Anda di halaman 1dari 90

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apa pun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Selain itu, adapun salah satu tujuan Indonesia Sehat 2015 yakni mencegah terjadinya dan menyebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005). Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD. WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar

penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal. (Depkes RI, 2008). Penyakit demam berdarah penyebarannya sangat luas hampir di semua daerah tropis diseluruh dunia. Di Indonesia sampai saat ini penyakit demam berdarah ( DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2008 DKI Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak mencapai 21 persen dari jumlah nasional.Puncak terjadinya DBD di Indonesia adalah pada bulan Oktober-Februari, sehingga perhitungan CFR hanya sampai bulan September di tahun 2008 belum tepat untuk menggambarkan CFR pada tahun 2008 (WHO, 2009). Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang berbahaya, dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat dan sering menimbulkan wabah (Depkes RI, 1995) . Indonesia menurut kriteria WHO termasuk ke dalam negara endemik DBD bersama-sama Thailand, Sri Langka dan Timor-Leste dalam
1

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 peta ASEAN. Epidemiologi dari dengue itu bergantung dari multifaktorial seperti perilaku manusia, iklim, penyebaran virus dan arus perpindahan manusia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan tempat tinggal terkait pengkontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia (WHO, 2008) Perilaku yang sehat dan kemampuan mayarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan (Depkes RI, 2003). Perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian sebelumnya di Kendari didapati hubungan antara kejadian DBD dengan pengetahuan dimana presentase pengetahuan yang kurang dari responden yang positif DBD 74 orang (71,8%), sedangkan dari responden yang negatif DBD ada 29 orang (28,2%) yang berpengetahuan kurang (Duma, 2007). Penelitian di Mataram menyimpulkan bahwa semakin masyarakat bersikap tidak serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan bertambah resiko terjadinya penularan penyakit DBD (Fathi, 2005). Berdasarkan data dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta jumlah kasus DBD hingga bulan Oktober 2011 49.486 dan jumlah kasus kematian sebanyak 403 kasus. Walaupun kasus yang terjadi tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010 lalu, namun masyarakat tidak boleh lengah. Tingginya curah hujan diprediksi dapat menjadi pemicu tingginya kasus mematikan tersebut. Masyarakat diharapkan dapat mencegah berjangkitnya penyakit DBD dengan cara melakukan PSN di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2011) Data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2010 jumlah pasien DBD di Ibukota mengalami penurunan sebanyak 60,5 persen. Jika pada tahun 2007 jumlah pasien akibat DBD mencapai 31.836 kasus, maka di tahun 2010 menurun menjadi 12.639 .Pada tahun 2008 DKI Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan jumlah kasus DBD terbanyak mencapai 21 persen dari jumlah nasional. Jumlah kasus DBD di Kecamatan Duren Sawit pada tahun 2011 tercatat sebanyak 605 kasus. Dengan kasus di Kelurahan Pondok Bambu sebnyak 88 kasus, di kelurahan Klender 122 kasus, di Kelurahan Duren Sawit 108 kasus, di Kelurahan
2

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Malak Jaya sebanyak 60 Kasus, Kelurahan Malaka Sari sebnyak 47 kasus, Kelurahan Pondok Kopi 49 kasus, dan di Kelurahan Pondok Kelapa 131 kasus. Penurunan kasus DBD tersebut menunjukkan kegiatan PSN sejauh ini berjalan efektif. Namun walaupun menurun, warga diharapkan tidak boleh terlena dan hendaknya terus meningkatkan PSN agar kasus DBD di Jakarta Timur dapat benarbenar diminimalisir. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian mengenai karakteristik, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012 dapat menambah wawasan bagi petugas kesehatan bahwa jumlah masyarakat di Kecamatan Duren Sawit yang belum sepenuhnya melaksanakan pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit. Dengan adanya penelitian ini, para petugas kesehatan akan mendapat hal yang pasti mengenai keadaan ini karena adanya data-data yang telah dikumpulkan berasal kuesioner maupun wawancara. Setelah mendapatkan hasil penelitian, dapat dilakukan intervensi berupa penyuluhan terhadap warga Kecamatan Duren Sawit sebagai upaya untuk merespon hasil dari kuesioner yang dilakukan. Penyuluhan yang dilakukan menyiratkan harapan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di Kecamatan Duren Sawit Seiring meningkatnya pengetahuan masyarakat di Kecamatan Duren Sawit diharapkan masyarakat pada akhirnya dapat mengambil sikap untuk masalah pencegahan DBD. Hal ini tentu berguna untuk menanggulangi atau menurunkan angka kejadian DBD di Kecamatan Duren Sawit Dimasa yang akan datang, tersimpan suatu harapan bahwa penelitian ini dapat berguna sebagai pertimbangan untuk menyikapi masalah pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit dan meningkatkan wawasan serta keterampilan para petugas medis di puskesmas Duren Sawit.

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik, pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga) masyarakat terhadap

pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012 b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan (etiologi, cara penularan, jenis vector, ciri-ciri vector, waktu aktifitas vector, tempat perkembangbiakan vector, gejala, penanganan awal, program 3M) masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012 c. Untuk mengetahui gambaran sikap (program 3M plus, program Jumantik, pemberantasan nyamuk dewasa, penanganan awal, penyuluhan) masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012.

1.4 Manfaat 1.4.1 Hasil penelitian berguna untuk menambah wawasan tentang karakteristik, pengetahuan dan sikap masyarakat di kecamatan Duren Sawit terhadap pencegahan DBD 1.4.2 Hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan DBD di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012 1.4.3 Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan penelitian bagi dokter muda Universitas Kristen Indonesia dalam hal melakukan penelitian mengenai kesehatan masyarakat.

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 1.4.4 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk pengembangan system pelayanan kesehatan sehingga memudahkan pencarian pemecahan

pemecahan masalah kesehatan.

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit menular yang sampai dengan sekarang masih sulit dikendalikan. Hal ini bila dilihat dari teori fenomena gunung es, diperkirakan jumlah penderita penyakit DBD baik yang didiagnosa Sindroma Syok Dengue (SSD), DBD maupun Demam Dengue (DD) masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah yang tanpa gejala, sehingga sejauh mana penyebaran sulit diprediksi yang berakibat terhadap upaya pemutusan penularan kurang optimal. Demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever, selanjutnya disingkat DHF), ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama uji tourniquet akan positf dengan tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan seperti petekie spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DHF yang disertai renjatan. Fakta epidemi yang lain adalah: 1. Kasus DBD didunia rata-rata tiap tahunnya dilaporkan ada 925.896 kasus sedangkan di Indonesia telah mencapai lebih dari 160.000 (15-20% kasus didunia). 2. Diantara negara WHO SEARO, 3 tahun berturut-turut (2006, 2007, 2008), laporan kasus di Indonesia merupakan yang tertinggi. 3. Sejak tahun 2004 kasus DBD terus meningkat dan meluas sampai lebih dari 350 kabupaten/kota.

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 4. Kematian tahun 2008 mencapai 1.187 orang, berarti sekitar 100/bulan, sama dengan pesawat jatuh setiap bulan dengan seluruh penumpangnya tewas. 5. Hasil RISKESDAS 2007 : Penyebab kematian No. 5 pada balita setelah diare, pneumonia, Necrotizing enterocolitis (NEC), dan meningitis. Kasus kematian karena DBD mencapai 6.8%

Peta insiden DBD di Indonesia pada tahun 2009 memperlihatkan seluruh wilayah Jawa insidennya lebih dari 3,5 per 10.000 dan di Jawa Tengah sendiri sebesar 5,6.Insiden rate di Jawa Tengah dari tahun 1980-2009 bila ditarik garis trend kasus tersebut terlihat terus meningkat. Sepuluh kabupaten/kota dengan insiden tinggi tahun 2009 adalah kota Semarang, Magelang, jepara, Surakarta, Tegal, Pati, Kudus, Purbalingga, Sragen, Kabupaten Tegal, dan kota Salatiga. Pada tahun 2009, 35 kabupaten/kota seluruhnya sudah dilaporkan adanya kasus DBD (tidak ada yang bebas). Pada tahun 2010 sampai dengan bulan Mei sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian timur insidennya sudah lebih dari 2 per 10.000 penduduk. Dilihat dari angka kematian sejak tahun 2007 sudah dibawah 2% namum masih diatas 1% yang menjadi indikator nasional. Pola kasus DBD di Jawa Tengah, mengalami meningkat mulai November dan mencapai puncaknya pada bulan Januari yang kemudian pola kasus terus menurun sampai bulan Oktober. Untuk itu kegiatan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN) harus dilakukan terus menerus, seminggu sekali dan serentak disemua wilayah, lebih ditingkatkan lagi pada bulan Oktober sebagai kewaspadaan adanya peningkatan kasus bulan November. Secara umum upaya pengendalian DBD dapat dibagi pada tahapan promotif, preventif, deteksi dini dan tatalaksana. Tahapan promotif dan preventif meliputi perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan penyuluhan dengan melibatkan lintas program dan lintas sektoral serta semua unsur yang dapat digerakan. Sedangkan deteksi dini dan tatalaksana lebih pada pelyanan penderita di sarana kesehata dan juga di masyatakat agar mengenal tanda-tanda DBD secara dini.
7

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Transmisi virus dengue dari penderita satu ke penderita lain sampai timbul gejala membutuhkan waktu kurang lebih 15 hari sehiingga upaya pemutusan transmisi sebaiknya dilakukan kurang dari 1 minggu setelah penderita pertama didiagnosis sebagai DBD. Kebijakan dalam pengendalian DBD : 1. Pengendalian DBD didasari pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan lokal spesifik 2. Pengendalian DBD dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja secara multidisiplin dan lintas sektoral. 3. Pengendalian DBD dilakukan dan dikelola secara profesional, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat, serta didukung oleh sumber daya yang memadahi. 4. Membangun infrastruktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan logistik. 5. Meningkatkan kemampuan manajemen penatalaksanaan DBD antara lain : a. Meningkatkan komitmen RS dan Dinas Kesehatan Kota (DKK). b. Meningkatkan keterampilan petugas. c. Pelayanan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). d. Meningkatkan sarana laboratorium. 6. Meningkatkan pengendalian vektor meliputi logistik, SDM, dan kemitraan. Hasil Penelitian transovarial : 1. Vincent (1998) melaporkan bahwa 20% nyamuk yang ditangkap dari alam/lapangan positif mengandung virus. 2. Sitti Rahmah (Komunikasi Pribadi, 2006) membuktik bahwa pupa Aedes Aegypti yang ditangkap 2 bulan setelah Kejadian Luar Biasa (KLB) di kampung Klitren DIY positif mengandung virus dengue. 3. NAMRU II Jakarta mendeteksi keberadaan virus dengue pada nyamuk Aedes Aegypti jantan, hal tersebut membuktikan bahwa virus diperoleh nyamuk jantan dari induknya karena nyamuk
8

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 jantan tidak pernah menggigit manusia (Suroto Komunikasi Pribadi). 4. Widiarti (2006) B2P2VRP Salatiga mendeteksi larva Aedes Aegypti dan Aedes Albopticus dari kota Semarang, larva Aedes Aegypti kabutan Kendal, Kabupaten Sukharjo 0.48-8.77% positif antigen virus dengue. 5. South East Asian Journal melaporkan bahwa transovarial mencapai generasi ke5.

Dengan hasil beberapa penelitian tersebut pengendalian DBD dengan fogging sudah terlambat karena telur sudah mengandung virus, namum fogging masih diperlukan pada saat terjadi transmisi dengan bukti ada penderita lain di sekitar penderita dan dari survei jentiknya ditemukan angka bebas jentiknya kurang dari 95%. Dengan demikian upaya yang paling tepat adalah PSN yang kegiatannya berupa 3M(+) yaitu Menguras, Menutup Tempat Penampungan Air, dan Menimbun Barang-Barang Bekas agar bila musim hujan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti.

2.1.1. Etiologi Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arboviruses ) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis streotipe, yaitu; DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menujukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan gejala klinis (Soedarmo, 1999).
9

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Demam Berdarah Dengue (DHF) di Indonesia, pertama kali dicurigai berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta pertama kali tahun 1969. kemudian Bandung dan Yogyakarta tahun 1972. Epidemi pertama diluar Jawa pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973) pada tahun 1974, epidemi di laporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1994. DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk aedes aegypti, disamping pula aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas dan lainnya. Daerah yang terjangkit DHF adalah daerah yang padat penduduk, karena : 1. Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Ae. aegypti adalah 40-100 meter. 2. Ae.aegypti betina mempunyai kebisaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Kasus DHF cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan : 1. Perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk, karena pengaruh musim hujan puncak jumlah gigitan terjadi pada siang dan sore hari. 2. Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan banyak berdiam dirumah selama musim hujan. 2.1.2. Epidemiologi Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang tersebar di seluruh dunia, ditularkan melalui gigitan serangga dengan peningkatan angka kejadian di daerah tropis, Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan. Hal ini disebabkan oleh peningkatkan distribusi geografis virus dan peningkatkan intensitas transmisi virus dengue oleh nyamuk Aedes Aegypti, kepadatan penduduk, keadaan daerah
10

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 pemukiman dibawah standart kesehatan, dan peningkatan transportasi modern yang meningkatkan transmisi virus dengue, serta adanya fenomena gunung es. Faktor lain adalah tidak efektifnya pemberatasan nyamuk terutama di daerah endemis. Kurangnya tenaga sumber daya manusia yang memahami dan ahli dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan vektor, merupakan masalah infrastruktur kesehatan masyarakat. Demam berdarah dengue (DBD) sering menyerang anak dibawah usia 15 tahun dan merupakan penyebab kematian dengan jumlah bermakna. Angka kejadian di Indonesia sejak pertama kali ditemukan di Surabaya (1968) dan di Jakarta (1969) semakin meningkat dalam jumlah dan daerah pennyebarannya. Incident Rate (IR) per 100.000 penduduk meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968: IR 0.05; 1978: 4.9; 1983: 8.65; tahun 1988: 27.96; tahun 1995: 18.41. Peningkatan tersebut dapat disebabkan penurunan kekebalan setiap 5 tahun, atau mutasi virus tiap 5 tahun, atau setiap 5 tahun muncul strain baru yang lebih virulen atau peningkatan pelaporan (surveillance). Di Indonesia, walaupun angka kesakitan rata-rata cenderung meningkat (dari 2 penderita tahun 1968 menjadi 227 pada tahun 1995), angka kematian (case fatality rate/CFR) secara drastis menurun dari 41.3% pada tahun 1968 menjadi 3% pada tahun 1984.Angka kematian DBD yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu 5-15% terutama di rumah sakit rujukan. Antara tahun 1988-1994 kasus sindroma syok dengue (SSD) merupakan 16-40% kasus yang dirawat dengan kematian 5.7-50% atau 3-10kali lebih tinggi dari pada yang tidak syok. Di berbagai rumah sakit di Indonesia angka kejadian SSD 11.2-42.8% dari jumlah DBD. Angka kematian sampai saat ini masih tinggi. Di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, angka kematian SSD 20-26%, di RS Dr. Soetomo 16-20%, di RSUP Dr. Kariadi 26% (1996), dan RS Pirngadi Medan 60%.Di RSUP dr. Kariadi angka kematian DBD yang dirawat pada tahun 1997-1998 adalah 4% (dari 701 penderita). DBD berat yang dirawat diruang intensif anak PICU RSUP dr. Kariadi sebanyak 14.4% dengan angka kematian 53.19%.

11

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 2.1.3. Cara Penularan Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat jugamenularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. 2.1.4 Patogenesis Demam Berdarah Dengue

Patogenesis DBD masih kontroversial dan belum dapat diketahui secara jelas terdapat 2 teori yang sering dikemukakan dan yang paling banyak dianut dalam patogenesis DBD dan SSD adalah Hipotesis Infeksi Sekunder oleh virus yang heterologus. Hipotesis ini menyatakan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog akan mempunyai resiko yang lebih besar menderita DBD dan SSD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenali virus lain yang menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari memberan sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Hipotesis kedua menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan
12

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 replikasi baik pada tubuh manusia maupun tubuh nyamuk. Ekspresi fenotip dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi, dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Pandangan lain mengenai patogenesis DBD atau SSD berdasarkan bahwa patogenesis harus dimulai dari identifikasi sel atau tipe sel yang mendukung timbulnya infeksi secara in vivo (port d entree) serta mekanisme virus mengikat sel target. Beberapa jenis sel yang diketahui mungkin merupakan sel target infeksi virus dengue adalah monosit/makrofag, sel endotel, sel kupfer, sel hepar dan sel-sel sumsum tulang. Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut : 1. Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen,

berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan c5a agaknya perannya dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses inaktivasi tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk membebaskan histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DHF. 2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat

trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi intravaskular.

13

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin yang penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
Bagan 1

INFEKSI SEKUNDER VIRUS DENGUE YANG BERBEDA

Virus bereplikasi

Reaksi anamnestik antibodi


Kompleks virus-antibodi

Agregasi frombosit
Gangguan fungsi trombosit

Aktivasi koagulasi Aktivasi factor hageman

Aktivasi komplemen

Pelepasan trombosit faktor III

Plasmin Anafilatoksin

Penghancuran trombosit oleh RES Rangsang koagulasi intravaskular Trombositopenia

Rangsang sistem kinin

Kinin Faktor pembekuan menurun Produk digraasi fibrin

Permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat

Perdarahan yang berlebihan

Shock

14

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya reaksi imunologis, yang dasarnya sebagai berikut: 1. Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dan sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue. 2. Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel fogosit mononukleus. 3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang telah terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah jumlah sel yang terinfeksi. 4. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated intravaskular coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator-mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator tersebut berupa monokin dan mediator lain yang mengakibatkan aktivasi komplemen dengan efek peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah, serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC. 2.1.5. Manifestasi Klinik
\

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang ditandai dengan empat gejala klinik, yaitiu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan sering kali kegagalan sirkulasi. Patofisiologi yang penting dan menentukan derajat penyakit adalah terdapatnya kebocoran plasma dan kelainan hemostasis yang akan bermanifestasi sebagai peningkatan hematokrit dan trombositopenia, kedua jenis kelainan laboratorium tersebut selalu ada pada perjalanan penyakit DBD. Hal ini memebedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue. Demam tinggi mendadak disertai facial flushing dan sakit kepala terjadi setelah masa inkubasi 4-6 hari. Kehilangan nafsu makan, nyeri di daerah epigastrium disertai nyeri perut di bawah lengkung iga sebalah kanan. Pada perjalanan awal penyakit DBD sulit dibedakan dengan demam dengue, tetapi jalan disertai ruam

15

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 makulo papula. Suhu meningkat mendadak sampai 40 derajat celcius atau lebih dan kadang kala disertai dengan kejang. Manifestasi perdarahan yang sering dijumpai pada awal perjalanan penyakit adalah uji tourniquet positif, peteqie, ekimosis atau hematom yang timbul pada daerah bekas tusukan jarum. Epistaksis dan perdarah gusi lebih jarang terjadi dari pada peteqie, sedangkan perdarahan saluran cerna yang berat berhubungan erat dengan syok lama. Masa kritis pada DBD adalah hari sakit ke-3 sampai ke-7, pada saat itu suhu badan cenderung menurun, bersamaan dengan itu sering terjadi tanda-tanda syok. Bila pasien tidak segera diberikan terapi cairan kondisi anak memburuk. Apabila syok lama terjadi, akan diikuti dengan asidosis metabolik, hipoksemia, perdarahan saluran cerna hebat yang akan memperburuk prognosis.Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, ujung ekstremitas terasa dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara (Depkes RI, 2001). Pembagian renjatan menurut Munir dan Rampengan: 1.Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-tanda syok disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20mmHg. 2.Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu=tingkat 1 ditambah tekanan nadi menjadi <20mmHg, tetapi belum sampai nol, disertai menurunnya tekanan sistolik menjadi <80mmHg, tetapi belum sampai nol. 3.Syok berat/tingkat 3 (profound shock) yaitu tekanan darah tidak

terukur/nol,tetapi belum ada sianosis/asidosis. 4.Syok sangat berat/tingkat 4 (moribund cases) yaitu tekanan darah tidak terukur lagi disertai sianosis dan asidosis.

Pemeriksaan Laboratorium A. Isolasi virus dengan mendeteksi antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum pasien. B. Uji Serologis

16

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Pada saat demam reda, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, sedangkan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada meningkat. C. Laboratorium Lain a. Jumlah leukosit yang normal atau turun dengan dominasi neutrofil pada awal perjalanan penyakit b. Trombositopenia dan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD c. Kelainan pembekuan terjadi sesuai derajat penyakit d. Penurunan jumlah protein plasma terutama hipoalbuminemia e. Hiponatremia terjadi pada kasus berat f. Serum alanin amino transferase sedikit meningkat D. Pemeriksaan Radiologis Terdapat efusi pleura pada hemitoraks kanan atau kedua hemitoraks bila berat pada pemeriksaan lateral dekubitus kanan.

Kriteria Diagnosis WHO tahun 1997 Diagnosis DBD ditegakan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. A. Kriteria Klinis a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus selama 2-7hari b. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, peteqie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemsis dan atau melena. c. Pembesaran hati d. Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. B. Kriteria Laboratoris a. Trombositopenia ( 100.000/mm3) b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau lebih menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti kebocoran plasma lainnya (hipoalbumenia, efusi pleura, acites).
17

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup menegakan diagnosis klinis DBD.

Pedoman Diagnosis DBD menurut WHO 2009 A. Fase Febris : panas tinggi secara tiba-tiba berlangsung 2-7hari disertai flushing eritem kulit badan sakit semua nyeri otot nyeri sendir dan pusing dapat disertai kejang demam pada anak. B. Fase kritis : terjadi pada hari ke-3 sampai ke-7 sakit dimana suhu turun menjadi 37,5-38 derajat celcius dapat terjadi syok karena kebocoran plasma, perdarahan hebat, gangguan fungsi organ. C. Fase pemulihan : apabila pasien dapat melewati fase kritis 24-48 jam, terjadi penyerapan perlahan dari cairan ekstravaskuler dalam waktu 48-72jam. Dapat terjadi hipervolemia apabila diberikan carian yang berlebihan. D. Dengue berat : bila terdapat 1 dari gejala sebagai berikut : kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok, akumulasi cairan dengan atau tanpa distres respiras, dan atau perdarahan masif, dan atau gangguan fungsi organ berat.

2.1.6. Pengobatan Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan (Depkes RI, 2001). Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau lebih anggota keluarganya diduga terkena DD atau DBD yakni memberi minum sebanyakbanyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh, atau oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun panas (misalnya parasetamol) dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mg/Kg berat badan dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat (Depkes RI, 1995).

18

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
Bagan 2 Tatalaksanaan Penderita Tersangka Demam Berdarah Dengue Tersangka DBD
Demam tinggi, mendadak terus menerus < 7 hari tidak disertai ISPA badan lemah/lesu

Ada kedaruratan Tanda syok Muntah terus menerus kejang Kesadaran menurun Muntah darah Berak darah

Tidak Ada kedaruratan

Periksa uji tourniquet

Uji tourniquet (+) (Ruple Leede)

Uji tourniquet (-) (Ruple Leede)

Tatalaksana disesuaikan (lihat bagan 3,4,5)

Jumlah trombosit < 100.000 I

Jumlah trombosit < 100.000 I

Rawat Jalan

Rawat inap (Lihat bagan 3)

Rawat jalan

Parasetamol kontrol tiap hari sampai demam hilang

Minum banyak parasetamol bila perlu kontrol tiap hari sampai demam turun bila demam menetap periksa Hb, Ht, trombosit

Nilai tanda klinis & jumlah trombosit, Ht bila masih demam hari sakit ke-3

Bila timbul tanda syok; gelisah, lemah, kaki tangan dingin, nyeri perut, berak hitam, kencing berkurang, Hb/Ht naik dan trombosit turun SEGERA BAWA RUMAH SAKIT

19

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
Bagan 3 Tatalaksana Kasus tersangka DBD (Lanjutan bagan 2) Gejala klinis : demam 2-7 hari

Uji tourniquet positif atau Laboratorium : trombositopenia (ringan) hematokrit tidak meningkat

Pasien masih dapat minum Beri minum 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5 menit jenis minuman air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit bila suhu > 38,5 derajat celcius beri barasetamol bila kejang beri obat anti kanvulsi

Pasien tidak dapat minum Pasien muntah terus menerus

Pasien tidak dapat minum Pasang infus NaCL 0,45% : dekstraso 5% tetesan rumatan sesuai berat badan periksa Ht-b tiap 6 jam trombosit tiap 12 jam

Monitor gejala klinis dan laboratorium Perhatikan tanda syok Palpasi hati setiap hari Ukur diuresis setiap hari Awasi perdarahan

Ht naik dan atau trombosit turun

Perbaikan klinis dan laboratoris

Infus ganti ringer laktat (tetesan disesuaikan, lihat bagan 4)

Pulang

20

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
Bagan 4 Tatalaksana Kasus DBD Cairan awal Monitor tanda vital/nilai Ht & trombosit tiap 6 jam

Perbaikan Tidak gelisah Nadi kuat Tek. Darah stabil Diuresis cukup Tanda vital memburuk Ht. Meningkat

Perburukan Gelisah Distres pernafasan Frek. Nadi naik Ht tetap tinggi/naik

Tetesan dikurangi Perbaikan

tetesan dinaikkan 10 ml/kg BB/jam

Tidak ada perbaikan

15 ml/kgBB/jam

5 mk/kgBB/jam

Tanda vital tidak stabil diuresis kurang tanda-tanda syok Perbaikan

Sesuaikan tetesan 3 ml/kg


IV FD stop setelah 24-48 jam Apabila tanda vital/Ht stabil dan diuresis cukup segar Distress pernafasan Ht naik Ht turun

Transfusi darah Koloid


20-30 ml/kgBB Perbaikan

21

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 1. Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20 ml/kgBBsecepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2 lt/mnt. Untuk DSS berat ( DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur) diberikan ringer laktat 20ml/kgBB bersama kolid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah. 2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap dilanjutkan15-20ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid (dekstran 40) sebanyak 10-20ml/kgBB, maksimal 30ml/kgBB (koloid diberikan pada lajur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit dan gula darah. 3. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/ hematokrit, tekanan nadi > 20mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB. Volume 10ml/kgBB/jam dapat tetap dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis stabildan hematokrit menurun <40%. Selanjutnya cairan diturunkan menjdi 7ml/kgBB sampai keadaan klinis danhematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5ml dan

seterusnya3ml/kgBB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis, nadi, tekanan darah, jumlah urin dikerjakan tiap jam (usahakan urin >1ml/kgBB, BD urin <1,020) dan pemeriksaan hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik. 4. Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun tetapi masih >40 vol% berikan darah dalam volume kecil10ml/kgBB. Apabila tampak perdarahan masif,berikan darah segar 20ml/kgBB dan lanjutkan cairan kristaloid 10ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8cmH2O) padasyok berat kadang-kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan. 5. Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengtahui kebutuhan cairan dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin. Apabila CVP normal (>10cmH2O), maka diberikan dopamin.
22

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
DSS

Oksigenasi (berikan 02 2-4 liter/menit Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) ringer iakta/NaCl 0,9% 10-20 ml/kgBBsecepatnya (bolus dalam 30 menit)

Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?


Pantau tanda vital tiap 10 menit, catat balans cairan selama pemberian cairan intravena

Syok teratasi
Kesadaran membaik Nadi teraba kuat Tekanan nadi > 20 mmHg Tidak sesak nafas/sianosis

Syok tidak teratasi


Kesadaran menurun Nadi lembut/tidak teraba Tekanan nadi < 20 mmHg Distres pernafasan/sianosis

Cairan dan tetesan disesuaikan


10 ml/kgBB/jam

Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam

Evaluasi ketat
Tanda vital Tanda perdarahan Diuresis Hb, Ht, trombosit

Tambahkan koloid/plasma
Dekstran/FFP 10-20 (max 30) mi/kgBB

23

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
Stabil dalam 24 jam Tetesan 5 ml/kgBB/jam

Koreksi asidosis

Syok teratasi
Tetesan 3 ml/kgBB/jam

Syok belum teratasi

Ht turun

Ht tetap tinggi naik koloid

Infus stop tidak melebihi 48 jam

Transfusi darah segar 10 ml/kgBB 20 ml/kg BB dapat diulang sesuai kebutuhan

2.1.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumahrumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSNDBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 1995). PSNDBD bias melalui penggunaan insektisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai sekarang ini. Cara penggunaan malation ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk, yakni temephos (abate). Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand granules) ke dalam sarang -sarang nyamuk Aedes aegypti. Sedangkan cara PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, yakni menguras bak mandi, tempayan atau TPA minimal seminggu sekali karena perkembangan telur untuk menjadi nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup TPA rapat-rapat, dan langkah terakhir dari 3M yakni membersihkan halaman rumah dari barang-barang yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang atau bertelur (Hendarwanto, 2001).

24

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 2.2. Karakteristik, Pengetahuan dan Perilaku

2.2.1. Karateristik Umur Umur sebagai salah satu sifat karateristik tentang orang yang dalam studi epidemiologi merupakan variable yang cukup penting karena cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai frekuensi yang disebabkan oleh umur. Peranan variable umur menjadi cukup penting antara lain karena : (1) studi tentang hubungan variasi suatu penyakit dengan umur dapat memberikan gambaran tentang faktor penyebab penyakit tersebut, (2) umur dapat merupakan faktor sekunder yang harus diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti perbedaan frekuensi penyakit terhadap variable lainnya. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama karena umur mempunyai hubungan yang erat dengan keterpaparan. Umur juga mempunyai hubungan erat dengan berbagai faktor karakteristik tentang orang lainnya, seperti : pekerjaan, status perkawinan, reproduksi dan berbagai kebiasaan lainnya.

Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu variable deskriptif yang dapat

memberikan perbedaan angka kejadian pada pria dan wanita. Pada umumnya, keluhan beberapa penyakit tertentu lebih terbuka pada pria dibandingkan wanita. Perbedaan frekuensi kejadian penyakit kejadian penyakit menurut jenis kelamin dapat pula disebabkan karena pengaruh jenis kelamin terhadap penggunaan sarana kesehatan yang tersedia. Pelayanan kesehatan primer lebih banyak dikunjungi oleh wanita dan anak-anak dibandingkan pria.

Kelompok Etnik Kelompok etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup maupun homogenitas biologi atau genetis. Dari segi epidemiologic kelompok orangorang yang tinggal dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dan

25

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 membutuhkan karakteristik tertentu baik secara biologis maupun dalam hal mekanisme social merupakan salah satu hal yang dalam harus diperhatikan. Agama Agama yang merupakan salah satu karakteristik variable tentang orang yang dapat memberikan keterangan tentang pengalaman dan keadaan penyakit dalam masyarakat tertentu. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang erat hubungannya dengan agama, umpamanya perbedaan makanan yang oleh agama tertentu dinyatakan terlarang, akan menghindarkan mereka dari penyakit tertentu yang bersumber dari makanan tersebut, seperti babi dengan penyakit trichinosis, alcohol dengan penyakit sirosis hepatis dan sebagainya. Pekerjaan Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan tingkat/ derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja dan sifat sosioekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu. Ada berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan, seperti : jenis kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. Pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat dengan status social ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan keluarga. Status Perkawinan Status perkawinan mempunyai peranan yang cukup penting, baik terhadap derajat keterpaparan maupun dalam hal besar resiko dan pada derajat kerentanan. Dalam hal ini keterangan tentang kawin/tidak kawin, cerai/janda/duda merupakan variable dalam penentuan status perkawinan. Dari suatu pengamatan di Amerika Serikat menunjukan bahwa angka kematian kelompok yang kawin ternyata lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak kawin atau yang cerai (hidup sendiri). Hal ini mungkin disebabkan karena orang yang cara hidupnya tidak teratur (hidup sembarangan) sehingga mempunyai keterpaparan yang tinggi terhadap berbagai agen penyakit juga pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk tidak kawin dan pada umumnya terdapat perbedaan cara hidup antara orang-orang yang tidak kawin dengan
26

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 orang yang kawin yang mungkin merupakan resiko untuk terkena berbagai penyakit tertentu. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis pekerjaan serta besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan lokasi tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, jenis rekreasi keluarga dan sebagainya. Status sosial ekonomi erat pula hubungannya dengan faktor psikologi individu dan keluarga dalam masyarakat.

2.2.2 Perilaku Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Dua upaya untuk intervensi terhadap faktor perilaku ini ialah : 1. Tekanan (enforcement) Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara-cara tekanan, paksaan, atau koreksi. Upaya ini bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan (law inforcement), instruksi, tekanan, (fisik dan non fisik), sanksi, dan sebagainya. Cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku tetapi pada umumnya tidak langgeng, karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan. 2. Edukasi Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadaptasi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informnasi, memberikan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koreksi. Namun demikian akan lenggeng.

27

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Menurut Lawrence Green (1980) perilku dipengaruhi oleh tiga faktor utama : a. Faktor predisposisi Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enambling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah dan ketersediaan makanan bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu, poliklinik dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana yang mendukung. c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hang perlu perilaku dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan petugas kesehatan.

Apabila konsep Blum yang menjelaskan bahwa derajat kesehatan itu dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan, maka pendidikan (promosi kesehatan) adalah sebuah intervensi terhadap faktor perilaku (konsep Green), maka kedua konsep tersebut dapat diilustrasikan seperti pada bagan hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.
28

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
Keturunan

Pelayanan kesehatan

Status kesehatan

Status kesehatan

Perilaku

Proses perubahan

Predisposing factors (pengetahuan, sikap) sumber/fasilitas)

Enabling factors (ketersediaan sumber/fasilitas)

Reinforcing factors (sikap&perilaku petugas

Komunikasi

Pemberdayaan masyarakat

Training

Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan)

Perilaku dapat dibedakan jadi dua yaitu : 1. Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

29

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Perilaku Kesehatan kAdalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan jadi tiga kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek: a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuahn penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat. c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang,

tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang. 2. Perilaku pencarian dan penggunan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan. Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

30

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain yakni : a)

kognitif, b) afektif, c)psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : 2.2.3 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sutu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting adalam membentuk tindakan seseorang. Proses adopsi perilaku Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu. 2. 3. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus Evaluation, menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4. 5. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

31

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tingkat Pengetahuan di dalam domain kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan 1. Tahu ( Know ) Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahea orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami ( Comprehension ) Suatu kemampuan untuk menjelaskan seacara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi ( Application ) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4. Analisis Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen : tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari kesanggupan untuk membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampian untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi : a. Pengetahuan tenyang sakit dan penyakit, meliputi :
32

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Penyebab penyekat Gejala atau tanda-tanda penyakit Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari terapi Bagaimana cara penularannya Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan sebagainya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi : Jenis : makanan bergizi Manfaat makanan bergizi bagi kesehatannya Pentingnya olhraga bagi kesehatan Penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan sebagainya. Pentingnya istiraha cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya bagi kesehatan. c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Manfaat air bersih Cara-cara pembuangan limbah yang sehat Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat Akibat polusi bagi kesehatan dan sebagainya

o Sikap ( Attitude ) Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Proses terbentuknya sikap dan reaksi :

Stimulus Rangsangan

Proses Stimulus

Reaksi Tingkah laku ( terbuka )

Sikap (tertutup ) 33

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Komponen pokok sikap Allport ( 1954 ) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh Berbagai tingkatan sikap : 1. Menerima ( receiving ) = orang / subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( objek ) 2. Merespon ( responding ) = memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap tingkat ini. 3. Menhargai ( valving ) = mengajak orang lain atau mengerjakan atau mendiskusikan suatui masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab ( responsible ) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dipertanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan, hipotesis, kemudian ditanyakn pendapat responden. Indikator untuk sikap kesehatan meliputi antara lain : a. Sikap terhadap sakit dan penyakit. Adalah bagaimna penilaian atau pendapat seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penunalaran, cara pencegahan dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat. Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara (berprilaku) hidup sehat.

34

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan. Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

o Praktik Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktik ini memounyai beberapa tingkatan : a. Presepsi. Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin. Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Ini merupakan indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme. Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau seusatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adopsi. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Indikator praktik kesehatan meliputi : a. Tindakan sehubungan dengan penyakit. Ini mencakup : pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Mencakup antara lain: mengkonsusmsi makan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga teratur, tidak merokok dan sebagainya. c. Tindakan kesehatan lingkungan. Mecakup antara lain : membuang sampah ditempat sampah, menggunaka air bersih dan lain-lain. Perilaku atau kegiatan individu menyangkut hal-hal yang dia sadari dan juga yang dia tidak sadari. Menurut konsep Psikoanalisis sebagian besar kehidupan
35

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 individu terdiri atas bagian yang tidak disadari (ketidaksadaran), hanay sebgain kecil saja yang dapat disadari oleh individu. Sigmund Freud bapak Psikoanalisis mengumpamakan kehidupan individu itu seperti sebuah gunung es yang melayangmelayang di permukaan air laut. Sebagian besar dari gunug es itu berada dibawah permukaan air, hanya sedikit bagian dari gung es itu yang tersembul di permukaan air. Bagian yang tersembul itu oleh Freud diumpamakan sebagai kesadarn atau hal-hal yang dapat disadarim bagian yang tenggelam diumpamakan sebagai ketidaksadaran atau hal-hal yang tidak disadari.

Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau anggot masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakn sakit (disease but not illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apaapa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakn sakit, maan baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut : Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apap-apa (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan menganggu kehiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada megobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya dan sebagainya. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan bahwa orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

36

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah lebih bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial budaya masyarakat daripada hal-hal yang dianggap masih asing. Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, dekat dengan masyarakat dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima masyarakat daripada dokter, mantra, bidan dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnyapun masih merupakan kebudayaan mereka. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh praktik dokter (private medicine).

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan
37

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 konsep sehat-sakit dokter, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau mengguanakan fasilitas yang dipergunakan dan sebaliknya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-penelitian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita (dokter), maka kita dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita (dokter) berikan akan diterima oleh masyarakat.

38

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

BAB III KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP KERANGKA TEORITIS


3.1 KERANGKA TEORITIS
a. Karakteristik Usia Jenis kelamin Suku Bangsa Pendidikan terakhir Pekerjaan Penghasilan perbulan b. Pengetahuan Etiologi Cara penularan Jenis Vektor Ciri-ciri Vektor Waktu aktifitas Vektor Tempat perkembangbiakan Vektor Gejala Diagnosis Patogenesis Penanganan awal Penatalaksanaan Prognosis Program 3M c. Sikap Program 3M Program Jumantik Pemberantasan nyamuk dewasa Penanganan awal Penyuluhan

PENCEGAHAN DBD Baik Sedang Kurang

39

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 3.2 KERANGKA KONSEP

a. Karakteristik Usia Jenis kelamin Suku Bangsa Pendidikan terakhir Pekerjaan Penghasilan keluarga

b. Pengetahuan Etiologi Cara penularan Jenis Vektor Ciri-ciri Vektor Waktu aktifitas Vektor Tempat perkembangbiakan Vektor Gejala Penanganan awal Program 3M

PENCEGAHAN DBD
Baik Sedang

Kurang

d. Sikap Program 3M Program Jumantik Pemberantasan nyamuk dewasa Penanganan awal Penyuluhan

40

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 3.3 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL Usia CARA PENGUKURAN

KATEGORI

SKALA PENGUKURAN

Lamanya seseorang Wawancara dan hidup dalam satuan pengisian tahun kelahiran sejak kuisioner

< 20 tahun 20 - 30 tahun 30 40 tahun > 40 tahun Laki laki perempuan

Interval

Jenis kelamin

Istilah

yang Wawancara dan

membedakan laki pengisian laki dan perempuan kuisioner secara biologis dan dibawa sejak lahir

Nominal

Suku bangsa Suatu manusia anggota

golongan Wawancara dan yang kuisioner

anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan

betawi sunda jawa padang batak lain lain

Nominal

sesamanya biasanya berdasarkan keturunan dianggap sama Pendidikan terakhir Jenjang pendidikan Wawancara dan terakhir diselesaikan yang pengisian pada kuisioner SD SLTP SLTA Universitas/D3 Ordinal garis yang

instansi pendidikan formal Pengetahuan Informasi dimiliki mengenai dalam Demam hal yang Wawancara dan seseorang pengisian objek kuisioner ini Penyebab Cara penularan Jenis Vektor Ciri-ciri Vektor Waktu aktifitas Vektor Tempat Nominal

Berdarah

41

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Dengue Sikap Reaksi atau respon Wawancara dan seseorang terhadap pengisian suatu (stimulus) informasi kuisioner perkembangbiaka n Vektor Gejala Penanganan awal Program 3M Nominal

Program 3M Program Jumantik Pemberantasan nyamuk dewasa Penanganan awal Penyuluhan Baik Sedang Kurang

Pencegahan

Segala sesuatu yang dilakukan responden sehubungan dengan pengetahuan dan sikap untuk mencegah menanggulangi DBD dan

Wawancara dengan pengisian kuesioner

Ordinal

Cara PengukuranPencegahan Tindakan diukur melalui 5 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut: a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu 4. b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3. c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu 1

42

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan DBD di kecamatan Duren Sawit. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Kedua variabel baik variabel independent dan dependent dikumpulkan secara bersamaan, maka jenis penelitiannya adalah cross sectional.

4.2 Populasi dan sampel i. Populasi Populasi yang diteliti adalah masyarakat di Kecamatan Duren Sawit tahun 2012. ii. Sample Sampel yang diteliti adalah masyarakat di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit tahun 2012

4.3 Teknik Pengambilan Sampel Cara pengambilan sample menggunakan teknik non random accidental sampling

4.4 Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan sampel penelitian.

4.5 Instrument Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner.

43

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 4.6 Pengolahan, Analisis serta Penyajian Data 4.6.1 Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilakukan baik dalam editing, coding maupun tabulating, dilakukan secara manual.

4.6.2 Analisa Data Data penelitian di analisis dengan menggunakan tabel analisis univariat dan bivariat.

4.6.3 Penyajian Data Data penelitian disajikan dalam bentuk tabel univariat dan bivariat.

4.7 Pelaksana Yang menjadi pelaksana dalam penelitian Puskesmas adalah seluruh dokter muda yang mengikuti kegiatan puskesmas di Kecamatan Duren Sawit

44

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1. TABEL UNIVARIAT Distribusi Usia Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit

Tabel 5.1.1. Tahun 2012

USIA < 20 tahun 20 30 tahun 31 40 tahun > 40 tahun TOTAL

JUMLAH 6 25 29 40 100

PERSENTASE (%) 6 25 29 40 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.1. didapatkan 40 responden (40%) yang berusia >40 tahun.

Tabel 5.1.2.Distribusi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
JENIS KELAMIN PRIA WANITA TOTAL JUMLAH 38 62 100 PERSENTASE (%) 38 62 100

Berdasarkan dari wanita.

tabel 5.1.2. didapatkan 62 responden (62%) berjenis kelamin

Tabel 5.1.3.Distribusi Suku Bangsa Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
SUKU BANGSA BETAWI SUNDA JAWA PADANG BATAK LAIN-LAIN TOTAL JUMLAH 29 15 43 4 5 4 100 PERSENTASE (%) 29 15 43 4 5 4 100%

Berdasarkan dari tabel 5.1.3. didapatkan 43 responden (43%) bersuku Jawa.

45

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel 5.1.4. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENDIDIKAN TERAKHIR SD SMP SMA D3/S1 TOTAL JUMLAH 13 20 50 17 100 PERSENTASE (%) 13 20 50 17 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.4. didapatkan 50 responden (50%) berpendidikan terakhir SMA.

Tabel 5.1.5.

Distribusi Pekerjaan Responden di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012


PEKERJAAN

Ibu Rumah Tangga Pelajar Karyawan Swasta Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Lain-lain
TOTAL

JUMLAH 46 5 18 16 0 15 100

PERSENTASE (%) 46 5 18 16 0 15 100

Berdasarkan dari

tabel 5.1.5. didapatkan bahwa 46 responden (46%) memiliki

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 5.1.6.

Distribusi Penghasilan Keluarga Responden per Bulan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENGHASILAN KELUARGA < Rp 800.000 Rp 800.000 Rp 1.500.000 >Rp 1.500.000 TOTAL

JUMLAH 29 36 35 100

PERSENTASE (%) 29 36 35 100

Berdasarkan dari

tabel 5.1.6. didapatkan bahwa 36 responden (36%) memiliki

penghasilan keluarga Rp. 800.000 Rp.1.500.000

Tabel5.1.7.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENYEBAB DEMAM BERDARAH DENGUE a. Nyamuk b. Bakteri c. Virus d. Cacing TOTAL

JUMLAH 94 3 3 0 100

PERSENTASE (%) 94 3 3 0 100

46

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan dari tabel 5.1.7. didapatkan bahwa 94 responden (94%) menyatakan penyebab DBD adalah nyamuk.

Tabel5.1.8.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Nyamuk Yang Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

CARA PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE a. Mansonia sp b. Anopheles c. Culex sp d. Aedes aegypti TOTAL

JUMLAH 4 13 0 83 100

PERSENTASE (%) 4 13 0 83 100

Berdasarkan dari

tabel 5.1.8. didapatkan 83 responden (83%) menyatakan

menyatakan jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti.

Tabel5.1.9.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Nyamuk Yang Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

CIRI NYAMUK YANG MENULARKAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE a. Tubuh berwarna hitam dengan belangbelang cokelat b. Tubuh seluruh berwarna hitam c. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih d. Tubuh seluruhnya berwarna coklat 100

JUMLAH 29 5 65 1 100

PERSENTASE (%) 29 5 65 1 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.9. didapatkan bahwa 65 responden (65%) menyatakan menyatakan warna nyamuk DBD adalah tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih.

Tabel5.1.10.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Aktifitas Nyamuk Yang Menularkan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

WAKTU NYAMUK DEMAM BERDARAH BEREDAR a. Siang dan malam b. Pagi dan Sore c. Malam d. Sepanjang hari TOTAL

JUMLAH 9 78 0 13 100

PERSENTASE (%) 9 78 0 13 100

47

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan dari tabel 5.1.10. didapatkan bahwa 78 responden (78%) menyatakan waktu nyamuk DBD beredar adalah pada pagi dan sore.

Tabel5.1.11.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

CARA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE a. Melalui suntikan b. c. d. Kontak langsung dengan penderita Gigitan nyamuk Makanan/minuman yang dihinggapi lalat TOTAL

JUMLAH 1 1 97 1 100

PERSENTASE (%) 1 1 97 1 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.11. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan cara penularan penyakit DBD melalui gigitan nyamuk.

Tabel5.1.12.

Distribusi

Pengetahuan

Responden

Tentang

Tempat

Perkembangbiakan Nyamuk DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012


TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK DBD a. Air jernih yang tergenang b. Benda yang tergantung dalam rumah c. Sembarang tempat d. Air kotor yang tergenang TOTAL JUMLAH 54 7 2 37 100 PERSENTASE (%) 54 7 2 37 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.12. didapatkan bahwa 54 responden (54%) menyatakan tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang.

Tabel5.1.13.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Gejala dan Tanda Dari Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

GEJALA DARI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE a. Demam dan bintik-bintik kemerahan b. Gatal-gatal pada kulit c. Diare d. Sedikit buang air kecil TOTAL

JUMLAH 93 0 0 7 100

PERSENTASE (%) 93 0 0 7 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.13. didapatkan bahwa 93 responden (93%) menyatakan gejala dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan.
48

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.1.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Awal Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENANGANAN AWAL PENYAKIT DBD a. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan b. Diberi jamu/obat tradisional c. Diberi jus jambu biji d. Tidak perlu diberikan apa-apa TOTAL JUMLAH 77 7 16 0 100 PERSENTASE (%) 77 7 16 0 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.14. didapatkan bahwa 77 responden (77%) menyatakan penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan.

Tabel5.1.15.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program 3M PLUS di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PROGRAM 3M PLUS a. Membakar, Menguras, Menutup, Memmelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate b. Mengubur, Menguras, Menutup, Memeihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate c. Mengubur, Menguras, Membersihkan, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate d. Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate TOTAL

JUMLAH 21

PERSENTASE (%) 21

57

57

14

14

8 100

8 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.15. didapatkan bahwa 57 responden (57%) menyatakan kepanjangan dari program 3M plus adalah Mengubur, Menguras, Menutup, Memelihara ikan pemakan jentik, dan Menabur bubuk abate.

Tabel5.1.16.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program PSN di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PROGRAM PSN a.Pembasmian Sarang Nyamuk b.Penyemprotan Sarang Nyamuk c.Pemberantasan Sarang Nyamuk TOTAL

JUMLAH 31 24 45 100

PRESENTASE (%) 31 24 45 100

49

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan dari tabel 5.1.16. didapatkan bahwa 45 responden (45%) menyatakan kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Tabel5.1.17.

Distribusi Sikap Responden Tentang Kaleng Bekas Dan Pecahan Botol Yang Sudah Tidak Digunakan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

KALENG BEKAS DAN PECAHAN BOTOL YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN LAGI a. Dibakar b. Dibiarkan saja c. Dikubur TOTAL

JUMLAH 6 1 93 100

PERSENTASE (%) 6 1 93 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.17. didapatkan bahwa 93 responden (93%) menyatakan kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur.

Tabel5.1.18.

Distribusi

Sikap

Responden

Tentang

Tempat

Penampungan

Air/Gentong di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit2012


PENAMPUNGAN AIR/GENTONG DI RUMAH a. Menutup tempat penampungan tersebut b. Membiarkan terbuka c. Tidak peduli TOTAL JUMLAH 92 4 4 100 PERSENTASE (%) 92 4 4 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.18. didapatkan bahwa 92 responden (92%) menyatakan menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah.

Tabel5.1.19.

Distribusi Sikap Responden Tentang Tentang Waktu Menguras Bak Mandi di Rumah di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

FREKUENSI MENGURAS BAK MANDI DI RUMAH a. Menguras jika sudah sangat kotor b. Menguras minimal 1 kali seminggu c. Menguras 2 minggu sekali TOTAL

JUMLAH 7 76 17 100

PRESENTASE (%) 7 76 17 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.19. didapatkan bahwa 76 responden (76%) menyatakan menguras bak mandi di rumah minimal 1 kali seminggu.

50

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.1.20. Distribusi Sikap Responden Tentang Partisipasi Sebagai Petugas Jumantik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
KESEDIAAN MENJADI PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) a. Bersedia dengan senang hati b. Menolak dengan alasan buang-buang waktu dan tenaga c. Mempertimbangkannya untuk lain waktu TOTAL 4 22 100 4 22 100 JUMLAH 74 PRESENTASE (%) 74

Berdasarkan dari tabel 5.1.20. didapatkan bahwa 74 responden (74%) menyatakan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik).

