Anda di halaman 1dari 26

BAB III

PEMBAHASAN
3.1. Konstruksi Model
Beberapa bagian prototipe yang ditirukan ke dalam model dengan
menggunakan jenis dan besarnya nilai skala tersebut di atas terdiri dari :
1. Bendungan Utama yang dibuat dari pasangan batu bata dan semen.
2. Untuk ambang pelimpah, dan peredam energi (stilling basin) dibuat dari kayu
yang diperhalus dan dicat untuk kesamaan kekasaran dengan kedaan
lapangan, sedangkan untuk dinding saluran samping dan peredam energi
(stilling basin) dibuat dari bahan fiber glass.
Dengan menerapkan skala tertentu (skala tanpa distorsi) pada uji model fisik
hidrolika bangunan pelimpah samping Bendungan, maka secara garis besar ukuran
dari konstruksi model ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Besaran-besaran di model
Deskripsi
Prototype
Ratio
Model
(m) (cm)
I. Bendungan Utama
- Tinggi 52.00 1:50 104.00
- Lebar puncak 10.00 1:50 20.00
II. Pelimpah
- Tinggi ambang pelimpah 2.50 1:50 5.00
- Lebar Pelimpah 28.00 1:50 56.00
III. Saluran Samping
- Lebar saluran hulu 12.00 1:50 24.00
- Lebar saluran hilir 14.00 1:50 28.00
IV. Saluran Transisi
- Lebar saluran hulu 14.00 1:50 28.00
- Lebar saluran hilir 14.00 1:50 28.00
15
16
V. Saluran Peluncur
- Panjang 83.69 1:50 167.38
- Lebar 14.00 1:50 28.00
VI. Peredam Energi (USBR Tipe II)
- Panjang 38.00 1:50 76.00
- Lebar 14.00 1:50 28.00
3.2.Pengukuran Debit
Untuk mengetahui apakah debit di model sudah sesuai dengan kondisi
prototype, perlu dilakukan uji pendahuluan (running test). Elevasi di hulu bendung
dicapai hingga konstan kemudian akan diperoleh debit di alat ukur debit Rechbox,
hasil debit tersebut akan dibandingkan dengan kondisi debit di prototype.
Debit aliran yang masuk ke model diukur dengan ambang lebar tipe Rechbox
dengan dimensi sebagai berikut:
D = 1,060 m
B = 1,000 m
b = 0,400 m
h = tinggi muka air (0,032 m)
Debit aliran teoritik yang melalui Rechbox dapat dihitung dengan rumus:
Q = k.b.h
3/2
cengan :
Q = debit (m
3
/dt)
k = koefisien debit (m
1/2
/menit)
Gambar 3.1 Alat Ukur Rechbox
B
D
D
h
b
17
= 107.1 +
h
177 . 0
+14.2
D
h
-25.7 +
DB
h b B ) (
+ 2.04
D
B
b = lebar mercu (m)
h = kedalaman air diatas mercu (m)
B = lebar saluran (m)
D = tinggi dari dasar saluran ke mercu (m)
Harga k dimasukkan dalam rumus alat ukur debit, maka dihitung besarnya debit
percobaan.
Langkah Pengukuran :
a. Tentukan Indek Point Gauge (IPG) dengan menyentuhkan ujung jarum point
gauge pada crest alat ukur debit.
b. Stel nonius sehingga angka nol tepat pada angka meteran taraf pada angka 52,00
sehingga IPG = 0 = 52,00
c. Ukur tinggi muka air pada alat ukur dengan menyentuhkan ujung jarum point
gauge pada muka air, meteran taraf (point gauge) dibaca dan dicatat.
Perhitungan Debit
Dengan dilakukaknnya satu kali penggunaan debit dalam pengukuran. Maka dapat
dihitung debit yang dipakai dengan rumus-rumus seperti diatas.
Diketahui :
IPG = 0 = 52,00
Dengan h = h
1
Rechbok IPG Rechbok
= 53.91 cm 52,00 cm
= 1.9 cm
= 0,019 m
18
K = 107.1 +
h
177 . 0
+14.2
D
h
-25.7 +
DB
h b B ) (
+ 2.04
D
B
=107.1 +
0,019
177 . 0
+14.2
55 , 2
0,019
-25.7 +
60 , 55 , 2
019 . 0 ) 60 , 0 60 , 2 (
x

