnya dihormati. Sementara itu berkembang pula aliran kepercayaan yang disana sini nampak luluh/menyatu dengan kehidupan agama. 2.4. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 16 Seri D Nomor 3 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 108). Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara mengemban tugas dan tanggung jawab dibidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi dan

15

Sumber Daya Mineral dalam merumuskan kebijakan teknis Perencanaan, Pengembangan, Pengelolaan, Pengendalian dan Pelaksanaan pembangunan. Pada tahun 2011 jumlah pegawai di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara sebanyak 96 orang, dengan rincian 87 Pegawai Negeri Sipil dan 9 Calon Pegawai Negeri Sipil (lampiran 2). Adapun Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara adalah : Kepala Dinas, Yang membawahi : 1. Sekretaris, membawahi:

Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Kasubag Keuangan Kasubag Umum dan Kepegawaian

2. UPTD, membawahi :

Kepala UPTD I Kepala UPTD II Kepala UPTD III Kepala UPTD IV Kepala UPTD V

3. Kepala Bidang PSDA, membawahi :


Kepala Seksi Pendayagunaan SDA Kepala Seksi Operasi dan pemeliharaan Kepala Seksi Irigasi

16

4. Kepala Bidang ESDM, membawahi :


Kepala Seksi Pertambangan Umum Kepala Seksi Geologi,Migas dan SDM Kepala Seksi Kelistrikan dan Energi

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara 2.5. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas PSDA dan ESDM Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor : 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Bidang Energi Sumber Daya Mineral yang menjadi kewenangan daerah. Adapun untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut diatas, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara mempunyai fungsi sebagaimana tersebut pada Bab II Pasal 2 ayat 2 item a sampai dengan i Peraturan Bupati Nomor 162 Tahun 2009 tentang Tugas

17

Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara, yaitu :
a.

Pengkoordinasian dan fasilitasi bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral;

b.

Pengarahan dan pemberian petunjuk teknis bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral;

c.

Penyelenggaraan pelayanan bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral;

d.

Pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral;

e. f. g.

Pengelolaan Tata Usaha Sekretariat Dinas PSDA dan ESDM; Melaksanakan pengelolaan pendapatan bidang PSDA dan ESDM; Pengiventarisasian permasalahan dalam pelaksanaan tugas Dinas PSDA dan ESDM dan penyusunan alternatif penyelesaian masalah;

h.

Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang PSDA dan ESDM;

i.

Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas PSDA dan ESDM.

18

2.6. Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang energi dan sumber daya mineral mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian,

pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pertambangan, geologi, migas dan suber daya mineral, ketenagalistrikan dan energi. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pertambangan; b. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang geologi, migas dan sumber daya mineral; c. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang ketenagalistrikan dan energi; d. Pengawasan intern penyelenggaraan tugas bidang energi dan sumber daya mineral; dan e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan secara berjenjang.

19

2.7. Tugas Pokok Dan Fungsi Seksi Ketenagalistrikan Dan Energi Seksi Ketenagalistrikan dan Energi mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian, pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang ketenagalistrikan dan energi, meliputi : a. Penyiapan bahan penyusunan peratuiran daerah kabupaten di bidang ketenagalistrikan dan energi; b. Penyiapan bahan penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED); c. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang sarana maupun energi listriknya dalam kabupaten; d. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin usaha di bidang energi; e. Penyiapan bahan pengaturan harga jual tenaga listrik untuk konsumen pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang izin usahanya dikeluarkan oleh kabupaten; f. Penyiapan bahan pengaturan harga jual tenaga listrik untuk pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang izinnya dikeluarkan oleh kabupaten; g. Penyiapan bahan pengaturan harga jual energi baru terbarukan yang izin usahanya dikeluarkan oleh kabupaten; h. Fasilitasi penyediaan listrik perdesaan di wilayah kabupaten;

20

i. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi rekomendasi Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri berupa Izin Operasi (IO) yang sarana instalasinya dalam kabupaten; j. Penyiapan bahan pemberian persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan sendiri berupa Izin Operasi (IO) kepada pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang izinnya dikeluarkan oleh kabupaten; k. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi badab usaha dalam negeri/mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal dalam negeri; l. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam untuk usaha pembangkitan energi sesuai kewenangan kabupaten; m. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan usaha ketenagalistrikan dan energi yang izinnya diberikan oleh kabupaten; n. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengembang dan pemanfaatan energi baru terbarukan yang dilakukan oleh masyarakat; o. Pengkajian dan pengembangan penggunaan energi baru terbarukan; p. Pengusulan pengangkatan dan pembinaan inspektur ketenagalistrikan serta pembinaan jabatan fungsional kabupaten; dan q. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan secara berjenjang.

