Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS BESAR KULIT

CONDYLOMA ACUMINATA

RIANA CHANDRA 406127020

KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN RS. HUSADA 8 APRIL 11 MEI 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNYA yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Besar Kulit dengan judul Condyloma Acuminata. Isi laporan ini sebagian merupakan hasil studi penulis dan wacana di dalamnya disusun dari kumpulan sumber yang berkaitan dengan Penyakit Menular Seksual Kondiloma Akuminata. Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran sebagai bahan perbaikan demi kesempurnaan laporan ini. Sebagai akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, 29 April 2013 Penulis,

Riana Chandra

-2-

KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT HUSADA Tanda Tangan Nama NIM : Riana Chandra : 406127020 . Tanda Tangan Dr. Pembimbing / Penguji : Dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp.KK .

A. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Alamat Pekerjaan : Ny. SR : Perempuan : 42 tahun : Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta : Ibu rumah tangga

Status Perkawinan : Sudah menikah

B. ANAMNESA Autoanamnesa dari pasien tanggal 19 April 2013, jam 12.30 WIB Keluhan Utama : daging tumbuh di sekitar dubur sejak 1,5 bulan yang lalu Keluhan Tambahan : daging tumbuh bila dipencet terasa agak sakit

-3-

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan adanya daging tumbuh di sekitar dubur sejak 1,5 bulan yang lalu. Saat di rumah, pasien sesekali memegang dan memencet daging tumbuh tersebut dan terasa agak sakit. Pasien mengeluhkan daging tumbuh tersebut menjadi semakin banyak dan pasien berasumsi bahwa itu hanya kutil. Oleh sebab itu, pasien mengaplikasikan Callusol namun tidak ada perubahan. Pasien mengaku sering menggunakan WC umum, namun kesulitan defekasi disangkal pasien. Pasien menyangkal pula mengenai anal seks dengan sang suami. Pasien telah memiliki 4 orang anak ( G4P4A0 ) dan sekarang sudah steril. Suami pasien bekerja sebagai supir pribadi. Riwayat alergi makanan dan obat tidak ada. Pasien menyangkal adanya penyakit seperti kencing manis dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini. Keluarga pasien pun belum pernah mengalami hal serupa.

C.

STATUS GENERALIS Keadaan umum Kesadaran Status gizi Suhu Tensi Berat Badan Tinggi Badan Mata Gigi THT : : : : : : : : : : Tidak tampak sakit Kompos mentis Gemuk ringan 36,9 OC 120/80 mmHg 62 kg 157 cm Pemeriksaan tidak dilakukan Pemeriksaan tidak dilakukan Pemeriksaan tidak dilakukan

-4-

D.

STATUS DERMATOLOGIK Distribusi Lokasi Efloresensi : : : Regional Daerah anus, perianal, dan perineum Vegetasi papilomatosa bertangkai dan tidak bertangkai dengan diameter 0,5 cm

PEMERIKSAAN DUH TUBUH Pada pemeriksaan duh tubuh didapatkan fluor albus kental berwarna putih kekuningan, berbau (+1), gatal (+1), darah (-).

E.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

-5-

HEMATOLOGI Hb Lekosit HITUNG JENIS Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit SERO-IMUNOLOGI Anti HIV : Non reactive : : : : : : 0% 1% 0% 72% 21% 6% : : 13,7 g/dL 920.000/ul

PREPARAT CERVIX/VAGINA G.O Trichomonas Jamur Pewarnaan Gram : : : : Negatif Negatif Negatif Ditemukan bakteri Batang Gram Negatif Ditemukan bakteri Kokus Gram Positif Lekosit banyak Epitel +1

F.

RESUME

-6-

Seorang wanita berusia 42 tahun datang dengan keluhan adanya daging tumbuh di sekitar dubur sejak 1,5 bulan yang lalu. Daging tumbuh tersebut bila dipencet terasa agak sakit. Pasien mengeluhkan daging tumbuh tersebut menjadi semakin banyak. Pasien berasumsi bahwa itu hanya kutil dan pasien mengaplikasikan Callusol namun tidak ada perubahan. Pasien mengaku sering menggunakan WC umum. Kesulitan defekasi dan anal seks dengan sang suami disangkal pasien. Pasien belum pernah mengalami sakit ini sebelumnya, begitu pula dengan keluarganya. Riwayat alergi makanan dan obat tidak ada. Pasien menyangkal adanya penyakit seperti kencing manis dan hipertensi. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hasil hitung jenis segmen sedikit di atas nilai normal, pemeriksaan sero-imunologi anti HIV non reactive, dan pemeriksaan duh tubuh memberikan hasil GO(-), Trichomonas (-), jamur (-), pewarnaan gram ditemukan banyak lekosit.

Status Dermatologi Distribusi Lokasi Efloresensi : : : Regional Daerah anus, perianal, dan perineum Vegetasi papilomatosa bertangkai dan tidak bertangkai dengan diameter 0,5 cm

G.

DIAGNOSIS Diagnosis Kerja : Kondiloma Akuminata Veruka Vulgaris Kondiloma Lata Karsinoma Sel Skuamosa

Diagnosis Banding :

H.

PENATALAKSANAAN

-7-

a. Terapi Non-Medikamentosa Pasien hendaknya mengontrol berat badan Diet rendah lemak, tinggi protein, pengontrolan karbohidrat Perbanyak konsumsi sayur dan buah Olahraga teratur Menjaga hygiene genital

b. Terapi Medikamentosa Kemoterapi Tinktura Podofilin 25%, 2 kali seminggu dengan interval 3 hari

Pasien kontrol pada tanggal 22 April 2013 untuk pemberian Tinktura Podofilin 25% yang kedua dan terlihat proses penyembuhan yang cepat.

I. PROGNOSIS Quo Ad Vitam Quo Ad Functionam Quo Ad Kosmetikam Quo Ad Sanationam : Bonam : Bonam : Dubia Ad Bonam : Dubia Ad Bonam

-8-

TINJAUAN PUSTAKA CONDYLOMA ACUMINATA


PENDAHULUAN Human Papilloma Virus ( HPV ) biasanya menular secara seksual. Kutil pada alat genital biasanya tidak nyeri, dan tidak menimbulkan komplikasi yang serius, kecuali bila menyebabkan obstruksi. Pengangkatan lesi bukan berarti suatu penyembuhan dari infeksi, dan tidak ada cara pengobatan yang memuaskan.2 Pada umumnya podofilin ( atau podofilotoksin ) atau trichloracetic acid ( TCA ) digunakan untuk pengobatan kutil pada alat genital bagian luar dan daerah perianal. Krioterapi dengan nitrogen cair, karbon dioksida padat, atau cryoprobe merupakan pilihan banyak dokter bila sarana tersebut tersedia. Krioterapi adalah cara yang tidak toksik, tidak memerlukan tindakan anestesi, dan bila dilakukan secara benar maka tidak akan menimbulkan jaringan parut.2 Para mitra seksual juga perlu diperiksa akan adanya kutil. Pasien dengan kutil anogenital perlu disadarkan bahwa yang bersangkutan dapat menularkan penyakitnya kepada mitra seksualnya. Penggunaan kondom dianjurkan untuk membantu mengurangi penularan.2

DEFINISI Kondiloma Akuminata (KA) adalah vegetasi oleh Human Papiloma Virus (HPV) tipe tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot.1 KA dapat pula didefinisikan sebagai infeksi menular seksual yang disebabkan oleh HPV tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.2

EPIDEMIOLOGI Dunia kedokteran akhir-akhir ini menaruh perhatian terhadap kenaikan insidens kondiloma akuminata, mengingat telah diketahui adanya hubungan antara penyebab KA terutama HPV subtipe 16 dan 18 dengan lesi invasif atau prakanker serviks, vagina, vulva, anus, dan penis.2 Epidemiologi KA analog dengan herpes genital, yaitu prevalensi infeksi subklinis jauh lebih besar dibandingkan infeksi klinis. Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual

-9-

(P.H.S.). Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.1,2 Di U.S dari 122 juta penduduk berusia 15-49 diperkirakan lebih dari 1% yang menderita KA, pada populasi seksual yang aktif, dan 2% yang subklinis. Prevalensi KA mencapai 4-13% di golongan Penyakit Menular Seksual (P.M.S.). Prevalensi pria dan wanita untuk terkena KA sama.2,6 Berdasarkan observasi, insiden infeksi HPV jelas telah meningkat dalam 35 tahun terakhir. Terdapat beberapa laporan mengenai peningkatan prevalensi infeksi HPV anogenital selama masa kehamilan. Prevalensi meningkat dari trimester pertama sampai ketiga dan menurun secara signifikan saat post partum. Risiko terkena KA saat hamil adalah 2 ( dua ) kali lipat. Lesi dapat menjadi cukup besar sehingga dapat menghambat jalan lahir dan virus dapat ditularkan ke bayi sehingga menyebabkan laryngeal papillomas.6 Tidak hanya di U.S., secara global infeksi HPV sering ditemukan. Di Swedia dengan menggunakan teknik PCR didapatkan prevalensi KA terutama tipe 6 atau 16 sebesar 84% pria yang datang di klinik IMS.2,6 KA sering bersifat asimptomatik. Keluhan gatal atau adanya darah yang akan membuat pasien datang ke tempat pelayanan medis. Infeksi HPV di vulva menimbulkan intraepithelial neoplasia atau squamous cell carcinoma. Dari banyak penelitian, disimpulkan bahwa infeksi HPV sangat kuat terkait dengan perkembangan cervical dysplasia dan cervical carcinoma. Vaginal dysplasia juga dikaitkan dengan paparan HPV.6 Angka tertinggi infeksi HPV genital ditemukan pada wanita dengan kehidupan seksual yang aktif dengan usia kurang dari 25 tahun. Penelitian berdasarkan skrining sitologi serviks 400.000 wanita membuktikan bahwa insiden infeksi HPV dua kali lebih sering pada wanita dengan usia kurang dari 30 tahun, namun alasan prevalensi wanita muda terkena infeksi HPV lebih tinggi masih belum diketahui secara jelas.6

ETIOLOGI Virus yang menyebabkan KA adalah Human Papilloma Virus (HPV). HPV adalah virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan tergolong dalam famili Papovaviridae. Dengan menggunakan cara hibridisasi DNA, sampai saat ini telah dapat diisolasi lebih dari 100 tipe HPV.1,2

- 10 -

Telah diketahui bahwa ada hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu pada genital dengan terjadinya karsinoma serviks. Berdasarkan kemungkinan terjadinya displasia epitel dan keganasan maka HPV dibagi menjadi low risk HPV, yaitu tipe 6 dan 11 yang sering ditemukan pada KA dan neoplasia intraepithelial serviks derajat ringan; dan high risk HPV, yaitu tipe 16 dan 18 yang sering ditemukan pada displasia derajat tinggi dan keganasan.1,2

PATOGENESIS Kutil genital umumnya merupakan tumor jinak yang bisa sembuh sendiri, namun bisa kambuh dalam periode waktu tertentu. Masa inkubasi KA berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). Infeksi HPV ditularkan melalui mukosa dan kulit yang abrasi, kontak seksual, dan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya melalui jalan lahir.2 Formasi kutil bisa mulai dengan kerusakan epitel dan diikuti masuknya virus ke dalam sel pada lapisan germinal basal. Virus bermultiplikasi dalam nukleus sel dan terjadi stimulasi pertumbuhan sel. Infeksi akut bisa bersifat asimptomatik atau menghasilkan kondiloma bentuk datar atau eksofitik.2 Beberapa lesi primer bisa tumbuh invasif menjadi karsinoma sel skuamosa. Mekanisme induksi tumor invasif oleh HPV belum sepenuhnya bisa dijelaskan, namun sudah diketahui adanya hubungan HPV dengan kejadian kanker serviks.2 Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, muara uretra eksterna, sulkus koronarius, korpus, dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil, pertumbuhan penyakit menjadi lebih cepat.1,2 Tipe HPV yang berhubungan dengan lesi genital dapat dikelompokkan seperti :2 Kondiloma akuminata : 6, 11, 42, 44, 51, (53), 55, 67 Neoplasma intraepitel : 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 43, 45, 51, 52, 56, 57, 59, 61, 62, 64 Carcinoma : 6, 11, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 54, 56, 66

- 11 -

MANIFESTASI KLINIS Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dengan permukaan berjonjot (papilomatosa) dan berwarna kemerahan (lesi baru) atau agak kehitaman (lesi lama). Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.1

- 12 -

Bentuk papul pada perineum dan perianal dan bentuk akuminata pada introitus vagina

Untuk kepentingan klinis, maka KA dibagi dalam 5 bentuk, yaitu :2 1. Bentuk datar Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Penggunaan kolposkopi sangat menolong untuk mengetahui lesi di serviks.

2. Bentuk papul Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti korpus penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel, dan tersebar secara diskret.

3. Bentuk akuminata Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.

- 13 -

4. Giant condyloma Buschke-Lowenstein Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukan HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah penis, dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis tampak kondiloma besar, bersifat invasif lokal, dan tidak bermetastasis. Tidak ada perbedaan secara histologis antara KA dan giant condyloma. Giant condyloma umumnya refrakter terhadap pengobatan.

5. Papulosis Bowenoid Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang berpigmentasi dengan permukaan lesi halus atau sedikit papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti berkelompok, sel raksasa diskeratotik, dan sebagian mitotik atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.

Giant condyloma Buschke-Lowenstein

Papulosis Bowenoid

- 14 -

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Bila meragukan dapat dilakukan : Tes Asam Asetat o Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai o Beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih ( acetowhite ) o Perubahan warna pada lesi di perianal perlu waktu lebih lama ( 15 menit ) Kolposkopi o Tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun belum digunakan secara luas di bagian penyakit kulit. o Pemeriksaan ini berguna untuk melihat lesi KA subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat. Pemeriksaan Histopatologi o Pada KA yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges memanjang dan menebal, parakeratosis, dan vakuolisasi pada sitoplasma ( koilositosis ).

DIAGNOSIS BANDING Verruca Vulgaris Vegetasi yang tidak bertangkai, kering, dan berwarna abu-abu atau sama dengan warna kulit dengan ukuran lentikular dan dapat berkonfluensi menjadi plakat dengan permukaan kasar ( verukosa ). Pearly Penile Papules Papul berwarna sama dengan kulit atau putih kekuningan, berukuran 1-2 mm, tersebar secara diskret, mengelilingi sulkus koronarius. Papul-papul ini merupakan varian anatomi normal dari kelenjar sebasea sehingga tidak memerlukan pengobatan.

- 15 -

Condyloma Lata Bentuk sifilis stadium II dengan lesi berupa papul-papul lentikular, permukaan lebih halus dan bentuknya lebih bulat daripada KA. Kadang-kadang berupa plakat yang erosif, eksudatif akibat gesekan antar-kulit dan sangat menular. Predileksi tempat di daerah lipatan yang lembab sepert lipat paha, skrotum, perianal, vulva, dan di bawah mammae. Squamous Cell Carcinoma Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau. Mula-mula tumor berupa nodus yang keras dengan batas yang tidak jelas, permukaan licin seperti kulit normal yang akhirnya akan berkembang menjadi verukosa atau menjadi papiloma dan tampak skuamasi yang menonjol. Tidak memberikan respons pada pengobatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi.

Veruka Vulgaris

Pearly Penile Papules

Kondiloma Lata

Karsinoma Sel Skuamosa

- 16 -

PENGOBATAN Ada beberapa cara pengobatan KA, di antaranya adalah kemoterapi, tindakan bedah, dan imunoterapi. Pemilihan cara pengobatan tergantung pada besar, lokalisasi, jenis, dan jumlah lesi, serta keterampilan dokter yang melakukan pengobatan. Kemoterapi Tinktura Podofilin 25% Pasien hendaknya buang air sebelum dilakukan terapi. Lalu sebelum diaplikasikan tinktura podofilin 25%, kulit di sekitarnya harus dilindungi dengan vaselin agar tidak iritasi. Aplikasikan tinktura podofilin 25% kemudian diamkan kurang lebih 3 jam dan edukasi pasien agar tidak ke WC, setelah itu dibersihkan. Pemberian podofilin seminggu 2 kali sampai lesi hilang dengan interval 3 hari dan harus dilakukan oleh yang ahli (dokter). Setiap kali pemberian sebaiknya tidak lebih dari 0,5 cc karena akan diabsorpsi dan bersifat toksik sehingga dapat timbul gejala seperti mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat pernapasan, sampai supresi sumsum tulang belakang disertai trombositopenia dan leucopenia. Oleh karena itu, maka pemberian obat ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil karena dapat menimbulkan kematian fetus, dan pada wanita menyusui. Podofilotoksin 0,5% (podofiloks) Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Obat ini ada dalam bentuk larutan ( 25cc alcohol + 0,5cc podofilin ) atau gel. Setelah pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemberian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan belum pernah dilaporkan adanya reaksi sistemik. Namun tetap ada batasan total volume podofiloks yang digunakan per hari tidak boleh melebihi 0,5cc. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita, 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut lalu dilanjutkan dengan masa tanpa pengobatan selama 4 hari, dan cara pengobatan ini diulang kembali sampai 4 kali.

- 17 -

Asam trikloroasetat 50% Pemberiannya adakah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Obat ini dapat diberikan kepada wanita hamil. Dapat pula diberikan TCA dengan konsentrasi 80-90%, selanjutnya lesi ditutup dengan bedak/talc atau sodium bikarbonat (baking soda) untuk menghilangkan asam yang tidak bereaksi. Pengobatan diulangi dengan interval 1 minggu. Krim 5-fluorourasil 1-5% Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan. Tindakan bedah Bedah skalpel Bedah listrik ( elektrokauterisasi ) Bedah beku ( N2 cair, N2O cair ) Bedah laser ( CO2 laser ) Interferon Pemberiannya dalam bentuk suntikan (intramuscular atau intralesi) atau krim dan dapat diberikan bersamaan dengan pengobatan yang lain. Secara klinis penggunaan interferon alfa, beta, dan gamma terbukti bermanfaat untuk pengobatan infeksi HPV. Dosis IFN- : 4-6 kali 10 mega IU, IM, 3 kali seminggu, 6 minggu Dosis IFN- : 2 kali 10 mega IU, IM, 10 hari berturut-turut Dosis IFN- : 100 mcg ( 2 juta IU ) per 0,5 mL Immunoterapi Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan, dapat diberikan pengobatan bersama immunomodulator. Salah satu obat yang sering digunakan adalah Imiquimod dalam bentuk krim, dioleskan 3 kali seminggu, paling lama selama 16 minggu, dan dicuci setelah 6-8 jam pemakaian.

- 18 -

Aplikasikan krim Imiquimod 5% dengan menggunakan jari pada waktu sebelum tidur, biarkan semalaman lalu daerah bekas pengobatan dicuci dengan sabun dan air 6-10 jam sesudah penggunaan, digunakan 3 kali seminggu selama 16 minggu. Keamanan penggunaan obat ini selama kehamilan belum dapat dipastikan.

Dari beberapa cara pengobatan di atas, dapat kita kelompokkan cara pengobatan berdasarkan letak lesi KA, yaitu sebagai berikut :2,7 Vaginal warts o Krioterapi dengan nitrogen cair o Podofilin 10-25%, dikeringkan sebelum speculum ditarik keluar o TCA 80-90% Cervical warts o Penatalaksanaan harus dikonsultasikan dengan ahlinya. o Pengobatan tidak dilakukan sebelum hasil tes hapusan darah serviks diketahui maka oleh sebab itu sebelumnya akan dilakukan pap smear. o Sebagian besar ahli menyarankan untuk tidak menggunakan podofilin atau TCA pada cervical warts. Urethral meatus warts o Kutil yang terjangkau dapat diobati dengan tinktura podofilin 10-25% atau dengan podofilotoksin 0,5%. Daerah yang akan diobati sebaiknya dikeringkan untuk mencegah kontak dengan kulit sehat yang menempel di atasnya. o Pemberian krim fluorourasil 5% mungkin efektif namun masih memerlukan evaluasi lebih lanjut, sedangkan podofilin tidak boleh digunakan. o Uretroskopi diperlukan untuk mendiagnosis kutil intra-uretral pada laki-laki yang menderita kutil rekurens di muara saluran uretra. o Beberapa ahli lebih menyukai tindakan bedah listrik atau dengan krioterapi.

- 19 -

Satu minggu pertama setelah terapi, pasien harus kontrol ke bagian obgyn ( wanita ) atau bagian urologi ( pria ).5 Pasien yang telah menyelesaikan terapi KA harus kontrol pada bulan ke3 dan 6, karena kebanyakan pasien yang rekuren atau persisten akan terlihat dalam 6 bulan terapi. Bila pasien bebas dari KA saat kontrol bulan ke-6, selanjutnya disarankan untuk kontrol setahun sekali. Mitra seksual pasien sebaiknya diperiksa dan diterapi, bila memang diindikasikan.6

PENCEGAHAN Perlu adanya edukasi tentang bahaya infeksi HPV dan informasikan kepada pasien bahwa infeksi HPV genital adalah penyakit menular seksual. Satu-satunya cara untuk mencegah infeksi ini adalah dengan menghindari kontak langsung dengan virus tersebut, yang ditransmisikan lewat kontak kulit dengan kulit. Penggunaan kondom sangat disarankan untuk mengurangi dan melindungi dari transmisi HPV. Bila mitra seksual memiliki kutil pada genital yang kasat mata, maka kontak seksual harus dihindari sampai pengobatan selesai. Kondom tetap harus digunakan, baik itu vaginal, anal, atau oral seks, karena virus dapat ditemukan di semen apabila kutil pada genital tidak kasat mata. Vaksin HPV tidak akan mengobati atau mengeradikasi infeksi yang ada, dengan kata lain vaksin HPV tidak akan menyelesaikan masalah begitu saja. Durasi efektifitas vaksin masih belum diketahui dan sedang dipelajari. Saat ini, booster masih belum direkomendasikan.

- 20 -

KOMPLIKASI Komplikasi utama bila terpapar HPV pada vulva, vagina, atau serviks adalah displasia. Pasien yang mengalami KA biasanya telah terpapar tipe HPV low-risk seperti tipe 6 dan 11, di mana tipe tersebut berkaitan dengan terbentuknya displasia ringan. Banyak pasien dengan keadaan seperti ini mengalami regresi spontan. Pasien yang terpapar tipe HPV high-risk seperti tipe 16 dan 18, beresiko terbentuknya high-grade dysplasia atau karsinoma. Komplikasi lainnya adalah rekurensi pada KA.5,6

PROGNOSIS Pada pasien yang immunokompeten, prognosisnya sangat baik karena biasanya pada keadaan ini HPV bersifat transien. Namun pada pasien immunokompromais, penyakit ini beresiko lebih tinggi untuk persisten, bahkan pada wanita, insidens terbentuknya displasia vulva, vagina, atau serviks lebih tinggi.6 Angka rekurensi meningkat 50% setelah 1 tahun dan telah dikaitkan dengan hal seperti :5 Infeksi berulang dari kontak seksual Masa inkubasi HPV yang panjang Virus di lapisan kulit superfisial menyebar ke aliran limfatik Lesi yang miss atau lesi subklinis

Maka dapat disimpulkan prognosis infeksi HPV terutama penyakit KA : Quo Ad Vitam Quo Ad Functionam Quo Ad Kosmetikam Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam : Dubia Ad Bonam : Dubia Ad Bonam : Dubia Ad Bonam

PENUTUP Segala penyakit bila diobati sejak dini, maka hasil yang diharapkan menjadi lebih baik dengan tanpa komplikasi atau komplikasi minimal. Terkait dengan HPV, penting bagi masyarakat untuk sadar akan bahaya infeksi virus ini. Oleh sebab itu, saat ini vaksin HPV diharapkan dapat meminimalisir jumlah infeksi. Bila telah terinfeksi, menjaga hygiene dan penggunaan kondom sangat mutlak agar tidak menimbulkan rekurensi, persistensi, dan komplikasi dimasa mendatang serta memutus rantai penyebaran infeksi HPV.

- 21 -

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Hal : 113-114 2. Fahmi Daili S. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal : 140-145 3. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York : McGraw Hill. 2008 ; p.900-907 4. http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_2no_1/47-50.pdf 5. http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview 6. http://www1.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/obgyn/f/web/Condyloma%20acuminata/i ndex.htm 7. http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/STD-Treatment-2010-RR5912.pdf

- 22 -

Anda mungkin juga menyukai