Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

Penyalahgunaan obat-obatan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Peningkatan yang sangat besar dari kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah memaksa masyarakat untuk memperhatikan konsekuensi dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang ini. Masalah AIDS yang sekarang ini muncul dan merabah dalam masyarakat pada dasarnya merupakan fenomena gunung es yang terjadi akibat dari penyalahgunaan obat-obatan. Telah menjadi life style dalam masyarakat ketika individu mengalami masalah atau stress kemudian lari pada penggunaan obat-obatan. Baik itu obatobatan yang hanya bersifat menyembuhkan sakit kepala maupun yang bersifat anti depresant dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi frame berpikir masyarakat kita yang telah terkonstruk bahwa obat-obatan penenang dapat menghilangkan masalah (mengurangi beban masalah). Pada kenyataannya, masyarakat yang menggunakan obat psikotropik untuk kepentingan sendiri (non medical use) kebanyakan disertai dengan munculnya masalah sosial, seperti tindakan kriminal dan kenakalan remaja. Sejak dekade 1960an banyak remaja yang tergolong usia dewasa muda menderita gangguan penggunaan zat. Mereka menggunakan zat bahan atau obat psikoaktif dalam jumlah berlebihan sebagai respon mereka terhadap masalah yang mereka hadapi. Tentu saja hal ini merugikan bagi individu yang menggunakan obat-obatan untuk lari dari masalahnya. Penyalahgunaan obat penenang dapat

mengakibatkan overdosis, infeksi virus maupun bakteri juga dapat terjadi akibat penyuntikan narkotika, termasuk human immunodeficiency virus (HIV)

BAB II PEMBAHASAN

A. Drug Abuse 1. Pemahaman Mengenai Drug Abuse Penyalahgunaan obat atau "drug abuse" berasal dari kata salah guna atau tidak tepat guna, merupakan suatu penyelewengan penggunaan obat bukan untuk tujuan medis/pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya. Obat psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan prilaku. Obat ini biasanya digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Obat narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa sakit, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri. Obat ini biasanya digunakan untuk analgesik (anti rasa sakit), antitusif (mengurangi batuk), antipasmodik (mengurangi rasa mulas dan mual) dan pramedikasi anestesi dalam praktik kedokteran (Maslim, 1999). Obat psikotropika maupun narkotika digunakan dalam ilmu kedokteran sebagai penyembuhan dari rasa sakit. Baik narkotika, psikotropika, maupun zat adiktif lainnya, seperti minuman beralkohol, inhalansia (zat yang dihirup) dan solven (zat pelarut), serta tembakau dapat menyebabkan kecanduan yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Meskipun digunakan dalam ilmu

kedokteran, penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) harus dimanfaatkan secara tepat guna dan tidak boleh disalahgunakan. Penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan

kecanduan/adiksi, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan pencarian atau penggunaan berulang dan kompulsif dari suatu bahan psikoaktif meskipun hal tersebut akan membawa dampak merugikan bagi psikologis, fisik, maupun sosial. Ketika kecanduan ini terus diatasi dengan penggunaan obat, maka tubuh akan mengalami toleransi, yaitu suatu keadaan dimana obat menghasilkan pengurangan respon biologis maupun respon perilaku, sehingga untuk menghasilkan efek yang sama, dibutuhkan dosis yang lebih besar daripada dosis awal yang pernah diberikan. 2. Penggolongan NAPZA a. Berdasarkan efeknya terhadap perilaku 1) Golongan Depresan (Downer) Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain. 2) Golongan Stimulan (Upper) Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat

pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu,esktasi), Kafein, Kokain 3) Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin. b. Penggolongan Narkotika menurut UU No. 2 tahun 1997 1) Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja). 2) Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin,petidin) 3) Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein). Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I: (1) Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain (2) Ganja atau kanabis, marihuana, hashis (3) Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka. c. Penggolongan Psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1995 1) Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD) 2) Psikotropika Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin). 3) Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

4) Psikotropika Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom

ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG). Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : (1) Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu (2) Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain (3) Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom. d. Zat Adiktif lain 1) Minuman berakohol Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu : a) Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir) b) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) c) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.)

2) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin. 3) Tembakau Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat, missal : rokok. 3. Faktor-faktor Penyebab Drug Abuse a. Faktor Individu 1) Penyakit jasmaniah 2) Kepribadian dgn resiko tinggi : mudah kecewa, cenderung agresif,kurang PD, selalu menuntut, sifat antisocial, memiliki gangguan jiwa (cemas, depresi, apatis), kurang religious, penilaian diri negative. 3) Motivasi tertentu : menyatakan diri bebas, memuaskan rasa ingin tahu, dan mendapat pengalaman baru, agar diterima kelompok ttn, melarikan diri dr sesuatu, sebagai lambing kemoderan. b. Faktor Zat 1) Ketersediaan zata pada peredaran gelap 2) Kemudahan memperoleh zat c. Faktor lingkungan 1) Lingkungan keluarga : tidak harmonis, komunikasi antara ortu dan ank krg efektif, ortu otoriter, keluarga terlalu permisisf.

2) Lingkungan sekolah : sekolah kurang disiplin, adanya murid pengguna. 3) Lingkungan teman sebaya ; tekanan kelompok sebaya sgt kuat, ancaman fisik sgt kuat, ancaman fisik dr teman pengedar. 4) Lingkungan masyarakat luas : situasi politik, ekonomi, social yg kurang mendukung. 4. Efek yang Ditimbulkan oleh Drug Abuse a. Keinginan yang tak tertahankan (an overpowering desire) terhadap obat tersebut. b. Kecenderungan untuk menambah dosis sesuai toleransi tubuh c. Ketergantungan fisik dan psikis d. Menimbulkan kerugian materi dan uang e. Menimbulkan terjadinya bentuk-bentuk kriminal lainnya f. Merusak generasi muda sebagai penerus dan kader pimpinan bangsa 5. Pencegahan dan Solusi Penyalahgunaan Narkoba Faktor yang dapat mencegah seseorang menggunakan narkoba : a. Ikatan yang kuat di dalam keluarga b. Pengawasan orang tua yang didasarkan pada aturan tingkah laku yang jelas dan pelibatan orang tua dalam kehidupan anak/remaja c. Keluarga harus dapat menciptakan komunikasi yang lebih baik d. Disiplin, tegas dan konsisten dengan aturan yang dibuat e. Berperan aktif dalam kehidupan anak-anak f. Mengetahui dengan siapa anak/remaja bergaul g. Mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai keagamaan

Solusi yang dapat dilakukan ketika ada anggota keluarga yang menggunakan narkoba : a. Berusaha tenang, kendalikan emosi, jangan marah dan tersinggung b. Jangan tunda masalah, hadapi kenyataan, adakan dialog terbuka dengan anak c. Dengarkan anak, beri dorongan non verbal. Jangan memberi ceramah/nasehat berlebih d. Hargai kejujuran e. Tingkatkan hubungan dalam keluarga, rencanakan membuat kegiatan bersama-sama keluarga f. Cari pertolongan, cari bantuan pihak ketiga yang paham dalam menangani narkoba atau tenaga profesional, puskesmas, rumah sakit, panti/tempat rehabilitasi.

B.

Penyalahgunaan Obat Pada Remaja Dan Wanita Hamil 1. Pada Remaja Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anakanak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa

juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa. a. Pencegahan Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu: 1) Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga. 2) Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase

penerimaan awal (initialintake)antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi

komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. 3) Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk

mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kegiatan

kelompok-kelompok alternatif, dll.

dukungan,

mengembangkan

b. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Menurut Dariyo (2005), menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba pada remaja dan dewasa muda bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya: 1) Rasa ingin tahu. 2) Ajakan teman. 3) Pelarian terhadap masalah. 4) Ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga. 5) Kuatnya jaringan pemasaran atau pendistribusian narkoba. Selain kelima faktor tersebut di atas, faktor genetik juga dapat menyebabkan para remaja memiliki resiko penyalahgunaan obat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari orang tua kandung atau memiliki kerabat para penyalahguna narkoba,

mempunyai resiko tinggi sebagai penyalahguna narkoba juga. Misalnya, salah seorang dari kedua orang tua para remaja atau keduaduanya merupakan pecandu narkoba. Namun, faktor ini jarang sekali terjadi bahkan mungkin tidak akan terjadi jika para orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah mampu membina para remaja tersebut sejak dini. Pengalaman para orang tua yang dulunya pecandu juga bisa dijadikan pelajaran untuk disampaikan kepada para remaja. c. Upaya pencegahan penyalahgunaan obat pada remaja Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah para remaja dan dewasa muda agar tidak terjerumus ke dalam dunia hitam narkoba. Pertama, membangun kehidupan iman. Sebelum terkena narkoba, sejak awal para remaja dapat disarankan agar membangun benteng pertahanan yang kuat sehingga mampu menjaga diri untuk tidak terpengaruh lingkungan yang tidak sehat. Artinya, ia mampu memilih lingkungan pergaulan yang sehat, yakni mampu memilih teman yang baik dan bukan pecandu. Kalau bergaul dengan pecandu pun, ia tetap memiliki pendirian dan prinsip yang teguh, tidak goyah, dan tidak mudah ikut arus. Salah satu cara yang paling efektif adalah memperkuat iman. Para remaja harus dibekali dengan iman dan taqwa (IMTAQ), mereka juga diharapkan bersungguh-sungguh menjalanka ajaran-ajaran dan perintah agama dengan baik. Dengan demikian, orang tua tak perlu lagi merasa cemas dan khawatir kepada anaknya yang beriman kokoh. Untuk itu, orang tua

perlu membimbing , membina, dan mengarahkan kehidupan agama anaknya sejak dini agar mereka terhindar dari bahaya narkoba. Oleh karena itu, yang terbaik ialah orang tua sendirilah yang menjadi model pertama, yakni mereka harus sungguh-sungguh menjalankan agama atau keyakinan yang dianutnya dengan baik. Melihat lingkungan keluarga yang baik itu, maka anak pun akan meniru orang tuanya. Sebaliknya, kalau model kehidupan orang tua tidak baik (amburadul), maka anaknya pun cenderung berperilaku buruk. Oleh sebab itu, sebelum mengajari dan membimbing anak, orang tua harus menjadi suri tauladan yang baik terlebih dahulu. Karena contoh tindakan nyata yang baik akan menjadi efektif untuk mendidik anaknya sehingga tidak terpengaruh dalam penyalahgunaan narkoba. Kedua, memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan psikososial. Seorang remaja yang belum berpengalaman dalam pergaulan akan memiliki taraf kerentanan yang tinggi, artinya ia akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Banyak godaan, tantangan ataupun tawaran-tawaran dari luar dirinya yang cenderung membawa pengaruh negatif dan deskruktif, misalnya ajakan untuk mencoba narkoba. Ketidakmampuan menangkal atau mencegahnya akan menyebabkan dirinya memiliki kebiasaan dan perilaku yang buruk (menyimpang) dari norma sosial. Oleh karena itu, sejak dini, sebelum terlambat, sebaiknya seorang remaja perlu memperoleh pelatihan untuk memahami bahaya

penyalahgunaan narkoba. Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan bersikap asertif dengan mengatakan tidak terhadap tawaran penggunaan narkoba, pelatihan peningkatan rasa percaya diri, dan harga diri bagi remaja yang mengalami masalah kepribadian ini. Selanjutnya, pencegahan penyalahgunaan narkoba juga dapat

dilakukan dengan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis. Lingkungan keluarga yang harmonis dapat menjadikan para remaja merasa aman dan tentram berada di rumah sehingga mereka tidak akan mencari tempat-tempat kesenangan lainnya. Mereka juga semakin dekat dengan orang tua dan saudara-saudaranya sehingga

pengembangan jiwa mereka menjadi lebih optimal. Jika para remaja memiliki masalah yang rumit, maka mereka memiliki tempat untuk mengadu yang akan memberikan nasehat serta solusi-solusi yang dapat membantu mereka. Mereka akan lebih terbuka dan tak akan mencari pelarian pada hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial. Ekonomi negara yang semakin membaik juga dapat membantu pencegahan penyalahgunaan narkoba. Dengan semakin membaiknya ekonomi negara, maka pihak pemerintah yang terlibat dalam pengedaran narkoba, kemungkinan besar akan meninggalkan dunia perdagangan gelap ini karena mereka telah mampu, bahkan mungkin lebih untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka dengan gaji mereka sendiri. Jika ada yang halal, untuk apa yamg haram . Dengan demikian, maka proses pemberantasan sindikat-sindikat pengedar narkoba akan

lebih mudah karena tak ada lagi oknum-oknum yang mengaburkan proses penyelidikan. 2. Wanita Hamil Penyalahgunaan Obat Selama Kehamilan yaitu penggunaan obatobatan selama hamil yaang bisa menyebabkan efek samping pada janin yang sedang berkembang dan pada bayi. a. Jenis NAPZA yang berpengaruh terhadap kehamilan 1) Kokain menyebabkan pengkerutan pembuluh darah dan

meningkatkan tekanan darah. Kokain yang digunakan oleh wanita hamil bisa menyebabkan keguguran. Kadang kokain yang

digunakan pada awal kehamilan bisa menyebabkan cacat bawaan pada ginjal, mata, otak atau anggota gerak tubuh. Bayi yang ibunya adalah pecandu kokain cenderung memiliki berat badan yang rendah serta panjang badan dan lingkar kepala dibawah normal. 2) Opioid (misalnya heroin, metadon dan morfin) jarang

menyebabkan cacat bawaan, tetapi karena opioid bisa melewati plasenta (ari-ari), maka bayi bisa terlahir dalam keadaan kecanduan. Gejala putus obat biasanya mulai timbul dalam waktu 72 jam setelah bayi lahir, yaitu berupa: a) Rewel b) Kekakuan pada otot c) Muntah d) Diare e) Berkeringat

f) Pernafasan yang cepat g) Kejang Gejala putus obat yang ringan diatasi dengan membedong bayi dan sering menyusuinya untuk mengurangi kegelisahan pada bayi. Gejala yang berat bisa diatasi dengan opium tinctur (larutan opium dalam alkohol) dalam dosis kecil. 3) Alkohol Sebuah laporan tentang kasus Malformasi dan perilku ibu hamil pengguna alcohol mengesankan adanya kemungkinan hubungan antar perilaku tersebut dengan cacat bayi yang dilahirkan. Pada ibu hamil pengguna alkohol akan menyebabkan : a) Sindrom alkohol janin b) Fisura falpepbra pendek c) Hipoplasia rahang atas d) Cacat jantung e) Keterbelakangan jiwa f) Bayi lahir dengan ukuran kecil, cacat mental, kelainan bentuk g) Angka kematian bayi tinggi. h) Resiko keguguran tinggi i) Lahir premature j) Berat lahir yang rendah k) Komplikasi selama persiapan kelahiran dan persalinan

l) Efek alcohol pada janin (Fetal Alkohol Effect/FAE) Wanita yang sering minum-minuman beralkohol akan lebih mungkin menderita masalah menstruasi dan reproduksi.

Bagaimanapun akan banyak masalah yang akan menbhampiri yang selalu berhubungan dengan minuman alkohol. Tidak ada bukti bahwa sedikit minum alcohol pada beberapa kesempatan diawal kehamilan akan membahayakan embrio yang sedang tumbuh. Dari penelitian menunjukan bahwa wanita yang pernah 2 atau 3x minum alcohol dalam jumlah sedikit pada awal masa kehamilan mempunyai kecenderungan yang lebih sedikit akan cacat struktur atau keterlambatan pertumbuhan janin dari pada mereka yang sama sekali tidak minum. Tetapi minum alcohol dalam jumlah banyak selama kehamilan akan dapat menyebabkan sejumlah besar masalah pada bayi karena alcohol akan memasuki aliran darah janin dengan jumlah konsentrasi yang sama dengan jumlah konsentrasi alcohol dari ibinya. Dan karena janin membutuhkan waktu 2x lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan alcohol dalam system tubuhnya, maka si bayi sudah pingsan ketika ibunya sedang menikmati minuman tersebut. Tidak diketahui secara pasti dosis alkohol perhari untuk kehamilan tetapi sangat bijaksana bila selama kehamilan wanita pantang untuk minum alkohol, kecuali gelas anggur pada saat

pesta yang diminum bersama dengan makanan, sebab makanan dapat mengurangi penyerapan alcohol. b. Jenis obat-obatan apa saja yang boleh dan tidak boleh di konsumsi oleh ibu hamil Sebuah lembaga penelitian nasional Indonesia mengungkapkan bahwa wanita hamil jika menggunakan obat-obatan jenis: 1) Talidomid (sejenis anti muntah obat tidur) Ini akan mengakibatkan terbentuknya atau kelainan yang nyata pada janin yaitu atresia pada usus dan kelainan jantung dan meromelia. 2) Aminopterin (senyawa tergolong anti metabolit) Cacat yang ditimbulkan obat oleh Aminopterin adalah: Anesefali, meningokel, hydrocephalus, bibir sumbing, dan palatoskisis. 3) Agen-agen antipsikosis dan anti ansietas obat penenang juga yang dicurigai menyebabkan cacat congenital. Dalam penelitian prospeltif telah ditemukan bahwa kelainankelainan yang berat terjadi pada bayi dari ibu pengguna obatobatan tersebut mengakibatkan palatoskisis. 4) Jenis antibiotic a) Streptomisin mengakibatkan tuli b) Tetrasiklin mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. bibir sumbing atau tanpa

Adapun beberapa obat yang sering disalahgunakan yaitu: 1) Kortikosteroid, antara lain Hidrokortison, deksametason,

betametason, beklometason,Dll, Contohnya: Produsen jamu mencampur jamunya dengan obat-obatan sintetik, salah satunya deksametason.Biasanya deksametason di campurkan pada jamu anti reumatik agar jamunya menjadi manjur. Efek samping penggunaan obat ini umumnya baru muncul pada penggunaan yang cukup lama, antara lain: a) Meningkatkan resiko diabetes b) Osteoporosis c) Menghambat pertumbuhan anak-anak d) Menyebabkan gemuk pada bagian tubuh tertentu (wajah, bahu, perut) e) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi f) Meningkatkan resiko hipertensi karena menahan garam di dalam tubuh g) Menyebabkan gangguan lambung, Dll 2) Antibiotik, antara lain Penisilin (Ampisilin, Amoksilin), tetrasiklin, eritromisin, Kloramfenikol, Sefalosporin, Siprofloksasin, Sulfa, dll. Contohmya: Pasien penderita demam tidak minum obat antibiotic sampai habis/sesuai aturannya.Sehingga kuman-kuman yang terbunuh hanya kuman-kuman yang lemah saja, sedangkan kuman-

kuman yang kuat masih hidup.kuman yang kuat tersebut tetap tinggal dan menjadi resisten terhadap Antibiotika, tentu saja penyakit bias kambuh lagi.Ada beberaa Antibiotik yang dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang tertentu yang hipersensitif, Yang paling sering adalah golongan Sulfa dan Penisilin. Reaksi alergi ini bias berupa gatal-gatal, bengkak, dan pingsan. Obat-obat yang berbahaya bagi ibu hamil 1) Tiamfenicol 2) Tiofilin psikotropikal 3) Katalar 4) Domperidon 5) Salbutamol,Dll Obat-obatan yang aman bagi ibu hamil: 1) Adfer 2) Amoksilin 3) Elkana 4) Primolut 5) Menorhagia 6) Tifilac 7) Lynoral 8) Aspilet 9) Sulfasferosus 10) Luminal 11) Vitamin

12) Metronidazol 13) Asam mefenamat 14) Flagil supp 15) Metergin 16) Atransamin

C.

Penyalahgunaan Obat (Drug Abuse) Dan Gangguan Fungsi Seksual Sejak beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan narkoba semakin luas di kalangan masyarakat kita, baik kalangan muda maupun orangtua. Memang ironis karena kenyataan ini terjadi di sebuah negara yang sedang terpuruk dalam berbagai sektor kehidupan kemasyarakatannya. Kalau tidak segera dilakukan tindakan yang tegas dengan didasari tanggung jawab moral yang tinggi terhadap para pengedarnya, maka kita akan menyaksikan akibatnya. Dapat dipastikan jutaan warga masyarakat akan menjadi warganegara yang tak punya arti apa-apa lagi karena mengalami akibat buruk narkoba. Banyak alasan mengapa sebagian warga masyarakat menggunakan bahan terlarang dan berbahaya itu, lalu tidak mampu melepaskan diri lagi. Beberapa alasan antara lain, menganggap sebagai suatu gaya hidup, dibujuk orang lain agar merasakan manfaatnya, dibujuk agar menjadi tergantung dan terus membeli, sebagai pelarian dari suatu masalah, dan mungkin masih banyak alasan lain. Tetapi di antara berbagai alasan itu, salah satu alasan yang dihubungkan dengan manfaat ialah pengaruhnya yang dianggap dapat

meningkatkan fungsi seksual. Karena itu dapat dijumpai pasangan remaja atau pasangan dewasa yang menggunakan narkoba, bahkan sejumlah pasangan terlibat dalam pesta seks. Padahal tidak benar narkoba dapat meningkatkan fungsi seksual. Justru sebaliknya, narkoba dapat menimbulkan akibat buruk terhadap fungsi seksual dan organ tubuh yang lain, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tidak benar narkoba dapat meningkatkan fungsi seksual. Melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh semua jenis narkoba, baik secara fisik maupun psikis, sebenarnya tidak ada pengaruh yang positif terhadap fungsi seksual. Sebaliknya, justru pengaruh negatif yang dapat terjadi.Tetapi sayang banyak warga masyarakat yang telah tertipu oleh informasi salah, yang sangat mungkin sengaja disebarkan oleh para pedagang narkoba. Informasi salah bahwa narkoba dapat meningkatkan gairah seksual dan dapat memperkuat kemampuan seksual merupakan informasi yang telah menyesatkan banyak orang. Banyak orang yang percaya dengan informasi itu, lalu menggunakan narkoba dan akhirnya tidak dapat melepaskan diri. Bukan manfaat terhadap fungsi seksual yang didapat, melainkan berbagai akibat buruk, bahkan kematian. Gangguan fungsi seksual dan reproduksi yang terjadi, tergantung pada jenis narkoba yang digunakan dan jangka waktu menggunakan bahan yang berbahaya itu.

Benikut adalah beberapa obat dan narkoba yang mempunyai pengaruh terhadap fungsi seksual dan reproduksi.
1. Heroin

Walaupun menimbulkan euforia, tidak berarti heroin memberikan pengaruh positif bagi fungsi seksual dan reproduksi. Heroin justru menimbulkan pengaruh buruk bagi fungsi seksual. Pada pria terjadi penurunan kadar hormon testosteron, menurunnya dorongan seksual, disfungsi ereksi, dan hambatan ejakulasi. Pada wanita, beberapa pengaruh buruk terjadi juga pada fungsi seksual dan reproduksi, yaitu menurunnya dorongan seksual, kegagalan orgasme, terhambatnya menstruasi,

gangguan kesuburan, mengecilnya payudara, dan keluarnya cairan dari payudara. Masalah seksual tersebut muncul karena pengaruh heroin yang menghambat fungsi hormon seks, baik pada pria maupun wanita.
2. Marijuana

Selain

menimbulkan

pengaruh

halusinasi,

marijuana

juga

menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual. Bahan yang diisap seperti rokok ini memiliki kandungan tar yang jauh lebih tinggi daripada rokok. Berbagai akibat pada fungsi seksual dan reproduksi dapat terjadi karena penggunaan marijuana. Beberapa akibat pada pria ialah mengecilnya ukuran testis (buah pelir) dan menurunnya kadar hormon testosteron. Lebih lanjut mengakibatkan pembesaran payudara pria, dorongan seksual menurun, disfungsi ereksi, dan gangguan sperma. Pada wanita terjadi gangguan sel telur, hambatan menjadi hamil, dan terhambatnya proses kelahiran, di samping dorongan seksual yang menurun.

3. Ecstasy

Karena bersifat stimulan, maka ecstasy menyebabkan pengguna merasa terus bersemangat tinggi, selalu gembira, dan ingin bergerak terus. Tetapi walaupun memberikan pengaruh yang bersifat merangsang, tidak berarti ecstasy menimbulkan pengaruh yang positif bagi fungsi seksual. Ecstasy meningkatkan pelepasan neurotransmitter dopamine di dalam otak. Dopamine merupakan neurotransmitter yang bersifat merangsang, termasuk terhadap perilaku seksual. Maka peningkatan dopamine sebagai akibat pengaruh ecstasy dapat menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mengontrol perilaku seksual. Pengguna ecstasy menjadi berani, tanpa kontrol, melakukan hubungan seksual tanpa memikirkan risiko yang mungkin terjadi. Bahkan pengguna ecstasy mungkin dapat melakukan suatu aktivitas seksual yang tidak mungkin dilakukan dalam keadaan normal. Perilaku seksual tanpa kontrol ini tentu sangat berisiko tinggi, antara lain bagi penularan Penyakit Menular Seksual, seperti HIV/AIDS. Bila digunakan oleh wanita hamil, ecstasy dapat meningkatkan risiko cacat pada bayi sampai tujuh kali lebih besar daripada bila tidak menggunakan.
4. Depresan

Depresan atau obat penenang yang digunakan berlebihan juga dapat menimbulkan akibat buruk bagi fungsi seksual, baik pada pria maupun Wanita. Sebagai contoh penyalahgunaan barbiturat yang dapat mengganggu metabolisme hormon testosteron dan estrogen. Maka pada wanita, penyalahgunaan barbiturat dapat mengakibatkan gangguan

menstruasi dan menurunnya dorongan seksual. Lebih jauh keadaan ini berakibat hambatan dalam mencapai orgasme. Pada pria, penyalahgunaan barbiturat dapat mengakibatkan penurunan dorongan seksual dan disfungsi ereksi. Kalau akibat ini timbul, justru bukan ketenangan yang didapat, melainkan menjadi semakin gelisah dan kecewa. Penyalahgunaan narkoba tidak hanya dapat membahayakan diri sendiri tetapi juga orang lain. Ciri penyalahguna obat ialah mempunyai penyesuaian diri yang buruk selama satu bulan terakhir. Penyalahgunaan ini akan berakibat ketergantungan pada obat-obatan, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun spiritual dan dapat berlangsung sampai masa tua. Mereka yang terlibat penyalahgunaan obat-obatan, menurut kandel, memiliki dampak buruk antara lain; orang tersebut akan tetap tergantung pada obat itu, memiliki kehidupan pernikahan yang buruk (sering cekcok dengan pasangan yang berakhir dengan perceraian), dikeluarkan dari sekolah atau universitas (DO: droup-out), dan yang bekerja sering tidak betah dan keluar kerja atau mengalami PHK (putus hubungan kerja).

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf. Dengan demikian penggunaan drugs dapat mengakibatkan kepribadian seorang individu berubah menjadi semakin buruk. 2. Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan ketrentaman umum. 3. Menimbulkan dampak negative yang berpengaruh terhadap tubuh individu baik scara fisik maupun secara mental. 4. Dengan demikian drug abuse merupakan salah satu bentuk patologi sosial. 5. Disamping itu, penanganannya dapat dimulai dari lingkungan keluarga dengan pemberian dukungan dan juga menjalani rehabilitasi di tempat rehabilitasi yang diyakini berkualitas baik.

B. Saran 1. Bagi para keluarga, Diharapkan agar dapat menjalin relasi yang dekat dengan setiap angota keluarga, terutama anak-anak pada usia remaja dan dewasa awal. Hal ini dilakukan agar dalam keluarga tercipta komunikasi yang baik,

sehingga ketika salah satu anggota memiliki suatu masalah, maka tidak mencari tempat pelarian yang salah juga. 2. Bagi anak remaja/dewasa Diharapkan agar remaja dapat menjaga pergaulan. Hindarilah pergaulan yang akan merumuskan ke hal-hal negative yang salah satunya adalah penggunaan obat-obatan terlarang. 3. Bagi ibu hamil Diharapkan bagi ibu hamil untuk menghindari mengkonsumsi obat yang terlarang dan narkoba karena dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilannya serta janin yang dikandungnya bahkan dapat mengakibatkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti,yani:dkk.2009. Kesehatan reproduksi,Yogyakrta:Fitramaya Murphy DJ,Sitrrat GM,Heron J and Alspac Study Team(2002) The RelationShip between caesarean section and subfertility in a population-based sample of 14 541 pregnancies. Human Reproduction 17(7):1914-17. Ikawati,Prof.Dr.Zullies,Apt.2010.Cerdas mengenali obat. Yogyakarta.Kanisius Carpenito, 2005. Diagnosa Keperawatan, EBC Jakarta Hawari, 2001. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA FKUI, Jakarta Sulistyowati. 2011. Drug abuse.. http://www.nosmagnaobstetrix.blogspot.com Ingram, 2005. Psikiatri, EBC Jakarta, Jonoes, 2004. Masalah Penyalahgunaan obat, Surabaya Available from :

Anda mungkin juga menyukai