21

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 PLTMH PLTMH merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro, Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW sampai 200kW. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah, mikro artinya kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam prakteknya, istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa mikrohidro, pasti menggunakan air skala kecil sebagai sumber energinya. Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources
5:11)

dengan terjemahan

bebas bisa dikatakan energi putih. Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini menggunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik. Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian

22

ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling atau belt. Dari generator menghasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).

Gambar 3.1. Gambaran Sebuah Sistem PLTMH 7:182) 3.2 Potensi PLTMH Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Sebuah skema hidro memerlukan dua hal yaitu debit air dan ketinggian jatuh/head (Gambar 3.1) untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (power house). Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda ketinggian daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

23

Ini adalah sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari bentuk ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya listrik atau daya gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi daya yang dapat mengirim sebanyak yang diserap dikurangi sebagian daya hilang oleh sistem itu sendiri dalam bentuk gesekan, panas, suara dan sebagainya.

Gambar 3.2. Ketinggian Vertikal dimana Air Jatuh(Head) Persamaan konversinya adalah7:181):

Pel = Phydr total


Dimana

.......... (3.1)

Pel

= output daya listrik (W) = efisiensi total (%)

total

Daya kotor (Phydr) adalah Head kotor(Hn) yang dikalikan dengan debit air
(Q)

dan juga dikalikan dengan sebuah faktor (g = 9,81), sehingga persamaan

dasar dari pembangkit listrik adalah : Pel = Q g Hn total


24
.............(3.2)

Untuk perkiraan paling awal beberapa literatur menyarankan persamaan yang disederhanakan, dengan = kekentalan air = ~1000 kg/m3 g = gaya gravitasi = 9.81 m/detik2 Untuk efisiensi keseluruhan total kita mengasumsikan 70%, dengan anggapan peralatan terpasang memiliki kualitas yang baik, jika tidak pengurangan mungkin diperlukan). olehkarena itu persamaan dapat disederhanakan menjadi: P = 7 Q H [kW] dengan
70% 1000 9.81 1000 [ ]

............... (3.3)

=
3.3 Izin Usaha PLTMH

............... (3.4)

Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik pembangkitan sampai titik pemakaian. Jenis Usaha Ketenagalistrikan di daerah terdiri dari : a. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri (UKS) adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk kepentingan sendiri b. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (UKU) adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang memberikan kegunaan bagi kepentingan umum. c. Usaha Penunjang Tenaga Listrik (UPTL) adalah badan usaha yang secara spesifikasi bergerak di bidang ketenagalistrikan.

25

Izin diperlukan sebagai salah satu mekanisme pengawasan6:6): kelaikan operasi instalasi tenaga listrik hak dan kewajiban pemegang izin sanksi pemantauan

Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan umum. Izin usaha penyediaan tenaga listrik disesuaikan dengan jenis usahanya yaitu : a. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang selanjutnya disebut IUKS adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik untuk kepentingan sendiri. b. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum yang selanjutnya disebut IUKU adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik untuk kepentingan umum. c. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut IUPTL adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada badan usaha untuk melakukan kegiatan usaha di bidang jasa penunjang ketenagalistrikan. Salah satu usaha penyediaan tenaga listrik adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), sehingga izin yang diberlakukan untuk usaha PLTMH adalah IUKS dan atau IUKU. Namun pada umumnya pembangunan 26

PLTMH bertujuan untuk kepentingan umum sehingga izin yang digunakan adalah Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (IUKU). 3.4 Dasar Hukum Dasar hukum perizinan PLTMH di kabupaten Banjarnegara mengacu kepada Undang-undang ketenagalistrikan, yaitu3:7) : 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 1985 tentang

Ketenagalistrikan Pasal 7 ayat (2) 2. Undang-undang ketenagalistrikan. 3. PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. 4. Perda Kabupaten Banjarnegara No.10 Tahun 2008, tentang Usaha Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang

Ketenagalistrikan Daerah. 5. Perda Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang Ketenagalistrikan. Merupakan revisi dari Perda No. 10 Tahun 2008. 6. Peraturan Bupati Banjarnegara No.197 Tahun 2009, tentang Tata cara dan persyaratan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik baik IUKU maupun IUKS 7. Keputusan Kepala Dinas PSDA dan ESDM, Nomor 671/355 Tahun 2009, tentang Petunjuk pelaksanaan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik baik IUKU maupun IUKS.

27

IV. PEMBAHASAN
4.1 Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara Kondisi geografis Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar merupakan pegunungan dan dataran tinggi, mengakibatkan Kabupaten ini mempunyai sumber daya alam yang cukup banyak yang dapat dipergunakan sebagai sumber energi alternatif, diantaranya adalah panas bumi, aliran sungai dan energi matahari. Untuk saat ini sudah ada beberapa yang dikembangkan sebagai pembangkit listrik. Namun dalam pengembangannya masih kurang optimal. Potensi energi yang sudah dikembangkan diantaranyaadalah3:6): PLTA Sudirman Kapasitas terpasang 3 X 60,2 MW PLTA Tulis Kapasitas terpasang 2 X 6,2 MW PLTPB Dieng Kapasitas terpasang 1 X 60 MW PLTM Plumbungan Kapasitas terpasang 1,6 MW PLTM Tapen Kapasitas terpasang 1 MW PLTM Karangtengah Kapasitas terpasang 300 KW PLTMH Siteki Kapasitas terpasang 1,2 Mw 28

Selain yang tersebut diatas masih ada sekitar 60 lokasi yang ideal untuk dibangun PLTMH, baik di aliran sungai maupun di saluran irigasi. Namun dalam kondisinya sekarang hampir semua pembangkit listrik yang ada sudah tidak dapat berproduksi secara optimal. Sebagai contoh PLTPB Dieng, Kapasitas yang terpasang adalah 60 MW, pada 2008 mengalami penurunan secara signifikan sebesar 20 MW, sehingga hanya bisa menyuplai listrik sebesar 40 MW, bahkan pada 2010 turun lagi sebesar 20 MW, sehingga saat ini PLTPB Dieng hanya mampu berproduksi sebesar 20 MW. Sehingga dari semua pemanfaatan sumber energi tersebut sampai sekarang ini belum mampu mencukupi kebutuhan listrik di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini juga diakibatkan oleh kondisi wilayah Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar adalah pegunungan, sehingga di beberapa tempat sangat susah untuk dipasang jaringan listrik. Dalam kondisi seperti sekarang ini guna memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik, sangat diperlukan optimalisasi pemanfaatan potensi-potensi energi listrik yang ada dan juga menggali sumber-sumber energi yang baru, terutama sumber energi terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan yang sekarang digiatkan pengembangannya adalah PLTMH dimana untuk wilayah Kabupaten

Banjarnegara tersedia cukup banyak aliran sungai dan irigasi yang bisa dimanfaatkan sebagai PLTMH.

29

Gambar 4.1. PLTP Dieng dan PLTA Sudirman 4.2 Perkembangan Listrik Pedesaan Kabupaten Banjarnegara Pada tahun 2011 yang lalu, di Kabupaten Banjarnegara masih ada sekitar 104 Dukuh yang berada di 47 desa belum bisa menikmati listrik PLN. Hal ini diakibatkan karena kondisi geografis yang sebagian besar adalah pegunungan sehingga pemukiman penduduk cenderung berkelompok-kelompok kecil dan antar kelompok terpisah cukup jauh. Kerena kondisi tersebut membuat pemukiman tersebut sangat sulit terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Melalui program Listrik Perdesaan (lisdes), Pemerintah dan PT. PLN (Persero) mengembangkan perluasan jaringan dan pengembangan listrik di desa terpencil dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ada di daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi dan memicu tumbuhnya kegiatan produktif. Rencana pengembangan listrik perdesaan memprioritaskan

pemanfaatan sumber energi terbarukan dengan pertimbangan lingkungan, biaya, dan penciptaan kegiatan produktif. Kabupaten Banjarnegara yang memiliki banyak sungai pada saat ini berusaha lebih meningkatkan pemanfaatan tenaga air skala kecil (PLTMH). Selain karena potensinya yang cukup banyak juga karena

30

PLTMH terbukti mampu menjangkau ke daerah-daerah terpencil di wilayah Kabupaten. Di beberapa wilayah Kabupaten Banjarnegara yang tidak memiliki potensi aliran sungai yang memadai untuk di bangun PLTMH, pemerintah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seperti yangf terpasang di desa Kali Tengah, Kecamatan Purwonegoro.

