Anda di halaman 1dari 10

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 Penambangan Emas: Studi Kasus Pengolahan Limbah Cair 1.

INTRODUKSI PENAMBANGAN EMAS Produksi emas di Amerika telah meningkat sebanyak 10 kali lipat sejak 1980. Produksi tersebut telah menjadi rekor sejarah pada 1990-an, dengan produksi emas Amerika dinilai pada sekitar $4,1 milyar pada 1996. Kejayaan produksi emas di Amerika bertepatan dengan peningkatan produksi di seluruh dunia sehingga mengakibatkan kenaikan harga emas sejak 1980. Pada tahun 1990-an Amerika telah menjadi negara terbesar kedua penghasil emas, setelah Afrika Selatan (Mine Safety and Health Administration of U.S. Department of Labor, 1997). a. Proses Penambangan Emas Proses untuk menghasilkan emas, sebagaimana dikutip dari website AngloGold (sebuah perusahaan tambang emas internasional), dapat dibagi menjadi enam fase utama: 1) Mencari ore body 2) Membuat akses menuju ore body 3) Melepaskan ore dengan menambang atau menghancurkan ore body 4) Mengangkut material yang hancur dari permukaan tambang menuju unit pengolahan 5) Prosesing, dan 6) Pemurnian Keenam proses tersebut merupakan proses dasar yang diaplikasikan pada operasi di bawah tanah maupun di permukaan tanah. Berikut dipaparkan penjelasan masing-masing proses tersebut: 1) Mencari ore body Merupakan kegiatan mengidentifikasi target dan melaksanakan eksplorasi untuk mencari apa yang disebut dengan ore body. Ore body, yang pada umumnya berupa batu karang, merupakan bagian besar dari bijih emas yang akan diambil bijih emasnya saja. 2) Membuat akses ke ore body Terdapat dua jenis tambang berdasarkan cara dalam mengakses ore body: Underground Pertama-tama dibuat lift tangga yang dirancang untuk mengangkut orang dan/atau peralatan ke bawah tanah setelah ekskavasi horisontal diselesaikan. Hal ini diperlukan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut pada area tertentu di pertambangan di mana ore body telah diidentifikasi. Open-pit di mana lapisan atas humus atau batuan dikeluarkan dalam proses yang disebut 'stripping' untuk mengeluarkan ore body dari tanah. 3) Melepaskan ore dengan menambang atau menghancurkan ore body Pada tambang bawah tanah, ore body dibuat lubang, lalu diisi dengan bahan peledak dan diledakkan. Ore body yang telah diledakkan kemudian dibersihkan dan bijih tersebut pun siap untuk diangkut keluar dari tambang. Pada tambang terbuka (open-pit), pengeboran dan peledakan juga mungkin diperlukan untuk melepaskan karang yang memiliki emas di dalamnya.
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 4) Mengangkut material yang hancur dari permukaan tambang menuju unit pengolahan Bijih dari tambang bawah tanah diangkut dengan menggunakan sistem transportasi vertikal dan/atau horizontal. Begitu sampai di permukaan, conveyor belts biasanya mengangkut bijih ke unit pengolahan. Bijih dari tambang terbuka (open-pit mine) diangkut ke unit pengolahan menggunakan kendaraan yang mampu mengangkut beban berat. 5) Prosesing Comminution adalah pemutusan bijih untuk membuat emas dapat diolah. Secara konvensional, proses ini terjadi dalam penghancuran multi-tahap dan sirkuit mill. Bijih emas biasanya dapat diklasifikasikan menjadi: o Refractory ores, di mana emas terkunci dalam mineral sulfida dan tidak bisa langsung di-recovery dengan proses sianidasi. o Free milling, dimana emas siap untuk di-recovery dengan proses sianidasi. Untuk refractory ores, diperlukan pengolahan (treatment) terlebih dahulu untuk melepaskan senyawa sulfida dengan oksidasi. Bijih dari free milling dan refractory ore (yang telah teroksidasi) diproses untuk dilakukan recovery emas. Prosesnya dilakukan dengan mencampuradukkan bijih ke dalam larutan sianida alkali (dalam kondisi basa) dan diikuti oleh proses adsorpsi kompleks sianida emas menggunakan activated carbon-in-pulp (CIP). Emas yang teradsorp ke dalam karbon aktif direkover melalui proses elusi emas dari karbon aktif, diikuti dengan proses presipitasi pada sel electro-winning . Kemudian dilanjutkan dengan proses smelting presipitat (endapan) dalam proses electro-winning sebelumnya. Smelting yang dilakukan menghasilkan dor bar yang lalu dikirimkan ke unit pemurnian emas. Dor bar merupakan alloy (paduan logam) antara emas dan perak, biasanya dibuat di dalam situs tambang. Proporsi dari perak dan emas pada alloy dapat bervariasi. Pada operasi dari perusahaan penambang emas AngloGold Ashanti, produk sampingan utama dari prosesing ini adalah: o Perak (dengan rasio perak:emas antara 0,1:1 hingga 200:1. o Asam sulfat (dihasilkan dari proses scrubbing pada gas yang dikeluarkan dari roasting plant) o Uranium (yang di-recover) Tailing dari operasi prosesing lalu disimpan dalam Tailings Storage Facilities yang didesain untuk meningkatkan water recovery dan mencegah rembesan kontaminan yang berbahaya ke lingkungan. 6) Pemurnian Dor bar diangkut ke refinery (unit pemurnian) untuk pemurnian lebih lanjut, agar sedapat mungkin dijadikan emas murni.
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 b. Proses Sianidasi Recovery logam minor seperti emas dan perak untuk skala industri pada umumnya menggunakan teknik hidrometalurgi atau leaching (pelarutan selektif). Banyak reagen atau pereaksi yang bisa digunakan untuk proses leaching guna mengekstrak logam emas dan perak dari bijihnya, diantara reagen-reagen tersebut salah satunya menggunakan reagen sianida. Kelebihan reagen sianida dibandingkan dengan reagen lain adalah recovery emas yang diperoleh lebih tinggi (95%), waktu proses yang relatif singkat, dan sampai saat ini merupakan reagen yang paling ekonomis (Bertrand, 1985). Metode sianidasi banyak digunakan pada industri emas sekarang ini. Metode ini digunakan lebih dari seratus tahun sejak proses metalurgi kimia untuk produksi emas dikembangkan (Zhang dkk., 1997). Metode ini didasarkan pada penggunaan larutan sianida basa yang tidak berubah sejak pertama kali dipatenkan. Proses ini banyak digunakan karena proses yang sederhana dan ekonomis (Wadsworth dkk., 2000). Proses sianidasi dilakukan dengan proses mixing lumpur (ore body) dengan larutan sianida (bisa menggunakan NaCN, KCN, Ag(CN) atau Ca(CN)2). Proses sianidasi harus berjalan pada kondisi basa pada pH antara 10-11 agar proses pelarutan berjalan optimal. Selain itu penambahan sianida dilakukan ketika larutan sudah naik pHnya pada pH 10-11 untuk menjaga agar tidak terbentuk asam sianida. Asam sianida merupakan racun yang sangat berbahaya dan akan mudah menguap pada suhu 26C pada kondisi pH di bawah pH 10. Kondisi pH tinggi atau basa saat berlangsungnya proses sianidasi sangat menentukan keberhasilan proses sianidasi. Penggunaan basa seperti kalsium oksida akan mencegah dekomposisi dalam larutan sianida untuk membentuk gas hidrogen sianida (HCN). Jika pH terlalu rendah akan dapat menghasilkan gas HCN sebagaimana reaksi yang mudah menguap akibat proses hidrolisis sehingga konsentrasi sianida berkurang. CN+ (aq) + H+ (aq) HCN (g) Namun jika kondisi pH terlalu tinggi akan menyebabkan proses sianidasi berlangsung lambat, hal ini dikarenakan sianida menjadi terlalu stabil dalam lumpur. Selain itu dengan pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan logam-logam lain larut dalam sianida dan membentuk senyawa kompleks. Persamaan reaksi yang terjadi pada proses sianidasi emas adalah sebagaimana reaksi berikut (jika menggunakan sianida dalam bentuk NaCN): 4Au + 8NaCN + O2 + 2H2O 4Na[Au(CN)2] + 4NaOH (Pratama, 2011). c. Permasalahan Umum Operasi pertambangan emas pada 3 km di bawah permukaan tanah sudah umum terjadi. Hal ini menghasilkan kerusakan pada sumber air yang penting selama proses recovery emas dikarenakan pemaparan pada permukaan tanah yang memungkinkan lindi terbentuk dan penggunaan kimia yang bermacam-macam. Kualitas air menurun diakibatkan oleh paparan dari
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 limbah tambang pada air dan oksigen, selain itu juga disebabkan oleh proses metalurgi, penyimpanan tailing, dan polusi akibat plume debu. Air yang dibuang dari operasi-operasi tersebut mengalami peningkatan beban pencemar garam dan logam, membuat air dan ekosistem di area sekitarnya menjadi terganggu. Sebagian besar tambang emas telah memproses strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap air. Air digunakan untuk mengekstrak emas pada proses berikut: Ekstraksi logam oleh asam atau alkali (leaching) Pemisahan solid-liquid (filtrasi/thickening) Metal concentration Proses penambangan (drilling) Proses cooling (fridge plants) Kebocoran fasilitas penyimpanan tailing Proses-proses tersebut sebagian besar bergantung pada temperatur ambien dan pengurangan korosi. Konstituen berikut merupakan parameter penting pada air proses pada pertambangan: padatan tersuspensi, koloid silika, kalsium sulfat dan zat organik. Pencemar tipikal effluen pada sungai adalah aluminium, emas, uranium dan zinc. Masalah-masalah kesehatan disebabkan oleh konsumsi air tercemar oleh Arsenik menimbulkan kerusakan pada kulit dan organ-organ setelah paparan tahunan. Efek lethal secara langsung disebabkan oleh pemblokiran enzim respirasi oleh sianida. Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan di air setelah diolah oleh EPA (Environmental Protection Agency) sangat jauh di bawah konsentrasi saat ini. Tidak hanya manusia, namun juga binatang mengalami penderitaan dari air yang tercemar. Semua binatang liar meminum air dari sungai dan kolam yang tercemar oleh logam berat. Logam berat tersebut juga terakumulasi pada ikan, menyebabkan gangguan kesehatan dan akhirnya mati. 60% dari masyarakat di Ghana mengonsumsi ikan yang mereka tangkap dari sungai (Bester, 2012). Dalam Controlling Mercury Hazards in Gold Mining: A Best Practices Toolbox yang diterbitkan oleh Mine Safety and Health Administration dari Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat, dikatakan bahwa di Amerika Serikat bagian barat, deposit bijih emas dengan grade rendah banyak ditemukan terkontaminasi oleh merkuri. Bijih emas yang terkontaminasi merkuri tersebut diproses pula pada tahap sianidasi yang mencampurkan larutan sianida untuk mengekstrak emas dari bijihnya. Bijih-bijih tersebut biasanya mengandung kurang dari 15 ppm merkuri. Selama proses sianidasi, sebanyak 10 hingga 30 persen merkuri pada bijih terekstrak bersama emas dan perak. Reaksinya ditunjukkan sebagai berikut: 2 Au + 4 CN- + O2 + 2 H2O 2 Au(CN)2- + 2 OH- + H2O2 2 Au + 4 CN + H2O2 2 Au(CN)2- + 2 OHHg2+ + 4 CN42- Hg(CN)422 Hg + 8 CN- + O2 + 2 H2O 2 Hg(CN)42- + 4 OH. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 4

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 2. AIR LIMBAH Air limbah yang dihasilkan oleh tambang emas memiliki variasi konstituen anorganik (utamanya logam berat) yang luas. Biasanya konstituen logam berat tersebut keluar sebagai limbah tailing disebabkan oleh proses leaching dalam proses sianidasi pada bijih. Proses sianidasi dilakukan untuk mengekstraksi emas dari bijih, namun dalam proses leaching tersebut berbagai logam berat dari bijih ikut pula terekstrak. Sehingga dapat disimpulkan konstituen logam berat yang dihasilkan sebagai limbah pada proses penambangan emas tergantung dari kandungan tanah yang ditambang. Sehingga, berbeda lokasi tambang bisa berbeda pula konstituen logam beratnya. Pada suatu penelitian untuk mengetahui unsur toksik yang terkandung di tanah dan bebatuan pada limbah tambang emas di Sardinia (Italia) disimpulkan bahwa yang paling berpotensi mengancam lingkungan sebagian besar direpresentasikan oleh batuan yang termineralisasi oleh ekspos dari buangan limbah penambangan terbuka (open-pits). Menggunakan uji leaching dengan kondisi kimia yang diobservasi di wilayah studi, diketahui dengan jelas bahwa bahanbahan toksik tersebut, disebabkan oleh kandungan sulfit yang tinggi, memiliki kemampuan tinggi untuk menimbulkan limbah cair asam tambang dan melepaskan unsur-unsur toksik atau berbahaya seperti As, Cd, Co, Cr, Cu, Ni (Da Pelo, 2008). Pada penelitian lain (Lima dkk., 2007) di Brazil yang menganalisis buangan padat dari tambang emas artisanal yang mengandung merkuri dan emas dalam jumlah signifikan ditemukan persentase konstituen sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 1. Persentase Konstituen Tailing dari Tambang Emas Artisanal di Brazil Major Persentase Assay Constituents (%) SiO2 83% INAA Fe2O3 19% INAA Al2O3 4,9% INAA MgO 0,46% INAA K2 O 0,36% INAA Na2O 0,216% ICP Cr2O3 0,071% INAA S 0,020% IR CaO 0,016% INAA MnO 0,013% ICP Catatan: INAA = Instrumental Neutron Activation Analysis ICP = Induction Coupled Plasma IR = Infra Red Sumber: Lima dkk. (2007)
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 5

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 Pada penelitian kerja sama UNESCO-IHE Delft untuk meremoval unsur toksik dari air limbah tambang emas di Ghana disebutkan karakteristik effluen dan debit air limbah tambang emas yang beroperasi di sana. Tambang emas yang beroperasi tidak lain adalah AngloGold Ashanti yang menguasai tambang emas di Afrika Selatan. Tambang emas AngloGold Ashanti di Obuasi (Ghana) menghasilkan debit air limbah sebesar 600 m3/jam. Sedangkan untuk konsentrasi pencemarnya ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Effluen Air Limbah Tambang Emas di Ghana Baku Mutu Parameter Satuan Konsentrasi (Ghana EPA) pH 7,4 6-9 Konduktivitas s/cm 5600 750 TDS mg/L 2900 50 TSS mg/L 22 50 Temperatur C 31,3 < 40 CN mg/L 9 0,2 As mg/L 7,35 0,2 Fe mg/L 0,114 2,0 Pb mg/L 0,14 0,1 Cu mg/L 5,063 1,0 Zn mg/L 0,042 2,0 Sumber: Anglogold Ashanti (2008) dalam Acheampong dkk. (2010) 3. PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH a. Kondisi Air Limbah Asumsi kondisi air limbah tailing penambangan dan pengolahan emas: Debit = 600 m3/jam pH = 7,4 netral Parameter limbah yang akan diolah dalam studi ini diambil yang paling besar kadarnya, yaitu CN = 9 mg/L, sehingga Konsentrasi awal, C0 = 9 mg/L Konsentrasi akhir, Ce = 0,2 mg/L b. Pemilihan Teknologi Pengolahan air limbah untuk air limbah tailing tambang emas di Ghana tersebut dipilih yang bahan-bahannya mudah didapatkan di area setempat (lokal) agar mudah dan murah biaya materialnya. Sehingga dipilih teknologi pengolahan air limbahnya menggunakan reaktor biosorpsi (Biosorption Reactor). Reaktor yang dimaksud memiliki material, di dalamnya, yag dapat menyerap unsur toksik dari air limbah. Telah banyak dilakukan riset menangani biosorben yang berbeda-beda. Dalam studi kasus ini yang dianggap sesuai untuk digunakan adalah biosorben dari tempurung kelapa. Telah terbukti bahwa
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 6

