Anda di halaman 1dari 26

askep sistem muskuloskeletal

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKOLIOSIS PENGKAJIAN PEMERIKSAAN FISIK a. Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. b. Mengkaji tulang belakang Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang). Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada). Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan) c. Mengkaji system persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi d. Mengkaji system otot, Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masingmasing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot. e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit Parkinson).

f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penekanan paru Tujuan: Pola napas efektif Intervensi: 1) Kaji status pernapasan setiap 4 jam 2) Bantu dan ajarkan pasien melakukan napas dalam setiap 1 jam 3) Atur posisi tidur semi fowler untuk meningkatkan ekspansi paru 4) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap 2 jam 5) Pantau tanda vital setiap 4 jam b. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral Tujuan: nyeri berkurang/ hilang

Intervensi: 1) Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri 2) Atur posisi yang dapat meningkatkan rasa nyaman 3) Pertahankan lingkungan yang tenang untuk meningkatkan kenyamanan 4) Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri 5) Anjurkan latihan postural secara rutin untuk memperbaiki posisi tubuh 6) Ajarkan dan anjurkan pemakaian brace untuk mengurangi nyeri saat aktivitas 7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk meredakan nyeri c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang Tujuan: meningkatkan mobilitas fisik Intervensi: 1) Kaji tingkat mobilitas fisik 2) Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang 3) Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif 4) Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri 5) Tingkatkan kembali ke aktivitas normal d. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang miring kelateral Tujuan: meningkatkan citra tubuh

Intervensi: 1) Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya 2) Beri lingkungan yang mendukung 3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping yang positif 4) Beri harapan yang realistik dan buat sasaran jangka pendek untuk memudahkan pencapaian 5) Beri penghargaan untuk tugas yang dilakukan 6) Beri dorongan untuk melakukan komunikasi dengan orang terdekat dan memerlukan sosialisasi dengan keluarga serta teman 7) Beri dorongan untuk merawat diri sesuai toleransi e. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya Tujuan: pemahaman tentang program pengobatan Intervensi: 1) Jelaskan tentang keadaan penyakitnya 2) Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang di anjurkan 3) Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis, dan efek sampingnya 4) Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset 5) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter EVALUASI KEPERAWATAN

a. Pola napas efektif 1) menunjukkan bunyi napas yang normal 2) frekuensi dan irama napas teratur b. Nyeri hilang atau berkurang 1) Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima 2) Memperlihatkan tenang dan rileks 3) Keseimbangan tidur dan istirahat c. Meningkatkan mobilitas fisik 1) Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat 2) Melakukan mobilitas pada tingkat optimal 3) Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan 4) Meminta bantuan jika membutuhkan d. Meningkatkan harga diri 1) Mencari orang lain untuk membantu mempertahankan harga diri 2) Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya 3) Menggunakan keterampilan koping dalam mengatasi citra tubu e. Pemahaman pengetahuan 1) Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit

2) Memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset 3) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOPOROSIS


PENGKAJIAN a. Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami osteoporosis dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.

b. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.

c. Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi Tujuan : memahami osteophorosis dan program tindakan Intervensi a. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis. b. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai. c. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang. d. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis. e. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis. f. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot Tujuan : Meredakan Nyeri

intervensi a. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari. b. Kasur harus padat dan tidak lentur. c. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. d. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot. e. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir. f. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur, g. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. h. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah. i. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non opoid dapat mengurangi nyeri. j. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus) k. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik 3. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus) Tujuan : Memperbaiki Pengosongan Usus.

intervensi a. Berikan diet tinggi serat. b. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi. c. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus. 4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik Tujuan : Mencegah Cedera. a. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. b. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh. c. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik. d. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama. e. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D. PERTIMBANGAN GERONTOLOGIK 1. Lansia sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia.

2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan dan program penanganan pencegahan. 3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya potensial bahaya (mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran pas).

EVALUASI
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya. a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang b. Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi c. Meningkatkan tingkat latihan d. Gunakan terapi hormon yang diresepkan e. Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran 2. Mendapatkan peredaan nyeri a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari c. Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur 3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal a. Bising usus aktif

b. Gerakan usus teratur 4. Tidak mengalami fraktur baru a. Mempertahankan postur yang bagus b. Mempegunakan mekanika tubuh yang baik c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D d. Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari) e. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari f. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah g. Menciptakan lingkungan rumah yang aman h. Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS GOUT PENGKAJIAN a. Data Subyektif 1) Pada episode akut keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki atau sendi lain. 2) Tanyakan pada pasien tentang pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi serangan. 3) Adakah peningkatan berat badan?