Gambar 4.2. Power House PLTMH Gringsing Salah satu Dusun yang telah bisa merasakan progran Listrik Pedesaan (lisdes) adalah Dusun Gringsing, Desa Pesangkalan, Kecamatan Pagedongan. Di Dusun ini telah dibangun sebuah PLTMH yang digunakan oleh sekitar 100 Kepala Keluarga. PLTMH ini dikelola oleh masyarakat sekitar dan dimanfaatkan oleh warga sebagai penerangan dan juga industri rumah tangga.

31

Gambar 4.3. Mesin Pengering Hasil Tanaman Yang Memanfaatkan Listrik Dari PLTMH Pemerintah berharap program Listrik Pedesaan (lisdes) ini bisa mencakup ke seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara terutama di daerah-daerah terpencil, sehingga semua masyarakat bisa merasakan listrik dan mendapatkan informasi yang lebih banyak serta mampu meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Kabupaten Banjarnegara. 4.3 Kewenangan Pemberian Izin PLTMH 4.3.1 On Grid8:5) Apabila jaringan PLTMH terhubung secara nasianal (JTN) maka sesuai dengan yang tercantum dalam PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum merupakan kewenangan Menteri Energi Sumber Daya Mineral. 32

4.3.2

Off Grid Untuk jaringan Off Grid dibedakan lagi berdasarkan kepentingan penggunaan tenaga listrik tersebut

A. Untuk kepentingan umum. Sesuai dengan PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum jaringan PLTMH tidak terhubung secara nasional maka : a. Bupati/Walikota,berwenang untuk memberikan izin usaha

penyediaan tenaga listrik baik sarana maupun energi listriknya yang berada dalam daerahnya nasing-masing b. Gubernur, berwenang untuk memberikan izin usaha penyediaan tenaga listrik lintas kabupaten/kota baik sarana maupun energi listriknya yang berada dalam wilayahnya. c. Menteri, berwenang untuk mengeluarkan izin usaha penyediaan tenaga listrik lintas provinsi baik sarana maupun energi listriknya. B. Untuk kepentingan sendiri a. Tidak diperlukan IUKS untuk kapasitas pembangkitan tenaga listrik lebih kecil atau sama dengan 200 kVA; cukup terdaftar di dinas terkait;

33

b. IUKS diberikan sesuai peruntukannya: i. Penggunaan utama: dioperasikan secara terus-menerus; ii. Penggunaan cadangan: dioperasikan hanya sewaktu-waktu untuk menjamin kontinuitas dan keandalan; iii. Penggunaan darurat: dioperasikan hanya pada saat terjadi gangguan pasokan dari PKUK atau PIUKU; Penggunaan sementara: dioperasikan hanya untuk kegiatan sementara IUKS untuk penggunaan utama hanya dapat diberikan di suatu daerah usaha PKUK atau PIUKU terintegrasi dalam hal: PKUK atau PIUKU yang memiliki daerah usaha tersebut nyata-nyata belum dapat menyediakan tenaga listrik dengan mutu dan keandalan yang baik atau belum dapat menjangkau seluruh daerah usahanya, atau Pemohon IUKS dapat menyediakan listrik secara lebih ekonomis; Pemegang IUKS yang mempunyai kelebihan tenaga listrik dapat menjual kelebihan tenaga listriknya kepada PKUK atau PIUKU terintegrasi atau Masyarakat setelah mendapat persetujuan Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

34

Gambar 4.4. Skema Kewenangan Pemberian Izin PLTMH7:16) 4.4 Tata Cara Permohonan Izin PLTMH Mekanisme permohonan izin PLTMH yang berlaku dikabupaten

Banjarnegara adalah sebagai berikut3:9) : Permohonan Izin Prinsip; Mengajukan permohonan dengan blangko yang telah disediakan dibubuhi meterai Rp. 6000,-, dengan dilampiri : 1. Copy KTP/Akta Pendirian Badan Usaha 2. Gambar denah lokasi dan Site Plan; 3. Proposal/rencana usaha yang akan dimohon Peninjauan Lokasi dan Rekomendasi dari Team Terpadu; Peninjauan lokasi dimaksudkan untuk melakukan studi kelayakan dan juga sebagai bahan rekomendasi untuk menerbitkan izin.

