3) Stadium Klinis Kanker Ovarium (FIGO), berdasarkan evaluasi klinik dan atau operatif :
Stadium Stadium I Stadium Ia Deskripsi Tumor tumbuh terbatas pada ovarium Terbatas pada satu ovarium, kapsul intak, tidak ada tumor pada permukaan dan Sel ganas (-) pada cairan ascites. Terbatas pada ke dua ovarium, kapsul intak, tidak ada tumor pada permukaan dan sel ganas negatipada cairan ascites atau cucian peritoneum Adalah stadium Ia dan Ib dengan tumor pada permukaan ovarium atau ruptur kapsul atau ascites dengan sel ganas (+) atau cucian peritonium sel ganas (+) Pertumbuhan tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran pada pelvis Penyebaran ke uterus atau tuba Penyebaran ke organ pelvis lainnya Stadium IIa/IIb dengan tumor pada permukaan ovarium atau ruptur kapsul, atau ascites dengan sel ganas (+) atau cucian peritoneum sel ganas (+) Tumor pada satu/kedua ovarium dengan implantasi tumor pada peritoneum diluar kavum pelvis dan/atau pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal/inguinal (+), Metastasis ke bagian superfisial hati atau tumor terbatas pada rongga pelvis tetapi pemeriksaan histopatologi terhadap perluasan pada usus halus atau omentum. Tumor secara makros terbatas pada true pelvis dengan pembesaran kelenjar limfe (-) tetapi secara histologi ada perluasan pada peritoneum abdomen. Stadium IIIa dan perluasan tumor pada peritoneum abdomen kurang dari 2 cm, pembesaran kelenjar limfe (-). Stadium IIIa + pertumbuhan tumor pada peritoneum abdomen lebih dari 2 cm dan atau pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal/inguinal (+). Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan metastase jauh berupa pleural efusion dengan sitologi (+) atau penyebaran pada parensim hati.
Stadium III
Stadium IV
Catatan : Stadium lc apabila stadium Ia terjadi: a. Kapsul ruptur spontan atau dipecahkan oleh operator. b. Sitologi (+) dari cairan peritoneum atau ascites.
III-13.6 Penatalaksanaan A. Tindakan Operatif (Surgical Staging) 1) Insisi pada garis tengah 2) Setiap cairan bebas di kavum peritoneum diambil untuk pemeriksaan sitologi terutama di kavum Duglasi 3) Bila cairan bebas tidak ada, dilakukan pencucian peritoneum dengan NaCI 0,9% 5-10 cc kemudian dilakukan pemeriksaan sitologi 4) Eksplorasi terutama kavum Douglasi, parakololikal, dan sub diafragma 5) Setiap daerah yang mencurigakan ganas atau perlekatan pada pertoneum hendaknya dibiopsi 6) Daerah retroperitoneum yaitu daerah pelvis dan para aorta dievaluasi,
bila pembesaran kelenjar limfe positif maka dilakukan limfedenektomi 7) Pengangkatan tumor : a. Diusahakan mengangkat tumor secara utuh b. Bila tidak bisa, dilakukan debulking yaitu mengangkat tumor semaksimalnya c. Perhatikan tumor secara makroskopis dengan teliti, bila ada keraguan dilakukan Frozen Section. 8) Pengangkatan uterus dan ovarium melalui TAH BSO dilakukan pada kasus-kasus yang sudah jelas ganas atau usia diatas atau sama dengan 50 tahun 9) Omentektomi, dilakukan pada kasus yang sudah jelas ganas secara makros/mikros. Dikerjakan mulai kolon trasversum. B. Terapi Terapi berdasarkan stadium dan tipe hitopatologik. 1) Keganasan Boderline a. Stadium I : Salpingooovorektomi Unilateral b. Stadium Ic-IV : TAH BSO/ Debulking + Omentektomi + Khemo/ radioterapi. 2) Frankly Malignant a. Epithelial Stadium la-G1 ingin anak dilakukan SO unilateral dengan catatan: Post operasi dapat dilakukan follow-up teratur secara klinis dan tumor marker. Setelah anak cukup maka uterus dan ovarium kontralateral diangkat. Tidak ada kelainan lain pada pelvis. Kapsul utuh dan tidak ada perlekatan. Tidak ada invasi ke kapsul, kelenjar limfe dan omentum. Stadium Ib-Gl, dilakukan TAH BSO + Omentektomi Stadium Ia, b, c,-G2-3 sampai stadium IV dilakukan TAH BSO/Debulking + Khemo/radioterapi b. Nonepithelial Stadium Ia-Gl, ingin anak dilakukan SO Unilateral. Stadium Ia, G2-3- IV dilakukan TAH BSO + Omentektomi + Khemo/radioterapi. 3) Sitostatika pilihan utama dan radiasi : a. Jenis epitelial adalah CAP (Cyclophosphamide, Adreamucine dan Cis. Platinum). b. Jenis nonepitelial adalah : PVC (Cis Platinum, Vinblastin dan Bleomycine). VAC (Vincristin,Actinomycin D. dan Cyclophosphamide). c. Radiasi Ekstemal : Pelvis : 4000-5000 rad Abdomen/Tempat lain : 2000-3000 rad C. Operasi Second Look
Dilakukan dengan tujuan: 1) Konfirmasi staging, bila pada operasi sebelumnya tidak dilakukan staging secara lengkap. 2) Reduksi massa tumor, paska terapi sitostatika dimana telah terjadi regresi atau progresi tumor. 3) Evaluasi paska terapi sitostatika, secara klinis penderita bebas dari penyakit yang dilakukan 4-12 bulan setelah terapi sitostatika. D. Kasus kanker ovarium dengan kehamilan 1) Adjuvant kemoterapi dapat diberikan setelah kehamilan 16 minggu. 2) Operasi komplit (TAH BSO+Omentektomi) dilakukan setelah anak lahir atau pada waktu SC. Tehnik operasi sama dengan eksplorasi seperti laparotomi awal. III-13.7 Skema Penatalaksanaan Tumor Ovarium
TUMOR OVARIUM
Tumor solid, mobil tidak berdungkul Kistik > 7 cm, usia < 20 dan > 60 tahun, menopause
Kistik < 7 cm
Solid
Kistik
Keganasan meragukan
Keganasan meyakinkan
Curiga Ganas
TAH-BSO+ Omentektomi
TAH-BSO
Ganas
Tidak Ganas
TAH-BSO+ Omentektomi
SO Unilateral
III-13.8 Pengawasan Lanjutan 1) Pemeriksaan meliputi: a. Anamnesis. b. Pemeriksaan fisik umum. c. Pemeriksaan Ginekologi. d. Tumor Marker (kalau perlu). e. Fungsi hati, ginjal dan sumsum tulang (kalau perlu). 2) Jadwal a. Tiga bulan I : setiap 2 minggu. b. Sembilan bulan II : setiap 4 minggu. c. Tahun II : setiap 3 bulan. d. Tahun-tahun berikutnya : setiap 6 bulan. Daftar rujukan Berek JS, Adashi EY and Hillard PA; Novaks Gynecology; twelf th edition, section VI, Gyn Oncol, William & Wilkins, Baltimore-Maryland 1996; 1057-1261 Coppleson M, Gynecologig Oncology second edition, vol. 1 & 2, Chariurchill livingstone Edinburgh-London Mebourne New Uork and Tokyo, 1992 Disaia PJ and Creasman WT, Clinical Gynecologic Oncology, third edition, the CV Mosby company, st Louis-Washington D.C-Toronto, 1989 Knapp RC and Berkowitz RS; Gynecologic oncology, second edition mc Graw. Hill, Inc, New York, 1993; 179-328 Trimble EL and Trimble CL, Cancer Obstetric and Gynecologiy Lippincott Williams & William Philodelpia, USA, 1999; 157. Wiknjosastro H, Saifuddin AB and Rachimhadi T, Ilmu Kandungan, edisi kedua, cetakan kedua, Jakarta, 1997, 367-403.