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 tempurung kelapa dapat mengatasi konstituen tembaga (Cu). Untuk menggunakannya, tempurung kelapa harus dikeringkan dan digiling terlebih dahulu.

Gambar 1. Struktur Tempurung Kelapa Untuk perhitungan adsorpsi Granular Activated Carbon (GAC) dari tempurung kelapa, perlu diketahui terlebih dahulu konstanta Freundlich. Konstanta Freundlich untuk kasus ini diambil dari literatur Granular Activated Carbon (Creek dan Davidson, 2000) yang menyediakan tabel berisikan daftar produk activated carbon. Dalam tabel tersebut produk yang terbuat dari coconut shells memiliki nilai KF dan n sebagai berikut. - Produk PC dari Berneby & Sutcliffe Corporation KF = 13,2 ; 1/n = 0,29 - Produk PCB dari Calgon Carbon Corporation KF = 10 ; 1/n = 0,58 - Produk CSL dari CARBTROL KF = 7,5 ; 1/n = 0,68 - Produk CC-602 dari U.S. Filter/Westates KF = 13,9 ; 1/n = 0,46 Sehingga disimpulkan kisaran nilai KF yang akan digunakan adalah 7 14. Dan dalam hal ini KF yang digunakan diambil nilai tengah dari kisaran tersebut, sehingga diambil nilai KF dari produk PCB, yaitu KF = 10 (mg/g)(L/mg)n , dan 1/n = 0,58. Juga diketahui densitas karbon aktif tersebut sebesar 0,495 g/cm3 = 495 g/L. c. Perhitungan Tangki Reaktor Tangki reaktor harus besar sehingga air limbah dapat waktu kontak yang cukup lama dengan biosorben. Penelitian menunjukkan bahwa waktu kontak antara tiap biosorben dengan air limbah harus setidaknya 5 jam (Acheampong, 2010). Kemudian dikarenakan separuh dari tangki harus diisi oleh material filter, maka diasumsikan air yang bisa dimasukkan dalam sekali running dalam 5 jam adalah separuh dari tangki. Sehingga perhitungannya: Volume = (Q 5 jam)/0,5
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 7

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 Volume = (600 m3/jam 5 jam) 2 Volume = 6000 m3 Jika tinggi tangki adalah 5 meter, maka diameter tangki yang dibutuhkan menjadi: V =Ah 3 6000 m = d2 5 m d2 = 4 1200 m2 7/22 d2 = 1527,3 m2 d = 39,08 m 40 m Perbandingan diameter dengan tinggi terlalu besar, sehingga dicoba untuk mengecilkan diameter menjadi 25 m. d = 25 m A = 491,07 m2 h = 6000 m3 / 491,07 m2 = 12,2 m Karena h terlalu tinggi, maka direncanakan untuk membagi debit pada beberapa tangki agar diameter maupun kedalaman tangki tidak terlalu besar. Direncanakan volume air limbah dibagi 6 tangki sehingga volume menjadi 1000 m3. Sehingga: h asumsi = 10 meter A = 1000 m3/10 m = 100 m2 d2 = 4 100 m2 7/22 d = 11,28 m dibulatkan menjadi 11 m, sehingga: Acek = (22/7) (11)2 = 95,07 m2 hcek = 1000 m3/ 95,07 m2 = 10,52 m dibuat 10,6 m untuk keamanan.

11 m

Kerikil Tempurung Kelapa

10,6 m

Pompa
0,9 m

ke sungai

Gambar 2. Sketsa Biofilter Biobsorption Tempurung Kelapa


. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 8

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 Umur Reaktor (Waktu untuk Regenerasi Karbon Aktif) 1. Menentukan tingkat penggunaan GAC

)(

2. Menentukan kebutuhan karbon untuk EBCT 5 jam Massa GAC dalam bed =VbGAC = EBCT Q GAC = 5 jam 100 m3/jam 495 g/L = 5 106 L 495 g/L = 2475 106 g = 2,475 ton 3. Menentukan volume air yang terolah dalam 1 bed dengan menggunakan EBCT 5 jam

4. Menentukan umur bed (kolom reaktor)

Sehingga kesimpulannya: Jumlah tangki reaktor biosorbsi = 6 tangki Volume tiap tangki 1000 m3 dengan Q = 100 m3/jam. Dimensi: diameter = 11 m ; kedalaman = 10,6 m. GAC tiap tangki reaktor harus diregenerasi tiap 14 bulan sekali.
. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 9

Adam Rus Nugroho 33 12 201 018 4. REFERENCES Acheampong, M., dkk. 2010. Gold-mine Waste Water Treatment in Ghana - How can toxic elements be filtered out of waste water from goldmines in Ghana, by using a biosorption reactor. UNESCO-IHE Delft. AngloGold Ashanti. ___. Process Producing Gold and Rehabilitation. [URL: http://www. anglogold.co.za/subwebs/InformationForInvestors/annualreport05/report/overview/proc ess_producing_gold.htm]. Diakses tanggal 22 Mei 2013. Bester, L. 2012. Beneficiation of Wastewater Streams from Gold Mine Process Water Systems with Recovery of Value-Adding Liquid Waste Products. Pretoria: Department of Chemical Engineering, University of Pretoria. Bertrand, C. 1985. Process of Extracting Gold from Ores. New York. Creek D. dan Davidson J. 2000. Granular Activated Carbon dalam Treatment Technologies for the Removal of MTBE from Drinking Water. Edisi kedua. Tabel 4-1, halaman 222. California: National Water Research Institute. Da Pelo, S., dkk. 2008. Release of Toxic Elements from Rocks and Mine Wastes at The Furtei Gold Mine (Sardinia, Italy). Journal of Geochemical Exploration: hal.142-152. Lima, L.R.P. de Andrade, dkk. 2007. Characterization and Treatment of Artisanal Gold Mine Tailings. Journal of Hazardous Materials: Elsevier. Mine Safety and Health Administration. 1997. Controlling Mercury Hazards in Gold Mining: A Best Practices Toolbox. U.S. Department of Labor. Pratama, C.F. 2011. Pengaruh Penambahan H2O2 pada Sianidasi Emas dari Batuan Mineral. Surabaya: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Wadsworth, M.E., dkk. 2000. Gold Dissolution and Activation in Cyanide Solution: Kinetics and Mechanism. Jurnal Hydrometallurgy: 57, hal. 1-11. Zhang, Y., dkk. 1997. On the Solution Chemistry of Cyanidation of Gold and Silver Bearing Sulphide Ores. Jurnal Hydrometallurgy: 46, hal. 251-269.

. Tugas Mata Kuliah Proses Pengolahan Limbah Tingkat Lanjut Program Magister Teknik Lingkungan, FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember 10

Anda mungkin juga menyukai