Anda di halaman 1dari 3

Monaliza Sekar Rini / 24020111130042 (Biologi Sel) Keterlibatan Kolkisin dalam Penghambatan Mitosis

Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002), sedangkan menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman (terbentuk tanaman poliploid). Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi . Menurut Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2002) juga menjelaskan bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benangbenang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi. Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tingi konsentrasi kolkisin makin tinggi persentase sel yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula. Kolkisin adalah zat yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat menghambat pembelahan sel pada anafase. Chabner dkk., (2001) menyebutkan mekanisme penghambatan mitosis tanaman oleh kalkosin yaitu tanaman Vinca yang mengandung alkaloid bekerja spesifik pada siklus sel dengan menghambat proses mitosis. Alkaloid tanaman mempunyai kemampuan mengikat tubulin yaitu suatu protein yang menyusun mikrotubulus dengan menghambat atau memblokade polimerisasi protein kedalam mikrotubulus sehingga terjadi penghancuran (disolusi) dari mikrotubulus menjadi kristal-kristal kecil yang mengandung setiap 1 mol tubulin terikat oleh 1 mol alkaloid tanaman. Hal ini menyebabkan gangguan (disruption) fungsi mikrotubulus yang berperan dalam proses mitosis dan pembelahan sel terhenti pada metafase. Dengan tidak terbentuknya benang-benang mitosis (mitotic spindels) yang utuh menyebabkan kromosom masuk dalam sitoplasma sehingga kromosom menjadi bergerombol (clump) seperti bola atau bintang yang disebut dengan explode mitotic. Mikrotubulus berfungsi membentuk benangbenang mitosis dan berperan untuk pergerakan sel, pagositosis dan transportasi makanan dan

hasil metabolisme dalam sel. Hambatan mitosis pada siklus sel yang terjadi dapat pula menghambat sintesis mikrotubulus dengan mengikat beta tubulin yang spesifik untuk sintesis mikrotubulus. Alkaloid tanaman dapat pula mengorganisir perbaikan protein sitoskeleton yang menyebabkan pembundelan mirotubulus dan gangguan dari struktur mikrotubulus yang diikuti dengan penghentian mitosis dan menghambat sintesis DNA secara progresif (Chabner dkk., 2001). Mekanisme pengaruh kolkisin terhadap mitosis tanaman di atas tidak jauh beda dengan pendapat Cody (1997) bahwa tanaman poliploid adalah tanaman yang memiliki jumlah genom lebih besar dari 2n. Kolkisin berfungsi sebagai mutagen untuk individu poliploid. Adapun cara kerja kolkisin menurutnya sebagai berikut: Kolkisin akan masuk ke dalam biji (2n), lalu menyebabkan terhambatnya kerja mikrotubulus. Karena kerja mikrotubulus terhambat, berarti menghambat terbentuknya benang spindle. Karena benang spindle tak terbentuk, maka kromosom yang siap membelah akan mengalami gagal berpisah sehingga sel tidak akan mengalami pembelahan. Hal ini menyebabkan biji mempunyai genom 4n. Apabila tanaman 4n disilangkan dgn tanaman 2n, maka akan terbentuk anakan yang memiliki genom 3d. Keuntungan Kolkisin : Akan dihasilkan buah yang berukuran besar, rasa manis dan nonbiji. Kerugian Kolkisin : Tidak terbentuknya alat generative dan tanaman tidak tahan lama. Kolkisin bekerja menghambat terbentuknya dinding sel baru sehingga menyebabkan jumlah kromosom ganda pada satu ini (poliploid) (Crowder, 1997). Selanjutnya Suryo (1995) menjelaskan bahwa proses mitosis yang mengalami modifikasi akibat terpapar kolkisin dinamakan C-mitosis (Colchisinemitosis). DAFTAR PUSTAKA Chabner BA, Rian DP, Paz-Ares L, Carbonero RG, dan Calabresi P. 2001. Antineoplastic Agents. In Goodman & Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics. 10th. Edition. McGraw-Hill. Medical Publishing Division. p. 14171421. Cody V, Middleton E, Harborne JB, dan Borets M, 1997. Progress in Clinical and Biological Research. Plant Flavonoid in Biology and Medicine II. Vol 200. Alan R Liss, Inc. New York.

Crowder, L.V., 1990. Genetika Tumbuhan, penerjemah Lilik Kusdiarti. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Haryanti, Sri, R. B. Hastuti, N. Setiari, dan A. Banowo. 2009. Pengaruh kolkisin terhadap pertumbuhan, ukuran sel metafase dan kandungan protein biji tanaman kacang hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 10 (2) : 112 120. Mansyurdin, Hamru, dan D. Murni. 2002. Induksi tetraploid pada tanaman cabai merah keriting dan cabai rawit dengan kolkisin. Stigma. 12 (3) : 297 300 Suminah, Sutarno, A. D. Setyawan. 2002. Induksi poliploidi bawang merah (Allium ascalonicum L.) dengan pemberian kolkisin. BIODIVERSITAS. 3 (1) : 174 180. Suryo, H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai