Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN DISCOVERY LEARNING BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 Septyan Dwi Wicaksono (G1G009047) TERMINOLOGI A.

Dowel / Pasak Dowel merupakan bagian restorasi yang direkatkan dengan semen ke saluran akar yang berfungsi sebagai retensi utama, dapat menjadi satu kesatuan atau dijadikan satu dengan inti (Smith et al., 2007). Dowel dapat dibedakan menjadi fabricated post dan pre-fabricated post. B. Core / inti Core merupakan bagian dari restorasi yang menggantikan jaringan mahkota gigi yang hilang sehingga membentuk seperti gigi yang telah dipreparasi untuk mahkota tiruan penuh (Smith et al., 2007). Inti dapat diklasifikasikan berdasarkan banyaknya jaringan mahkota gigi yang digantikan yaitu: 1. Inti sebagian, adalah inti yang menggantikan sebagian jaringan mahkota gigi yang rusak/hilang. 2. Inti penuh, adalah inti yang menggantikan seluruh jaringan mahkota gigi yang rusak/hilang.

C. Fabricated Post / Pasak Buatan Sendiri Pasak buatan sendiri dapat dicor dari pola yang dibuat secara langsung (direct) dalam mulut pasien atau pola yang dibuat di laboratorium (indirect). Teknik langsung (direct) yang menggunakan inlay wax, autopolymerizing resin atau lightpolymerized resin direkomendasikan untuk akar tunggal dengan akses klinis yang mudah, sedangkan teknik indirek lebih tepat untuk akar ganda atau akses yang sulit. Keuntungan dari pembuatan sendiri yaitu: 1. Lebih adaptif 2. Dapat digunakan pada saluran akar yang sangat tapered, oval, dan gigi dengan akar ganda yang paralel. Kekurangannya antara lain: 1. Dapat terjadi kesalahan pengecoran sehingga meningkatkan resiko fraktur pasak 2. Membutuhkan lebih banyak waktu untuk prosedur laboratorium (Stock et al., 2004). D. Pre-Fabricated Post / Pasak Siap Pakai Pasak siap pakai merupakan pasak yang sudah jadi dibuat di pabrik yang dibagi menjadi: 1. Pasak yang tidak mempunya bentuk inti. Pasak berupa batangan pasak yang tersedia

Gambar Dowel dan Core

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013

Page 1

LAPORAN DISCOVERY LEARNING BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 Septyan Dwi Wicaksono (G1G009047) dalam berbagai macam bentuk dan diameter serta dapat dipotong menurut kebutuhan. 1. Pasak yang terbuat dari bahan logam terdapat resiko terjadinya korosi, diskolorisasi akar, kebocoran mikro, dan fraktur akar terutama pada pasak yang berbentuk paralel. 2. Pasak yang terbuat dari carbon fiber berwarna hitam, sehingga dapat merusak estetik mahkota tiruan. E. Richmond Crown Richmond crown merupakan suatu mahkota retensi pasak yang dibuat untuk perawatan gigi endodontik dengan menggunakan porselen pada permukaannya (Smith et al., 2007). Bahan pasak dapat dibuat secara pabrikan maupun individual (custom). Bahan dengan buatan pabrik diperlukan seleksi sebelumnya untuk menyesuaikan bentuk saluran akar, sedangkan pasak individual dapat dibuat sesuai dengan pola yang telah dicetak pada saluran akar pasien. Menurut Rosenstiel et al., (2001), bahan yang umumnya digunakan sebagai pasak gigi baik pabrikan maupun individual diantaranya yaitu: 1. Pasak logam diantaranya, yaitu platinum-emas-palladium (Pt-AuPd), nikel chromium (Ni-Cr), cobalt chromium (Co-Cr) atau stainless steel dan titanium. Pasak logam memiliki modulus elastisitas yang tinggi serta struktur partikel yang memanjang, sehingga lebih kaku. Bahan lain yang juga sering digunakan untuk bahan baku pasak

Gambar Pasak tidak mempunyai bentuk inti 2. Pasak dan inti ada dalam satu kesatuan, yang tersedia dalam berbagai macam bentuk dan ukuran.

Gambar Pasak-inti dalam satu kesatuan (Stock et al., 2004) Keuntungan dari pre-fabricated post yaitu: 1. Pasak siap pakai yang terbuat dari logam memiliki keunggulan kekuatan, karena dapat dihindari kesalahan pengecoran logam yang mengakibatkan kelemahan pasak. 2. Pasak yang terbuat dari keramik, glass fiber, dan woven fiber mempunyai keunggulan estetik dibandingkan pasak yang terbuat dari logam. Kekurangannya antara lain:

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013

Page 2

LAPORAN DISCOVERY LEARNING BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 Septyan Dwi Wicaksono (G1G009047) adalah orden yang memiliki kandungan copper zinc aluminium (Cu-Zn-Al) dengan modulus elastisitas sekitar 80,22 GPa dan Mattisil yang memiliki kandungan silver zinc (Ag-Zn) memiliki modulus elastisitas yang tinggi pula sekitar 58,04 GPa (Anusavice, 2003). Pasak logam cenderung menyebabkan hipersensitivitas logam pada beberapa individu tertentu, yaitu berupa reaksi alergi. Kekurangan lain, yaitu dapat terjadinya korosi logam yang dapat menyebabkan pigmentasi sampai terjadinya kanker. 2. Pasak fiber, seperti karbon fiber, gelas fiber, dan woven fiber (polietilen). Pasak jenis fiber ini mengandung susunan fiber yang bergantung pada orientasi, panjang, dan kuantitasnya sehingga bahan yang dihasilkan memiliki modulus elastisitas seperti dentin tetapi tidak terlalu kuat karena lebih fleksibel dan bentuk diameter terbatas karena berupa pasak jadi. Pasak fiber berbahan karbon berwarna kehitaman, sehingga tidak estetik, terutama apabila digunakan pada regio anterior. Pasak gelas fiber memiliki sifat translusensi yang dapat memaksimalkan tampilan estetik mahkota dan mudah dilepas dari saluran akar, sehingga mudah untuk dilakukan perawatan kembali. 3. Pasak Keramik, seperti zirkonia, alumina dan silika memiliki kekuatan tinggi dan estetik yang cukup memuaskan. Prosedur stabilisasi dengan elemen material lain pun akan menghasilkan mekanisme transformation toughening yang dapat menghambat terjadinya crack propagation atau penjalaran retakan. 4. Pasak berbasis resin, seperti autopolymerizing atau lightpolymerized resin, serta komposit dapat digunakan untuk pembuatan pasak secara langsung dengan saluran akar tunggal. Pasak berbasis resin ini pun dapat diperkuat fiber yang digabungkan dengan inti komposit. Kekuatannya bergantung pada bahan penguatnya, baik jumlah, panjang maupun kualitas beban yang diterimanya (Anusavice, 2003). REFERENSI Anusavice, K.J., 2003, Phillips Science of Dental Materials: Mechanical Properties of Dental Materials, Dental Polymers, Dental Ceramics, Denture Base Besin, 11 th Ed, Missouri, WB Saunders Company. Rosenstiel, S.F., Land, M.F., Fujitomo, J., 2006, Contemporary Fixed Prosthodontics: Restoration of The Endodontically Treated Tooth 3rd, Mosby Inc, USA. Smith,Bernard G NHowe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare. Stock, C. J. R., K. Gulabivala., and R.T Walker., 2004, Endodontic, 3rd Ed, Missouri, Mosby Inc.

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013

Page 3

LAPORAN DISCOVERY LEARNING BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 Septyan Dwi Wicaksono (G1G009047)

PENUGASAN BLOK AESTHETIC DENTISTRY 2 TA. 2012/2013

Page 4

Anda mungkin juga menyukai