Tabel5.1.21.

Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Jumantik Yang Akan Memeriksa Rumah di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) YANG AKAN MEMERIKSA RUMAH a. Mengunci pintu rumahnya b. Mempersilahkannya c. Mengusir petugas tersebut TOTAL

JUMLAH 2 98 0 100

PRESENTASE (%) 2 98 0 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.21. didapatkan bahwa 98 responden (98%) menyatakan mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa rumah.

Tabel5.1.22.

Distribusi Sikap Responden Tentang Bubuk Abate Yang Dibagikan Petugas Jumantik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

BUBUK ABATE YANG DIBAGIKAN OLEH PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) a. Disimpan saja b. Ditaburkan ke tempat penampungan air c. Diberikan kepada tetangga TOTAL

JUMLAH 1 99 0 100

PERSENTASE (%) 1 99 0 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.22. didapatkan bahwa 99 responden (99%) menyatakan akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) ke tempat penampungan air.

51

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.1.23. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang Dicurigai Terjangkit Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA YANG DICURIGAI TERJANGKIT PENYAKIT DBD a. Diberi jus jambu biji b. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan c. Dibiarkan saja TOTAL 82 0 100 82 0 100 JUMLAH 18 PERSENTASE (%) 18

Berdasarkan dari tabel 5.1.23. didapatkan bahwa 82 responden (82%) menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD.

Tabel5.1.24.

Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Kesehatan Yang Akan Melakukan Pengasapan/Fogging di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PETUGAS KESEHATAN YANG AKAN MELAKUKAN PENGASAPAN/FOGGING DI RUMAH a. Mengusir petugas tersebut b. Mempersilahkannya c. Mengunci pintu dan menutup semua jendela TOTAL

JUMLAH 1 97 2 100

PERSENTASE (%) 1 97 2 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.24. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di rumah.

Tabel5.1.25.

Distribusi Sikap Responden Tentang Penyuluhan Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

KESEDIAAN MENGIKUTI PENYULUHAN TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE a. Mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD b. Sekedar mengikuti c. Tidak ikut karena buang-buang waktu saja TOTAL

JUMLAH 97 2 1 100

PERSENTASE (%) 97 2 1 100

Berdasarkan dari tabel 5.1.25. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD.
52

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.1.26. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang Menderita Penyakit DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA ATAUPUN WARGA DI LINGKUNGAN YANG SUDAH DINYATAKAN MENDERITA DBD a. Melaporkan ke RT / Petugas kesehatan setempat b. Menunggu orang lain untuk melapor ke RT / Petugas kesehatan c. Mendiamkan saja TOTAL 3 0 100 3 0 100 JUMLAH PERSENTASE (%)

97

97

Berdasarkan dari tabel 5.1.26. didapatkan bahwa 97 responden (97%) menyatakan melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD.

5.2. TABEL BIVARIAT Tabel 5.2.1. Distribusi Usia Responden Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD TOTAL USIA N < 20 tahun 20 30 tahun 31 40 tahun > 40 tahun 3 17 21 34 BAIK % 50 70,83 72,41 82,93 N 3 5 7 5 SEDANG % 50 20,83 24,14 12,19 KURANG N 0 2 1 2 % 0 8,34 3,45 4,88 N 6 24 29 41 % 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.1 didapatkan 34 responden (82,93%) dengan umur >40 tahun memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 3 responden (50%) dengan umur <20 tahun.

53

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel 5.2.2. Distribusi Jenis Kelamin Responden Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD JENIS KELAMIN N PRIA WANITA 25 50 BAIK % 67,57 79,37 N 10 10 SEDANG % 27,03 15,87 KURANG N 2 3 % 5,40 4,76 N 37 63 TOTAL % 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.2 didapatkan 50 responden (79,37%) dengan jenis kelamin wanita memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 25 responden (67,57%) dengan jenis kelamin pria.

Tabel 5.2.3.

Distribusi Suku Bangsa Responden Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

SUKU BANGSA N BETAWI SUNDA JAWA PADANG BATAK LAIN-LAIN 21 13 34 2 3 2

BAIK % 70 86,67 79,07 50 60 66,67 N 5 2 9 1 2 1

SEDANG % 16,67 13,33 20,93 25 40 33,33

KURANG N 4 0 0 1 0 0 % 13,33 0 0 25 0 0 N 30 15 43 4 5 3

TOTAL % 100 100 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.3 didapatkan 34 responden (79,07%) dengan suku bangsa Jawa memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 2 responden (50%) dengan suku bangsa Padang.

54

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel 5.2.4. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD PENDIDIKAN TERAKHIR N SD SMP SMA D3/S1 10 15 36 14 BAIK % 71,43 78,95 72 82,35 N 3 4 11 2 SEDANG % 21,43 21,05 22 11,77 KURANG N 1 0 3 1 % 7,14 0 6 5,88 N 14 19 50 17 TOTAL % 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.4 didapatkan 36 responden (72%) dengan pendidikan terakhir SMA memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 10 responden (71,43%) dengan pendidikan terakhir SD.

Tabel 5.2.5.

Distribusi Pekerjaan Responden Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

PEKERJAAN N

BAIK % 84.8 40 61.11 75 73.33 N 6 3 4 4 3

SEDANG % 13 60 22.22 25 20

KURANG N 1 0 3 0 1 % 2.2 0 16.67 0 6.67 N 46 5 18 16 15

TOTAL % 100 100 100 100 100

Ibu Rumah Tangga Pelajar Karyawan Swasta Wiraswasta Lain-lain

39 2 11 12 11

Berdasarkan Tabel 5.2.5 didapatkan 39 responden (84.8%) dengan pekerjaan ibu rumah tangga memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan 2 responden (40%) dengan status pelajar.

55

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel 5.2.6. Distribusi Penghasilan Keluarga Responden Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD PENGHASILAN KELUARGA N < Rp 800.000 Rp 800.000 Rp1.500.000 >Rp 1.500.000 21 30 24 BAIK % 75 83.34 66.67 N 6 5 9 SEDANG % 21.43 13.88 25 KURANG N 1 1 3 % 3.57 2.78 8.33 N 28 36 36 TOTAL % 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.6 didapatkan 30 responden (83.34%) dengan penghasilan keluarga Rp 800.000 Rp 1.500.000 per bulan memiliki pencegahan DBD yang baik dibandingkan dengan 21 responden (75%) dengan penghasilan <Rp. 800.000

Tabel5.2.7.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit DBD Terhadap pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

PENYEBAB DEMAM BERDARAH DENGUE N a. Nyamuk b. Bakteri c. Virus 70 3 2

BAIK % 74.47 100 66.67 N

SEDANG % 20.22 0 33.33

KURANG N 5 0 0 % 5.31 0 0 N 94 3 3

TOTAL % 100 100 100

19 0 1

Berdasarkan Tabel 5.2.7 didapatkan 70 responden (74.47%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk dibandingkan dengan 2 responden (66.67%) yang menyatakan bahwa penyebab DBD adalah virus.

56

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Nyamuk Yang Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD JENIS NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE a. Mansonia sp b. Anopheles c. Culex sp d. Aedes aegypti BAIK N 3 2 0 70 % 60 66.67 0 76.08 N 1 1 0 18 SEDANG % 20 33.33 0 19.57 KURANG N 1 0 0 4 % 20 0 0 4.35 N 5 3 0 92 TOTAL % 100 100 0 100

Berdasarkan Tabel 5.2.8 didapatkan 70 responden (76,08%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti dibandingkan 2 responden (66,67%) yang menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Anopheles.

Tabel5.2.9.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Ciri Nyamuk Yang Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

CIRI NYAMUK YANG MENULARKAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE a. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang cokelat b. Tubuh seluruh berwarna hitam c. Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih d. Tubuh seluruhnya berwarna coklat

PENCEGAHAN DBD BAIK N 23 2 49 1 % 79,3 50 74,3 100 N 5 2 13 0 SEDANG % 17,3 50 19,7 0 KURANG N 1 0 4 0 % 3,4% 0 6 0 N 29 4 66 1 TOTAL % 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.9 didapatkan 49 responden (74,3%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa ciri nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih dibandingkan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa ciri nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah dengan tubuh seluruhnya bewarna coklat.
57

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.10. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Waktu Aktifitas Nyamuk Yang Menularkan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD WAKTU NYAMUK DEMAM BERDARAH BEREDAR N a. Siang dan Malam b. Pagi dan Sore c. Malam d. Sepanjang hari 4 62 1 8 BAIK % 57,2 78,5 100 61,5 N 3 14 0 3 SEDANG % 42,8 17,7 0 23,1 KURANG N 0 3 0 2 % 0 3,8 0 15,4 N 7 79 1 13 TOTAL % 100 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.10 didapatkan 62 responden (78,5%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa waktu aktifitas nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah pagi dan sore dibandingkan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa aktivitas nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah saat malam hari.

Tabel5.2.11.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Penularan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

CARA PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE a. Melalui suntikan b. Kontak langsung dengan penderita c. Gigitan nyamuk d. Makanan/minum yang dihinggapi lalat

BAIK N 1 0 74 0 % 100 0 75,5 0 N 0 1

SEDANG % 0 100 19,4 0

KURANG N 0 0 5 0 % 0 0 5,1 0 N 1 1 98 0

TOTAL % 100 100 100 0

19 0

Berdasarkan Tabel 5.2.11 didapatkan 74 responden (75,5%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui suntikan.

58

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tempat

Perkembangbiakan Nyamuk DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN NYAMUK DBD a. Air jernih yang tergenang b. Benda yang tergantung dalam rumah c. Sembarang tempat d. Air kotor yang tergenang 5 25 100 65,8 0 11 0 28,9 0 2 0 5,3 5 38 100 100 4 100 0 0 0 0 4 100 BAIK N % N SEDANG % KURANG N % N TOTAL %

41

77,4

17

5,6

53

1001

Berdasarkan Tabel 5.2.12 didapatkan 41 responden (77,4%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang dibandingkan dengan 4 responden (100%) yang menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah benda yang tergantung rumah. dalam

Tabel5.2.13.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Gejala dan Tanda Dari Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

TANDA DARI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE N a. Demam dan bintikbintik kemerahan b. Gatal-gatal pada kulit c. Diare d. Sedikit buang air kecil 0 0 0 75

BAIK % 75 0 0 0 N

SEDANG % 20 0 0 0

KURANG N 5 0 0 0 % 5 0 0 0 N 100 0 0 0

TOTAL % 100 0 0 0

20 0 0 0

Berdasarkan Tabel 5.2.13 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan.
59

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penanganan Awal DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENANGANAN AWAL YANG DAPAT DILAKUKAN BAGI SESEORANG YANG TERKENA PENYAKIT DBD a. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan b. Diberi jamu/obat tradisional c. Diberi jus jambu biji d. Tidak perlu diberikan apa-apa 12 0 70,58 0 4 0 23,52 0 1 0 5,9 0 17 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 63 75,9 16 19,28 4 4,82 83 100 PENCEGAHAN DBD BAIK N % N SEDANG % KURANG N % N TOTAL %

Berdasarkan Tabel 5.2.14 didapatkan 63 responden (75,9%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan dibandingkan 12 responden 70,58) yang memilih memberikan jus jambu biji.

Tabel5.2.15.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program 3M PLUS Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

PROGRAM 3M PLUS N a. Membakar, Menguras, Menutup, Memmelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate b. Mengubur, Menguras, Menutup, Memeihara 8

BAIK % N

SEDANG %

KURANG N % N

TOTAL %

61,54

30,76

7,7

13

100

50

81,96

14,76

3,28

61

100

60

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate c. Mengubur, Menguras, Membersihkan, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate d. Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate

14

77,78

16,67

5,55

18

100

37,5

50

12,5

100

Berdasarkan Tabel 5.2.15 didapatkan 50responden (81,96%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan dari 3M Plus adalah Mengubur, Menguras, Menutup, Memeihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate lebih baik dibandingkan 3 responden (37,5%) yang menjawab Menyemprot, Menguras, Mengubur, Memelihara ikan pemakan jentik, Menabur bubuk abate.

Tabel5.2.16.

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Program PSN Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

PROGRAM PSN N a.Pembasmian Sarang Nyamuk b.Penyemprotan Sarang Nyamuk c.Pemberantasan Sarang Nyamuk 35 19 21

BAIK % N

SEDANG %

KURANG N % N

TOTAL %

84

25

100

73,07

19,23

7,7

26

100

71,43

13

26,53

2,04

49

100

Berdasarkan Tabel 5.2.16 didapatkan lebih dari 35 responden (71,43%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk lebih baik dibandingkan dengan 19 responden (73,07%) yang menjawab Penyemprotan Sarang Nyamuk

61

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.17. Distribusi Sikap Responden Tentang Kaleng Bekas Dan Pecahan Botol Yang Sudah Tidak Digunakan Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
KALENG BEKAS DAN PECAHAN BOTOL YANG SUDAH TIDAK DIGUNAKAN LAGI N a. Dibakar b. Dibiarkan saja c. Dikubur 4 1 70 PENCEGAHAN DBD BAIK % 57,14 100 76,09 N 3 0 17 SEDANG % 42,86 0 18,48 KURANG N 0 0 5 % 0 0 5,43 N 7 1 92 TOTAL % 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.17 didapatkan 70 responden (76,09%) dengan pencegahan DBD yang baik menyatakan bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur dibandingkan 1 responden (100%) dengan menyatakan sebaiknya dibiarkan saja.

Tabel5.2.18.

Distribusi Sikap Responden Tempat Penampungan Air/Gentong Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENAMPUNGAN AIR/GENTONG DI RUMAH N a. Menutup tempat penampungan tersebut b. Membiarkan terbuka c. Tidak peduli 3 0 72

PENCEGAHAN DBD BAIK % N SEDANG % KURANG N % N TOTAL %

74,23

20

20,62

5,15

97

100

100 0

0 0

0 0

0 0

0 0

3 0

100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.18 didapatkan 72 responden (74,23%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat penampungan air/gentong dirumah sebaiknya ditutup dibandingkan 3 responden (100%) yang menyatakan sebaiknya dibiarkan terbuka.

62

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.19. Distribusi Sikap Responden Tentang Tentang Waktu Menguras Bak Mandi di Rumah Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
FREKUENSI MENGURAS BAK MANDI DI RUMAH N a. Menguras jika sudah sangat kotor b. Menguras minimal 1 kali seminggu c. Menguras 2 minggu sekali 10 55,56 7 38,88 1 5,56 18 100 64 81,01 11 13,92 4 5,07 79 100 1 PENCEGAHAN DBD BAIK % 33,33 N 2 SEDANG % 66,67 KURANG N 0 % 0 N 3 TOTAL % 100

Berdasarkan Tabel 5.2.19 didapatkan 64 responden (81,01%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa bak mandi dirumah sebaiknya dikuras minimal 1 kali seminggu dibandingkan 1 responden (33,33%) yang menyatakan sebaiknya dikuras jika sudah sangat kotor.

Tabel5.2.20.

Distribusi Sikap Responden Tentang Partisipasi Sebagai Petugas Jumantik Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

KESEDIAAN MENJADI PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) N a. Bersedia dengan senang hati b. Menolak dengan alasan buang-buang waktu dan tenaga c. Mempertimbangkannya untuk lain waktu 13 1 61

PENCEGAHAN DBD BAIK % 79,22 N 12 SEDANG % 15,58 KURANG N 4 % 5,2 N 77 TOTAL % 100

100

100

59,1

36,36

4,54

22

100

Berdasarkan Tabel 5.2.20 didapatkan 61 responden (79,22%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas puskesmas untuk menjadi petugas JUMANTIK dibandingkan 1 responden (100%) yang menyatakan akan menolak dengan alasan buang-buang waktu dan tenaga.

63

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.21. Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Jumantik yang Akan Memeriksa di Rumah Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) YANG AKAN MEMERIKSA RUMAH N a. Mengunci pintu rumahnya b. Mempersilahkannya c. Mengusir petugas tersebut 74 0 74.74 0 20.21 0 20 0 5 0 5.05 0 99 0 100 0 1 PENCEGAHAN DBD BAIK % 100 N 0 SEDANG % 0 KURANG N 0 % 0 N 1 TOTAL % 100

Berdasarkan Tabel 5.2.21 didapatkan 74 responden (74.74%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas JUMANTIK apabila datang untuk memeriksa rumah dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan akan mengunci pintu rumahnya ketika petugas JUMANTIK datang.

Tabel5.2.22.

Distribusi Sikap Responden Tentang Bubuk Abate Yang Dibagikan Petugas Jumantik Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

BUBUK ABATE YANG DIBAGIKAN OLEH PETUGAS JUMANTIK (JURU PEMANTAU JENTIK) a. Disimpan saja b. Ditaburkan ke tempat penampungan air c. Diberikan kepada tetangga

PENCEGAHAN DBD BAIK N 0 75 % 0 75 N 0 20 SEDANG % 0 20 KURANG N 0 5 % 0 5 N 0 100 TOTAL % 0 100

Berdasarkan Tabel 5.2.22 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan menebarkan bubuk abate ketempat penampungan air apabila diberikan oleh petugas JUMANTIK.

64

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Tabel5.2.23. Distribusi Sikap Responden Tentang Anggota Keluarga Yang Dicurigai Terjangkit Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
ANGGOTA KELUARGA YANG DICURIGAI TERJANGKIT PENYAKIT DBD a. Diberi jus jambu biji b. Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan c. Dibiarkan saja 0 0 0 0 0 0 0 0 66 80.48 13 15.86 3 3.66 82 100 PENCEGAHAN DBD BAIK N 9 % 50 N 7 SEDANG % 38.88 KURANG N 2 % 11.12 N 18 TOTAL % 100

Berdasarkan Tabel 5.2.23 didapatkan 66 responden (80.48%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai menderita DBD dibandingkan dengan 9 responden (50%) menyatakan akan memberi jus jambu biji.

Tabel5.2.24.

Distribusi Sikap Responden Tentang Petugas Kesehatan Yang Akan Melakukan Pengasapan/Fogging Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PETUGAS KESEHATAN YANG AKAN MELAKUKAN PENGASAPAN/FOGGING DI RUMAH a. Mengusir petugas tersebut b. Mempersilahkannya c. Mengunci pintu dan menutup semua jendela

PENCEGAHAN DBD BAIK N 1 73 1 % 14.29 80.21 50 N 1 18 1 SEDANG % 14.29 19.79 50 KURANG N 5 0 0 % 71.42 0 0 N 7 91 2 TOTAL % 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.24 didapatkan 73 responden (80,21%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan yang akan melakukan pengasapan/fogging di rumah dibandingkan 1 responden (14,29%) yang menyatakan akan mengusir petugas tersebut.
65

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

Tabel5.2.25.

Distribusi Sikap Responden Penyuluhan Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012

PENYULUHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE a. Mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD b. Sekedar mengikuti c. Tidak ikut karena buang-buang waktu saja

BAIK N 74 0 1 % 76,3 0 100

PENCEGAHAN DBD SEDANG N % 20 0 0 20,6 0 0

KURANG N % 3 2 0 3,1 100 0

TOTAL N 97 2 1 % 100 100 100

Berdasarkan Tabel 5.2.25 didapatkan 74 responden (76,3%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan sebaiknya mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD apabila diadakan penyuluhan di lingkungannya dibandingkan dengan 1 responden (100%) yang menyatakan tidak akan ikut karena buang-buang waktu saja.

Tabel5.2.26.

Distribusi Sikap RespondenTentang Anggota Keluarga Yang Menderita Penyakit DBD Terhadap Pencegahan DBD di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Tahun 2012
PENCEGAHAN DBD

ANGGOTA KELUARGA ATAUPUN WARGA DI LINGKUNGAN YANG SUDAH DINYATAKAN MENDERITA DBD a. Melaporkan ke RT / Petugas kesehatan setempat b. Menunggu orang lain untuk melapor ke RT / Petugas kesehatan c. Mendiamkan saja

BAIK

SEDANG

KURANG

TOTAL

73

75,2

19

19,6

5,2

97

100

66,7

33,3

100

Berdasarkan Tabel 5.2.26 didapatkan 73 responden (75,2%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan akan melaporkan ke RT/petugas kesehatan apabila ada anggota keluarga ataupun warga di lingkungan yang dinyatakan menderita DBD

66

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 dibandingkan dengan 2 responden (66,7%) yang menyatakan akan menunggu orang lain untuk melapor ke RT/Petugas kesehatan.

67

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

BAB VI PEMBAHASAN

1.

ANALISA TABEL UNIVARIAT TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI KARAKTERISTIK

6.1.1 ANALISA

MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012 Dari hasil pengolahan analisis univariat Tabel I Berdasarkan dari tabel 5.1.1. didapatkan 40 responden (40%) berusia > 40tahun. Ini menunjukkan bahwa

responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data dari Departemen Kesehatan pada tahun 2009 dikatakan bahwa komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, adalah penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 26,96%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,12% (depkes.go.id.profil kesehatan Indonesia 2009). Didapatkan 62 responden (62%) berjenis kelamin wanita. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Secara nasional, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 2011 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk lakilaki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 101 laki-laki. Lebih banyaknya responden wanita dapat terjadi dikarenakan lebih banyaknya wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga mempunyai waktu untuk datang ke puskesmas Duren Sawit.

Didapatkan 42 responden (42%) bekerja sebagai ibu rumah tangga.Santoso dalam penelitiannyajuga mendapati karakteristik pekerjaan bahwa hanya 1% yang bekerja sebagai PNS. Sedikit berbeda denganyang diungkapkan Marlina (2005) menunjukkan responden yang bekerja sebagaiibu rumah tangga sebanyak 32,3%. Dan sebanyak 43 responden (43%) ber-suku Jawa. Hal ini dapat terjadi

mengingat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah
68

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota. Namun tidak dapat dikatakan bahwa suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik karena menurut Hasil Penelitian Hasanah (2006) maupun Probini (2008)pencegahan dan pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap seseorang. Didapatkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden (50%) terakhirnya adalah SMA. (depkes.go.id.peta kesehatan Indonesia2008) Didapatkan bahwa didapatkan 34 responden (34%) memiliki penghasilan keluarga Rp 800.000 Rp 1.500.000 perbulan.. Hal ini menunjukkan penghasilan berada pada rata-rata upah minimum regional DKI Jakarta. pendidikan

6.1.2

ANALISA

TABEL

UNIVARIAT

DISTRIBUSI

PENGETAHUAN

MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012 Berdasarkan dari tabel 5.1.7. didapatkan 94 responden (94%) menyatakan penyebab Demam Berdarah Dengue adalah Nyamuk. Kesalahpahaman ini mungkin terjadi karena kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media. Penyebab dari DBD sendiri adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan serangga. Florensi (2004) memberikan hasil yang berbeda yakni sebanyak 52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42% lainnya menjawab nyamuk. Berdasarkan dari tabel 5.1.8. didapatkan 83 responden (83%) menyatakan Jenis Nyamuk yang Menularkan Penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. ( http://id.wikipedia.org) Berdasarkan dari tabel 5.1.9. didapatkan 65 responden (65%) menyatakan Warna Nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Sering disebut si belang karena tubuhnya ada spot putih di beberapa tempat baik ditubuh maupun kaki. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua
69

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang. (http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti) Berdasarkan dari tabel 5.1.10. didapatkan 78 responden (78%) menyatakan Waktu Nyamuk Demam Berdarah Dengue Beredar adalah pada Pagi dan Sore. Masa menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8 hingga 10 dan sore hari dari pukul 3 hingga 5. Nyamuk aedes aegypti memiliki siklus hidup yang berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini lebih suka berkelana mencari mangsanya di siang hari dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang manusia pada malam hari. Berdasarkan Tabel 5.1.11 didapatkan 97 responden (97%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit DBD. Cara penyebaran adalah melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi. Virus akan terbawa dalam kelenjar ludah nyamuk, kemudian nyamuk akan menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus juga akan berpindah kesehatan) Berdasarkan dari tabel 5.1.12 didapatkan 54 responden (54%) menyatakan Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Air Jernih Yang Tergenang. Demam Berdarah ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (betina) yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got / comberan yang berair kotor. Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang berada di lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung kelapa dan lainnya. (WHO, 2009 demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan, EGC, Jakarta) Berdasarkan dari tabel 5.1.13 didapatkan 93 responden (93%) menyatakan Tanda Dari Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Demam dan bintik-bintik kemerahan. Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak,
70

ke orang tersebut. (http://kumpulan.info/sehat/artikel-

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam ini hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit (echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadangkadang dapat terjadi perdarahan yang masif yang dapat berakhir dengan kematian. Berdasarkan dari tabel 5.1.14. didapatkan 77 responden (77%) menyatakan

Penanganan Awal Yang Dapat Dilakukan Bagi Seseorang Yang Terkena Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu). Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Namun, Gejala-gejala demam berdarah dengue tersebut bisa berbeda-beda antara penderita yang satu dengan yang lain. Untuk memastikan seseorang menderita demam berdarah dengue atau tidak, periksakan penderita ke dokter jika mengalami demam tinggi. Penanganan sejak dini akan mengurangi resiko kematian yang bisa diakibatkan oleh penyakit demam berdarah dengue ini.

(http://www.litbang.depkes.go.id) Berdasarkan dari tabel 5.1.15. didapatkan 57 responden (57%) menyatakan Kepanjangan dari Program 3M adalah Mengubur, Menguras, Menutup. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, mengubur. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

(http://www.litbang.depkes.go.id)
71

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan dari tabel 5.1.16. didapatkan 45 responden (45%) menyatakan kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk.

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. (Depkes RI, 2005). Tujuan PSN DBD adalah mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. (Depkes RI, 2005).

6.1.3 ANALISA TABEL UNIVARIAT DISTRIBUSI SIKAP MASYARAKAT DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2011 Berdasarkan dari tabel 5.1.17. didapatkan 93 responden (93%) menyatakan Kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur. Media perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yakni adanya air jernih yang tergenang dan tidak berhubungan dengan tanah cenderung meningkat dan banyak tersedia di saat musim penghujan, hal ini dikarenakan banyaknya tempat-tempat yang dapat menampung air yang terisi air hujan, sehingga menjadi media yang sangat baik bagi nyamuk Aedes Aegypti. Tempat-tempat yang dapat menampung air hujan walau sedikit, seperti ban bekas, kaleng, batok kelapa, gelas aqua, sampah plastik, dsb. harus dikubur, diamankan atau dibuang ke tempat pembuangan sampah. Jangan dibuang sembarangan, ke lahan kosong, dsb di sekitar rumah, karena masih akan menjadi ancaman. Air tergenang walaupun sedikit tetap menjadi media perkembangbiakan nyamuk. (http://dinkes.bontangkota.go.id) Berdasarkan dari tabel 5.1.18. didapatkan 92 responden (92%) menyatakan menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah. Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. (http://id.wikipedia.org) Berdasarkan dari tabel 5.1.19. didapatkan 76 responden (76%) menyatakan Menguras Bak mandi di rumah I kali seminggu. "Gerakan 3M" adalah kegiatan yang dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat untuk memutuskan rantai
72

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes Aegypti, penular penyakit DBD. Daur hidup nyamuk Aedes Aegypti terdiri dari : telur, jentik dan kepompong. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari telur sampai menjadi dewasa pada tempat yang bersuhu 27 oC dan kelembaban udaranya 80 % kurang lebih 10 hari. Telur,jentik dan kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akan mati bila airnya dibuang ke dalam got atau tempat pembuangan air lainnya. Agar supaya telur,jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi nyamuk, maka perlu dilakukan 3M secara teratur sekurang-kurangnya seminggu seperti menguras bak mandi seminggu sekali. Berdasarkan dari tabel 5.1.20. didapatkan 74 responden (74%) menyatakan Bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi JUMANTIK (Juru Pantau Jentik). Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Berdasarkan dari tabel 5.1.21. didapatkan 98 responden (98%) menyatakan mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa rumah. Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Warga tidak boleh menolak para petugas juru pemantau jentik (Jumantik). Sebab tugas mereka justru ikut membantu warga guna mencegah penyebaran jentik nyamuk aedes aegepty penyebab demam berdarah dengue (DBD). Jika warga menolak berarti tidak mendukung upaya pemerintah mencegah penyakit mematikan itu.
73

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan dari tabel 5.1.22. didapatkan 99 responden 99%) menyatakan akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pantau Jentik) ke tempat penampungan air. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam takaran yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan terlarut merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air. Diantaranya ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran yang digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G. (WHO, 2009, Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan, EGC, Jakarta). Berdasarkan dari tabel 5.1.23. didapatkan 82 responden (82%) menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD. Penanganan awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 31 tablet/hari). Dan yang paling penting harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit. Berdasarkan dari tabel 5.1.24. didapatkan 97 responden (97%) menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di rumah. Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada
74

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Berdasarkan dari tabel 5.1.25. didapatkan 97 responden (97%) menyatakan apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD. Demam berdarah dapat menyerang secara serentak di suatu wilayah dan faktor kejadian luar biasa hingga menyebabkan kematian. Salah satu faktor penyebab akibat kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Karena itu penyuluhan tentang Demam Berdarah sangat penting dilakukan. Berdasarkan dari tabel 5.1.26. didapatkan 95 responden (95%) menyatakan melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit DBD di lingkungan mengingat Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk menggigit orang sehat, virus pun menular. Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. Jarak terbang di literatur antara 50-100 meter.

2. ANALISIS TABEL BIVARIAT 6.2.1 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI KARAKTERISTIK

MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012 Dari hasil pengolahan analisis Bivariat Tabel didapatkan bahwa 34responden ( 82,93%) berumur >40 tahun dengan pencegahan DBD baik. Ini menunjukkan bahwa responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data dari departemen kesehatan pada tahun 2010 dikatakan bahwa komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, adalah penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 26,96%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 67,92% dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,12% (depkes.go.id.profil kesehatan Indonesia 2009).Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan

75

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka (Dina Marini, 2009). Sebanyak 50 responden (79,37%) berjenis kelamin wanita.Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Secara nasional, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 101, yang artinya jumlah penduduk lakilaki satu persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, atau setiap 100 perempuan terdapat 101 laki-laki.

Sebanyak 34 responden

(79,07%)

ber-suku Jawa. Hal ini dapat terjadi

mengingat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota. Namun tidak dapat dikatakan bahwa suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik karena menurut Hasil Penelitian Hasanah (2006) maupun Probini (2008)pencegahan dan pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap seseorang. Didapatkan bahwa 36 responden (72%) pendidikan terakhirnya adalah SMA dengan pencegahan DBD baik. Sistem pendidikan di Indonesia, dibedakan menjadi: (a) TingkatPra Sekolah, (b) Tingkat Sekolah Dasar, (c) Tingkat Sekolah Menengah Pertama, (d) Tingkat Sekolah Menengah Atas, (e) Tingkat Perguruan Tinggi. Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan Perbedaan pengetahuan dasar kesehatan. Namun hasil penelitian Proborini (2008) menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kegiatan 3M, dengan kata lain kegiatan 3M tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu rumah tangga. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang didapat oleh peneliti, mungkin dikarenakan karakteristik responden dan lokasi penelitian yang berbeda . Sebanyak 39 responden (84,8%) bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki pencegahan DBD baik karena kebanyakan dari responden adalah wanita sehingga mereka memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan aktifitas rumah tangga terutama menyangkut kebersihan rumah.

76

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Didapatkan bahwa didapatkan bahwa 30 responden (83,34%) memiliki

penghasilan keluarga Rp 800.000 Rp 1.500.000 perbulan dengan pencegahan DBD baik. Hal ini menunjukkan penghasilan berada pada rata-rata upah minimum regional DKI Jakarta.

6.2.2 ANALISA

TABEL

BIVARIAT

DISTRIBUSI

PENGETAHUAN

MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012 Berdasarkan Tabel 5.2.7 didapatkan 70 responden (74,47%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penyebab DBD adalah nyamuk. Menurut penelitian Dina Marini di daerah padang bulan-Sumut (2009) didapatkan 82.2% responden menjawab penyebab DBD adalah nyamuk, bukan virus. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan dalam penyerapan informasi yang disampaikan oleh media. Berdasarkan Tabel 5.2.8 didapatkan 70 responden (76,08%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti. Virus dengue ini dibawah melalui nyamuk Aedes aegypti dan menulari manusia melalui gigitannya. Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).(http://www.litbang.depkes.go.id) Berdasarkan Tabel 5.2.9 didapatkan 49 responden (74,3%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa warna dari nyamuk DBD adalah tubuh hitam dengan belang-belang putih. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini Berdasarkan Tabel 5.2.10 didapatkan 62 responden (78,5%) dengan

pencegahan DBD baik menyatakan bahwa waktu peredaran nyamuk DBD adalah pagi dan sore. Puncak keaktifan nyamuk penyebar virus DBD itu terjadi antara pukul 08.00-09.00 pagi dan 16.00-17.00.

77

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 5.2.11 didapatkan 74 responden (75,5%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk. Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Berdasarkan Tabel 5.2.12 didapatkan 41 responden (77,4%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang. Nyamuk betina dewasa hanya bertelur di tempat genangan air jernih dan tidak bersarang di air got dan semacamnya. Nyamuk aedes dapat berkembang di dalam air bersih yang menggenang lebih dari lima hari. Siklus perkembangbiakan nyamuk berkisar antara 10-12 hari. Berdasarkan Tabel 5.2.13 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintikbintik kemerahan. Peneliti berasumsi bahwa responden yang menjawab demikian karena gambaran demam DBD adalah pelana kuda, yakni suhu yang meningkat tibatiba, lalu tetap tinggi selama kurang lebih 3 hari lalu pada hari ke-4 demam baru akan turun dan kembali demam pada hari ke-6. Jadi karena adanya fase demam yang tingi terus menerus sehingga banyak yang menjawab ciri demam pada DBD adalah suhunya tinggi terus-menerus. Berdasarkan Tabel 5.2.14 didapatkan 63 responden (75,9%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan. Berdasarkan literature, Penanganan awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 31 tablet/hari). Dan yang paling penting Harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit. Berdasarkan Tabel 5.2.15 didapatkan 50 responden (81,96%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan dari 3 M adalah Mengubur, Menguras, Menutup. Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk
78

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur. Berdasarkan Tabel 5.2.16 didapatkan 35 responden (71,43%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kepanjangan PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk. PSN secara umum adalah melakukan gerakan 3M yaitu menguras bak air, menutup tempat yang mungkin menjadi sarang berkembang biak nyamuk, mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air. Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap periode waktu tertentu. Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty tidak bisa bertelur. Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan.

6.2.3 ANALISA TABEL BIVARIAT DISTRIBUSI SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN DBD DI KECAMATAN DUREN SAWIT TAHUN 2012 Berdasarkan Tabel 5.2.17 didapatkan 70 responden (76,09%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur. Dari hasil penelitian Dina Marini (2009) diperoleh 77,8% responden bersikap akan mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat mengganggu keindahan. Hal
79

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 inimerupakan indikator harus adanya stimulus yang tidak baik dulu, baru akan ada respon dari masyarakat yaitu berupa sikap. Berdasarkan Tabel 5.2.18 didapatkan 72 responden (74,23%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa tempat penampungan air/gentong dirumah sebaiknya ditutup. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M, salah satunya ialah menutup.Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur. Hasil penelitian Dina Marini (2009) diperoleh tindakan menutup tempat penampungan air ada 83,3% responden yang melakukannya. Marlina (2005) juga menunjukkan hasil yang sama yakni sebanyak 77,6% yang melakukan penutupan tempat penampungan air. Berdasarkan Tabel 5.2.19 didapatkan 64 responden (81,01%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bahwa bak mandi dirumah sebaiknya dikuras 1 kali seminggu. Ini menunjukkan bahwa masyarakat telah mengetahui bahwa nyamuk Aedes aegyptu dapat berkembangbiak di tempat penampungan air dalam rumah/bak mandi. Berdasarkan Tabel 5.2.20 didapatkan 61 responden (79,22%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas puskesmas untuk menjadi petugas Jumantik. Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal Berdasarkan Tabel 5.2.21 didapatkan 74 responden (74,74%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas JUMANTIK apabila datang untuk memeriksa rumah. Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara
80

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 sukarela mau bertanggung jawab untuk malakukan pemantauan jentik nyamuk DBD aedes aegypti di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan berkesinambungan. Jumantik harus mendapatkan pelatihan khusus jumantik dan tinggal di dekat wilayah pantau jentik nyamuk DBD. Pemantauan dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya jumat) pada pukul pagi hari. Jika ditemukan jentik nyamuk maka petugas berhak memberi peringatan kepada penghuni / pemilik untuk membersihkan atau menguras agar bersih dari jentik. Jumantik lalu membuat catatan dan laporan yang diperlukan untuk dilaporkan ke kelurahan dan kemudian dari kelurahan dilaporkan ke instansi terkait atau vertikal. Berdasarkan Tabel 5.2.22 didapatkan 75 responden (75%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan menebarkan bubuk abate ketempat penampungan air apabila diberikan oleh petugas Jumantik. Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Menutup rapatrapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty tidak bisa bertelur. Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan. Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa gerakan serentak, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan Tabel 5.2.23 didapatkan 66 responden (80,48%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai menderita DBD. Penanganan awal yang diberikan adalah memberi minum sebanyakbanyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh atau air minum lainnya, dapat juga dengan oralit, Berikan kompres air dingin atau es, Berikan obat penurun panah misalnya parasetamol (dosis anak-anak 10-20 mg/Kg BB per hari; dewasa; 31 tablet/hari). Dan yang paling penting Harus segera dibawa ke dokter, petugas puskesmas pembantu, bidan desa, perawat pembina desa, Puskesmas atau Rumah Sakit

81

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 5.2.24 didapatkan 73 responden (80,21%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan yang akan melakukan pengasapan/fogging dirumah. Pencegahan dengan pengasapan hanya dapat menghalau atau membunuh nyamuk betina dewasa tetapi tidak dapat membunuh larvanya. Pengasapan menggunakan insektisida Malathion 4 persen dicampur solar, hanya dapat membunuh nyamuk-nyamuk dewasa pada wilayah radius 100-200 meter di sekitarnya dan efektif hanya untuk satu-dua hari. Sementara, siklus pertumbuhan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 10 hari. Sehingga tidak cukup dilakukan satu kali penyemprotan saja. Berdasarkan Tabel 5.2.25 didapatkan 74 responden (76,3%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD apabila diadakan penyuluhan di lingkungannya. Demam berdarah dapat menyerang secara serentak di suatu wilayah dan factor kejadian luar biasa hingga menyebabkan kematian. Salah satu faktor penyebab akibat kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Karena itu penyuluhan tentang Demam Berdarah sangat penting dilakukan. Terbentuknya perilaku baru pada seseorang dimulai dari seseorang tahu dahulu terhadap stimuli yang berupa materi atau obyek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada seseorang tersebut. Menurut Azwar S (2003) karakteristik sikap mempunyai arah yang terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu apakah setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang setuju, mendukung dan memihak teradap suatu obyek sikap, berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Hasana (2006), Proborini (2008) dan Wardhanie (2009), dimana sikap merupakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan partisipasi dalam pencegahan dan pemberantasan DBD. Berdasarkan Tabel 5.2.26 didapatkan 73 responden (75,2%) dengan pencegahan DBD baik menyatakan kan melaporkan ke RT/petugas kesehatan apabila ada anggota keluarga ataupun warga di lingkungan yang dinyatakan menderita DBD. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit DBD di lingkungan mengingat Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika

82

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 nyamuk menggigit orang sehat, virus pun menular. Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. Jarak terbang di literatur antara 50-100 meter.

83

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Sebanyak 40 responden (40%) berusia >40 tahun dimana 34 responden (82.93%) memiliki pencegahan DBD yang baik dimana responden termasuk dalam kelompok usia produktif dimana menurut data Departemen Kesehatan Pada Tahun 2009 dikatakan bahwa komposisi penduduk indonesia menurut kelompok umur adalah penduduk yang berusia produktif 15-40 tahun. 2. Sebanyak 62 responden (62%) berjenis kelamin wanita dimana 50 responden (79.37%) diantaranya memiliki pencegahan DBD yang baik karena berdasarkan hasil sensus penduduk 2011 jumlah penduduk Indonesia 230.556.363 orang yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. 3. Sebanyak 43 responden (43%) ber-suku Jawa dimana 34 responden (79.04%) memiliki pencegahan DBD yang baik hal ini terjadi mengingat arus urbaninsasi dan perpindahan penduduk yang begitu tinggi di DKI Jakarta sebagai ibukota dan kota besar dengan anggapan bahwa akan lebih mudah untuk mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik di ibukota, namum tidak dapat dikatakan suku tertentu mempunyai pencegahan DBD yang lebih baik. 4. Didapatkan sebanyak 50 responden (50%) pendidikan terakhirnya adalah SMA dimana 36 responden (72%) diantaranya dengan memiliki pencegahan DBD yang baik karena menurut penelitian Hasanah, 2006 dan Probini, 2008 pencegahan dan pemberantasan DBD lebih dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan seseorang.
5.

Sebanyak 46 responden (46%) memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dimana 39 responden (84.8%) memiliki pencegahan DBD yang baik karena ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu untuk membaca, mendengarkan informasi dari berbagai media. Sebanyak 36 responden (36%) memiliki penghasilan keluarga Rp 800.000 Rp 1.500.000 perbulan dimana 30 responden (83.34%) diantaranya memiliki pencegahan DBD yang baik.
84

6.

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 7. Sebanyak 94 responden (94%) menyatakan penyebab demam berdarah dengue adalah nyamuk dimana sebanyak 70 responden (74.7%) memiliki pencegahan DBD yang baik karena walaupun yang mempunyai pencegahan baik mengatakan penyebab DBD adalah nyamuk namun hal tersebut masih salah karena penyebab penyakit DBD sebenarnya adalah virus. 8. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan cara penularan penyakit demam berdarah dengue adalah melalui gigitan nyamuk dimana 74 responden (75.5%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena nyamuk Aides Aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit DBD dan cara penyebarannya melalui nyamuk yang mengigit seseorang yang sudah terinfeksi. 9. Sebanyak 83 responden (83%) menyatakan jenis nyamuk yang menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti dimana 70 responden (76.08%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu nyamuk jenis Aedes Aegypti adalah nyamuk yang membawa virus DBD. 10. Terdapat 65 responden (65%) menyatakan warna nyamuk Demam Berdarah Dengue adalah Tubuh berwarna hitam dengan belang-belang putih dimana 49 responden (74.3%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu nyamuk aedes aegypti bertubuh hitam dengan belang-belang putih. 11. Sebanyak 78 responden (78%) menyatakan waktu nyamuk demam berdarah dengue beredar adalah pada pagi dan sore dimana 62 responden (78.5%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui penyebaran DBD pada pagi dan sore hari. 12. Sebanyak 54 responden (54%) menyatakan tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dengue adalah air jernih yang tergenang dimana 41 responden (77.4%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik sebagian besar mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk DBD adalah air jernih yang tergenang. 13. Sebanyak 93 responden (93%) menyatakan tanda dari penyakit demam berdarah dengue adalah demam dan bintik-bintik kemerahan dimana didapatkan 75 responden (75%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar tahu tanda dari penyakit DBD adalah demam dan bintik-bintik kemerahan. 14. Terdapat 77 responden (77%) menyatakan penanganan awal yang dapat dilakukan bagi seseorang yang terkena penyakit demam berdarah dengue adalah
85

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 diberi minum sebanyak-banyaknya dan dibawa ke dokter/fasilitas kesehatan dimana 63 responden (75.9%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagia besar tahu penanganan awal yang harus dilakukan ketika terkena penyakit DBD adalah diberi minum sebanyak-banyaknya dan di bawa ke dokter/fasilitas kesehatan. 15. Sebanyak 57 responden (57%) menyatakan kepanjangan dari program 3M adalah mengubur, menguras, menutup dengan 50 responden (81.96%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui kepanjangan program 3M adalah mengubur, menguras, menutup. 16. Sebanyak 45 responden (45%) menyatakan kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk dimana 35 responden (71.43%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik sebagian besar mengetahui kepanjangan dari program PSN adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk. 17. Sebanyak 93 responden (93%) menyatakan kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur dan 70 responden (76.09%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui bahwa kaleng bekas dan pecahan botol yang sudah tidak digunakan lagi sebaiknya dikubur. 18. Sebanyak 76 responden (76%) menyatakan menguras bak mandi di rumah minimal 1 kali seminggu dimana 64 responden (81.01%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mengetahui bahwa menguras bak mandi dirumah minimal 1 kali seminggu. 19. Sebanyak 92 responden (92%) menyatakan menutup tempat penampungan air/gentong yang terdapat di rumah dengan 72 responden (74.23%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian mengetahui menutup tempat

penampungan air/gentong yang terdapat di rumah. 20. Terdapat 98 responden (98%) menyatakan mempersilahkan petugas JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) bila akan memeriksa rumah dimana 74 responden (74.74%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar mempersilahkan petugas JUMANTIK bila akan memeriksa rumah. 21. Sebanyak 74 responden (74%) menyatakan bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas Puskesmas menjadi JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) dimana 61 responden (79.22%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian
86

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012 besar bersedia dengan senang hati apabila diajak oleh petugas puskesmas menjadi JUMANTIK. 22. Terdapat 99 responden (99%) menyatakan akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK (Juru Pantau Jentik) ke tempat penampungan air dimana 75 responden (75%) diataranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan menaburkan bubuk abate yang diberikan oleh petugas JUMANTIK. 23. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging di rumah, 73 responden (80.21%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan mempersilahkan petugas kesehatan untuk melakukan pengasapan/fogging dirumah. 24. Sebanyak 82 responden (82%) menyatakan memberi minum sebanyakbanyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai terjangkit penyakit DBD dimana 66 responden (80.48%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan memberi minum sebanyak-banyaknya dan membawa ke dokter/fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang dicurigai penyakit DBD. 25. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan melaporkan ke RT/Petugas kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga dilingkungan yang dinyatakan menderita DBD dimana 73 responden (75.2%) memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar akan melaporkan ke RT/Petugas Kesehatan setempat apabila ada anggota keluarga ataupun warga lingkungan yang dinyatakan menderita DBD. 26. Sebanyak 97 responden (97%) menyatakan apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikuti dan memahami tentang penyakit DBD dimana 74 responden (76.3%) diantaranya memiliki pencegahan DBD baik karena sebagian besar apabila diadakan penyuluhan tentang DBD maka akan mengikut dan memahami tentang penyakit DBD.

87

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

Saran
Saran untuk masyarakat Kecamatan Duren Sawit
1) Agar masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. 2) Agar masyarakat melaksanakan kegiatan 3M plus secara rutin sebagai upaya memberantas penyakit demam berdarah dengue. 3) Agar masyarakat berpartisipasi dengan sukarela dalam kegiatan PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) sebagai JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik) untuk bersama-sama memberantas nyamuk demam berdarah dengue di lingkungan rumah dan sekitar. 4) Agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan demam berdarah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat demam berdarah dengue.

Saran untuk Petugas Puskesmas Kecamatan Duren Sawit


1) Agar petugas puskesmas terus mengingatkan dan menolong masyarakat untuk terus memperhatikan serta menjaga kebersihan lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. 2) Agar petugas puskesmas memotivasi masyarakat dengan memberikan

penyuluhan-penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan demam berdarah dengue bagi masyarakat kecamatan Duren Sawit secara khusus tentang pentingnya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3) Agar petugas puskesmas menggalakkan masyarakat untuk terus melakukan kegiatan 3M plus secara rutin untuk mencegah dan memberantas

perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dengue. 4) Agar petugas puskesmas terus melaksanakan kegiatan PSN dengan melibatkan serta masyarakat kecamatan Duren Sawit untuk menjadi petugas JUMANTIK

88

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansyoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. Media Aesculapius FKUI. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 2. 2000; 419-427 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. 2003 3. Duma, Nicolas S., Arsin, A.A., dan Darmawansyah, Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengued di Kecamatan Baruga Kota Kendari .Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. 2007. Available from: http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis%20MAWAN.p df 4. Fathi., Soedjajadi K., dan Chatarina U.W., 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Fakultas KesehatanMasyarakatUNAIR.Availablefrom http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/an_4_2/03_JURNAL%20tesis%20MAWAN.p df 5. Hadinegoro Sri R.H, Soegijanto Soedeng: Tatalaksana Demam Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2001 6. Hadinegoro Sri R.H, Satari Hinra G: Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2004. 7. Marlina, Siti, 2005. Perilaku Keluarga terhadap Usaha Pencegahan Penyakit DBD di Lingkungan Rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua. Fakultas Kedokteran USU.2005 Available from: http://addy1571.wordpress.com/perilakukeluarga-terhadap-usaha-pencegahan-penyakit-dbd-di-lingkrumah/ 8. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, jilid I, Edisi ketiga.1998; 417-426. 9. Rampengan T.H, Dr., DSAK, Laurents I.R, Dr., DSA: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC. 1997; 135 157. Halaman 135-143. 10. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah jilid. 2 Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan ke enam 1991. 11. Sigarlaki, H.J.O, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Info Medika, 2003. 12. Sigarlaki, H.J.O, Epidemiologi. Jakarta : CV Info Medika, 2003. 89 CV

Laporan Penelitian Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Kecamatan Duren Sawit Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue Tahun 2012
Sri Rezeki H.Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, Suharyono Wuryadi, Thomas Suroso. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2001 13. Sri Rezeki H.Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. Demam Berdarah Dengue, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002 14. WHO, 2008. Dengue/DHF Situation of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever in the South East Asia Region Variable endemicity for DF/DHF in countries of SEA RegionAvailablefrom:http://www.searo.who.int/en/Section10/Section332_1100.htm.[ Accessed 10 Maret 2011] 15. WHO, 2009. Dengue Status in South East Asia Region: An Epidemiological Perspective. Available from: http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_dengueSEAR-2008.pdf . [Accessed 10 Maret 2011] 16. WHO, 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. [Accessed 10 Maret 2011] 17. www.indonesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya/ 18. www.organisasi.org/cara-jumantik-memberantas-nyamuk-demam-berdarah-denguedbd pengertian-juru-pemantau-jentik 19. www.teknologitinggi.wordpress.com/2008/03/19/nyamuk-penyebab-demamberdarah mampu-hidup-di-air-kotor/ 20. www.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti#pengendalian _vektor

90

Anda mungkin juga menyukai