Anda di halaman 1dari 6

BAB I TUJUAN

Mengetahui konsep pengujian kekerasan Menentukan kekerasan bahan uji polimer Mengetahui hubungan antara luka tekan dengan kekerasannya Mampu menggambar dan membandingkan grafik kekerasan Mampu menjalankan mesin ASKER Rubber-Hardness Tester.

BAB II ISI

2.1 Dasar teori Pengujian kekerasan adalah salah satu dari sekian banyak jenis pengujian bahan yang ada. Pengujian ini mempunyai keuntungan yaitu dapat dilaksanakan pada benda uji yang kecil tanpa mengalami kesukaran mengenai spesifikasinya. Pengertian kekerasan secara umum didefinisikan sebagai kriteria untuk menyatakan intensitas tahanan suatu bahan terhadap deformasi yang disebabkan oleh objek lain. Ada beberapa teknik yang dikenal dalam pengujian kekerasan bahan yaitu penggoresan, penekanan, dan pemantulan. Pada pengujian kekerasan kali ini, bahan uji yang digunakan difokuskan pada bahan dari resin (polimer) baik murni maupun campuran dengan bahan lain. Polimer atau kadangkadang disebut sebagai makromolekul, adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan berulang itu setara dengan monomer, yaitu bahan dasar pembuatan polimer. Akibatnya molekul-molekul polimer umumnya mempunyai massa molekul yang sangat besar. Polimer alami (yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan) telah digunakan selama berabad-abad. Material-material itu meliputi kayu, karet, kapas, wol, bulu, dan sutra. Polimer alami lainnya seperti protein, enzim, zat tepung, dan serat adalah zat-zat penting dalam proses biologi dan psikologi hewan dan tumbuhan. Kebanyakan plastik, karet dan material fiber yang biasa kita gunakan adalah polimer sintetis atau yang juga biasa disebut resin. Polimer sintesis dapat diproduksi dengan biaya rendah dan sifat mereka dapat diatur dalam tingkatan kemiripannya dengan polimer alami. Dalam beberapa aplikasi, logam dan kayu telah digantikan oleh plastik yang memiliki sifat yang lebih memuaskan dan dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah. Sifat Sifat Mekanik Polimer 1. Kekuatan (Strength) Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada beberapa macam kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut: a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu sampel. Kekuatan tarik penting untuk polimer yang akan ditarik, contohnya fiber, harus mempunyai kekuatan tarik yang baik. b. Compressive Strength Adalah ketahanan terhadap tekanan. Beton merupakan contoh material yang memiliki kekuatan tekan yang bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus mempunyai kekuatan tekan yang bagus. c. Flexural Strength Adalah ketahanan pada bending(flexing). Polimer mempunyai Flexural Strength jika dia kuat saat dibengkokkan. d. Impact Strength

Adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba. Polimer mempunyai kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba seperti dengan palu. 2. Elongation Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi merupakan perubahan ukuran yang terjadi saat material diberi gaya. Persentase Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L) dibagi dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan 100%. Elongation To-Break (Ultimate Elongation) adalah regangan pada sampel pada saat sampel patah. 3. Modulus Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2) 4. Ketangguhan (Toughness) Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap oleh suatu material sebelum material tersebut patah. Menurut Surdia dan Saito (2000), sifat-sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah sebagai berikut: Mampu cetak adalah baik Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung pada cara pembuatannya Umumnya bahan polimer lebih murah Kurang tahan terhadap panas Kekerasan permukaan sangat kurang Kurang tahan terhadap pelarut Mudah termuati listrik secara elektrostatik Beberapa bahan tahan abrasi dan mempunyai koefisien gesek yang kecil. Faktor-faktor yang memperngaruhi nilai kekerasan bahan resin: Kuat lemahnya ikatan antar molekul Tinggynya Kristalinitas Ikatan silang maupun struktur 3 dimensi

2.2 TEKNIK-TEKNIK PENGUJIAN KEKERASAN POLIMER Uji Shore telah digunakan sejak 1907 untuk menentukan kekerasan dari berbagi karet dan plastik yang bersifat lembut. Awalnya hanya ada 4 skala yang berbeda untuk karet. Namun, sekarang ada 12 skala untuk memungkinkan pengujian berbagai bahan, bahkan lebih luas lagi dari cincin karet kecil hingga untuk produk busa yang sangat lembut. Pengujian dengan tes Shore, biasa disebut sebgai durometer dan hasilnya sering disebut kekerasan Durometer. Dengan penecualian dari penguji skala M, semua durometer dapat

digunakan baik sebagai sebuah unit portable atau dalm unit yang tetap(tidak portable). Fleksibilitas ini menambah besar terhadap kegunaan skala Shore. Standar Cara uji Shore didefinisikan dalam standar berikut: ASTM D-2240 (Test methode for rubber property, durometer hardness) DIN 53 505 ISO 7619 bagian 1 JIS K 6301* Asker C-SRIS-0101 *Catatan: Standar JIS sangat mirip dengan standar ASTM D-2240. Namun, ada sedikir perbedaan yang berarti. Uji Shore menggunakan indentor yang telah dikeraskan, sebuah pegas yang akurat dan telah dikalibrasi, indikator kedalaman, dan kaki Presser datar. Indentor ini dipasang di tengah-tengah kaki Presser dan memanjang 2.5 mm dari permukaan kaki. Dalam posisi bebas ( tidak digunakan untuk menguji) akan menampilkan indikator 0. Ketika indentor ditekan bahkan dengan permukaan kaki Presser itu, akan menampilkan indikator 100. Oleh karena itu, setiap titik Shore sama dengan 0.0025mm penetrasi (skala M adalah 0.00125 mm). Dalam penggunaaannya benda uji ditempatkan pada meja kerja dan indentor tegak lurus terhadap permukaan benda uji. Pegas akan mendorong indentor ke benda uji dan indikator menunjukkan ke dalam penetrasi. Semakin dalam indentasi maka semakin lembut bahan dan semakin rendah pembacaan indikatornya. Skala Shore terdiri dari A, B, C, D, DO, E, F, O, OO, OOO, OOO-S dan R dibuat dengan menggunakan 7 bentuk indikator yang berbeda, 5 macam pegas yang berbeda, 2 eksistensi indentor yang berbeda yang 2 spesifikasi Presser stand yang berbeda. Skala A dan D adalah yang paling umum digunakan. Skala M menggunakan gaya pegas yang sangat rendah dan dikembangkan untuk memungkinkan penguian pada komponen yang sangat kecil seperti bentuk cincin O yang tidak dapat diuji dalam skala A normal. Karena penggunaan skala yang berbeda pada bahan yang berbeda, maka tidak ada korelasi antara skala-skala tersebut.

2.3 MODULUS PATAH Modulus patah/ Modulus of Ruptur(MOR) merupakan tegangan lengkung maksimum yang mampu ditahan suatu benda agar tidak patah. Tegangan bending (S) adalah tegangan yang diterima benda uji sampai mengalami deformasi. Modulus elastisitas (E) adalah tegangan dibagi regangan. Gaya patah adalah gaya yang di terima material sampai mengalami permukaan yang retak atau patah sedangkan tegangan patah adalah gaya patah per luas permukaan.

Dimana :

S m F l t L E T

= tegangan bending (kg/cm2) = Beban patah (kg) = Gaya patah (N) = Lebar spesimen (cm) = Tebal spesimen (cm) = Jarak pisau tumpu (cm) = Modulus elasitisitas (N/cm2) = Slope tangent pada kurva beban defleksi (N/mm)

Prinsip kerja alat modulus patah adalah pemberian gaya terhadap benda uji (spesimen) dengan cara memberi beban sedikit demi sedikit secara kontinyu maksimum. Pada alat modulus patah, keadaan yang mula-mula seimbang, ditambahkan beban secara sedikit demi sedikit sehingga spesimen akan mengalami gaya tekan akibat dari tekanan angin saat tuas dipompa sehingga pisau penahan akan turun sesuai dengan gaya tekan dan menekan spesimen sehingga mengalami patah. Beban kejut merupakan gaya yang disebabkan karena adanya penambahan beban yang terlalu cepat. Apabila tuas hidrolik dipompa terlalu cepat sehingga menghasilkan gaya yang lebih besar dari gaya yang seharusnya. Dan apabila pada saat itu benda uji mengalami patah, maka hasil yang didapatkan menjadi kurang akurat. Keseimbngan adalah keadaan dimana beban mengalami keadaan setimbang yaitu saat gaya-gaya yang bekerja dalam benda sling meniadakan sehingga resultan gaya pada benda sama dengan nol. Jika dilihat dalam sistem alat uji modulus patah, kesetimbangan adalah keadaan dimana pisau pematah menempel pada benda uji yang telah diletakan diatas penumpu, namun tidak ada tekanan pada benda uji tersebut. Penyeimbangan sebelum melakukan percobaan bertujuan untuk menyeimbangkan posisi pisau pematang. Beban penyeimbang berfungsi untuk melawan torsi yang ditimbulkan oleh gaya berat tuas. Selain itu, agar resultan gaya awal yang bekerja pada benda atau

sample adalah nol (tidak ada tekanan awal pada spesimen). Apabila pada percobaan tidak dilakukan penyeimbangan maka hasil nilai modulus patah kurang akurat karena adanya tekanan awal pada spesimen.

Anda mungkin juga menyukai