35

Penyusunan FS DE PLTMH oleh Pemohon Pengurusan izin-izin teknis; Izin-izin teknis yang dibutuhkan adalah: Izin pemakaian air Izin lokasi Izin mendirikan bangunan

Pengurusan Kerjasama antara Pemohon dengan PT PLN; Proses Pembangunan Fisik PLTMH oleh Pemohon; Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU) atau Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Sendiri (IUKS) Uji Laik Operasi dan Lingkungan oleh Lembaga yang berwenang; Operasional. Sebagai bahan pertimbangan, pada saat mengajukan izin usaha

ketenagalistrikan pemohon harus melampirkan beberapa persyaratan sesuai dengan izin yang akan diajukan6:17), yaitu : A. IUKU SEMENTARA Persyaratan administratif: identitas pemohon akta pendirian perusahaan profil perusahaan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

36

Persyaratan teknis: studi kelayakan awal kapasitas pembangkit jadwal pembangunan surat penunjukan pemenang lelang atau penunjukan langsung dari PKUK atau PIUKU terintegrasi selaku calon pembeli tenaga listrik atau sewa jaringan.

IUKU Sementara dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun dan dapat dicabut apabila dalam waktu 1 tahun tidak melakukan kegiatan B. IUKU Persyaratan administratif: identitas pemohon akta pendirian perusahaan profil perusahaan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kemampuan pendanaan

Persyaratan teknis: studi kelayakan lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi) diagram satu garis (single line diagram) jenis dan kapasitas usaha keterangan/gambar daerah usaha dan Rencana Usaha Penyediaan tenaga Listrik

37

jadwal pembangunan dan rencana pengoperasian persetujuan harga jual tenaga listrik atau sewa jaringan izin dan persyaratan lainnya (AMDAL atau UKL & UPL, IMB,PMA)

Permohonan IUKU atau IUKU Sementara yang ditolak, akan diberitahukan secara tertulis paling lambat 30 hari setelah permohonan diterima. C. IUKS Persyaratan administratif: identitas pemohon akta pendirian perusahaan profil perusahaan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Persyaratan teknis: lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi) diagram satu garis (single line diagram) uraian rencana penyediaan dan kebutuhan tenaga listrik jadwal pembangunan rencana pengoperasian izin dan persyaratan lainnya

4.5 Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap perorangan ataupun badan usaha sebagai pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik mempunyai hak dan kewajiban9:27). Hak dan kewajiban pemegang izin ini tertera pada

38

Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang ketenagalistrikan bab XI pasal 40 dan pasal 41. A. Hak pemegang izin. Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dalam melaksanakan usahanya berhak untuk: a. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan; b. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan; c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api; d. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk sementara waktu; e. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah tanah; f. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau di bawah tanah; dan g. memotong dan/atau menebang tanaman yang menghalanginya. Dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan ketenagalistrikan

pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik harus melaksanakannya berdasarkan peraturan perundang-undangan. B. Kewajiban pemegang izin. Selain hak yang diberikan kepada pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik juga berwajiban untuk : a. melakukan kegiatan sesuai dengan izin yang diberikan; b. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan secara terus-menerus;

39

c. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan memperhatikan hak-hak konsumen; d. memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan/atau pelayanan jaringan tenaga listrik untuk konsumen dan masyarakat di daerah usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki wilayah daerah usaha; e. memenuhi kebutuhan jaringan tenaga listrik untuk konsumen dan masyarakat di wilayah usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki daerah usaha; f. menjamin kelangsungan pasokan tenaga listrik di dalam wilayah usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki daerah usaha; g. menyusun rencana usaha penyediaan tenaga listrik, bagi pemegang izin yang memiliki daerah usaha; h. mengunakan persyaratan; i. mempekerjakan tenaga teknik yang memiliki kompetensi yang disyaratkan; j. memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan yang meliputi peralatan tenaga listrik yang telah memenuhi

keselamatan instalasi, keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan umum, dan lindungan lingkungan; k. mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi setempat dan energi terbarukan; l. mengoptimalkan pemanfaatan proses teknologi yang bersih, ramah lingkungan dan efisien;

40

m. mengoptimalkan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan berdaya saing; n. melakukan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat. o. menyampaikan laporan secara berkala kepada Pemerintah Daerah; p. melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap instalasi tenaga listrik; q. melaksanakan ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan serta fungsi lingkungan; dan r. pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang menggunakan kekayaan daerah wajib memberikan retribusi yang besaran dan tatacaranya diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah; mengutamakan produk dan potensi dalam negeri. 4.6 Pencabutan Izin Sesuai dengan peraturan yang berlaku pemegang izin usaha mempunyai kewajiban yang juga tertera dalam izin usahanya. Setiap pemegang izin usaha baik perorangan maupun badan usaha yang diketahui melanggar ketentuan dan tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai pemegang izin usaha, akan dikenai sanksi administratif. Tata cara pengenaan sanksi administratif diatur oleh Bupati9:32) yaitu : a. Teguran tertulis Teguran tertulis diberikan sebagai peringatan atas pelanggaran yang

41

dilakukan oleh pemegang izin. Apabila pemegang izin tetap melakukan pelanggaran yang sama, maka dapat dikenakan sanksi yang lebih berat yaitu pembekuan kegiatan sementara. b. Pembekuan kegiatan sementara Pembekuan kegiatan semantara diberikan apabila pemegang izin tetap melakukan pelanggaran yang sama setelah diberi sanksi berupa teguran tertulis atas pelanggaran tersebut. Apabila pemegang izin tetap melakukan pelanggaran yang sama, maka dapat dikenakan sanksi yang lebih berat, berupa pencabutan izin usaha. c. Pencabutan izin usaha Pencabutan izin usaha diberikan apabila pemegang izin tetap melakukan pelanggaran yang sama setelah diberi sanksi berupa pembekuan sementara atas pelanggaran tersebut. Pencabutan izin usaha juga bisa dilakukan kepada pemegang izin usaha apabila pemegang izin tidak mengajukan permohonan perpanjangan izin padahal izin yang diberikan telah habis masa berlakunya. Untuk IUKU sementara batas waktu maksimal yang diberikan adalah 2 tahun dan dapat dicabut apabila dalam 1 tahun tidak melakukan kegiatan. IUKU diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun7:20). IUKU yang habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan perpanjangan IUKU paling lambat 60 hari sebelum IUKU berakhir.

42

IUKU berakhir karena : 1. 2. 3. Habis masa berlakunya dan tidak diajukan perpanjangan; Dikembalikan karena PIUKU tidak mampu lagi melanjutkan usahanya; atau Dicabut karena PIUKU tidak memenuhi/melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam IUKU dan peraturan perundang-undangan, serta tidak mampu memperbaiki kinerjanya sesuai batas waktu yang diberikan setelah mendapat peringatan tertulis dari Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya; IUKU dapat dialihkan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri,Gubernur atau Bupati/Walikota, dengan ketentuan pihak lain tersebut telah memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan lain sesuai peraturan perundang-undangan. 4.7 Permasalahan dan Penanganannya Sebagai Dinas yang masih cukup baru, yang terbentuk pada tahun 2008. Serta sedikitnya pegawai yang ada terutama untuk seksi ketenagalistrikan dan energi yang saat ini hanya ada kepala seksi dan 2 orang staf, maka masih banyak wilayah-wilayah kerja seksi ketenagalistrikan yang belum bisa terjangkau. Sehingga sosialilsasi tentang regulasi ketenagalistrikan belum bisa optimal yang menyebabkan banyak masyarakat dan pengembang usaha penyediaan tenaga listrik kurang memahami regulasi ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten Banjarnegara.

43

Namun dengan sedikitnya personil yang ada, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara pada umumnya serta seksi ketenagalistrikan dan energi pada khususnya selalu berusaha bekerja dengan maksimal supaya seluruh elemen masyarakat selaku konsumen ataupun pengusaha-pengusaha penyediaan tenaga listrik yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara bisa mengetahui dan memahami regulasi tentang ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu guna mewujudkan pelayanan yang optimal kepada masyarakat, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara juga sering mengirimkan pegawai-pegawainya untuk mengikuti diklat-diklat maupun pendidikan-pendidikan yang bekaitan langsung dengan bidang esdm pada umumnya dan ketenagalistrikan pada khususnya.

44

V. PENUTUP
5.1 Simpulan Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan ESDM) Kabupaten Banjarnegara pada Bidang Energi Sumber Daya Mineral, seksi Ketenagalistrikan dan energi selama kurang lebih tiga minggu, saya memperoleh kesimpulan bahwa :

1. Pembangunan PLTMH mampu meningkatkan potensi sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil. 2. Izin pembangunan PLTMH yang berada di wilayah Kabupaten

Banjarnegara adalah kewenangan Bupati Banjarnegara. 3. Dengan izin pembangunan PLTMH, pemerintah kabupaten Banjarnegara mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik. 4. Pemegang Izin Usaha PLTMH harus melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dicantumkan di dalam Izin Usahanya dan apabila tidak dilaksanakan kewajiban tersebut maka izin usahanya akan dikenai sanksi administratif.

