Anda di halaman 1dari 4

analisa dan testimoni

-media luar ruang kota jogja-

TESTIMONIal
Masyarakat yang semakin sensitif dan demokratis Dewasa ini, masyarakat indonesia kian sensitif dan demokratis, siapapun dapat menyuarakan pendapat dan memberikan kritikan pada pemerintah maupun pada kaum elit yang berkuasa (termasuk kapitalis). Terlebih dengan kemudahan sosial media, setiap orang bisa saling berbagi dan terhubung dengan cepat, isu isu terhangat langsung bisa didengar beberapa menit bahkan detik setelah kejadian. Dan siapapun dapat mengaksesnya, memberi komentar, bahkan mendukung gerakan tersebut Tidak ada filtering dalam melakukan penginformasian. Dahulu hanya segelintir orang yang bisa masuk ranah media, televisi maupun media cetak. Hanya orang orang yang punya latar pendidikan tinggi dan orang tertentu, seperti reporter, pejabat atau nara sumber yang bisa dipercaya kevalidannya, dalam menyuarakan sebuah informasi. Namun tidak pada hari ini, pada era digital informasi membuat tiap orang menjadi radio yang mempunyai saluran dalam penyiaran informasinya (broadcast information). Informasi menjadi semakin beragam mulai dari bobot informasi dan sudut pandang penyampaian. Nilai positifnya kita bisa mendapatkan informasi secara global, banyak subjek subjek yang memandang informasi dari sisi berbeda, kita dapat menemukan titik objektif dari kesimpulan subjek subjek pembawa informasi tersebut. Sisi negatifnya kita bisa terpengaruh bahkan menerima informasi yang salah, karena sumber informan yang tidak diketahui latar belakang pendidikanya dan sudut pandang penyampaiannya. Memang kita diharuskan melakukan pemfilteran informasi, terutama dari diri kita. Namun, apakah tiap orang bisa melakukan hal yang sama ? Pemilihan media dan ruang publik sebagai sarana Hampir sama degan media cetak dan televisi. Poster whitespace kritikan tentang hiburan malam ini, juga mengunakan ranah media ruang publik sebagai show-offnya. Tepatnya di tembok pinggir jalan. Murah dan mudah untuk diproduksi, beberapa poster tentang premanisme di jogja juga mengunakan media poster tempel untuk pengaplikasiannya. Membuktikan mereka dalam organisasi maupun gerakan yang sama. Hanya saja pengunakan kertas poster yang tidak bertahan lama, dan cenderung membuat kotor pemandangan kota, menjadi nilai minus pada pengaplikasian informasi tersebut Penyematan tanda tagar (#) savejogja juga merupakan rangkaian dari kegiatan tersebut. Dimana mereka bisa melakukan diskusi dan sharing lewat dunia maya (twitter). Dapat dipastikan penyematan tanda tagar dan gerakan sosial media tersebut dikhususkan untuk kaum muda yang memiliki apresiasi tinggi terhadap situasi pemerintah dan masyarakat, Dampak kepada masyarakat umum, Kebanyakan masyarakat umum hanya menjadi medium pasif dalam penyampaian poster ini. Sebagian besar dari mereka mungkin hanya mengiyakan gerakan tersebut (hanya sekedar tahu saja), tanpa adanya kelanjutan program. Apalagi kalimat sentilan yang begitu dalam, mengajak masyakat untuk menutup tempat hiburan malam yang diangap meresahkan. Meskipun rasional saja untuk merealisasikan pesan tersebut, namun tempat hiburan malam tidak bisa ditutup begitu saja karena poster, harus ada gerakan nyata dan berkala, seperti mengedukasi masyarakat serta para pemilik modal dan usaha. Tidak sekedar sesederhana itu, bahkan dapat dipastikan ada pejabat dan penguasa yang punya andil untuk keberlangsungan tempat hiburan tersebut. Sebenarnya permasalahan ini begitu kompleks dan rumit, jika dinilai dari akar permasalahannya.

Pada bodycopy, bertuliskan tempat hiburan malam diskotik caf dll biang onar kota jogja Headline bertuliskan TUTUP AJA ! Ukuran A1 dengan menggabungkan 4 lembar A3 Teknik penempelan mengunakan lem, atau menggunakan teknik whitespace

DESKRIPSI
Ilustrasi : ada beberapa ilustrasi dan ornament yang menghiasi poster tersebut, seperti gambar kartu remi headset, daun ganja, botol, sebuah pil, dan siluet pria mengunakan topi. Background dengan dominan warna : hitam dan putih yang seimbang 50:50 text berwarna hitam, dengan latar putih, background hitam dengan efek kaca pecah Typografi : mengunakan typeface sant serif, talic dan bold. Font menggunkanan arial familly Pesan : untuk memaparkan bahwa tempat hiburan malam kerap menjadi biang keonaran. Di sebelah kiri poster terdapat tanda tagar(#) savejogja, maksud gerakan ini juga bergerak melalui sosial media dan dunia maya

ANALISA
Analisa design : Desain cukup ramai, meskipun penuh dengan ornamen dan illustrasi, namun masih dapat terbaca, meskipun tidak secara maksimal, ilustrasi tambahan disekitar text yang terkesan hanya menjadi pemenuh poster, membuat bodycopy menjadi semrawut. Memang lustrasinya masih berkaitan dengan body tersebut tentang benda benda yang berbau hiburan malam, seperti botol dan daun ganja. Namun dari segi peletakan / layouting yang kurang pas, sehingga mengurangi keterbacaan text, apalagi untuk pengendara yang cenderung cepat saat melintasi jalan. Kata tutup aja ! paling mudah untuk dibaca, karena menggunakan ukuran text yang lebih besar, serta warna putih dengan background hitam. Dan peletakannya yang free dan tidak diganngu oleh ilustrasi seperti bagian body Analisa pesan verbal : Bagaimana masyarakat yang resah dengan aktifitas hiburan malam yang menganggu ketenangan masyarakat jogja. Bagaimana kata hiburan saat ini sudah bergeser arti, menjadi sesuatu yang meresahkan Penyampaiannya dengan kalimat sederhana, dan mudah untuk dipahami untuk orang awam. Bahasa yang tidak terlalu tinggi, serta nada ahiran a-a membuat kalimat tersebut enak dibaca. Tambahan gambar ilustrasi juga memperkuat informasi yang ingin disampaikan, juga memberi arahan tentang visualisasi pesan tersebut

M U H A M M A D

Y U S U F

H A B I B I

Anda mungkin juga menyukai