Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit adalah cakram bikonkaf yang tidak memiliki inti dan memiliki diameter 8 m. Eristrosit ini memiliki komponen utama diantaranya hemoglobin (Hb), yang berfungsi mengangkut oksigen dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian intraseluler (Price, 2005). Jumlah Eritrosit pada orang dewasa kira-kira 5 juta per millimeter kubik, masingmasing Eritrosit memiliki jangka waktu hidup selama 120 hari (Price, 2005). Menurut Dessypries (1999) dalam Buku Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, Eritrosit diproduksi diginjal dengan bantuan dari hormon glikoprotein, eritropoietin. Perubahan massa Eritrosit menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah sel darah merah kurang, maka akan timbul anemia. Sebaliknya, jika sel darah merah berlebih maka akan timbul polisitemia (Price, 2005). Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Suyono, 2001).

1.2

Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Agar penyusun dan pembaca dapat menggambarkan, mengerti, dan dapat mendiskusikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia).

1.2.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari para penulis pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi (sel darah merah) adalah : Mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia). Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia).
1

Mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia).

Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia).

Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatn yang telah diberikan pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Nyeri Kepala Sekunder 2.1.1 Definisi


Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang timbul sebagai gejala dari suatu kondisi / penyakit lain. Nyeri kepala sekunder jarang terjadi, namun diantaranya harus diwaspadai merupakan gejala dari nyeri kepala yang berbahaya. (3)

Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disertai oleh penyakit tertentu, baik di sekitar leher dan kepala maupun penyakit sistemik. Sakit kepala sekunder dapat ditimbulkan oleh beberapa keadaan, antara lain pasca-cedera kepala, gangguan pembuluh darah otak seperti stroke berdarah, anomali pembuluh darah (AVM, aneurisma), tumor otak, infeksi dan peradangan otak, infeksi dan peradangan sistemik atau di bagian tubuh lain, gangguan metabolik dan sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan struktur di sekitar kepala, yaitu mata, gigi-geligi, Dr. Alifa Dimanti, Sp.S Dokter Spesialis Syaraf RS Puri Indah mulut, telinga, hidung, leher, dan lain sebagainya (1)

2.1.2 Nyeri Kepala Sekunder Yang Sering Ditemui


1 Nyeri kepala karena sakit gigi Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena berbagai penyakit pada gigi sehingga 2 kelainan / penyakit pada gigi perlu dicari dan diatasi oleh dokter gigi. Nyeri kepala pada sinusitis Nyeri kepala ringan hingga berat dirasakan di daerah muka, pipi atau dahi, biasanya disertai juga dengan keluhan 'THT' (telinga, hidung dan tenggorakan) yang lain, misalnya berdahak, hidung 3 mampet, hidung meler dan lain-lain. Nyeri kepala pada kelainan mata 'Iritis', 'glaukoma' dan 'papilitis', dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat pada mata dan 4 sekitarnya. Mata tampak memerah disertai dengan gangguan penglihatan. Nyeri kepala pada tekanan darah tinggi ('hipertensi') Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala. Semua penderita nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya. Minum obat sakit kepala tanpa menurunkan tekanan darah dapat berbahaya, karena 'hipertensi' merupakan ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target hipertensi (ginjal, otak, jantung dan pembuluh darah).

Nyeri kepala akibat putus obat ('withdrawal headache') Nyeri kepala juga bisa terjadi karena terlalu lama (lebih dari 15 hari) minum obat sakit kepala, kemudian ketika 'putus obat' malah menimbulkan keluhan nyeri kepala. (3)

5.1.1 Etiologi Nyeri Kepala


1 2 3 4 5 Berbagai kelainan/penyakit diluar otak yaitu pada mata, telinga dan gigi. Tumor 'intrakranial', misalnya karena ada tumor di dalam tengkorak. Nyeri kepala semakin berat dan semakin sering seiring dengan membesarnya masa tumor. Perdarahan 'intrakranial', misalnya karena ada benturan / trauma kepala, atau pecahnya pembuluh darah otak. Infeksi 'intrakranial', misalnya karena ada abses otak, meningitis (radang selaput otak), atau ensefalitis (radang otak). Kelainan pembuluh darah(arteri atau vena) 'intrakranial', misalnya:

5.1 Pembuluh darah pecah menimbulkan stroke perdarahan, bisa karena adanya aneurisma atau malformasi arteri/vena, atau sebab lainnya. 5.2 Radang pembuluh darah (arteritis). 6 7 Kelainan metabolik, misalnya: nyeri kepala akibat putus 'obat'. Kelainan sistemik, misalnya: nyeri kepala akibat tekanan darah tinggi. (3)

faktor resiko untuk sakit kepala sekunder justru sebaliknya,usia < 40thn lebih banyak ketahuan menderita sakit kepala jenis ini (5)
5.1.2 Manifestasi Klinis

Dibawah ini merupakan gejala-gejala SKS yang harus diperhatikan dan memerlukan penanganan yang intensif dari kalangan medis/dokter: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
5.2

Sakit kepala parah dan tiba-tiba Sakit kepala yang terasa seperti menyengat dan menusuk-nusuk Sakit kepala terparah yang pernah Anda rasakan Sakit kepala yang terus-menerus dan memburuk Sakit kepala yang terasa setelah mengalami cedera kepala Sakit kepala disertai leher kaku, kejang, mual, muntah parah, semakin parah saat membungkuk atau membuat bingung. (4)

Pemeriksaan-pemeriksaan Pada Penderita Sakit Kepala Sekunder

Diperlukan

pemeriksaan

dokter

lebih

lanjut

untuk

memastikan sakit kepala tersebut merupakan sakit kepala sekunder seperti imaging otak: CT scan dan MRI otak (5)
5.2.1 Pencegahan

Sakit kepala juga dapat dicegah dengan beberapa tindakan, antara lain: a) Manajemen stress. Hal ini karena penyebab terbanyak dari nyeri kepala adalah stress. Stress emosi dapat memperberat gejala sakit kepala. Pikiran, perasaan, dan behaviour dapat memperberat rasa nyeri, dan memicu gejala nyeri yang berulang. b) Life style / gaya hidup. Dengan mengubah gaya hidup kita menjadi pola hidup yang sehat, c) d) e) f) g) Relaksasi maka Olahraga hal itu yang dapat mencegah terjadinya jalan serangan sehat sakit 15 kepala. menit. cukup. emosi. meregangkan otot. merokok.

teratur,

misalnya Tidur

Mengontrol dan Berhenti

h) Pengaturan nutrisi dan suplemen diet

5.2.2 Pengobatan

Pengobatan untuk sakit kepala sekunder lebih dititikberatkan pada operasi untuk memperbaiki kelainan yg ada/ditemukan. Obat-obat pencegahan tidak terlalu banyak membantu meredakan sakit kepala yg terjadi. (5)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1.1

Kesimpulan Keberhasilan pengkajian pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia) yaitu dilakukan dengan adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, dan penyusun sehingga permasalahan-permasalahan dapat ditemukan (Suyono, 2001). Perencanaan pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia) juga melibatkan pasien dan keluarga pasien dimana mereka diajak bersamasama merencanakan tindakan dan keperawatan yang akan dilakukan pasien. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan untuk menanggulangi masalah pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia) didasarkan atas rencana keperawatan yang telah ditetapkan. Dan tak lupa diperlukan evaluasi pada ibu hamil dengan gangguan sistem hematologi sel darah merah (Anemia) untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan (Doenges, 2000).

1.2

Saran Untuk dapat memperoleh keberhasilan, asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Gangguan Sistem Hematologi Sel darah merah (Anemia) perlu motivasi untuk tetap berusaha membuat catatan perkembangan dari klien dan melanjutkan tindakan keperawatan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perlu adanya hubungan interpersonal yang terbuka antara mahasiswa, perawat, pasien/keluarga pasien, dokter maupun tim kesehatan lainnya, sehingga terjalin kerjasama dalam peningkatan mutu keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E,dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC

Nanda. 2009. Diagnosa Keperawatan 2009-2011. Jakarta:EGC

Permono, Bambang. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Suyono, Slamet, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai