Anda di halaman 1dari 12

Hemiplegi Dextra et causa SNH dengan Afasia Sensori dan Motorik Dibuat oleh: Sofia Pranacipta,Modifikasi terakhir pada

Fri 22 of Jun, 2012 [12:27 UTC] Abstrak SNH adalah iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik. Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu area Broa, area Wernicke, dan jalur yang menghubungkan antara keduanya. Kata kunci: SNH, afasia. Kasus Pasien adalah seorang laki-laki berusia 45 tahun, datang diantar oleh keluarga dalam keadaan compos mentis (sadar penuh). Kurang lebih sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kelumpuhan pada kaki kanan dan tangan kanan serta sulit berbicara dan sulit mengerti pembicaraan orang lain. Hal tersebut terjadi ketika pasien baru saja bangun tidur. Tidak ada keluhan pusing, mual, muntah. Tidak ada riwayat trauma. Kemudian pasien dibawa ke UGD. 3 hari yang lalu pasien sempat memeriksakan diri ke mantri desa karena mengeluh sakit kepala. Keluarga pasien menyangkal bahwa pasien menderita hipertensi dan DM. Keluarga pasien tidak ada yang menderita hipertensi dan DM. Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign: tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi: 80 x/menit, respirasi: 16x/menit, suhu: afebris. Sedangkan status lokalis didapatkan afasia sensori dan motorik, nervus cranialis I-XI: alam batas normal, nervus XII: sikap lidah sedikit ke kanan dan artikulasi tidak jelas, gerakan dan kekuatan anggota gerak kanan atas dan bawah menurun, serta tidak terdapat reflek patologis. Pemeriksaan penunjang: GDP: 80 mg/dl, GD2PP: 110 mg/dl. Skoring pasien ini: skor siriraj: -3, algoritma gajahmada: stoke iskemi, dan skor djoenaedi: 15. Diagnosis Stroke non hemoragik Terapi Pada pasien ini diberikan terapi: 1. Inf. RL 16 tpm, 2. Piracetam 3x3gram, 3. Aspilet 1x1, 4. Vitamin B1 2x1 (11-0) 5. Fisioterapi Diskusi Pada kasus ini seorang laki-laki 45 tahun, mengalami kelumpuhan pada kaki kanan dan tangan kanan serta sulit berbicara dan sulit mengerti pembicaraan orang lain. Hal tersebut terjadi ketika pasien baru saja bangun tidur. Tidak ada keluhan pusing, mual, muntah. Tidak ada riwayat trauma. Berdasarkan perhitungan skor Siriraj, algoritma Gajah Mada, dan skor Djoenaedi pasien ini masuk dalam kategori SNH. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Stroke karena penyumbatan, dapat disebabkan karena trombosis serebri dan emboli serebri. Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik terbagi menjadi : 1. Transient Ischemic Attack (TIA): Defisit neurologi yang bersifat akut yang terjadi kurang dari 24 jam, dapat hanya beberapa menit saja. 2. Stroke In Evolution (SIE): stroke dimana defisit neurologinya terus bertambah berat. 3. Reversibel Ischemic Neurology Deficit (RIND): Gejala yang muncul bertahap, akan hilang dalam waktu lebih dari 24 jam tetapi tidak lebih dari 3 minggu, tetapi pasien dapat mengalami pemulihan sempurna. 4. Complete Stroke Ischemic: stroke yang defisit neurologinya sudah menetap. Faktor resiko mayor dari stroke adalah hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung. Faktor resiko minor stroke adalah TIA, usia, jenis kelamin, peningkatan hematokrit, hiperlipidemia, hiperuricemia, kenaikan fibrinogen, obesitas, merokok, kontrasepsi, stress, dan faktor genetik. Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Hal ini dapat terjadi pada : 1. Sistem karotis: Gangguan penglihatan (Amaurosis fugaks/buta mendadak), gangguan bicara (afasia atau disfasia), gangguan motorik (hemiparese/hemiplegi kontralateral), gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh. 2. Sistem vertebrobasiler : Gangguan penglihatan (hemianopsia / pandangan kabur), gangguan nervi

kraniales, gangguan motorik, gangguan sensorik, koordinasi, gangguan kesadaran. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, melakukan pemeriksaan fisik neurologik, skoring untuk membedakan jenis stroke, dan pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, angiografi serebral, pemeriksaan Likuor serebrospinalis, laboratorium (HT, HB, protrombin time, trombosit, fibrinogen, GDS, cholesterol, ureum dan kreatinin), dan EKG. Penatalaksanaan pada stroke non hemoragik adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki perfusi jaringan : Pentoxyfilin : Reotal 2. Sebagai anti koagulansia : Heparin, Warfarin 3. Melindungi jaringan otak iskemik : Nimodipin 4. Anti udema otak : Deksametason, Manitol 5. Anti agregasi platelet : golongan asam asetil salisilat (aspirin) Kesimpulan Pada kasus ini pasien menderita stroke non hemoragik, diagnosis tersebut ditegakkan dengan skoring Siriraj, algoritma Gajah Mada, skor Djoenaedi. Adanya afasia pada pasien ini dimungkinkan adanya gangguan pada sistem pembuluh darah karotis. Daftar Pustaka Harsono, 2007. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Cetakan keenam. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16. Mansjoer, 2000, Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3, Media Aeuculapius, Jakarta, hal : 17-26. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260-275. Sylvia, 1995, Penyakit Serebrosvaskuler dan Nyeri Kepala dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit, Ed 4, EGC, Jakarta, hal : 964-968. Penulis Sofia Pranacipta, Bagian Ilmu Penyakit Syaraf, RSUD Tidar Magelang, 2012. Hemiparesis Sinistra Spastik pada Pasien Laki-laki 54 Tahun dengan Stroke Non Hemoragik Dibuat oleh: Irnawati SM,Modifikasi terakhir pada Tue 10 of Jul, 2012 [02:33 UTC] Abstrak Stroke non hemoragik (non perdarahan) merupakan penyakit stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang sering mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Hemiparese spastik disebabkan karena pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Pada pasien terjadi hemiparese spastik, sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik. Kata kunci :Hemiparese sinistra, Spastik, Stroke Non Hemoragik. Kasus: Seorang laiki-laki berusia 54 tahun datang ke IGD RSU Tidar Magelang dengan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa di gerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 3 bulan yang lalu (maret 2012) tapi pasien saat itu masih bisa berjalan walaupun kaki kirinya diseret karena terasa berat. Riwayat Hipertensi (+) , Merokok (+) . Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS : E4V5M6, Tekanan Darah 180/110 mmhg, HR :88x/m, RR: 20 x/m dan to:36,7oC. Pemeriksaan Neurologi : Orientasi Baik, Jalan Pikiran Relevan, Daya Ingat baik, Pupil Isokor. Motorik

kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, reflek fisiologis(+), reflek Patologis babinski (+) Diagnosis : Pasien ini didiagnosis Observasi Hemiparesis Sinstra Spastik ec Stroke Non Hemoragik Terapi : Pasien ini diberikan terapi Infus RL, pasang DC, injeksi Piracetam 3x3gr, Farmasal 2x1, Vitamin B1,B12 Diskusi Pada pasien di temukan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa digerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 3 bulan yang lalu. Ada Riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, reflek Fisiologis, reflek patologis babinski (+) dapat ditegakkan diagnosis Hemiparesis Spastik ec Stroke Non Hemoragic. Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi secara akut, berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan iskemik atau infark serebri. Tidak termasuk disini gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma (WHO,1986). Stroke non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Arteria serebri media atau anterior lebih jarang menjadi tempat aterosklerosis karena darah terdorong melalui sistem vaskular gradien tekanan. Tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat melalui lumen yang kecil akan menurunkan gradien tekanan di daerah tersebut. (Price, 2005) Gejala Stroke Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan dapat menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke juga dapat bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. beberapa gejala stroke berikut: Disatria, disfagia,afasia motorik/sensorik, hemiparese/hemiplegi, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, diplopia dan pusing, ketidakseimbangan dan terjatuh, pingsan, pergerakan yang tidak biasa, inkontinensia urine,koma. Dari gejala yang muncul dapat ditetapkan letak lesi pada kortikal, subkortikal (kapsula interna, ganglia basalis, talamus) dan batang otak serta medula spinalis. Bila topik di kortikal akan terjadi gejala kinis berupa afasia, gangguan sensorik kortikal (position, point localization, graphesthesia, stereognosis), muka dan lengan lebih lumpuh (a. Serebri media) atau tungkai lebih lumpuh (a. Serebri anterior), eye deviation (penyimapangan penglihatan, topik di kortikal) dan hemiparesis disertai kejang. Bila topik di subkortikal akan timbul tanda : muka, lengan dan tungkai sama berat lumpuhnya (khas untuk lesi di kapsula interna), dystonic posture (tampak pada lesi di ganglia basalis), gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi lesi pada kapsula interna. Dikenal beberapa pola gangguan neurologik yang

mengisyaratkan stroke telah terjadi, yakni bila kumpulan gejala dan tanda yang muncul mengambarkan terkenanya daerah perdarahan tertentu dari suatu pembuluh darah otak yang kebanyakan mengenai satu sisi. Sedangkan pola yang lain berkaitan dengan infark kecil yang terletak jauh di dalam jaringan otak. Bila yang tekena daerah perdarahan arteri karotis akan menimbulkan sindroma berkenaan dengan cabang-cabang superfisial arteri serebri media dengan tanda-tanda : kelemahan sensorimotor wajah dan lengan atau hemiparesis, afasia (gangguan bicara) bila yang terkena hemisferium yang dominan, gangguan penglihatan, mata dan kepala berputar ke arah sisi lesi otak. Sindroma berkenaan dengan cabang-cabang profunda arteri serebri media berupa kelumpuhan motorik murni, hemiparesis atau heniplegi (tanpa ganguan sensorik maupun visual) yang mengenai salah satu sisi tubuh seluruhnya (mencakup wajah, lengan dan tungkai). Sindrome berkenaan dengan gangguan komplit arteri serebri media berupa gabungan antara hemiparesis atau plegia yang merupakan bagian dari sindrom cabang-cabang profunda dengan gangguan sensorik, visual dan bicara yang merupakan sindrome cabang-cabang superfisial arteri serebri media. Sindroma berkenaan dengan arteri serebri anterior berupa monoparesis sensorimotor anggota bawah atau berupa hemiparesis yang berkembang meluas, gangguan lebih nyata pada anggota bawah dan bagian proksimal anggota atas. Sering dijumpai inkontinensia urin, juga adanya refleks menggenggam pada sisi anggota yang terkena. Bila topik di batang otak akan muncul gejala berupa : hemiparese/plegi alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, nyeri, suhu dan kornea wajah ipsilateral dan gangguan nyeri suhu pada badan kontralateral, diasartria, gangguan menelan, gerakan mata abnormal dan deviasi lidah. Bila topik di medula spinalis akan timbul : muka biasanya tak tampak kelainan, Brown Sequad Syndrome, gangguan sensoris dan keringat sesuai tingi lesi, gangguan miksi dan defikasi (Mangunsong, 1992) Kesimpulan Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik. Referensi Dahlan P. Dan Lamsudin R., 1999, Diagnosis Jenis Patologi Stroke Untuk Kepentingan Penanganan Stroke yang Rasional: Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen Berkala Kesehatan Masyarakat XIV. Adams, R.D., Victor, M., Ropper, A., 2001, Principle of Neurology,7th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore. Bronner LL., Kanter DS., Manson JE., 2000, Primary prevention of Stroke : Medical Progress, The New England Jornal of Medicine Lamsudin R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada, Disertasi Doktor Dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mardjono M, 1998, Pedoman Dalam Manajemen Stroke. Dalam:Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen BKM XIV. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . Dahlan P. Dan Lamsudin R., 1999, Diagnosis Jenis Patologi Stroke Untuk Kepentingan Penanganan Stroke yang Rasional: Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen Berkala Kesehatan Masyarakat XIV. Penulis : Irnawati SM . Ilmu Penyakit Syaraf. RSU Tidar Magelang Hemiparesis Sinistra Spastik Pada Pasien Wanita Usia 70 Tahun dengan Stroke Non Hemoragik

Dibuat oleh: Lara Pradilla Rose,Modifikasi terakhir pada Mon 02 of Jul, 2012 [23:44 UTC] Abstrak Stroke non hemoragik (non perdarahan) merupakan penyakit stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Hemiparese spastik disebabkan karena pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik. Kata kunci : Hemiparese Sinistra Spastik, Stroke Non Hemoragik. Kasus: Seorang Wanita usia 70 tahun datang ke IGD RS. Jogja dengan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa di gerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 3 bulan yang lalu. riwayat Hipertensi (+) , Merokok (+) . Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS : E3V5M6, Tekanan Darah 180/110 mmhg, HR :84x/m, RR: 20 x/m dan to:36,4oC. Pemeriksaan Neurologi : Orientasi Baik, Jalan Pikiran Relevan, Daya Ingat baik, Pupil Isokor. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada reflek Fisiologis, Tidak ada Reflek Patologis. Diagnosis : Pasien ini didiagnosis Observasi Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragik Terapi : Pasien ini diberikan terapi Infus Nacl, Infus Manitol. Injeksi Farsix 3x1, Captopril 3 x25 mg, dan Farmasal 2x1. Diskusi Pada pasien di temukan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa digerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 3 bulan yang lalu. Ada Riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri : 1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada Reflek Fisiologis, Tidak ada Reflek Patologis dapat ditegakkan diagnosis Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragic. Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi secara akut, berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan iskemik atau infark serebri. Tidak termasuk disini gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma (WHO,1986). Stroke non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Arteria serebri media atau anterior lebih jarang menjadi tempat aterosklerosis karena darah

terdorong melalui sistem vaskular gradien tekanan. Tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat melalui lumen yang kecil akan menurunkan gradien tekanan di daerah tersebut. (Price, 2005) Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi. (Misbach, Harmani; 2007) Gejala Stroke Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. beberapa gejala stroke berikut: Bicara tidak jelas, sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran. Penglihatan ganda dan pusing. ketidakseimbangan dan terjatuh. Pingsan. Pergerakan yang tidak biasa.Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih. Dari gejala yang muncul dapat ditetapkan letak lesi pada kortikal, subkortikal (kapsula interna, ganglia basalis, talamus) dan batang otak serta medula spinalis. Bila topik di kortikal akan terjadi gejala kinis berupa afasia, gangguan sensorik kortikal (position, point localization, graphesthesia, stereognosis), muka dan lengan lebih lumpuh (a. Serebri media) atau tungkai lebih lumpuh (a. Serebri anterior), eye deviation (penyimapangan penglihatan, topik di kortikal) dan hemiparesis disertai kejang. Bila topik di subkortikal akan timbul tanda : muka, lengan dan tungkai sama berat lumpuhnya (khas untuk lesi di kapsula interna), dystonic posture (tampak pada lesi di ganglia basalis), gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi lesi pada kapsula interna. Dikenal beberapa pola gangguan neurologik yang mengisyaratkan stroke telah terjadi, yakni bila kumpulan gejala dan tanda yang muncul mengambarkan terkenanya daerah perdarahan tertentu dari suatu pembuluh darah otak yang kebanyakan mengenai satu sisi. Sedangkan pola yang lain berkaitan dengan infark kecil yang terletak jauh di dalam jaringan otak. Bila yang tekena daerah perdarahan arteri karotis akan menimbulkan sindroma berkenaan dengan cabang-cabang superfisial arteri serebri media dengan tanda-tanda : kelemahan sensorimotor wajah dan lengan atau hemiparesis, afasia (gangguan bicara) bila yang terkena hemisferium yang dominan, gangguan penglihatan, mata dan kepala berputar ke arah sisi lesi otak. Sindroma berkenaan dengan cabang-cabang profunda arteri serebri media berupa kelumpuhan motorik murni, hemiparesisatau heniplegi (tanpa ganguan sensorik maupun visual) yang mengenai salah satu sisi tubuh seluruhnya (mencakup wajah, lengan dan tungkai). Sindrome berkenaan dengan gangguan komplit arteri serebri media berupa gabungan antara hemiparesis atau plegia yang merupakan bagian dari sindrom cabangcabang profunda dengan gangguan sensorik, visual dan bicara yang merupakan sindrome cabang-cabang superfisial arteri serebri media. Sindroma berkenaan dengan arteri serebri anterior berupa monoparesis sensorimotor anggota bawah atau berupa hemiparesis yang berkembang meluas, gangguan lebih nyata pada anggota bawah dan bagian proksimal anggota atas. Sering dijumpai inkontinensia urin, juga adanya refleks menggenggam pada sisi anggota yang terkena. Bila topik di batang otak akan muncul gejala berupa : hemiparese/plegi alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, nyeri, suhu dan kornea wajah ipsilateral dan gangguan nyeri suhu pada badan kontralateral, diasartria, gangguan menelan, gerakan mata abnormal dan deviasi lidah. Bila topik di medula spinalis akan timbul :

muka biasanya tak tampak kelainan, Brown Sequad Syndrome, gangguan sensoris dan keringat sesuai tingi lesi, gangguan miksi dan defikasi (Mangunsong, 1992) Kesimpulan Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik. Referensi Dahlan P. Dan Lamsudin R., 1999, Diagnosis Jenis Patologi Stroke Untuk Kepentingan Penanganan Stroke yang Rasional: Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen Berkala Kesehatan Masyarakat XIV. Adams, R.D., Victor, M., Ropper, A., 2001, Principle of Neurology,7th ed, Mc Graw Hill Inc, Singapore. Harsono, 1999, Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam: Buku Ajar Neurologi Klinis, Ed 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Bronner LL., Kanter DS., Manson JE., 2000, Primary prevention of Stroke : Medical Progress, The New England Jornal of Medicine Mangunsong M., Hadinoto S, 1992, Diagnosis Stroke dalam Stroke Pengelolaan Mutakhir, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Lamsudin R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada, Disertasi Doktor Dalam Ilmu Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Mardjono M, 1998, Pedoman Dalam Manajemen Stroke. Dalam:Manajemen Stroke Mutakhir, Suplemen BKM XIV. Lindsay,K.W., 2000, Limb Weakness, Neurology and Neurosurgery Illustrated, Third Edition, Longman Group (FE) Ltd, Hongkong Penulis : Lara Pradilla Rose ,Ilmu Penyakit Syaraf, RS. Jogja Stroke Non Hemoragik pada Laki-laki Usia 60 Tahun dengan Riwayat Hipertensi Tak Terkontrol Dibuat oleh: Febrina Kautsar,Modifikasi terakhir pada Tue 15 of May, 2012 [00:14 UTC] ABSTRAK Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak. Stroke non hemoragik didefinisikan, secara patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat yang disebabkan oleh penyumbatan. Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun KEYWORD : STROKE NOKE HEMORAGIK, STROKE ISKEMIK ISI Pasien laki-laki berusia 60 tahun dibawa oleh keluargadan tetangganya dengan keluhan kepala mendadak pusing dan lumpuh pada anggota gerak sebelah kiri. Keluarga juga mengatakan bicara pasien tidak jelas. Sejak bangun tidur pasien mengeluh kepalanya nyeri dan badannya lemas, kemudian anggota gerak sebelah kanan menjadi lemah dan bicaranya pelo. Tidak ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya, tetapi pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 8 tahun yang lalu namun tidak pernah kontrol. Pasien juga tidak pernah menjaga pola makannya. Di keluarga pasien tidak ada riwayat keluhan yang sama, namun ayah pasien juga penderita tekanan darah tinggi. Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dengan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, tekanan darah 200/130 mmHg, nadi 92 kali/menit, respirasi 24 kali/menit, suhu 36,3oC. GCS E3V5M6. Pemeriksaan neurologis nervus kranialis didapatkan kelainan pada nervus X (vagus) berupa bicara pelo dan kesulitan menelan. Refleks patologis

positif pada sisi tubuh sebelah kanan. Kekuatan otot anggota gerak kanan menurun (atas 1-1-1, bawah 1-1-1). Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan urin rutin dalam batas normal. Tidak dilakukan pemeriksaan CT Scan maupun MRI atas pertimbangan biaya DIAGNOSIS Stroke non hemoragik/iskemik TERAPI Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi rawat inap, pemasangan infus, anti hipertensi, diuretik, anti edema otak, neurotropik dan anti agregasi trombosit. Juga dilakukan pemantauan ketat terhadap keadaan umum, tanda-tanda vital dan adanya penurunan kesadaran. DISKUSI Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak. Stroke non hemoragik didefinisikan, secara patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat yang disebabkan oleh penyumbatan. Stroke non haemoragik, sangat erat hubungannya dengan atherosclerosis. Kata atherosclerosis digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan menebalnya serta mengurangnya kelenturan dinding pembuluh darah arteri. Secara garis besar faktor resiko stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu umur, ras/bangsa, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan faktor resiko yang dapat dikontrol seperti hipertensi, diabetes melitus, merokok, hiperlipidemia dan kolesterol, obesitas, aneurisma pembuluh darah serebral, kelainan jantung / penyakit jantung, policitemia, kurang aktivitas fisik dan penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi cerebrovaskular. Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya defisit neurologik secara mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Gangguan neurologi fokal otak dapat berupa : 1. Gangguan motoris : kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan pada satu ekstremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir mencong, lidah mencong, pelo, melihat dobel (diplopia), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan tak terkendali (chorea/atetosis), kejang, tersedak (aspirasi), tidak keluar suara (disfoni/afoni) 2. Gangguan sensoris : gangguan perasaan (deficit sensoris), kesemutan (parestesi), rasa tebal-tebal (hipestesi), tidak bisa membedakan rabaan (anestesi), pendengaran terganggu (tinnitus/deafness), penglihatan terganggu (gangguan visus) 3. Gangguan bicara : sulit berbahasa (disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia sensorik), tidak dapat mengerti apa yang dilihat (visual agnosia), tidak dapat menulis (agrafia), kepandaian mundur (predemensia), tidak dapat berhitung (acalculia), pelupa (demensia) 4. Gangguan psikiatris : mudah menangis (force crying), mudah tertawa (force laughing), depresi, bingung, gangguan otonom, keringat, seksual, sindroma menggerutu 5. Gangguan kongnitif : yaitu pasien mengalami kesulitan untuk mengorganisasikan informasi secara efisien dan terarah, dan juga paisen mengalami kesulitan dalam mengingat perintah yang diberikan kepadanya. Pada pasien, gejala dimulai pada pagi hari yaitu timbulnya nyeri kepala dan rasa lemas, kemudian disusul dengan kelemahan anggota gerak dan kesulitan bicara secara mendadak pada siang harinya. Tidak didapatkan adanya penurunan kesadaran. Gangguan neurologi fokal otak yang didapatkan adalah gangguan motoris berupa hemiparesis kanan, dan pelo. Pada pasien, pada pemeriksaan neurologis didapatkan reflek patologis positif pada anggota gerak sebelah kanan. Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan urin rutin dalam batas normal. Akan tetapi tidak dilakukan pemeriksaan CT Scan maupun MRI atas pertimbangan biaya. Penatalaksanaan stroke dibedakan menjadi 2 fase, yaitu fase akut (hari ke 0-14 setelah onset penyakit) yang bertujuan untuk menyelamatkan neuron dan mencegah meluasnya proses patologik yang akan mengganggu fungsi otak, terapi berupa pemantauan jalan nafas, sirkulasi, tekanan darah dan kadar gula darah, diberikan anti edema otak, anti agregasi trombosit, antikoagulansia dan neurotropik. Dan fase pasca akut yang dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi medis dan pencegahan terulangnya

stroke yaitu melalui terapi rehabilitasi dan menghindari faktor resiko. KESIMPULAN Pada pasien ini didiagnosis Stroke Non hemoragik. Pada pasien stroke dapat mengalami beberapa gangguan yang sangat akan berpengaruh pada kualitas hidup. Penatalaksanaannya juga dibagi atas dua fase yang fase akut dan fase pasca akut yang mempunyai kegunaan masing-masing. REFERENSI 1. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta 2. SPM neurologi, 2009 3. Seri IR Neurologi 2005. Segi Praktis Pemeriksaan Neurologi. 2005. UPF Ilmu Penyakit Saraf FK UNS Penulis Febrina Kautsar, Bagian Ilmu Saraf, RS Jogja, Yogyakarta. 2012 Penegakan Diagnosa Stroke Hemoragik dengan Afasia Global pada Pasien 58 tahun Dibuat oleh: Aninditya DM,Modifikasi terakhir pada Sat 02 of Oct, 2010 [00:38 UTC] Abstrak Stroke adalah suatu sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lainnya kecuali gangguan vaskuler. Untuk mencarijenis stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM) atau menggunakan penilaian siriraj stroke score. Sedangkan afasia dapat didefinisikan sebagai gangguan berbahasa yang didapat dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan penyebab cedera di otak, ditandai dengan gangguan pemahaman dan gangguan pengutaraan bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Afasia menyebabkan kesulitan berbicara, membaca, menulis, menamai suatu obyek, atau tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain. Pada pasien didiagnosis stroke hemoragik dengan afasia global. Kata kunci : stroke perdarahan, afasia, ASGM, siriraj stroke score.

Kasus Wanita, 58 tahun, datang ke RS dengan keluhan RPS : kurang lebih 6 jam sebelum masuk RS, os jatuh di kamar mandi tiba-tiba tidak sadar dan diantar oleh keluarganya pada pukul 07.00 WIB ke IGD RSUD Kota Yogyakarta. Pasien mengeluh lelah, lemas, anggota gerak kiri menjadi lemah dan sulit untuk berjalan serta nyeri kepala, cekot-cekot sebelumnya, wajah menjadi perot ke kanan dan bicara pelo. Tidak ada riwayat demam atau konsumsi obat-obatan tertentu. Saat kejadian os tidak muntah, tidak kejang, dan tidak mengalami trauma kepala. Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu namun pasien tidak berobat dengan rutin. Pasien hanya sesekali berobat bila merasa badannya kurang enak. Riwayat trauma, penyakit jantung, Diabetes Mellitus, kolesterol, tumor otak tidak disangkal. Tidak ada riwayat seperti ini pada keluarga pasien. Pada pemeriksaan pasien dalam keadaan compos mentis dengan GCS E4 V5 M6, os sulit diajak berkomunikasi dan tidak mengerti apa yang orang perintahkan. Tanda vital tekanan darah 150/100 mmHg, suhu 36,9oC, nadi 86 x/menit, pernafasan 28x/menit. Reflek cahaya kedua mata

positif, pupil diameter 3 mm isokor, reflek kornea positif. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah asimetris, didapatkan parese nervus VII sinistra sentral dan parese nervus XII sinistra sentral. Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan hemiparesis, reflek fisiologi kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi (babinski) positif pada sisi kiri. Hasil pemeriksaan penunjang pencitraan otak dengan CT scan Intracerebral Hemorrahagi di daerah lobus frontoparietalis sinistra.

Diagnosis Stroke hemoragik dengan hemiparese sinistra spastik dan parese nervus VII dan nervus XII sinistra sentral dan afasia global. Terapi Pada pasien ini di berikan pengobatan yaitu IVFD Rl 20 tetes/menit, O2 2 liter/ menit, Inj Furosemide 1 ampul tiap 12 jam, KSR 1x1 , Injeksi Pyracetam 3 gr / 6 jam, Inj. Citilcholine 500 mg tiap 12 jam,Diltiazem 30 mg 3x1, Bioneuron 2 x 1, dan Inj. Ceftriaxone 1 gr tiap 12 jam dan dikonsulkan kepada fisioterapist. Diskusi Berdasarkan anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan stroke hemoragik dengan hemiparese sinistra spastik dengan parese nervus VII dan nervus XII sinistra sentral. Stroke terbagi dua, yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Untuk membedakan jenis stroke pada pasien ini bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Selain itu, untuk menetapkan diagnosis stroke serta penyebabnya dapat digunakan penilaian : Siriraj Stroke Score SS = (2,5 x C) + (2 x V) + (2 x H) + (0,1 x BPD) (3 x A) 12 Keterangan :

C V H

= Kesadaran = Vomitus/ muntah = Nyeri kepala

BPD = Tekanan diastolic A 12 = Atherom (DM, penyakit jantung) = Konstanta Bila SS > 0, 5 : Stroke Hemoragik SS < -1 : Stroke Non Hemoragik.

Penilaian Derajat kesadaran : Sadar penuh : 0 Somnolen Koma Nyeri Kepala : Ada : 1, Tidak ada : 0 :1 : 2

Vomitus : Ada : 1, Tidak ada : 0 Arteroma : Terdapat penyakit jantung dan DM : 1 Tidak terdapat penyakit jantung dan DM : 0

Berdasarkan Siriraj score dan Algoritma Stroke Gajah Mada, pada pasien ini awal datang ke Rumah sakit ditemukan nyeri kepala dan terjadi penurunan kesadaran. Reflek Babinski (+), sehingga ditarik kesimpulan bahwa pasien ini terkena stroke hemoragik. Selain itu pada pasien juga didapatkan afasia global, karena didapatkan dari pemeriksaan, bahwa pasien kesulitan berkata, tidak mengerti pembicaraan dan tidak mengerti apa yang orang yang bicarakan atau perintahkan sehingga sesuai dengan ketentuan bahwa pasien menderita afasia global dimana pada afasia ini kelancaran bicara (-), meniru (-) dan pemahamanya (-).

Kesimpulan Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada ataupun dengan siriraj score. Penentuan ini sangat penting dilakukan karena jenis stroke turut serta dalam menentukan jenis terapi yang tepat. Referensi Anonim. 2007. Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari http://www.medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm Anonim. 2009. Hemorrhagic Stroke. Artikel, Medicastore. Diakses dari http://medicastore.com/penyakit/3101/Hemorrhagic_Stroke.html Baret, J. 201. Aphasia in Gale encyplodeia of Medicine. Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . Lamsudin, R., 1997, Algoritma Stroke Gadjah Mada Penerapan Klinis Untuk Membedakan Stroke Perdarahan Intraserebral dengan Stroke Iskemik Akut atau Stroke Infark, Berkala Ilmu Kedokteran, vol.29, no.1: 11 16. Mansjoer, Arief et al. 2000. Strok dalam Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI, Jakarta. Hal 17-20. Nassisi, D. 2009. Stroke, Hemorrhagic. Artikel, Emedicine. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/793821-print Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI. Sidharta, 2004, Stroke dalam Neurologi Klinis dalam Praktek umum, ED 5, Dian Rakyat, Jakarta, hal : 260-275. Penulis Aninditya Dwi Messaurina, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Kota Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai