Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki sejumlah permasalahan yang sangat komplek.

Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa diketahui faktor manakah yang paling berpengaruh secara universal. Namun demikian, guru sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan tidak akan berhenti belajar dan berusaha memahami berbagai gejala, menjelaskannya, dan mengambil manfaatnya. Hal mendasar yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan salah satunya dapat dilihat melalui bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar. Belajar yang berkualitas ditentukan dengan bagaimana materi yang disampaikan dapat diserap dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta bermanfaat bagi kehidupan diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga siswa akan memperoleh keuntungan dan kebulatan pengetahuan. Di sisi lain adanya banyak fakta bahwa guru menguasai materi dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Metode pembelajaran yang selama ini di terapkan oleh guru adalah metode konvensional dalam arti kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Peran siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Rendahnya prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Merawat dan Memperbaiki Alat Rumah Tanga (MRT) Program Keahlian TTL di SMK Negeri 5 Surakarta disinyalir merupakan akibat kurang bervariasinya model pembelajaran, sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran MRT. Hal ini juga diakibatkan oleh guru yang terlalu dominan dalam Proses Belajar

Mengajar. Rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran MRT tesebut dapat ditunjukkan melalui hasil ulangan harian I semester genap tahun pelajaran 2012/2013, yaitu nilai terendah 44 dan tertinggi 78 dengan rata-rata kelas 62. Sedangkan KKM untuk nilai kejuruan adalah 70. Rendahnya prestasi belajar mata pelajaran MRT tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: 1) Guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan cara konvensional yaitu metode ceramah dengan siswa menjadi objek pembelajaran dan guru sebagai subyek, 2) Rendahnya keaktifan siswa dalam menerima pelajaran kejuruan. Hal ini terlihat dari beberapa indikator diantaranya: a) Hanya 2 siswa dari 33 siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dijelaskan guru, b) Hanya ada 3 siswa yang menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan c) Siswa yang mau maju untuk mengerjakan soal hanya ada 2. Dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali kepada pemikiran bahwa siswa belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah. Belajar lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Untuk itu guru dituntut untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan tentunya mudah dipahami siswa salah satunya yaitu menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) (CTL). dalam Penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning

pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran MRT Berdasarkan permasalahan di atas, perlu diadakan suatu pembaharuan untuk merangsang siswa supaya aktif dan berprestasi dalam pembelajaran. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang mengkaji tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar MRT dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XII Program TITL SMK Negeri 5 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimana menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII Program TITL SMK Negeri 5 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2013/2014? 3. Mengapa dengan menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XII Program TITL SMK Negeri 5 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian di SMK Negeri 5 Surakarta ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada siswa kelas XII Program TITL SMK Negeri 5 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2013/2014? 2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar setelah menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada siswa kelas XII Program TITL SMK Negeri 5 Surakarta semester gasal tahun pelajaran 2013/2014? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan semangat bagi peneliti pemula lainnya untuk dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa melalui penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning .

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Siswa dapat menerima pelajaran dengan senang dan mudah serta cepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. b. Bagi Guru Guru lebih termotivasi menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning untuk mata pelajaran kejuruan dan tidak ada kesulitan untuk menggunakannya dalam mata pelajaran lain. c. Bagi Sekolah Membantu sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, baik siswa maupun gurunya sehingga tujuan dari sekolah dalam rangka meningkatkan mutu akan tercapai

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dan dikuasai atau merupakan hasil dari proses belajar. Pengukuran bidang ini akan memperlihatkan kemampuan dan tingkat penguasaan materi pembelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam hal ini yang di ukur adalah sesuatu yang telah dikerjakan. Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat. Beberapa pendapat mengenai pengertian prestasi belajar antara lain: menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:19). Prestasi adalah hasil dari suatu kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan menurut Muchtar Buchori (1976:94) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang disbanding dengan kelompoknya, dan hasil itu adalah sekor yang dicapai oleh masing-masing individu/anak sesuai dengan pengertian, maka hasil belajar yang dimaksud dapat berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Singgih D. Gunarsa (1989: 75) bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukaa usaha belajar. Prestasi atau hasil belajar merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan alat evalusi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap metode pengajaran, sarana dan prasarana maupun bahan yang akan disampaikan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penilaian. Penilaian dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung agar dapat memperoleh gambaran mengenai perubahan yang dialami peserta didik. Prestasi atau hasil belajar sebagai produk dari proses belajar mengajar tidak dapat lepas dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkah laku

individu. Faktor-faktor tersebut dapat bersal dari dalam maupun dari luar individu. Beberapa faktor yang berasal dari dalam individu seperti motivasi, persepsi, minat, bakat, kemampuan, inteligensi dan lain sebagainya. Faktorfaktor yang berada di luar individu seperti guru, bahan pengajaran/kurikulum, alat-alat pelajaran, hadiah, hukuman, dan pendekatan pembelajaran. Menurut Noehi Nasution (1992: 4) dan Ngalim Purwanto (2000: 106) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah seperti gambar sebagai berikut: Instrumental Input

Raw Input

Learning Teaching Process

Out put

Environmental Input Gambar 1 Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Dari unsur-unsur tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Sebagai raw input adalah siswa, mereka diberi pengalaman tertentu dalam proses belajar mengajar (Learning Teaching Process), dengan tujuan dapat berubah menjadi out put (keluaran) dengan kualitas tertentu. (2) Dalam proses belajar mengajar ikut berpengaruh pula faktor instrumental (instrumental input) dan juga faktor lingkungan (environmental input). Faktor instrumental meliputi antara lain program pengajaran/kurikulum, guru, sarana dan prasarana pembelajaran, sumber bahan pelajaran, dtenaga non pengajar. Faktor instrumental merupakan faktor yang dapat dimanipulasikan atau dikondisikan sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa. Sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan alam, sosial dan budaya. Faktor lingkungan inipun harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Prestasi belajar sebagai pencerminan dari hasil belajar seseorang diketahui dari perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada penampilan

individu belajar. Dengan membandingkan antara tingkah laku sebelum dan sesudah melaksanakan belajar dapat ditentukan seberapa besar hasil belajar yang dicapai seseorang. Hasil belajar seseorang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku yang ditampilkan dan dapat diamati antara sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar. Menurut Reigeluth (1983: 20) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan satu aspek dari hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran meliputi tiga jenis, yaitu keefektipan pembelajaran, efisiensi pembelajaran dan daya tarik pembelajaran. Keefektipan pembelajaran di ukur dengan taraf hasil belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk skor atau angka-angka yang diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan tes atau evaluasi. Prestasi pada dasarnya adalah tujuan pembelajaran yang dapat diaktualisasikan atau dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan Krathwohl dalam Ornstein dan Lasley, (2000:101-109) dan Winkel (1991:155-160) hasil belajar diklasifikasikan dalam tiga ranah yang terdiri atas ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga kategori Prestasi belajar masing-masing merupakan perilaku yang dapat diukur, biasanya berkaitan dengan penyelesaian suatu program, dan akan dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam suatu pernyataan, dapat dicapai siswa setelah ia mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengungkapan pestasi belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif. Upaya untuk memperoleh data hasil belajar siswa berdasarkan aspek-aspek pada ranah tersebut perlu ditentukan indikator-indikator yang harus dicapai dalam pembelajaran. Dengan demikian penilaian akan dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan di bawah ini disajikan tabel mengenai jenis hasil belajar, indikator dan cara mengevaluasi.

Dalam pembelajaran, prestasi belajar yang berupa tingkah laku siswa, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor di ukur dan dievaluasi dengan teknik tes dan non tes. Hasil penilaian tersebut disajikan dalam bentuk skor atau angka-angka. Dengan demikian hasil belajar MRT siswa kelas XII TITLC SMK Negeri 5 Surakarta dalam penelitian ini berupa angka-angka atau skor dari hasil tes. Skor atau angka-angka prestasi belajar Teknik Pendingin disajikan dalam skala tertentu, yaitu dengan skala 0 100. Dari berbagai uraian di atas maka prestasi atau hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu setelah melaksanakan proses belajar. Kemampuan atau penguasaan terhadap materi belajar ditandai dengan perubahan sikap, tingkah laku dan kecakapan. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila tujuan pembelajaran telah dapat dicapai atau dikuasai. 2. Hakekat Mata Pelajaran MRT Mata pelajaran MRT kepanjangan dari sebuah mata pelajaran Merawat dan Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga. Sering disebut dengan MRT atau PPPLRT/P3LRT, appliance. bahkan orang bengkel sering menyebutnya home Mata pelajaran MRT ini sangat membantu siswa dalam

menguasai perbaikan peralatan rumah tangga seperti : Seterika listrk, pemanggan roti, rice coocer, magig jar, pemasak air, hair dryer, dispenser, kipas angin, motor pompa air dan lain sebagaiya. Untuk materi pelajaran MRT ini siswa melaksanakan praktek dengan baik karena tersedianya sarana alat dan bahan yang sangat memadai, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Setiap siswa harus mengerjakan sejumlah job selain job order yang menjadi tanggunganya. Hasil belajar MRT merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melaksanakan proses belajar. Kemampuan atau penguasaan terhadap materi belajar ditandai dengan perubahan sikap, tingkah laku dan kecakapan atau keterampilan pada saat mengikuti pelajaran MERAWAT DAN MEMPERBAIKI ALAT LISTRIK RUMAH TANGGA. Sikap dan perilaku siswa waktu praktek akan menentukan hasil, demikian keterampilan yang

dimiliki akan menentukan keberhasilan dalam belajar baik teori maupun praktek. 3. Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Menurut Sungkowo (2003:2) pembelajaran kontekstual memerlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu: a. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi tujuan, pengarahan, petunjuk, rambu-rambu, contoh). b. Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi). c. Learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan). d. Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan). e. Constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep, aturan, analisis, sintesis). f. Reflection (review, rangkuman, tindak lanjut). g. Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas, usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional: 1). Kontekstual a). Menyandarkan pada pemahaman makna. b). Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa. c). Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. d). Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan. e). Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. f). Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang. g). Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok). h). Perilaku dibangun atas kesadaran diri. i). Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. j). Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif. k). Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan. l). Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik. m). Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting. n). Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik. 2). Tradisional a). Menyandarkan pada hapalan b). Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru. c). Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru. d). Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan. e). Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan. f). Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

10

g). Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual). h). Perilaku dibangun atas kebiasaan. i). Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan. j). Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor. B. Kajian Penelitian yang Relevan Teori dan konsep penelitian ini didukung oleh beberapa hasil yang relevan. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Irwan Susianto (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dengan metode diskusi terprogram terbukti dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa terutama aktifitas bertanya dan mengemukakan pendapat. Nurhadi (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa: 1. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran. 2. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Supinah (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual efektif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Irmina Titik Purwanti (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan sikap percaya diri dan prestasi pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Kayu I SMK Negeri 2 Sragen pada bidang studi Fisika sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan Quantum Teaching dengan Study Group dan Penelitian di atas menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, dengan metode mengajar yang sesuai dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut di atas peneliti merasa perlu untuk mengaplikasikan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dalam mata

11

pelajaran MRT, khususnya bagi siswa kelas XII program keahlian TITL pada SMK Negeri 5 Surakarta pelajaran 2013/2014, supaya motivasi dan prestasi belajar MRT bagi siswa meningkat dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. C. Kerangka Berfikir Kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang meliputi: ceramah, terbuka, dan negosiasi yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran kontekstual memerlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Tujuh indikator pembelajaran kontekstual, yaitu: Modeling, tersebut maka Melalui penerapan srategi pendekatan kontekstual siswa akan terpusat perhatiannya, motivasinya meningkat, kompetensinya dapat tercapai sesuai silabus. Disamping itu siswa merasa terbimbing, diarahkan oleh guru. Disisi lain siswa dapat berpartisipatif aktif dalam belajar kelompok atau individual, serta dapat mencoba dan mengerjakan. Melalui inquiri siswa dapat mengidentifikasi, dan menemukan sendiri permasalahan. Agar terdapat gambaran yang jelas tentang kerangka berfikir di atas, dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut: questioning, learning community, inquiry, constructivism, reflection, dan authentic assessment. konetkstual yang meliputi tujuh indikator

12

Pendekatan Kontekstual Modeling Questioning Learning community Inquiry Constructivism Reflection Authentic assessment

Peningkatan Motivasi

Peningkatan Prestasi Siswa

D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada kajian teori, kerangka berfikir dan realita di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1.Dengan menerapkan strategi pendekatan Contextual Teaching Learning secara benar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII yang akan dilakukan di SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014 adalah

13

Program Keahlian TITL siswa SMK Negeri 5 Surakarta pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. 2.Dengan menerapkan strategi pendekatan Contextual Teaching Learning secara benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII Program Keahlian TITL siswa SMK Negeri 5 Surakarta pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014.

14

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan di Program Keahlian TITL SM Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014 adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalahmasalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Dalam Zainal Aqib (2006: 13), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas (classroom action research): kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Menurut Bungin (2001: 48), menyebutkan bahwa di tingkat metodologi terdapat dua mazhab penelitian; yaitu: (1) pendekatan penelitian kuantitatif; dan (2) pendekatan penelitian kualitatif. Keduanya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi logis dari perbedaan asumsi masing-masing tentang hakikat realitas. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat kuantitatif, hasil penelitiannya akan ditunjukkan berupa angka-angka dimana hasil penelitian yang berupa angkaangka tersebut dapat diolah dengan pendekatan statistik. Sedangkan penelitian tindakan kelas yang bersifat kualitatif hasil penelitiannya berupa uraian deskriptif, meskipun terkadang juga terdapat angka-angka yang menunjukkan sebuah peningkatan hasil penelitian yang diharapkan oleh peneliti. Akan tetapi penelitian

15

ini dapat digolongkan penelitian kualitatif dalam arti menemukan teori, dan meskipun demikian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tetap memerlukan landasan teori meskipun tidak terlalu mendetail. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 3) mendefinisikan PTK sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran dalam sebuah kelas secara sengaja dimunculkan dan secara bersama. Kelas yang dimaksud bukan kelas arti sempit yaitu ruangan, namun lebih pada kelompok peserta yang sedang belajar. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang memberikan tindakan dalam pembelajaran dan dilakukan di kelas. Suharsimi Arikunto (2006: 6) PTK mempunyai empat tahapan dalam setiap pelaksanaan (siklus), yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis yang merupakan momen-momen dalam bentuk spiral. B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XII Program Keahlian TITL SMK Negeri 5 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama lima bulan yaitu bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2013. Adapun rincian kegiatan penelitian tersebut adalah:

Tabel. 1. Perincian Waktu Penelitian Kegiatan Agt 2013 Sept 2013 Okt 2013 Nop 2013 Des 2013

16

1. Tahap persiapan hingga penyusunan proposal 2. Seleksi Informasi dan seleksi instrumen 4. Pelaksanaan tindakan 5. Analisis data 6. Penyusunan laporan C. Subyek Penelitian

Xxx

Xx

xxxx Xxx Xxx x

Dalam penelitian ini guru adalah subyek yang melakukan tindakan. Sedangkan siswa kelas XII Program Keahlian TITLC SMK Negeri 5 Surakarta sebagai subyek yang dikenai tindakan. Jumlah siswa adalah 33 yang terdri dari 32 siswa laki-laki 1 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang melibatkan teman sejawat sebagai observer. D. Sumber Data Sumber data data primer diperoleh dari hasil evaluasi pada pretest, siklus I sampai siklus terakhir. Data tersebut rencananya didapatkan langsung oleh peneliti, yang berupa data hasil kegiatan yang berkaitan secara langsung dengan pelaksanaan pelajaran MRT dan data yang mendukung jawaban permasalahan yang telah ditetapkan. Adapun data yang akan diambil adalah hasil pekerjaan test teori pada evaluasi siswa secara tertulis dalam menyelesaikan soal-soal yang meliputi tes awal yang diberikan pada saat kegiatan awal penelitian, hasil pekerjaan siswa pada latihan soal ketika proses pelajaran berlangsung, hasil tes yang diberikan setiap akhir tindakan yang berupa test teori dan test praktik serta hasil terakhir setelah berakhirnya seluruh tindakan, Hasil evaluasi teori bersifat individual, sedangkan hasil evaluasi praktik bersifat individual dan kelompok.

17

E. Uji Validitas Data Instrmen dikatakan valid manakala benar-benar mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data itu. Triangulasi yang dipakai adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. F. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data 1. Teknik Tes Merupakan pengumpulan data dengan cara mengadakan tes atau ulangan setelah akhir pembelajaran. 2. Teknik Observasi Merupakan pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan dan membuat catatan atas subjek yang diteliti. Lembar pengamatan (observasi) digunakan untuk mencatat semua kegiatan di dalam pembelajaran baik yang dilakukan guru maupun siswa pada saat pembelajaran berlangsung pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah siklus penelitian berlangsung. 3. Dokumentasi Hamidi (2004: 76), menyatakan bahwa teknik dokumentasi berupa informasi yang berasal dari catatan paling baik dari lembaga atau organisasi maupun perorangan. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non manusia. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama dan daftar presensi siswa yang manjadi subjek penelitian yang diperoleh dengan melihat dokumen yang ada pada sekolah, motivasi siswa, rencana pembelajaran, gambar (foto) kegiatan belajar mengajar, hasil pekerjaan siswa, dan daftar nilai dari siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL).

18

4. Angket Untuk mengambil data motivasi belajar masing-masing siswa diperlukan angket G. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis komparatifi dan analisis kritis. H. Indikator kinerja Indikator dari penelitian dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) mata pelajaran MRT adalah : 1. Pencapaian prestasi siswa mencapai KKM, yaitu 70 dari nilai akhir 100% dari sejumlah 33 siswa. 2. Peningkatan motivasi dengan frekuensi pengamatan nilai rata-rata skala sikap 4 dai nilai akhir 80% dari 33 siswa. I. Prosedur Penelitian Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus perlakuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

19

Kondisi Awal Evaluasi

Perencanaan

Tindakan I Observasi dan monitoring

Refleksi

Pengertian dan Pemahaman

Perencanaan Terevisi

Tindakan II

Evaluasi Refleksi Pengertian dan Pemahaman

Observasi dan Monitoring

Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu setiap tahap tindakan yang direncanakan

20

Anda mungkin juga menyukai