Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Gangguan perilaku dan emosional biasanya berawal pada masa kanak dan

remaja. Kebanyakan anak menunjukkan beberapa gejala gangguan psikiatrik pada suatu masa tertentu saat perkembangannya, gejala tersebut memiliki intensitas dan rentang waktu tertentu, yang akan mereda dengan situasi lingkungan dan penanganan yang tepat. Terdapat beberapa klasifikasi tentang gangguan mental dan perilaku, salah satu nya adalah gangguan hiperkinetik.1 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu sindrom yang meliputi inatensi, distraktibilitas, impulsif, hiperaktivitas dan disertai dengan defisit fungsi eksekutif, berupa kontrol diri yang buruk dan gangguan dalam menginhibisi perilaku.2,3 Disamping gejala diatas, anak anak dengan ADHD juga menunjukkan beberapa gejala lain seperti, adanya ambang toleransi frustasi yang rendah, disorganisasi dan perilaku agresif. Gejala ADHD pada umumnya telah timbul sebelum anak berusia tujuh tahun.2,4 Walaupun demikian, biasanya orang tua dari anak dengan ADHD baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat anak mulai bersekolah formal, dimana anak dituntut untuk mampu mengontrol perilaku mereka dan mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah. Keluhan yang sering disampaikan adalah anak nakal, tidak kenal takut, berjalan jalan di dalam kelas, berbicara dengan kawannya pada saat pelajaran berlangsung.2 Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari hari seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting menganggu kesiapan anak untuk belajar, semua kondisi ini tentunya mengganggu prestasi belajar anak yang secara keseluruhan membuat penurunan kualitas hidup anak dengan ADHD di kemudian hari.2,4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menunjukkan perilaku yang hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian yang timbulnya lebih sering, lebih persisten dengan tingkat yang lebih berat jika dibandingkan dengan anak anak lain seusianya.2

2.2

Epidemiologi Prevalensi ADHD diseluruh dunia diperkirakan berkisar antara 2 9,5 %

diantaranya anak usia sekolah. Prevalensi ADHD pada anak anak sekolah dasar di Amerika Serikat bervariasi mulai dari 2 sampai 20 %, insidensi ADHD lebih rendah di Inggris dibandingkan di Amerika Serikat yaitu kurang dari 1 %, sedangkan di Taiwan angka prevalensi dari kasus ADHD adalah 5 10 %.2,4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung dkk, pada sejumlah anak SD di wilayah Jakarta Pusat pada tahun 2000 2001 didapatkan 4,2 % dari sekitar 600 anak sekolah dasar kelas 1 3 mengalami ADHD. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Saputro D pada tahun 2000 didapatkan anak anak usia sekolah dasar di Kabupaten Sleman DIY menemukan angka prevalensi ADHD sekitar 9,5 %. Pada tahun 2003 sebanyak 51 anak dari 215 anak sekolah dasar di diagnosis ADHD di Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).2 Prevalensi ADHD dipengaruhi oleh jenis kelamin dan anak, angka kejadian ADHD pada anak remaja dan dewasa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar.2 Anak laki laki memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, dengan rasio 3:1 sampai 5:1.2-4

2.3

Etiologi Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari ADHD, dari

berbagai penelitian yang telah dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik, struktur anatomi dan neurokimiawi otak terhadap terjadinya ADHD. 2-4,6 Sebagian besar anak dengan ADHD tidak menunjukkan tanda tanda cedera struktural yang besar pada sistem saraf pusat. Walaupun tidak ada dasar neurofisiologis atau neurokimiawi spesifik untuk gangguan ini, gangguan dapat diperkirakan berhubungan dengan berbagai gangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak. Faktor faktor yang diajukan untuk ADHD adalah pemaparan toksin prenatal, prematuritas, dan kerusakan mekanis prenatal pada sistem saraf janin.4 Berikut akan dibahas mengenai faktor faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya ADHD, yaitu: a. Faktor genetik Beberapa penelitian genetik menemukan bahwa, saudara kandung dari anak dengan ADHD mempunyai resiko 5 7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan serupa. Orang tua yang menderita ADHD mempunyai kemungkinan sekitar 50 % untuk menurunkan gangguan ini pada anak mereka.2 Kembar monozigotik memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena ADHD dibandingkan kembar dizigotik.4,6

b. Struktur anatomi Pemeriksaan CT-Scan kepala pada anak dengan ADHD tidak

menunjukkan temuan yang bermakna, penelitian dengan menggunakan Positron Emission Tomography (PET) menemukan penurunan aliran darah serebral dan kecepatan metabolisme di daerah lobus frontralis pada anak dengan ADHD dibandingkan dengan kontrol.4 Pemeriksaan brain imaging yang dilakukan pada anak dengan ADHD, didapatkan pengecilan volume otak yang bermakna pada korteks prefrontal dorsolateral, kaudatus, palidum, korpus kalosumdan serebelum.3 Rapport dkk dari National Institute of Mental Health melakukan penelitian pada anak dengan ADHD menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging), menyatakan adanya

pengecilan lobus perifrontal kanan, nucleus kaudatus kanan, globus palidus kanan, serta vermis (bagian dari serebelum) jika dibandingkan dengan anak tanpa ADHD. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi bagian bagian otak di atas adalah meregulasi fungsi perhatian seseorang. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses editing perliaku, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu seseorang, sedangkan nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatik yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan. Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari pengecilan lobus atau bagian otak tersebut.2,4,7 Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa usia: 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun dan 14 sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukkan gejala ADHD yang tampaknya sementara. Pada beberapa kasus temuan EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.4

c.

Faktor neurokimiawi Banyak neurotransmitter telah dihubungkan dengan gejala defisit atensi

dan hiperaktivitas.4 Sebagian temuan adalah berasal dari penggunaan medikasi yang menimbulkan efek positif pada gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi gangguan ADHD, stimulant, mempengarui dopamin maupun norepinefrin yang menghasilkan hipotesis neurotransmiter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada sistem adrenergik dan dopaminergik. Stimulan meningkatkan katekolamin dengan mempermudah peleasannya dan dengan menghambat ambilannya. Secara keseluruhan, tidak ada bukti bukti yang jelas yang melibatkan satu neurotransmiter tunggal dalam perkembangan ADHD, tetapi banyak neurotransmiter mungkin terlibat dalam proses.2-4,5

Anak dengan ADHD didapatkan hipersensitivitas dari transporter dopamin yang menunjukkan:2 Gangguan Non Verbal Working Memory dengan gambaran: o Kehilangan rasa keasadaran akan waktu o Ketidakmampuan untuk menyimpan informasi diotaknya o Persepsi yang tidak sesuai terhadap suatu obyek atau kejadian o Perencanaan dan pertimbangan yang buruk. Gangguan internalisasi of self directed speech, berupa; o Kesulitan mengikuti peraturan yang berlaku o Tidak disiplin o Self guidance dan self questioning yang buruk. Gangguan regulasi, motivasi dan tingkat ambang keasadaran diri yang buruk, dengan gejala: o Kesulitan dalam menyensor semua bentuk reaksi emosi, ambang toleransi terhadp frustasi rendah. o Hilangnya regulasi diri dalam bidang motivasi dan dorongan kehendak. Gangguan kemampuan merenkonstruksi berbagai perilaku yang sudah di observasi dalam usaha untuk membangun suatu bentuk perilaku baru untuk mencapai tujuan datu suatu kegiatan yang sudah ditargetkan, berupa; o Keterbatasan untuk menganalisis perilaku perilaku ke dalam bentuk yang baru. o Ketidakmampuan untuk meyelesaikan persoalan sesuai taraf usianya.

Komplikasi perinatal juga dikaitkan dengan timbulnya ADHD pada seorang anak. Beberapa komplikasi perinatal yang sering ditemukan adalah perdarahan antepartum, persalinan lama, nilai APGAR yang rendah dalam menit pertama kelahiran, merokok dan minum alkohol selama masa kehamilan, berat badan lahir rendah, dan trauma otak.2,7

2.4

Gambaran Klinis Gambaran klinis utama untuk ADHD adalah gangguan daya perhatian,

impulsivitas dan aktivitas berlebih yang terjadi lebih dari satu lingkungan yaitu tidak hanya dirumah dan disekolah, biasanya diawali pada usia muda dibawah 6 tahun dan untuk jangka panjang.1,2 ADHD mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan ADHD peka terhadap stimuli dan mudah dimarahkan oleh suara, cahaya, temperatur, dan perubahan lingkungan lain. Tetapi lebih sering untuk bayi dengan ADHD untuk bersikap aktif di tempat tidurnya, sedikit tidur dan banyak menangis.4 Anak usia pra sekolah dengan ADHD akan bergerak dengan aktif dalam ruangan, terangsang untuk menyentuh dan memanipulasi semua benda, sesuka hati, sering melompat lompat, berlari lari dan memanjat manjat tanpa control. Merka menjadi liar, overaktif, berisik dan sulit dikendalikan saat berinteraksi dengan teman teman sebayanya.2 Di sekolah anak ADHD dapat dengan cepat menyambar ujian tetapi hanya menjawab satu atau dua pekerjaan pertama. Mereka tidak mampu menunggu giliran dipanggil disekolah dan menjawab giliran orang lain, kesulitan untuk memusatkan perhatian di kelas, melamun, sulit diam di tempat duduknya dan gelisah.2,4 Di rumah, mereka tidak dapat didiamkan walaupun hanya semenit, orang tua sering menggambarkan anaknya sebagai anak yang tidak patuh bahkan terhadap perintah yang paling sederhana, dan tidak mampu menyelesaikan tugas rumah sampai tuntas. Kira kira 75 % anak anak dengan ADHD hampir konsisten menunjukkan gejala perilaku agresi dan menantang. 2,4 Anak anak dengan ADHD seringkali labil secara emosional, mudah dibuat tertawa atau menangis, mood dan kinerja mereka cenderung bervariasi dan tidak dapat diramalkan. Karakteristik anak anak dengan ADHD yang tersering adalah;4 Hiperaktivitas Gangguan motorik perseptual Labilitas emosional

Defisit koordinasi menyeluruh Gangguan atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal dalam menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang buruk) Impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah perilaku dengan tiba tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat loncat di sekolah).

Gangguan daya ingat dan pikiran Ketidakmampuan belajar spesifik Gangguan bicara dan pendengaran Tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar samar.

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patognomonik untuk ADHD. Beberapa pemeriksaan laboratorium sering menemukan hasil abnormal yang tidak spesifik pada ADHD, seperti hasil EEG yang terdisorganisai dan imatur, dan Tomografi Emision Positron (PET) mungkin menunjukkan penurunan aliran darah serebral di daerah frontalis.3,4 Tes kognitif yang membantu dalam menengakkan inatensi dan impulsivitas, di mana anak diminta memijat tombol tiap kali urutan huruf atau angka tertentu yang ditampilkan di layar. Anak anak dengan atensi yang buruk membuat kesalahan yaitu mereka tidak memijat tombol, walaupun urutan tersebut telah ditampilkan. Impulsivitas dimanifestasikan oleh kesalahan tindakan, yaitu mereka tidak mampu menahan memijat tombol walaupun urutan yang diinginkan belum ditampilkan dilayar.4

2.5

Diagnosis Walaupun onset biasanya pada usia 3 tahun, diagnosis biasanya tidak

dibuat sampai anak dalam sekolah dasar dan dalam situasi belajar terstruktur, yang mengharuskan pola perilaku terstruktur. Termasuk rentang perhatian dan konsentrasi yang sesuai dengan perkembangannya.4 Diagnosis ADHD biasanya ditegakkan dengan menggunakan kriteria yang terdapat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV) dan American Psychiatric Association berdasarkan Pedoman Penggolongan

Diagnostik Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) yang sesuai dengan International Classification of Diseases X (ICD X).2,4,5,8 Berdasarkan PPDGJ III, gangguan hiperkinetik dimasukkan dalam satu kelompok besar yang disebut sebagai Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja. Gangguan ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:1,2 Gangguan aktivitas dan perhatian Gangguan tingkah laku hiperkinetik Gangguan hiperkinetik lainnya Gangguan hiperkinetik yang tak terinci Pedoman diagnostik gangguan hiperkinetik berdasarkan PPDGJ III adalah:9,10 Ciri ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik). Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak anak ini seringkali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap tugas yang satu karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya (sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau perseptual yang biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ yang sama. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut keadan relatif tenang. Hal ini, tergantung dari situasinya, mencakup anak itu berlari lari atau berlompat lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak berbicara dan rebut, atau kegugupan/ kegelisahan dan berputar putar (berbelit - belit). Tolok ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan

dengan anak anak lain yang sama umur dan nilai IQ nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam hubungan hubungan social, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secara impulsive melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan orang atau menganggu kegiatan kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan yang belum lengkap diucapkan orang atau tidak sabar menunggu gilirannya), kesemuanya merupakan cirri khas dari anak anak dengan gangguan ini. Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan haruslah dicatat secara terpisah bila ada; namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya. Gejala gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi ataupiun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi utama gangguan tersebut (lihat dibawah) F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian. Kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90) telah terpenuhi, tetapi kriteria untuk gangguan tingkah laku (F91) tidak terpenuhi. F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik. Memenuhi kriteria menyeluruh mengenai gangguan hiperkinetik (F90) dan juga kriteria menyeluruh mengenai gangguan tingkah laku (F91).

10

Kriteria Diagnostik ADHD berdasarkan DSM - IV adalah sebagai berikut:2-4,8 Salah satu dari (1) atau (2) (1) Terdapat gejala minimal enam (atau lebih) gejala gejala inatensi berikut yang menetap dan telah berlangsung sekurang kurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptive dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak; Sering gagal untuk memberikan perhatian yang baik terhadap hal hal yang rinci atau sering melakukan kesalahan yang tidak seharusnya/ ceroboh terhadap pekerjaan sekolah, pekerjaan lain atau aktivitas aktivitas lainnya. Sering mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian dalam melakukan tugas tanggung jawabnya atau dalam kegiatan bermain. Sering tampak tidak mendengarkan (acuh) pada waktu diajak berbicara. Sering tidak mampu mengikuti aturan atau instruksi dan gagal dalam menyelesaikan tugas tugas sekolah, kegiatan sehari hari atau pekerjaan di tempat kerja (tidak disebabkan oleh gangguan perilaku menentang atau kesulitan untuk memahami instruksi). Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tugas tanggung jawab atau aktivitas aktivitasnya. Seringkali menghindar, tidak suka atau menolak kegiatan yang memerlukan konsentrasi lama seperti mengerjakan tugas tugas sekolah. Seringkali kehilangan barang barang yang diperlukan untuk kegiatan dan aktivitasnya (seperti mainan, pensil, buku buku atau peralatan peralatan lainnya). Mudah beralih perhatiannya oleh stimulus yang dari luar Mudah lupa akan kegiatan yang dilakukan sehari hari

11

(2) Terdapat minimal enam (atau lebih) gejala gejala hiperaktivitas impulsivitas berikut yang menetap dan telah berlangsung sekurang kurangnya 6 (enam) bulansampai ke tingkat yang maladaptive dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak: Hiperaktivitas Sering tidak bisa duduk diam atau kaki tangannya bergerak terus dengan gelisah. Sering tidak mampu duduk diam di kursi di dalam kelas atau pada situasi dimana anak diharapkan duduk diam. Sering berlari atau memanjat secara berlebihan pada situasi yang tidak sesuai atau pada situasi situasi yang tidak seharusnya (misalnya pada remaja atau orang dewasa, mungkin terbatas pada perasaan kegelisahan yang subjektif). Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan bersama memerlukan ketenangan. Sering bergerak atau sepertinya digerakkan oleh mesin. Sering berbicara berlebihan

Impulsivitas Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan. Sering mengalami kesulitan menunggu giliran. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misalnya dalam bermain atau berbicara dengan orang di sekitarnya) Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatensi yang menyebabkan gangguan ini sudah timbul sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala tersebut minimal pada 2 (dua) situasi / tempat yang berbeda (misalnya di sekolah atau tempat kerja dan dirumah). Ada bukti yang jelas bahwa gejala ini menimbulkan gangguan fungsi anak yang bermakna di bidang sosial, akademik dan fungsi pekerjaan lainnya. Gejala tidak timbul secara eksklusif selama perjalanan penyakit Gangguan Perkembangan Pervasif, Skizofrenia, atau Gangguan

12

Psikotik lainnya dan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan mental lainnya (seperti gangguan mood, gangguan cemas, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian).

Penulisan kode didasarkan pada tipe gangguan, seperti: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas tipe kombinasi jika memenuhi kriteria A1 dan A2 dalam 6 bulan terakhir. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas, predominan gejala inatensi: jika memenuhi baik kriteria A1, tetapi tidak memenuhi criteria A2 dalam 6 bulan terakhir. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas, predominan gejala hiperaktivitas-impulsivitas: jika memenuhi kriteria A2, tetapi tidak memenuhi kriteria A1 dalam 6 bulan terakhir.

2.6

Diagnosis Banding Beberapa gangguan dapat menyerupai atau menyertai ADHD, gangguan

media atau neurologis yang sering menyertai ADHD adlah epilepsy, sindroma Tourette, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Gangguan psikiatri yang menyerupai ADHD adalah gangguan penyesuaian, gangguan cemas, gangguan depresi/ distimik, gangguan afektif bipolar serta retardasi mental.2

2.7

Perjalanan Penyakit dan Prognosis Perjalanan penyakit ADHD bervariasi, gejala dapat menetap sampai masa

remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas atau hiperaktivitas mungkin menghilang tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin menetap. Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang dan distraktibilitas adalah yang terakhir. Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12 tahun. Masalah belajar sering kali terus ada.4 Pada kira kira 15 sampai 20 % kasus, gejala ADHD menetap sampai masa dewasa. Walaupun pencapaian pendidikan mereka adalah lebih rendah dari

13

orang tanpa ADHD, riwayat pekerjaan awal mereka adalah tidak berbeda dari orang dengan pendidikan yang sama. Hasil yang optimal tampaknya dipermudah dengan menghilangkan agresi anak dan dengan memperbaiki fungsi keluarga sedini mungkin.4 Dampak dari ADHD terhadap tumbuh kembang seorang anak yaitu:2

Gangguan perilaku

Kesulitan akademik Sosialisasi buruk Terdapat problem citra diri Berurusan dengan hokum Merokok Resiko untuk mendapat trauma atau cedera

Kegagalan dalam pekerjaan Problem dalam mebina hubungan interpersonal Resiko mendapat cedera atau kecelakaan

Usia Pra sekolah

Usia sekolah

Remaja

Usia saat di Perguruan Tinggi

Dewasa

Gangguan Perilaku Kegagalan akademik Terganggunya hubungan dengan teman Terdapatnya problem citra diri

Kegagalan akademik Kesulitan dalam pekerjaan Terdapatnya problem citra diri Penggunaan zat/ obat obatan Resiko mendapat cidera/ kecelakaan

14

2.8

Terapi Tujuan utama dari tatalaksana anak dengan ADHD adalah memperbaiki

pola perilaku dan sikap anak dalam menjalankan fungsinya sehari hari dengan memperbaiki fungsi kontrol diri, sehingga anak mampu untuk memenuhi tugas tanggung jawabnya secara optimal sebagaimana anak usianya. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaian sosial anak sehingga terbentuk suatu kemampuan adaptasi lebih baik dan matur sesuai dengan tingkat perkembangan anak.2 a. Pendekatan Psikofarmakologi, dengan memberikan obat golongan psikostimulan, terdapat 3 macam golongan obat psikostimulan:2-4 Golongan metilfenidat Golongan Deksamfetamin Golongan Pamolin

Jenis Obat Metilfenidat Sediaan tablet 10 mg dan 20 mg

Dosis 0,3-0,7mg/KgBB/ hari. Biasanya dimulai 5 mg/hari pada pasi hari. Dosis maksimal 60mg/hr

Efek samping Insomnia Penuruan nafsu makan Penurunan Berat Badan Sakit kepala iritabel

Lama kerja Untuk intermediate release, lama kerja 3-4 jam. Mulai kerja obat cepat 30-60 menit

Perhatian Tidak dianjurkan pada dengan kecemasan tinggi, motorik, riwayat keluarga sindrom Tourette tiks pasien

Metilfenidat (Slow Release, 20 mg)

Dosis dimulai dengan 20 mg pada pagi hari dan ditingkatkan dengan dosis 0,30,7 mg/KgBB/hr.

Insomnia Penuruan nafsu makan Penurunan Berat Badan Sakit kepala iritabel

Untuk jenis slow release sekitar 7 jam, terutama berguna untuk remaja dengan ADHD sehingga dapat menghindari pemberian obat pada siang hari

Awitan kerja lambat jam (1-2 setelah

pemberian oral), Tidak

dianjurkan pada dengan pasien

15

kecemasan tinggi, motorik, riwayat keluarga sindrom Tourette MetilfenidatOROS (18 mg, 36 mg, 54 mg) Dosis dimulai dengan 18 mg, satu hari sekali di pagi hari. Dosis ditingkatkan dengan dosis 0,3 0,7 mg/ KgBB/ hr Insomnia Penuruan nafsu makan Penurunan Berat Badan Sakit kepala iritabel Untuk jenis Osmotic release oral system, sekitar 12 jam dengan kadar plasma obat yang relative stabil. Tidak dianjurkan pada dengan kecemasan tinggi, motorik, riwayat keluarga sindrom Tourette tiks pasien tiks

Antidepresan termasuk imipramine, desipramine dan nortriptyline telah digunakan untuk mengobati ADHD. Pada anak anak dengan gangguan kecemasan atau gangguan depresif komorbid, gangguan TIK yang tidak dapati memakai stimulansia, antidepresan mungkin berguna walaupun dalam mengatasi hiperaktivitas, obat golongan psikostimulan yang lebih baik. Antidepresan memerlukan monitoring yang cermat pada fungsi jantung.2-4

16

b. Pendekatan Psikososial2 Adanya keterampilan sosial bagi anak dengan ADHD, dengan harapan mereka akan lebih mengerti norma norma sosial yang berlaku dan berperilaku serta bereaksi sesuai norma yang ada. Edukasi bagi orang tua dan guru, banyak orang tua dan guru belum mengerti ADHD sepenuhnya. Sangat dianjurkan bagi anak dengan ADHD beserta orang tua dan guru kelasnya mendapatkan terapi perilaku yang disebut dengan modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku merupakan teknik menggunakan prinsip ABC terapi perilaku dengan Behaviour and

(Antecedents

Consequences). Antecedents adalah semua bentuk sikap, perilaku, dan juga kondisi yang terjadi sebelum anak menampilkan perilaku tertentu. Behaviour adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak dan Consequences adalah reaksi orang tua dan guru yang terjadi setelah anak menunjukkan perilaku tertentu. Diharapkan orang tua dan guru untuk merubah antecedents dan consequences sehingga diharapkan anak dapat merubah perilakunya. Edukasi dan pelatihan pada guru, tingkat pemahaman guru yang baik akan ADHD diharapkan akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengempati sikap, perilaku dan reaksi emosional anak didik mereka yang mengalami ADHD. Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga atau kelompok antar orang tua.

17

BAB III KESIMPULAN

Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD) atau Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menunjukkan perilaku yang hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian. Gambaran klinis utama untuk ADHD adalah gangguan daya perhatian, impulsivitas dan aktivitas berlebih yang terjadi lebih dari satu lingkungan yaitu tidak hanya dirumah dan disekolah, biasanya diawali pada usia muda dibawah 6 tahun dan untuk jangka panjang. Kondisi ini tentunya menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam menjalankan fungsinya sehari hari seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga dan yang terpenting menganggu kesiapan anak untuk belajar. Penatalaksanaan ADHD yang terbaik adalah dengan pendekatan komprehensif meliputi terapi dengan obat dan terapi psikososial meliputi, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku, dan latihan keterampilan sosial.

18

DAFTAR PUSTAKA

1.

Puri BK, Laking PJ, Tresaden IH. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Ke-dua. Jakarta: EGC; 2011.hal.229-313.

2.

Wiguna T. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia; 2010.hal.441454.

3.

Spetie L, Arnold LE. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder. Lewis's Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive Textbook. Ed 4th. Lippincott Williams & Wilkins; 2007.p.431-445.

4.

Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Gangguan Defisit Atensi. Sinopsis psikiatri. Jilid dua. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. hal. 744753.

5.

Kay J, Tasman A. Childhood Disorders: Attention-deficit and Disruptive Behavior Disorders. Essentials of Psychiatry. England: John Wiley and Sons; 2006.p.321-325.

6.

Editor: Semple D, Smyth R, Burns J, Darjee R, McIntosh A. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Oxford Handbook of Psychiatry. Ed 1st. Oxford University Press; 2005.p.577-578.

7.

Ciaverelli R, Frampton KK, Henschen G, Kamins R, McCarthy DP, Wadle C. Clinical Practice Guideline for Patients with Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder. Magelan Health Services Clinical Practice Guideline Task Force. 2005-2012.p.1-5.

8.

ADHD: Clinical Practice Guideline for the Diagnosis, Evaluation, and Teratment of Attention-Deficit/ Hyperactivity Disorder in Children and Adolescent. American Academy of Pediatrics. 2011 Oct 16:1-2.

9.

Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001. hal.136-137.

10. Wasisto B. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia PPDGJ III. Jakarta: Depkes; 1993.hal.339-342.

Anda mungkin juga menyukai