5.2 Saran 1. Meningkatkan terus pembangunan PLTMH, terutama yang mampu menjangkau wilayah-wilayah terpencil di Kabupaten Banjarnegara,

sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan di Kabupaten Banjarnegara.

45

2. Terus meningkatkan keikut-sertaan pegawai-pegawai Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara dalam diklat-diklat dan pendidikanpendidikan yang berkaitan dengan ketenagalistrikan guna menciptakan pelayanan kepada masyarakat yang lebih optimal. 3. Terus-menerus melakukan sosialisasi tentang regulasi ketenagalistrikan kepada masyarakat umum, supaya tidak ada lagi konsep bahwa kebijakan pemerintah yang mempersulit masyarakatnya. 4. Meningkatkan pengawasan terhadap pemegang izin usaha supaya tidak terjadi pelanggaran dan tidak merugikan konsumen.

46

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2005, Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau), Jakarta. 2. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2006, Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2025, Jakarta 3. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara, 2009, Pengurusan Perijinan PLTMH Di Daerah, Banjarnegara. 4. Humas Setda Banjarnegara, 2010, Profil Kabupaten Banjarnegara, Banjarnegara. 5. Joko Priyanto, 2008, Kertas Kerja Wajib Desa Mandiri Energi Berbasis PLTMH di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten , Cepu 6. Sitompul Hotman, 2007, Persyaratan Izin Penyediaan Tenaga Listrik, Jakarta. 7. Sitompul Rislima, 2011, Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan Yang Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Perdesaan, Jakarta. 8. ______,2005, Peraturan Pemerintah Nomor: 3. Tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal 6 ayat (4) 9. ______, 2010, Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor : 10. tentang ketenagalistrikan

Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)1


RASIO CAD/PROD (tanpa ekplorasi) Tahun 23 62 146 KAPASITAS TERPASANG 4,2 GW 0,852 GW 0,084 GW 0,302 GW 0,008 GW 0,0005 GW

JENIS ENERGI FOSIL Minyak Gas Batubara ENRGI NON FOSIL Tenaga Air Panas Bumi Mini/Micro hydro Biomassa Tenaga Surya Tenaga Angin Uraniaum
*) 1)

SUMBER DAYA 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 58 miliar ton SUMBER DAYA 845,0 juta BOE 219,0 juta SBM 0,46 GW

CADANGAN 9,1 milar barel 185,8 TSCF (P1+P2) 19,3 miliar ton SETARA 75,67 GW 27,14 GW 0,46 GW 49,81 GW 4,80 kWh/m2/hari 9,29 GW

PRODUKSI (per Tahun) 387 juta barel 2,97 TSCF 132 juta ton PEMANFAATAN 6.8851,0 GWh 2.593,50 GWh

24.112 ton*)

33,0 GW*)

hanya di daerah Kalan Kalimantan Barat DESDM

Lampiran 01

Lampiran 02

DATA PNS DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011
GOL / RUANG
2

NO
1

JENIS KEPEGAWAIAN CPNS


3

JUMLAH SD
5 6 7

JENIS PENDIDIKAN SLTP SLTA


8

JENIS KELAMIN S1
10

KET
14

PNS
4

DIII
9

S2
11

L
12

P
13

I/a I/b I/c I/d Jumlah

4 4

8 9 2 19

8 13 2 23

8 8

13 2 15

8 13 2 23

II

II/a II/b II/c II/d Jumlah

3 1 4

24 4 1 6 35

27 4 2 6 39

4 4

6 1 1 2 10

17 3 4 24

1 -

26 4 2 6 38

1 1

III

III/a III/b III/c III/d Jumlah

1 1

9 6 10 5 30

10 6 10 5 31

2 4 5 11

8 2 3 5 18

2 2

8 4 8 3 23

2 2 2 2 8

IV

IV/a IV/b IV/c IV/d IV/E Jumlah

1 1 1 3

1 1 1 3

1 1 2

1 1

1 1 1 3

JUMLAH TOTAL

87

96

12

25

35

20

87

Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara 2011

Anda mungkin juga menyukai