+ 2.04
55 , 2
60 , 2
= 116,583 m
1/2
/menit
Sehingga :
Qm = k . b . h
3/2
= (116,583) . (0,60) . (0,019)
3/2
= 0,185 m
3
/menit
= 0,003 m
3
/dt
Qp = (50)
5/2
. Qm
= (50)
5/2
. (0,003 m
3
/dt)
= 54,401 m
3
/dt
Jadi, debit ke-1 yang dipakai adalah 54,401 m
3
/dt
Untuk debit yang ke-2 (dua) disajikan dalam table berikut :
Tabel 3.2. Perhitungan Debit 1 dan 2

Tinggi Air di Atas Ambang Koefisien
Debit Rechbox
Pelimpah Rechbox Pelimpah
h h Rechbox Q Model Q Model Q Prototype
(cm) (m) (K) (m
3
/menit) (m
3
/detik)
1 1.91 0.019 116.583 0.185 0.003 54.401
2 5 0.050 109.822 0.737 0.012 217.055
Sumber : hasil perhitungan
3.3. Perhitungan Debit 1
19
A. Perhitungan Tinggi Muka Air
Perhitungan tinggi muka air diukur dengan menggunakan meteran taraf
(point gauge) atau dengan alat ukur sipat datar (waterpass). Indeks point alat ukur ini
yaitu 52,00 yang digunakan untuk mengukur muka air pada titik-titik yang akan
ditinjau.
Elevasi muka air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Dengan skala model 1 : 50 maka:
Dengan :
El
x
= Elevasi muka air prototype (m)
El
dasar x
= Elevasi dasar prototype (m)
a = Bacaan pada sipat datar (waterpass)
IPG = Indeks point sipat datar (waterpass)
Contoh Perhitungan Elevasi dan Tinggi Muka Air di Prototype :
Diketahui : IPG = 0 = 52,00 = 511,00
Hasil pembacaan : 63,20 (Saluran Peluncur, section 7 As)
Elevasi dasar : 511,00
Penyelesaian :
( )
1
]
1

+
100
model skala
x IPG a El El
x dasar x
( )
1
]
1


100
model skala
x IPG a El El
x dasar x
( )
1
]
1


100
50
00 , 52 20 , 63 00 , 511 x El
x
40 , 505
x
El
20
Elevasi muka air di prototipe = 505,40
Tinggi muka air = El
x
- El
dasar
= 511,00 505,40
= 2,40 m
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.3.)
21
B. Perhitungan Kecepatan Air
Pengukuran distribusi kecepatan menggunakan pitot tube. Untuk menghitung
kecepatan di model dan prototype menggunakan persamaan :
Vm = Cp x
gh 2
(kecepatan aliran model)
Vp = Vm . n
h
1/2
(kecepatan aliran Prototype)
Dengan :
Vm = kecepatan di model
Cp = koefisien pitot tube = 3.992 . h
0.488
h = tinggi muka air di pitot tube (m)
Vp = kecepatan di prototype
n
h
= skala model
Contoh Perhitungan:
Pengukuran kecepatan aliran menggunakan pitot tube. Pengukuran di sebelah kiri
atas section 1 pada pelimpah.
Data : h
ka
= 0.2 cm = 0.002m
Cp = 3.992 x h
0.488
g = 9.81 m/dt
2
Maka :
Vm = Cp x
gh 2
= 3.992 x (0.002)
0.488
x 002 . 0 81 . 9 2 x x
Vm
ka
= 0.1941 m/dt
Vp = Vm . n
h
1/2
(n
h
=n
L
=50)
= 0.1941 x (50)
1/2
22
Vp
ka
= 1.373 m/dt
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.4.)
C. Perhitungan Kondisi Aliran
23
Kondisi aliran dapat dikategorikan setelah kita menghitung bilangan Froude dan
reynoldnya.
Dengan rumus sebagai berikut:
Bilangan Froude :
Fr =
h g
V
.
dengan :
Fr = Froude, Fr<1 Aliran Sub Kritis
Fr=1 Aliran Kritis
Fr>1 Aliran Super Kritis
V = Kecepatan (cm/dt)
g = