Anda di halaman 1dari 27

Laporan tutorial

Tutor: dr. Raja Al-Fath Widyaswari

SISTEM KARDIOVASKULAR MODUL NYERI DADA SKENARIO III

DISUSUN OLEH : RAHMAWATI (K1A112010) (K1A112012) (K1A112014) (K1A112033) (K1A112044) (K1A112046) (K1A112051) (K1A112060) (K1A112090) (K1A112108) (K1A112116)

SRI HASRIANI HARIS

NORMAWATI RAHMAN ENDANG SRI RAHAYU USWAH HAERANI LD. ABDUL RAHIM

RABBYIATUL AL ADAWIA NIRMALAWATI LINAR LISNAWATI

WAHYU AUDITYA PRATAMA XENA POETRI XAVERYA RENGGA

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN

TIU : Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu memahami konsep-konsep dasar yang berhubungan dengan gejala nyeri dada dan mampu menegakkan diagnosis beberapa penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan nyeri dada sebagai keluhan utama. TIK : 1. Memahami peredaan keluhan nyeri dada yang dijumpai pada penyakit kardiovaskular dan penyakit non kardiovaskular. 2. Menentukan karakteristik nyeri dada tipikal dan atipikal. 3. Memahami hubungan antara nyeri dada dan struktur anatomi, histopatologi, dan patofisiologi dari penyakit kardiovaskular. 4. Memahaami hal-hal yang berhubungan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada penderita kardiovaskular dengan keluhan nyeri dada. 5. Memahami hubungan antara faktor resiko kardiovaskular dan penyakit kardiovaskular khususnya penyakit arteri koroner. 6. Menetukan jenis pemeriksaan dan prosedur diagnostik tertentu yang menunjang diagnosis penyakit kardiovaskular dengan gejala nyeri dada. 7. Mendeskripsikan prosedur terapi pada kelainan kardiovaaskular dengan nyeri dada sebagai keluhan utama. 8. Menentukan kemungkinan komplikasi yang timbul dari diagnosis. 9. Memahami tahapan resiko penyakit-penyakit kardiovaskular khususnya sindrom akut koroner. 10. Memahami prognosis dan metode pencegahan dari penyakit tersebut.

NYERI DADA SISTEM KARDIOVASKULAR

MODUL 2

Skenario 3 meleati dinding dada yang berat dan menyebar ke lengan. Sebelumnya dia merasa sehat, walaupun dia merokok 10 batang tiap hari. Pada pemeriksaan nampak dia terlihat pucat, dengan kulit dingin dan berkeringat. Nadinya Seorang pengemudi bus 60 tahun dibawah keruang gawat darurat dengan keluhan nyeri yang

lemah, dengan sekali-kali ekstrasistol (denyut ventrikuler ektopik). Tekanan darah arterial 90/75 mmHg. RS dengan diagnosa kerja infark miokard karena trombosis arteri koroner. Analisa plasma aminotransferase). trombus koroner dan dia juga telah memulai reguler aspirin dosis rendah. Kata sulit Dia telah diberikan oksigen dan morfin. Infus streptokinase telah disiapkan untuk melisiskan

Bunyi jantung normal. Pada EKG diperoleh gelombang Q besar dan elevasi segmen ST. Dia dimasukkan ke memperlihatkan peningkatan enzim jantung (laktat dehidroginase. Kretinin fosfokinase, aspartartat

1. Ekstrasistol adalah adanya fase istirahat saat pengisian ventrikel. 2. Gelombang Q besar 3. Elevasi segmen ST

4. Trombosis arteri koroner adalah plaq atherosclerosis yang terlepas akan meninggalkan lesi 5. Infark miokard adalah matinya jaringan akibat kekurangan suplai Oksigen. 6. Enzim jantung Laktat dehidroginase adalah enzim jantung yang diubah dari laktat menjadi piruvat. Kreatinin fosfokinase adalah enzim jantung yang mengubah ADP menjadi ATP. 7. Morfin adalah obat golongan opioid sebagai anti nyeri. Aspartartat aminotransferase yang nantinya akan ditutupi trombus.

8. Infus sterptokinase berfungsi untuk melisiskan trombus.

9. Reguler aspirin dosis rendah berfungsi untuk agregasi trombus. Kalimat kunci

1. Laki-laki umur 60 thn

2. Nyeri meleati dinding dada dan menyebar ke lengan 3. Merokok 10 batang perhari 4. Terlihat pucat, kulit dingin dan berkeringat 5. Nadinya lemah dan sekali-kali ekstrasistol

6. Tekanan darah arterial 90/75 mmHg 7. Bunyi jantung normal 8. Gelombang Q besar dan elevasi segmen ST 10. Peningkatan enzim jantung

9. Infark miokard karena trombosis arteri koroner 11. Telah diberikan oksigen dan morfin

12. Infus stertokinase untuk melisiskan trombus

13. Telah diberikan reguler aspirin dosis rendah Pertanyaan pertanyaan penting 2. Patogenesis atherosklerosis ?

1. Anatomi, histologi dan fisiologi kardiovaskular ? 3. Patomekanisme nyeri dada dan penjalarannya ? 5. Perbedaan nyeri dada tipikal dan atipikal ? 6. Patomekanisme gejala ?

4. Perbedaan nyeri dada kardiovaskular dan bukan kardiovaskular ?

7. Anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang ? 8. Mekanisme differential diagnosis dan diagnosis sementara ? 9. Faktor resiko diagnosis sementara ? 10. Manefestasi klinis diagnosis sementara ? 11. Penatalaksanaan diagnosis sementara ? Jawaban pertanyaan 1. Anatomi, histologi, dan fisiologi CV ? a. Anatomi kardiovaskular Jantung terletak dalam ruang mediastinum inferius rongga dada. Dibungkus oleh perikardium 12. Komplikasi, prognosis, dan pencegahan diagnosis sementara ?

yang terdiri dari dua lapisan yaitu pericardium visceralis dan pericardium parietalis. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh cairan pelumas untuk menghindari gesekan.

disebut miokardium, dan lapisan endotel yaitu endokardium.

Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan terluar (epikardium), lapisan tengah berupa otot Ruang jantung dibagi atas 4 bagian yaitu atrium kanan dan ventrikel kanan serta atrium kiri Jantung terletak pada :

dan ventrikel kiri. Masing-masing ruang dibatasi oleh septum dan katup. I. Tepi kiri atas terdapat pada ICS II pada lateral sternum.

II. Tepi kiri bawah terdapat pada ICS V di media linea midclavicula sinistra III. Tepi kanan atas terdapat pada ICS III pada tepi lateral sternum. IV. Tepi kanan bawah terdapat pada ICS VI pada tepi lateral sternum. Innervasi jantung

sinoatrialis, nodus atrioventrikularis dan fasciculus atrioventrikularis dan innervasi extrinsik yang dibentuk oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Serabut-serabut simpatis berasal dari dua sumber, yaitu secara langsung berasal dari ganglion

Innervasi cor dibagi menjadi innervasi intrinsik, yaitu sistem konduksi jantung berupa nodus

paravertebrale thoracal 1-5, disebut rami mediastinales, dan secara tidak langsung dari ganglion symphaticu, terdiri dari ganglion cervicale superius, ganglion cervicale medium, dan ganglion cervicale inferius (= ganglion cervicothoracicum.). Serabut-serabut saraf parasimpatis berasal dari nervus vagus, sebagai berikut : nervus laryngeus superoir ; recurrens ;

cervicale. Ganglion cervicale adalah ganglion paravertebrale yang merupakan bagian dari truncus

I. Ramus cardiacus superius yang dipercabangkan tepat setelah N.Vagus mempercabangkan II. Ramus cardiacus inferius yang dipercabangkan sewaktu N.Vagus mempercabangkan nervus III. Ramus cardiacothoracalis yang dipercabangkan di sebelah caudal nervus recurrens di dalam cavitas thoracis. Serabut-serabut saraf simpatis dan parasimpatis tersebut diatas membentuk plexus cardiacus, terdiri dari : I. Plexus cardiacus superficialis, yang terletak pada pangkal aorta di bagian konkaf dari arcus aorta, agak ke kanan dari ligamentum arteriosum Botalli. Menerima serabut-serabut saraf parasimpatis dari ramus cardiacus inferius sinister, dan menerima serabut saraf simpatis dari nervus cardiacus superius sinister. Dari plexus ini dipercabangkan cabang-cabang yang menuju ke plexus cardiacus profundus sinister dan plexus cardiacus profundus dexter, plexus coronarius dexter dan plexus pulmonalis anterior sinister.

II. Plexus cardiacus profundus, yang terletak pada pangkal aorta di sebelah dorsal, yaitu

berada di sebelah ventral bifurcatio trachea, di sebelah cranial bifurcatio arteria pulmonalis, di sebelah postero-medial arcus aorta. Plexus ini terdiri dari plexus cardiacus profundus

cardiacus dexter, nervus cardiacus medius dexter, nervus cardiacus inferius dexter dan rami

Plexus cardiacus profundus dexter menerima serabut-serabut saraf simpatis melalui nervus

dexter dan plexus cardiacus profundus sinister.

mediastinales 1-5 dextra. Menerima serabut saraf parasimpatis melalui ramus cardiacus superius dexter yang berjalan mengikuti arteri carotis communis dexter, arteria anonyma, dan tiba di sebelah dorsal arcus aorta; selain itu menerima juga ramus cardiacus inferius dexter dan ramus yang menuju ke plexus coronarius sinister dan plexus coronarius dexter, plexus pulmonalis anterior dexter, dan cabang-cabang yang menuju ke atrium dextrum.

cardiacothoracalis dexter. Dari plexus cardiacus profundus dexter dipercabangkan cabang-cabang

cardiacus medius sinister, nervus cardiacus inferius sinister, rami mediatinales sinister 1-5, dan menerima serabut parasimpatis melalui ramus cardiacus superius sinister. Dari plexus ini anterior sinister, serta cabang-cabang yang menuju dinding atrium sinistrum. dipercabangkan cabang-cabang yang menuju ke plexus coronarius sinister, plexus pulmonalis

Plexus cardiacus profundus sinister menerima serabut-serabut saraf simpatis melalui nervus

dextra, mempersarafi arteria coronaria dextra, atrium dextrum dan ventriculus dexter.

Plexus coronarius dexter berada di dalam sulcus coronarius dan mengikuti arteria coronaria Plexus coronarius sinister berada di dalam sulcus longitudinalis anterior dan mengikuti arteria Catatan

coronaria sinistra, mempersarafi arteria coronaria sinistra, atrium dextrum dan ventriculus sinister. I. Nervus cardiacus superius hanya mengandung serabut efferent saja;

II. Saraf parasimpatis berfungsi menghambat denyut jantung (cardiac inhibitory) dan

kontraksi arteria coronaria; serabut efferent preganglionic berganti neuron pada ganglion aorta ascendens dan dari pembuluh vena besar berperan dalam reflex yang menekan

cardiacus Wrisbergi dan pada cor sendiri (ganglion intrinsik). Serabut afferent dari cor, dari denyut jantung (badan sel dari serabut ini tedapat pada ganglion inferius dari nervus vagus) arteria coronaria. Badan sel dari saraf ini berada pada ganglion cervicalis dan ganglion

III. Saraf simpatis befungsi mempercepat denyut jantung (cardiac accelerator) dan dilatasi

paravertebrale thoracalis 1-5. Selain itu serabut-serabut afferent membawa juga stimulus spinale.

sakit dari jantung dan aorta, dimana badan sel dari serabut-serabut ini berada pada ganglin

b. Histologi jantung epicardium.

Secara histologi jantung dibagi menjadi tiga lapisan yaitu endocardium, miocardium, dan

endocardiumnya tebal sedang di ventrikel tipis. Lapisannya terdiri dari endotel, subendotel, elastikomuskuler, dan subendokardial. Miocardium : merupakan bagian paling tebal dari dinding jantung yang terdiri dari lapisan

Endokardium : terdapat perbedaan ketebalan antar atrium dan ventrikel. Pada atrium

otot jantung. Atrium tipis ventrikel tebal. Ventrikel kanan < ventrikel kiri. Terdapat diskus interkalaris : Fascia adheren dan Gap junction.

mesotel. Epicardium terdiri dari pericardium, kavum pericard, pericardium viseralis dan pericardium parietalis.

Epicardium : merupakan lapisan luar jantung yang terdiri dari jaringan ikat fibroelastis dan

c. Fisiologi kardiovaskular

rangsangan listrik dimulai dari nodus SA melalui sistem konduksi menuju miokard untuk repolarisasi.

Setiap siklus jantung terdiri dari peristia listrik dan mekanik yang saling terkait. Gelombang

merangsang kontraksi otot. Rangsangan ini disebut depolarisasi dan pemulihan kembali disebut

sistemik. Volume darah yang dipompa oleh tiap ventrikel per menit disebut curah jantung. Curah jantung rata-rata adalah 5L/menit. 2. Patogenesis atheroskelrosis ? Kerusakan endotel Cholestrol Makrofag Foam cell

Kontraksi otot miokardium menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan

Fatty steaks

Plaq

pembuluh darah. Kemudian monosit datang untuk memakan kolestrol yang kemudian menjadi nantinya akan menjadi plaq dan menyebabkan atherosclerosis. 3. Nyeri dada dan penjalarannya ? Plaq Atherosclerosis Hemorragic RCBs & Platelet

Karena rusaknya endotel pembuluh darah maka cholestrol masuk kedalam tunika intima

foam cell. Foam cell ini nantinya pecah dan menjadi fatty streak. Fatty streak yang menumpuk ini

Trombus

Penyempitan dan oklusi lumen pembuluh darah

Iscemik

O2 menurun dan hasil-hasil metabolisme menumpuk

Sel-sel miocard berespirasi anerob

Penurunan hasil metabolisme

Sel-sel miocard menstimuli reseptor nyeri

hemorragic. Akibat adanya hemorragic tersebut mediator pembeku darah seperti trombosit,

Plaq menyebabkan atherosclerosis, bila atherosclerosis ini terlepas maka akan timbul

platelet-platelet, dan RBCS akan menutupi dan membentuk trombus. Karena trombus tersebut lama kelamaan makin membesar menyebabkan terjadinya penyempitan dan oklusi pembuluh Untuk penurunan hasil metabolisme tersebut maka sel-sel miokard akan melakukan respirasi anerob. Sel-sel berespirasi anerob Sel-sel miocard menstimuli serat-serat saraf aferen darah. Akibat dari itu maka jantung kekurangan suplai O2 dan penumpukan hasil metabolisme.

Cabang-cabang kardiak trunkus simpatikus

SSP

Akar dorsalis lima saraf thoracalis paling atas

Medulla spinalis

Karena tidak mengenali stimuli nyeri maka akan dialihkan ke kedaerah lain yang juga di persarafi nervus vagus.

merangsang serat-serat saraf aferen. Stimuli ini kemudian naik ke SSP melalui cabang-cabang paling atas (T1-T5). Karena SSP tidak mengetahui stimuli nyeri ini berasal dari mana sehingga dipersarafi oleh nervus vagus. 4. Nyeri dada kardiovaskular dan bukan kardiovaskular ? Ada dua macam yaitu : a. Nyeri dada pleuritik

Sel-sel miokard berespirasi anerob. Kemudian timbul stimuli reseptor nyeri sehingga

kardiak trunkus simpatikus dan masuk medulla spinalis melalui akar dorsalis lima saraf thoracalis nervus vagus mulai merespon stimuli nyeri tersebut dengan mengalirkan nyeri pada daerah yang

ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas

Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti

atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, disebakan oleh :

saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik ;

b. Nyeri dada non pleuritik

pneumotoraks dan penumomediastinum.

Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru. I. Kardial

a. Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri substernal yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan dengan atau tanpa nyeri dada substernal. kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iekemik miokard,

akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal sari miokard. rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila

Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pda penyakit pembuluh darah koroner. -

jantung koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan Ada 3 sindrom iskemik yaitu :

Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort) :

Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau gangguan emosi.

Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) : Jenis Angina ini timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama.

dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang Infark miokard :

Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung. rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya Disamping itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan diagnosa. -

Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.

II. Perikardial

perikardila lokasinya di daerah sternal dan area preokordinal, tetapi dapat menyebar ke menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.

Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma. Nyeri

epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti ditusuk dan timbul pada aktu

menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina. punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.

Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu dapat Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan

III. Aortal

untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler serta turun ke bawah IV. Gastrointestinal tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.

Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi

tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan tetapi

Neri esofageal lokasinya ditengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster kadang kadang dapat menyebabkan sering bersama sama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto gerakan esofageal dapat membantu menegakan diagnosa. Muskuloskeletal

Refluks geofagitis, kegansan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri esofageal.

nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang

gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan V.

nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu exercis. Seperti halnya nyeri pleuritik. Neri dada dapat sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian. bertambah waktu bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan yang berpuitar VI. Fungsional

Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering menyebabkan

dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan nyeri iskemik VII. Pulmonal miokard.

Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak di

menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan infark paru mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada merupakan dada. sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari 50% penderita keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura, organ medianal atau dinding

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat

5. Perbedaan nyeri dada tipikal dan atipikal ?

a. Nyeri dada tipikal Merupaka nyeri dada khas berupa rasa tercekik atau tertekan yang timbul saat beraktivitas, dan dapat menjalar ke lengan kiri sampai ujung kelingking. b. Nyeri dada atipikal Merupakan nyeri dada yang timbul secara tiba-tiba dan tidak ada hubungannya dengan

istirahat. Sedangkan nyeri dada atipikal adalah rasa nyeri dada yang tak khas dimana masih yang khas pada penyakit selain jantung. 6. Patomekanisme gejala ? Atherosclerosis

diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa nyeri ini berasal dari suatu gejala

Iskemik

Nyeri dada

Nekrosis

Infark miokard

Daya kontarksi menurun

CO menurun

Nadi lemah

Aktifitas saraf simpatis Vasokonstriksi perifer Kulit dingin Kulit pucat Vasokonstriksi kulit Berkeringat

menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit.Hal ini membuat aliran darah terhambat sehingga terjadi iskemik ( kekurangan oksigen) maka timbulah nyeri dada. miokard.Infark miokard menyebabkan timbulnya tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organIskemik yang terjadi terus menerus menimbulkan nekrosis sehingga terjadi Infark

Nyeri Dada :Atherosklerosis merupakan penimbunan plak pada pembuluh darah sehingga dapat

organ. Aliran darah dialihkan dari organ-organ nonvital (organ perifer) demi mempertahankan perfusi ke jantung dan otak. Nadi Lemah : Infark Miokard mengakibatkan Cardiac output menurun dan tekanan darah dalam pembuluh darah melemah sehingga terjadi nadi lemah. terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan peningkatan Hb tereduksi di dalam darah maka timbullah kulit pucat dan dingin. vasokonstriksi kulit. Vasokonstriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas sehingga pasien dapat mengalami demam ringan dan keringat berlebihan. 7. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang ? Anamnesis 1. Menanyakan identitas pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan 2. Keluhan utama pasien 4. Kronologis 3. Onset : sudah berapa lama pasien merasakan keluhan 5. Kualitas nyeri: terus menerus atau intermitten Keringat dingin : infark miokard mengakibatkan berkurangnya curah jantung. Akibatnya terjadi Pucat dan kulit dingin : infark miokard mengakibatkan berkurangnya curah jantung. Akibatnya

6. Faktor yang memperingan : misalnya pada saat istirahat nyeri berkurang kedinginan, stress atau emosi, dan makan banyak dan lain-lain

7. aktor yang memperberat : misalnya pada saat beraktifitas nyeri makin berat,kepanasan, 8. Gejala penyerta : jantung berdebar-debar, sesak napas, batuk, berkeringat, mual, muntah, lesu, 9. Menggali riwayat penyakiti dahulu yang serupa dan berkaitan, untuk menilai apakah ada hubungannya dengan penyakit sekarang : obesitas, hiperlipidemia, merokok, DM. Riwayat keluarga 10.

Pemeriksaan Umum 1. .Pemeriksaan tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu 2. Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis Pemeriksaan Dada 1. Voussure Cardiaque INSPEKSI

apeks cordis. Kadang-kadang mempelihatkan pulsasi jantung. Adanya voussure cardiaque menunjukan adanya : a. Kelainan jantung organis

Merupakan penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, diantara sternum dan

b. Kelainan jantung yang berlngsung sudah lama 2. Ictus c. Hipertrofi atau dilatasi perifer

yang disebut ictus cordis pada sela iga V, linea medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya tengah-tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila ictus kordis

Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan mudah pulsasi

sesuai dengan apeks jantung. Diameter pulsasi kira-kira 2cm, dengan punctum maksimum di bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya pembesaran ventrikel kiri. Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke dalam. Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. PALPASI

lokalisasi punctum maksimum, apakah kuat angkat, frekuensi, kualitas dari pulsasi yang

Hal-hal yang ditemukan pada inspeksi harus dipalpasi untuk lebih memperjelas mengenai

teraba. Pada mitral insufisiensi teraba pulsasi bersifat menggelombang disebut vantricular

heaving. Disamping adanya pulsasi perhatikan adanya getaran thrill yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini sesuai dengan bising jantung yang kuat pada waktu auskultasi. Tentukan pada fase apa getaran itu terasa, demikian pula lokasinya. PERKUSI

terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung. a. Auskultasi Jantung I. Bunyi jantung

Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada penderita emfisema paru

Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan : Untuk mendengar bunyi jantung diperhatikan : Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai berikut : 1. Lokalisasi dan asal bunyi jantung

- Ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral - Sela iga III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari aorta mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal. Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi jantung : Bunyi ini adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel. tanda dimulainya fase diastole ventrikel. 3. Intensitas bunyi dan kualitasnya 2. Menentukan bunyi jantung I dan II

- Sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal. - Sela iga IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum untuk

- Bunyi jantung I, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal. - Bunyi jantung II, ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan

- Ada tidaknya unyi jantung III dan bunyi jantung IV - Irama dan frekuensi bunyi jantung

- Bunyi jantung lain yang menyertai bunyi jantung. Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan sebagai berikut : - Tebalnya dinding dada - Adanya cairan dalam rongga pericard jantung 4. Intesitas dan Kualitas Bunyi

Bunyi jantung I pada umumnya lebih keras dari bunyi jantung II di daerah apeks 5. Irama dan frekuensi bunyi jantung

irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhythmia cordis. Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit, kemudian dibandingkan dengan frekuensi disebut tachycardi dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia. II. Bising Jantung (cardiac murmur) 1. aliran darah bertambah cepat Disebabkan : nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi jantung masing-masing lebih dari 100 kali per menit

Irama dan frekuensi bunyi jantung dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal

2. penyempitan di daerah katup atau pembuluh darah

3. getaran dalam aliran darah oleh pembuluh yang tidak rata

4. aliran darah dari ruangan yang sempit ke ruangan yang besar

5. aliran darah dari ruangan yang besar ke ruangan yang sempit Hal-hal yang harus diperhatikan bila terdengar bising ; Lokalisasi Bising

I.

(punctum maximum). Dengan menetukan punctum maximum dan penyebaran bising, maka dapat diduga asal bising itu : - Punctum maximum di apeks cordis, berasal dari katup mitral

Tiap-tiap bising mempunyai lokalisasi tertentu, dimana bising itu terdengar paling keras

- Punctum maximum di sela iga 2 kiri, berasal dari katup pulmonal - Punctum maximum di sela iga 2 kanan, berasal dari katup aorta 2. Penjalaran Bising - Punctum maximum pada batas sternum kiri, berasal dari ASD atau VSD. Bising jantung masih terdengar di daerah yang berdekatan dengan lokasi dimana bising - Bising dari stenosa aorta menjalar ke daerah carotis

itu terdengar maksimal, ke suatu arah tertentu, misalnya

- Bising insufiensi aorta menjalar ke daerah batas sternum kiri.

- Bising dari insufisiensi mitral menjalar ke aksilia, punggung dan ke seluruh precordium. - Bising dari stenosis mitral tidak menjalar atau hanya terbatas kesekitarnya. Levine membagi intensitas bising jantung dalam 6 tingkatan : 3. Intensitas Bising

- Tingkat I : bising yang sangat lemah, hanya terdengar dengan konsentrasi.

- Tingkat II : bising lemah, namun dapat terdengar segera waktu auskultasi. - Tingkat III : sedang, intensitasnya antara tingkat II dan tingkat IV. di dinding dada. - Tingkat IV : bising sangat keras, sehingga terdengar meskipun stetoskp belum menempel 4. Jenis dari Bising

Jenis bising tergantung pada dase bising timbul : Dikenal 2 macam bising sistole

Bising Sistole, terdengar dalam fase sistole (antara bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2) - Bising sistole tipe ejection, timbul akibat aliran darah yang dipompakan melalui bagian

yang menyempit dan mengisi sebagian fase sistole. Didapatkan pada stenosis aorta, punctum maximum di daerah aorta. - Bising sistole tipe pansistole, timbul sebagai akibat aliran balik yang melalui bagian Bising Diastole, terdengar dalam fase diastole (antara bunyi jantung 2 dan bunyi jantung - Mid-diastole, terdengar pada pertengahan fase diastole misalnya pada stenosis mitral.

jantung yang masih terbuka dan mengisi seluruh fase systole. Misalnya pada insufisiensi mitral. 1), dikenal antara lain

sorta.

- Early diastole, terdengar segara setelah bunyi jantung ke 2. misalnya pada insufisiensi - Pre-sistole, yang terdengar pada akhir fase diastole, tepat sebelum bunyi jantung 1,

misalnya pada stenosis mitral. Bising sistole dan diastole, terdengar secara kontinyu baik waktu sistole maupun diastole. Misalnya pada PDA Beberapa sifat bising fungsionil : - Jenis bising selalu sistole 5. Apakah Bising Fisiologis atau Patologis

- Intensitas bising lemah, tingkat I-II dan pendek, telungkup dan ekspirasi penuh.

- Pada umumnya terdengar paling keras pada daerah pulmonal, terutama pada posisi - Dipengaruhi oleh perubahan posisi.

merupakan merupakan bising patalogis atau hanya fungsionil. Bising fungsionil dijumpai pada beberapa keadaan - Demam - Anemia

Dengan demikian bising diastole, selalu merupakan bising patalogis, sedang bising sistole, dapat

- Kehamilan

- Kecemasan - Beri-beri

- Hipertiroidi - Atherosclerosis

(descrescendo). Apakah bersifat meniup (blowing) atau menggenderang (rumbling).

Apakah bising yang terdengar itu bertambahkeras (crescendo) atau bertambah lemah

6. Kualitas dari BIsing

I. Gerakan Pericard

parietal yang keduanya menebal atau permukaannya kasar akibat proses peradangan (pericarditis

Gesekan pericard merupakan gesekan yang timbul akibat gesekan antara pericard visceral dan

fibrinosa). Gesekan ini terdengar pada waktu sistole dan diastole dari jantung, namun kadangkadang hanya terdengar waktu sistole saja. Gesekan pericard kadang-kadang hanya terdengar pada satu saat saja (beberapa jam) dan kemudian menghllang. Gesekan pericard sering terdengar pada sela iga 4-5 kiri, di tepi daerah sternum. PEMERIKSAAN PENUNJANG I. EKG

Berikut beberapa jenis pemeriksaan yang non invasif diantaranya yaitu EKG adalah salah satu jenis pemeriksaan kesehatan jantung, karena dengan gambaran yang

dihasilkan dari listrik jantung bisa kita lihat kemungkinan adanya gangguan jantung.

Pemeriksaan EKG mampu merekam aktivitas "listrik" jantung. Sumbatan koroner pada jantung melalui "elektrokardiogram". EKG juga dapat merekam berbagai kelainan aktivitas listrik jantung

yang mengalami "iskemik" menyebabkan gangguan aktivitas "listrik" jantung yang terdeteksi lainnya. Beberapa jenis penyakit yang bisa dideteksi dengan EKG ini diantaranya yaitu penyakit pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau. pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina, menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang dan gelombang T dapatmenjadi negatif. II. Foto rontgen dada

jantung koroner, infark miokard akut, hipertensi. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa

tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST

tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanyaklasifikasi arkus aorta III. Ekhokardiografi

Foto rontgen dada seringkali menunjukkan b entuk jantung yang normal,

sound) untuk melihat anatomi jantung saat bergerak (berdenyut), sehingga dapat diketahui

Ini adalah sebuah pemeriksaan yang menggunakan prinsip gelombang suara ultra (ultra

adanya gangguan dalam gerakan otot jantung, kebocoran sekat jantung, penyempitan / rongga jantung. Pemeriksaan ekhokardiografi ini juga bisa digunakan untuk mengevaluasi hasil operasi jantung maupun hasil terapi medis. a.. Ekhokardiografi Dopller.

kebocoran katub jantung, ukuran ruang jantung, maupun adanya cairan serta tumor pada

Ekhokardiografi Doppler ini digunakan untuk menilai aliran darah dalam jantung maupun
pembuluh darah sehingga dapat mendeteksi adanya penyakit jantung, seperti : stenosis b. Dobutamine Stress Echocardiography (DSE) (penyempitan) katup , regurgitasi (kebocoran) katup , kelainan jantung bawaan.

Merupakan pemeriksaan Ekhokardiografi dengan menggunakan teknik Doppler.

pasien-pasien yang dicurigai memiliki penyakit jantung koroner namun tidak dapat dengan

Adalah pemeriksaan ekokardiografi dengan menggunakan infus Dobutamine pada

alat Treadmill. Selain untuk mendeteksi ada tidaknya penyempitan pembuluh koroner, memantau gangguan gerakan otot jantung.

pemeriksaan DSE juga dapat digunakan untuk mengetahui viabilitas otot jantung dengan c. Uji Latih Jantung Beban (Treadmill).

EKG, tekanan darah dan frekuensi denyut jantung serta mengetahui kapasitas fungsi jantung

Pemeriksaan kesehatan jantung ini menggunakan alat yang untuk merekam perubahan

pada waktu beraktivitas. Pemeriksaan ini penting dan seringkali digunakan untuk memeriksa laki >40 tahun atau wanita setelah monopouse yang disertai faktor resiko penyakit jantung

orang-orang yang mengalami : keluhan (angina pektoris) nyeri dada (EKG tidak khas) lakikoroner (PJK) seperti merokok, kegemukan, kurang aktivitas, kencing manis (DM), pasca angina pektoris tak stabil, pasca serangan jantung, dan sebagainya. Pemeriksaan ini sering kesegaran jasmani juga digunakan untuk deteksi dini penyakit jantung koroner disamping untuk menilai IV. Cardio Pulmonary Exercise Test

menggunakan peralatan khusus. Prosedur yang dilaksanakan hampir sama dengan Treadmill tes, bedanya disini pernafasan pasien saat menghirup maupun mengeluarkan nafas V. Holter dan Blood Pressure Monitoring dilakukan hanya boleh melalui alat khusus yang dipasangkan pada mulut saja.

Merupakan suatu tes terhadap fungsi jantung dan paru (kardiorespirasi) dengan

menggunakan peralatan Holter, sehingga gangguan irama yang timbul sewaktu-waktu dapat terekam didalam alat ini. Selain memantau aktivitas listrik jantung, sarana Holter juga VI. Pemeriksaan enzim dilengkapi dengan pencatatan tekanan darah.

Pemantauan terhadap aktivitas listrik jantung selama 24 jam terus menerus dengan

(cTn)T atau cTn I. cTn harus digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada pasien ini juga akan diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan elevasi ST dan gejala IMA, terapi perfusi diberikan segera mungkin. jantung (infark miokard).

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinin kinase (CK)MB dan cardiac troponin

Peningkatan nilai enzim diatas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada nekrosis CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB

10-12 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis, dan cTn : ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada deteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu: jam.

infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat di

Mioglobin : dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 creatinin kinase (CK) : meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.

Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.

8. DD dan DS ? Angina Pectoris DD 60 th Nyeri dada berat, menjalar ke lengan Riwayat rokok Pucat Kulit dingin Keringat BJ normal Elevasi segmen ST T inverted Enzim jantung + + + + +/+/Stabil + Unstabil + MI + IMA NSTE STEMI + Diseks Perikardit Akut +/is Emboli Paru +

i Aorta +

+ + + + -

+ + + -/+ + + -

+ + + + + + +

+ + + + + + + +

+ -

+/+ +

+/+ + + + -

Diagnosis Sementara : Infark Miokard Akut ( IMA ) STEMI I. Infark Miokard Akut (IMA) STEMI

koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada

Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah

sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor

faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid. Pada STEMI, gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus ,yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik. Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang

khas yaitu terasa sangat sakit seperti ditekan atau ditindih bendah berat yang dapat menjalar hingga ke lengan kiri dan kanan, leher, rahang bawah, gigi, punggung, juga di perut. Gambaran atau >1 mm pada 2 sandapan ekstremitas. Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T yang

EKG adanya elevasi segmen ST >2 mm, minimal pada 2 sandapan prekardial yang berdampingan meningkat, memperkuat diagnosis, namun keputusan memberikan terapi revaskularisasi tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan enzim, mengingat dalam tatalaksana IMA, prinsip utama penetalaksanaan adalah time is muscle. I. Infark Miokard Akut (IMA) NSTEMI

disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau meningkatkan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses

Infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST (Non ST Elevation Myocardial Infaction) dapat

vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kollesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya inflamasi. polos yang rendah, fibrous cup yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak

diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan,

Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri seperti

menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka memiliki gejala dengan onset baru angina berat/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan dengan yang memiliki nyeri pada waktu dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, berusia lebih dari 65 tahun. Pada EKG adanya depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV dan memberat merupakan prediktor outcome yang buruk dan meningkatnya Troponin T II. Angina Pectoris Stabil

istrahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketahui epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien

nyeri dada yang tadinya agak berat, sekalipun tidak termasuk Unstabil Angina Pectoris (UAP),

Angina pectoris (AP) adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia miokardium. Pada AP stabil,

berangsur-angsur turun kuantitas dan intensitasnya dengan atau tanpa pengobatan, kemudian sehari-harinya) atau bahkan menghilang.

menetap (misalnya beberapa hari sekali, atau timbul pada beban stres tertentu atau lebih berat dari Pedoman yang disusun oleh AHA telah cukup lengkap untuk melakukan pemeriksaan dan

penatalksanaan yang efektif dan efisien untuk memastikan bahwa memang ada iskemia miokardium. Pada EKG ditemukan depresi segmen ST-T 1 mm atau lebih yang merupakan pertanda iskemia yang spesifik, dan pada foto toraks terlihat kalsifikasi pada koroner ataupun katup jantung.

Yang dimasukkan ke dalam angina tak stabil yaitu :

III.

Angina Pectoris Tidak Stabil (Unstable)

a. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan b. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan. frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per 2 hari.

c. Pasien dengan serangan angina pada waktu istrahat. Klasifikasi berdasarkan keadaan klinis yaitu : a. Kelas A b. Kelas B

Pada tahun 1989 Braunwald menganjurkan dibuat klasifikasi supaya ada keseragaman.

Angina tak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi, atau febris. Angina tak stabil primer, tak ada faktor ekstra kardiak. Angina yang timbul setelah serangan infark jantung.

c. Kelas C

(AHA) perbedaan angina tak stabil dengan infark tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) ialah apakah iskenia yang timbul cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium,

Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association

sehingga adanya petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa. Diagnosis angina tak stabil bila

pasien mempunyai keluhan iskemia sedangkan tidak ada kenaikan troponin maupun CK-MB, elevasi yang sebentar atau adanya gelombang T yang negatif.

dengan atau tanpa perubahan ECG untuk iskemia, seperti adanya depresi segmen ST ataupun Ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab trpenting angina pektoris tak stabil, sehingga

tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan 50 % atau kurang, dan pada 97 % pasien dengan angina tak stabil mempunyai penyempitan kurang dari 70 %. Plak yang tak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung

lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekattan dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi, dan agregasi platelet dan menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila menyumbat sampai 100 % hanya menimbulkan stenosis yang berat yang akan terjadi angina tak stabil. Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina yang

trombus menutup pembuluh darah 100 % akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, bila tidak

bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istrahat, atau karena aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai dengan keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai dengan keringat dingin. Pada EKG sangat penting, dimana terjadi depresi segmen ST baru yang menunjukkna kemungkinan iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda NSTEMI. Pada angina tak stabil, 4 % mempunyai EKG normal.

terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma, atau kalsifikasi. Perikarditis akut adalah peradangan primer maupun sekunder perikardium parietalis / viseralis

Perikarditis adalah peradangan perikard parietalis, viseralis, atau keduanya. Respon perikard

IV.

Perikarditis Akut

atau keduanya. Etiologi bervariasi luas dari virus, bakteri, tuberkulosis, jamur, uremia, neoplasia, autoimun, trauma, infark jantung sampai ke idiopatik.

sakit bila bernapas, batuk atau menelan. Keluhan lainnya rasa sulit bernapas karena nyeri pleuritik di atas atau karena efusi perikard.

Keluhan paling sering adalah nyeri dada yang tajam, retrosternal, atau sebelah kiri. Bertambah

Bila efusi banyak atau cepat terjadi, akan didapatkan tanda temponad. Pada EKD terlihat elevasi segmen ST, gelombang T umumnya ke atas, tapi bila ada miokarditis akan ke bawah. V. Diseksi Aorta

Yang menjadi khas perikarditis adalah didapatkan friction rub presistolik, sistolik, atau diastolik.

dalam dinding aorta, dan membuat flap, kemudian menyebar ke distal dari robekan awal, menganggu suplai darah organ vital dan bisa terjadi ruptur aorta. Patologi

Diseksi aorta merupakan robekan tunika intima aorta toraks, yang menyebabkan pendarahan ke

(atherosclerosis) menyebabkan robekan mendadak pada tunika intima. Darah masuk ke lapisan diantara tunika intima dan media, dan tekanan yang tinggi menyebabkan darah mengalir ke arah longitudianl sepanjang aorta, ke arah depan dan belakang titik masuk, membentuk lumen palsu. menjadi dua tipe, tergantung dari ada tidaknya keterlibatan aorta ascendens. a. Tipe A titik robekan intima ada pada aorta ascendens. Diseksi biasanya menjalar ke arah aorta dan masuk ke dalam perikardium. distal mengenai aorta descendens kemudian ke arah proksimal merusak aparatus katup

Tekanan darah tinggi, regangan jaringan ikat dan adanya kelainan pada tunika intima

Darah dalam lumen palsu bisa membeku, atau tetap cair dengan sedikit aliran. Diseksi dibagi

b. Tipe B robekan intima terdapat pada aorta descendens, biasanya tepat di bawah ujung awal arteri subklavia sinistra. Robekan jarang menyebar ke arah proksimal.

Gambaran klinis

pria usia pertengahan dengan hipertensi. VI. Emboli Paru

Nyeri mendadak yang sangat berat pada dada atau punggung (interskapular), terutama pada

dapat menyebabkan kematian pada semua usia. Emboli paru disebabkan embolisasi dari trombosis udara, lemak, sel tumor, dan cairan amion.

Emboli paru merupakan kondisi akibat tersumbatnya arteri paru atau salah satu cabang dan

vena dalam arteri atau ke paru cabangnya, emboli bisa akibat material selain bekuan darah seperti

Patogenesis

yang membentuk jaringan dengan sel darah merah dan fibrin. Pada keadaan normal bekuan ada luka. Bekuan darah yang terdapat dalam arteri disebut trombus. Sedangkan bekuan darah yang dari lutut hingga ke tungkai atas. 9. Faktor resiko DS ? a. Umur > 45 thn b. Jenis kelamin

Bekuan darah merupakan kumpulan platelet untuk memperbaiki kerusakan pembuluh darah,

tersebut untuk menghentikan perdarahan akibat luka, namun kadang-kadang bekuan timbul tanpa lepas dan berpindah ke bagian tubuh lain dapat menimbulkan emboli. Kebanyakan bekuan berasal

- 45-70 tahun, risiko pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal tersebut dikarenakan pada wanita terdapat hormone estrogen yang bersifat ateroprotektif. - >70 tahun, risiko pada laki-laki sama besar dengan perempuan. Hal tersebut dikarenakan penurunan hormone estrogen pada wanita yang menopause. c. Hiperlipidemia LDL meningkat -> LDL berada di subendotel yang sebenarnya LDL tidak berada di situ tubuh merasa asing sehingga tubuh mengeluarkan sitokin (MCP 1) -> di keluarkan monosit -> monosit berubah menjadi makrofag semua LDL di makan oleh makrofag karena LDL jumlah nya terus bertambah akhirnya makrofag kekenyangan akibatnya makrofag pecah kemudian berubah menjadi konsel kemudian di muntahkan jadi goresan-goresan lemak kalau terus berulang lama lama akan tertumpuk sehingga terjadi arterisklerosis -> iskemik -> nekrosis sehingga terjadi infark miokard. d. Rokok Karena jumlah rokok yang di konsumsi banyak maka terjadi penyempitan tiba-tiba sehingga terjadi iskemik lalu terjadi nekrosis kemudian terjadi infark miokard. e. Diabetes melitus DM menginduksi terjadinya hiperkolesterolemia yang dapat menyebabkan infark miokard. f. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban kerja jantung bertambah akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Arteri sklerosis bertambah parah. Bila berlanjut akan terjadi kekurangan oksigen di miokardium. Peningkatan kebutuhan oksigen terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja sehingga dapat menyebabkan angina atau infark miokard. 10. Manifestasi klinis DS ? Meskipun secara kasar pada setengah kasus tidak ada factor presipitasi yang nampak terdapat sebelum terjadinya infark miokard, pencetus seperti kerja fisik, stress emosional, dan penyakit medis atau bedah seringkali dapat diidentifikasi. Awitan infark miokard bias kapan saja siang atau malam, namun frekuensi awitan lebih tinggi terjadi pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur. Nyeri merupakan keluhan yang paling umum tedapat pada pasien dengan infark miokard. Pada beberapa keadaan, rasa tidak enak bias cukup berat sehingga dijelaskan sebagai nyeri terburuk yang pernah dialami pasien itu. Nyeri infark miokard bersifat dalam dan visceral; kata sifat yang biasa dipakai untuk melukiskannya sebagai rasa berat, seperti diremas-remas dan ditekan-tekan hebat. Hal ini serupa sifatnya dengan rasa tidak enak pada angina pectoris namun biasanya lebih berat dan berlangsung lebih lama. Secara tipikal nyeri melibatkan bagian sentral dada dan/atau epigastrium dan pada kurang lebih 30 persen kasus menjalar ke lengan. Lokasi penjalaran yang lebih jarang meliputi abdomen, punggung, rahang bawah dan leher. Lokasi nyeri dibawah xifoid dan penyangkalan pasien bahwa pasien menderita serangan jantung terutama bertanggung jawab pada salah dignosis sebagi indigesti. Nyeri infark miokard bias menjalar sampai setinggi oksipital namun tidak di bawah umbilicus. Nyeri seringkali disertai dengan kelemahan, berkeringat, nausea, vomitus, dan ansietas. Rasa tidak enak biasanya dimulai pada saat pasien dalam keadaan istirahat. Jika nyeri dimulai selama periode pengerahan tenaga, berlawanan dengan angina

pectoris, rasa nyeri biasanya tidak mereda dengan penghentian aktivitas. Kurang lebih separuh pasien dengan infark miokard menunjukkan gejala prodromal angina tidak stabil. Walaupun nyeri merupakan keluhan yang diajukan pasien, namun tidak selalu demikian; sejumlah minimum 15 sampai 20 persen infark miokard tidak nyeri. Insidensi infark yang tidak nyeri lebih besar pada perempuan dan pasien dengan diabetes mellitus, dan meningkat seiring usia. Pada orang lanjut usia, infark miokard bisa terdapat sebagai sesak napas mendadak, yang dapat berkembang menjadi edema paru. Penampilan lain yang lebih jarang, dengan atau tanpa nyeri, meliputi kehilangan kesadaran mendadak, keadaan kebingungan, perasaan keletihan yang sangat, munculnya aritmia, bukti embolisme perifer, atau hanya penurunan tekanan arteri yang tidak dapat dijelaskan. Nyeri infark miokard dapat serupa dengan nyeri perikarditis akut, emboli paru, diseksi aorta akut, atau kostokondritis. Keadaan-keadaan ini sebaiknya dipertimbangkan dalam diagnosis banding. 11. Penatalaksanaan DS ? a. O2 Oksigen sangat diperlukan oleh sel miokard untuk mempertahankan fungsinya, yang didapat dari sirkulasi koroner yang untuk miokard terpakai sebanyak 70-80 sehingga wajarlah apabila aliran koroner perlu ditingkatkan. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu dastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat. Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik. penyakit Jantung Koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapanendapan lemak (atheroma dan plaques) pada didindingnya. Oksigen diberikan untuk menjaga kadar saturasi dan memperbaiki oksigen yang sampai ke miokard agar dapat digunakan untuk kontraksi otot jantung b. Nitrogliserin (NTG) Nirtogliserin sublingual dapat diberikan dengan amna dengan dosis 0,4 mg dan dapat di berikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri dadad, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai

oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral.Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan sistolik <90 mmHg atau pasien yang di curigai menderita infark b ventrikel kanan. c. Morfin Morfin diberikan sebagai analgesik dan untuk mengurangi kecemasan pasien. Selain itu juga menurunkan respon adrenalin, frekuensi nadi (heart rate) dan tekanan darah, dan kebutuhan oksigen miokard, mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius seperti payah jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m. papillaris, aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan kematian mendadak. Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV. d. Streptokinase Streptokinase merupakan terapi pertama untuk mengembalikan aliran darah ke arteri koroner yang mengalami thrombosis untuk melisiskan thrombus koroner. Merupakan protein yang diperoleh dari streptococci yang mengubah plasminogen menjadi plasmin, juga merupakan protein antigenik dan sering dikaitkan dengan kejadian hipotensi dan reaksi alergi. Sekali diberikan, pemberian berikutnya mungkin tidak efektif karena telah terbentuk antibodi yang menetralkan dalam tubuh. e. Aspirin Pada pembuluh darah koroner, agregasi platelet dan pembentukan trombus dilakukan oleh tromboksan A2 (TXA yang dihasilkan oleh platelet yang teraktivasi, dan dikatalisis oleh enzim siklooksigenase. Pasien yang diduga infark miokard harus diberi aspirin (300 mg) secepat mungkin untuk membatasi trombus. Aspirin menghambat COX dalam platelet, menghambat produksi TX dan agregasi platelet. 12. Komplikasi, prognosis dan pencegahan DS ? Komplikasi : perluasan infark dan iskemik pasca infark, aritmia, disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi,syok), infark ventrikel kanan, ruptur moikard, perikarditis, aneurisma dan ventrikel kiri. Pencegahan : mengontrol faktor risiko yang dapat di modifikasi seperti, merokok, stress mental, alkohol, obesitas, hipertensi, dislipidemia..

Prognosis :Prognosis diagnosis sementara buruk, tergantung potensi untuk terjadinya iskemik dan komplikasi lainnya.episode infark miokard akut, kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit setelah serangan. Risiko kematian tergantung pada banyak faktor, termasuk usia penderita, riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya, adanya penyakit lain-lain dan luasnya infark.

Anda mungkin juga menyukai