4) Adakah riwayat gout artritis di dalam keluarga 5) Apakah pasien memakai obat untuk mengatasi gout? b. Data obyektif 1) Pasien tidak tahan terhadap sentuhan pada sendi dan menjaga daerah sendi yang terkena. 2) Sendi bengkak dan merah (pertama metatarsal, sendi tarsal, pergelangan kaki, lutut atau siku). 3) Adanya peningkatan suhu tubuh. 4) Adanya penpembengkakan nodul mungkin terilhat di jaringan sub kutan di daerah sendi atau pada tulang rawan di helix telinga c. Data psikososial: Gout sering, menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien akibat nyeri yang timbul pada persendian. Cemas dan takut untuk melakukan gerakan atau aktifitas. Merasakan dirinya tidak melakukan mobilitas seperti sebelum sakit. Perawat dapat mengkaji masalah-masalah psikologis tersebut yang mungkin dihadapinya. d. Pemeriksaan Diagnostik: 1) Peningkatan kadar asm urat serum (hiperuricemia) 2) Peningkatan kadar asam urat pada urine 24 jam. 3) cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium. 4) Kecepatan waktu pengendapan 5) Pemeriksan sinar X menampakakan perkembangan jaringan lunak.

6) Pemeriksaan sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut). DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENS1 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan:Rasa nyaman pasien terhindari dari nyeri. Dengan kriteria : a. Nyeri Hilang atau nyeri terkontrol. b. Pasien terlihat riles c. Pasien dapat istirahat atau tidur dengan nyaman d. Flasien dapat berpatisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuannya. e. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan f. Menggabungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. Intervensi: a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit yang nonverbal. Rasional: Membantu dalam mengendalikan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program. b. Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan diberikan bantalan.

Rasional: Istirahat dapat menurunkan metabolisme setempat dan mengurangi pergerakan pada sendi yang sakit. Bantalan yang empuk/lembut akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat dan menempatkan stress pada sendi yang sakit.

c. Berikan kompres hangat atau dingin. Rasional: Pemiberian kompres dapat memberikan efek vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek membantu pengeluaran endortin dan dingin dapat menghambat impuls-impuls nyeri. d. Cegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misal menghindari penggunaan sepatu yang sempit, terantuk benda yang keras. Rasional: Bila terjadi iriitasi maka akan semakin nyeri. Bila terjadi luka akibat tofi yang pecah maka rawatlah sucara steril dan juga perawatan drain yang dipasang pada luka. e. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit, hindari gerakan yang menyentak. Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.

f. Berikan masase lembut. Rasional: Meningkatkan relaksasi atau mengurangi tegangan otot. g. Dorong penggunaan tehnik manajemen stress,misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, vuasualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri dan pengendalian nafas. Rasional: Meningkatkan relaksasi, memberikan kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping. h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. Rasional: Memf'okuskan kembali porhatian, memberikan stimulan dan meningkatkan rasa percava diri dan perasaan sehat.

i. Kolaborasi.Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi dokter dan amati efek samping obat-obat tersebut. colchille untuk serangan akut dan menurunkan kristal asam urat yang mempunyai efek samping, nausea, vomitus, diare, oliguri, hematuri. Phenylbutazone untuk anti radang, mempunyai efek samping nausea, vomitus, diare, rash, edema, hipertemsi dan lekopeni.

Allopurinol (Zyloprin) untuk keadaan kronis (untuk menghambat asam urat) Probenalid (beneryl) untuk meningkatkan ekskresi asam urat. 2. Gangguan mobilitas fisik burhungan dengan nyeri persendian.

Tujuan : Pasien dapat meningkatkan aktifitas sesuai kemampuan. Kriteria: Pasien dapat mempertahankan fungsi posisi dengan tidak adanya pembatasan kontraktur. Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kokompensasi bagian tubuh. Pasien dapat mendemonstrasikan tehnik atau perilaku yang memungkinkan melakukan aktfitas. Intervensi: a. Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi. Rasional: Tingkat aktifitas / latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dan proses inflamasi. b. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.

Rasional: Istirahat yang sistemik selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan. c. Lakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan menggunakan tongkat atau "walker", dan berikan lingkungan yang aman misalnya menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet. Rasional: Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh.. d. Lakukan latihan ROM secara hati-hati pada sendi yang terkena gout jika memungkinkan. Rasional: Meningkatkan atau mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat dapat menimbulkan kakakuan sendi dan aktifitas yang berlebihan dapat merusak sendi. e. Usahakan untuk meningkatkan kembali pada aktifitas yang normal. Rasional: Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas. f. Kolaborasi,konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional. Rasional: Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktifitas yang berdasarkan pada kebutuhan, individual dan dalam mengidentifikasi mobilisasi. 3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah.

Tujuan: Pasien dan keluarga dapat memahami penggunaan obat dan perawatan dirumah. Kriteria : Pasien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang kondisi prognosis dan perawatan. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktifitas. Intervensi: a. Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit Rasional: Memberikan pengetahuan pasien sehingga pasien dapat menghindari terjadinya serangan berulang. b. Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi nama obat, dosis, tujuan dan efek samping Rasional: Penjelasan ini dapat meningkatkan koordinasi dan kesadaran pasien terhadap pengobatan yang teratur. c. Diskusikan pentingnya diit yang terkontrol misal dengan menghindari makanan tinggi purin sepertl hati, ginjal, sarden, memenuhi intake cairan yang cukup dan output antara 2000-3000 ml perhari Rasional:

Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/jaringan lain untuk memperahankanfungsi sendi dan mencegah doformitas dan meningkatkan perasaan sehat umum serta untuk perbaikan.jaringan. d. Bantu pasien dalam merencanakan program latihan dan istirahat yang teratur. Rasional: Memberikan struktur dan mengurangi kecemasan pada waktu menangani proses penyakit yang kronis kompleks. e. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmako terapeutik. Rasional: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis. f. Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang mungkin dibutuhkan. Rasional : Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktifitas yang dibutuhkan atau diinginkan.

g. Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar dalam setiap melakukan aktifitas. Rasional: Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri. h. Identifikasi sumber-sumber komunitas, misal yayasan artritis bila ada.

Rasional: Bantuan atau dukungan dari orang lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR TULANG PENGKAJIAN 1. Wawancara Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.

2. Pemeriksaan fisik

a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas c. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit d. anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat

e. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional

3. Pemeriksaan Diagnostik

Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing). (Wong, 2003)

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri Intervensi : a. Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri ) Rasional :memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan. b. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi ) Rasional : meningkatkan relaksasi klien c. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.

Rasional : meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien d. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri Rasional : mengurangi nyeri dan spasme otot 2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan Intervensi : 1) Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan. Rasional : memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis 2) Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara. Rasional : membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya 3) Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien. Rasional : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.

4)

Berikan Rasional :

informasi

akurat,

konsisten

mengenai

prognosis.

dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita. (Doenges, 1999)

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat

Intervensi 1) Catat asupan makanan setiap hari Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi. 2) Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari. Rasional : mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal 3) Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat. Rasional memenuhi kebutuhan metabolik jaringan.

4) Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. Rasional : membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi (Doenges, 1999) 4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran (Doenges 1999) Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu. Intervensi : 1) Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga. Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah. 2) Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan. Rasional : membantu dalam pemecahan masalah 3) Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien Rasional menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. (Doenges, 1999)

5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak (Wong, 2003) Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak. Intervensi : 1) Lakukan pendekatan langsung dengan klien. Rasional Meningkatkan rasa percaya dengan klien. 2) Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan. Rasional Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan. 3) Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien. Rasional Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien. 4) Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain Rasional Secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi (Wong, 2003) Evaluasi 1. Pasien mampu mengontrol nyeri a) Melakukan teknik manajemen nyeri, b) Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.

c) Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari 2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif. a) Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata b) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien c) Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien 3. Masukan nutrisi yang adekuat a) Mengalami peningkatan berat badan b) Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan c) Tidak ada tanda tanda kekurangan nutrisi 4. Memperlihatkan konsep diri yang positif a) Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien b) Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri 5. Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi

Anda mungkin juga menyukai