Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mamed Roby Fuzi Apriansyah

210110070156

Perbedaan Industri Media Dan Industri

Sebagian besar perusahaan media mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan


pesan-pesan yang memberi informasi, menghibur, dan/atau membujuk. Pada tingkatan yang
paling mendasar, perusahaan informasi sama seperti perusahaan manufaktur lain. Mereka
memproduksi dan mendistribusikan produk (pesan) dan kemudian, untuk bisa menjual produk
itu, mereka menyeleksi audiens dan mengembangkan strategi pemasaran, promosi, dan
penjualan, untuk mencapai audiens bersangkutan.
Sebagai sebuah bisnis yang menghasilkan produk, perusahaan media memiliki
kesamaan dengan perusahaan-perusahaan lain. Namun, ada beberapa faktor yang
membedakan perusahaan media dari perusahaan lain.
Sebagian besar perusahaan media menghasilkan komoditi yang tidak tahan lama
(perishable commodity), yaitu informasi. Informasi itu bisa dalam bentuk berita, acara hiburan,
atau pesan-pesan persuasif. Ini berlaku untuk media suratkabar atau media siaran, tetapi
kurang menonjol pada perusahaan penerbitan buku atau produksi film. Meski begitu, dalam
berbagai tingkatan, sifat tidak tahan lama itu berlaku pada semua produk media.
Begitu sebuah pesan mencapai audiens yang dituju, informasi itu kehilangan sebagian
besar nilainya.Jika informasi itu dihasilkan dan didistribusikan tidak tepat pada waktunya dan
secara tidak efektif pula, ia juga kehilangan nilainya. Keefektifan, kecepatan penyampaian
(timeliness), dan sifat tidak tahan lama (perishability), semua itu saling terkait, dan secara
bersama-sama memiliki implikasi penting.
Salah satu implikasi utama adalah: perusahaan media harus menghasilkan sebuah
produk baru dalam setiap siklus produksi. Setiap edisi suratkabar atau majalah; episode baru
program TV atau siaran berita; iklan baru; dan sebagainya.
Sebaliknya, di industri jenis lain, setiap perubahan antara siklus-siklus biasanya
dilakukan dalam pengemasan (packaging) produk, bukan dalam content. Di industri media,
justru kebalikannya yang terjadi. Bentuk kemasan tetap, tetapi content dari produk itu harus
selalu diperbarui atau diciptakan dari nol.
Perbedaan mendasar antara industri media dan jenis-jenis industri lain ini adalah faktor
utama yang memberi tantangan berat pada para manager industri media. Ada tekanan deadline
yang sangat berat, yang menuntut alurkerja (workflow) yang sangat terkoordinasi.

1
Pada saat yang sama, itu juga menuntut kreativitas terus-menerus dan inovasi di pihak pekerja
media. Hal ini berarti mencoba hal-hal yang baru, dan sampai tingkatan tertentu, menentang
pola kerja yang teratur.
Untuk memahami hal ini, bayangkanlah dua jenis pekerja, yakni pekerja di sebuah
industri mobil Toyota dan crew program Reportase di Trans TV. Di pabrik mobil, kreativitas yang
sangat tinggi dibutuhkan untuk menciptakan mobil Toyota pertama. Namun, sejak mobil pertama
diproduksi, mobil-mobil berikutnya akan dibuat persis sama dengan mobil Toyota (dari model
yang sama). Pekerja-di industri mobil tidak boleh mengubah apa pun, antara mobil produksi ke-
700 dengan ke-701.
Sebaliknya dengan di industri televisi siaran. Jika berita yang ditayangkan di Reportase
hari Senin sama dengan hari Selasa, stasiun TV itu akan cepat tutup. Jurnalis televisi yang tidak
kreatif dan ulet dalam menemukan berita baru, akan dipaksa mundur.
Hakikat sebuah produk informasi menuntut keberadaan pekerja media dengan ciri-ciri
tertentu. Pekerja yang menghasilkan produk informasi tersebut adalah: orang terdidik,
profesional, sangat pekerja keras, dan dalam banyak kasus, sangat kreatif. Walaupun faktor
teknologi media itu penting dan memiliki dampak pada media, pekerja media adalah tetap aset
yang paling berharga.
Banyak pekerja media memandang dirinya lebih sebagai bagian dari sebuah profesi,
bukan sekadar buruh bagi majikannya. Banyak reporter, editor, produser, sutradara, penulis,
penata seni, merasakan kesetiaan utamanya pada standar jurnalisme atau periklanan atau kode
etik profesinya. Kesetiaan kedua barulah diberikan pada perusahaan, yang membayar gaji
mereka setiap bulan.
Pada pertengahan 1980-an, pemilik konglomerasi media Rupert Murdoch membeli
suratkabar Chicago Sun Times. Karena meyakini, bahwa Murdoch sering mengeksploitasi
selera rendah pembaca suratkabar, dan sering mengendalikan media dengan integritas yang
patut dipertanyakan, banyak jurnalis Chicago Sun Times, termasuk kolumnis seniornya, memilih
pindah kerja dan keluar dari suratkabar itu. Kasus ini menunjukkan bahwa budaya dan nilai-nilai
media yang dianut para karyawan berlawanan dengan standar yang –menurut persepsi para
karyawan- akan diterapkan oleh pemilik baru, Murdoch. Hal semacam ini sulit dibayangkan akan
terjadi di industri manufaktur, seperti pabrik mobil. Apakah karyawan pabrik mobil Hyundai akan
memilih keluar, jika pabrik itu dibeli oleh Nissan, misalnya?
Contoh lain pentingnya standar profesional, adalah ketika pada awal 1980-an, staf
pemberitaan NPR (National Public Radio) di Amerika mengancam akan keluar, jika anggaran
dana bagi NPR dipotong oleh Presiden Ronald Reagan. Para karyawan beralasan, pemotongan

2
anggaran akan berdampak pada menurunnya kualitras pemberitaan, sehingga merosot ke
bawah standar minimal profesionalisme yang masih bisa diterima.
Struktur organisasi media saat ini banyak yang bersifat stabil dan sangat terorganisasi
(very organized), di mana pekerjaan dilakukan secara tepat waktu dan bisa diperkirakan
(predictable). Struktur semacam ini pada awalnya diharapkan mampu memenuhi tuntutan
deadline dari hari ke hari, dan sifat media yang terus menerus berubah, dan berpacu cepat.
Namun, pemikiran manajemen modern menyarankan, format yang terbaik untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi media yang progresif sebainya tidak terlalu formal. Struktur
yang horizontal dan luwes mungkin lebih baik ketimbang struktur tradisional yang kaku, hirarki
vertikal, yang lebih dominan di banyak organisasi industrial saat ini. Para manajer dan pemimpin
media harus menangani struktur organisasi, yang harus mencapai dua sasaran yang seolah-
olah kontradiktif. Yaitu:
1. Menghasilkan produk-produk media secara teratur, sehingga deadline produksi yang krusial
bisa dipenuhi.
2. Menghasilkan produk-produk media yang berisi pesan-pesan yang segar, inovatif, informatif,
dan berkualitas tinggi.
Sasaran yang kedua ini menuntut adanya karyawan-karyawan, yang memiliki sebentuk
kebebasan dari jadwal kerja yang kaku.
Sebagai watchdog dan penafsir isu-isu publik dan peristiwa-peristiwa, media memiliki
peran khusus. Itulah sebabnya, bisnis media adalah satu-satunya bisnis yang secara spesifik
dilindungi oleh Amandemen Pertama dalam Konstitusi Amerika. Sebagai tambahan, ada
beberapa undang-undang yang terkait dengan media, seperti: hak cipta (copy right),
pencemaran nama baik (libel), umpatan/hujatan (slander), fitnah (defamation), perlindungan
(shield), dan privacy.
Karena perannya yang unik, perusahaan-perusahaan yang bekerja di bisnis informasi
juga lebih tampak (visible) ketimbang perusahaan jenis lain. Misalnya, laporan tentang
perlombaan rating antar-stasiun televisi, cerita tentang suatu biro iklan yang kehilangan klien
besar, sirkulasi sebuah majalah, dan sebagainya. Aspek bisnis dari perusahaan media lebih
banyak diberitakan secara reguler, ketimbang perusahaan-perusahaan di bidang lain.
Perhatian serupa juga terjadi pada kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan
perusahaan media. Ketika seorang manajer di pabrik baja membuat kesalahan, mungkin sangat
sedikit orang di luar pabrik baja itu yang mengetahuinya. Sebaliknya, jika seorang reporter
menulis berita secara keliru, dan berita itu termuat di suratkabar, banyak pembaca akan
mengetahuinya.

3
Dalam bentuk lain, bahkan karyawan nonkreatif dari perusahaan media bisa mendapat
apresiasi lebih besar dari publik, ketimbang karyawan dari perusahaan nonmedia. Ketika
seorang karyawan bagian kebersihan mengatakan, “saya bekerja di Trans TV,” atau “saya kerja
di Harian Kompas,” itu bisa memberi status lebih dibandingkan karyawan bagian kebersihan di
perusahaan lain nonmedia. Teapi itu semua hanya

Anda mungkin juga menyukai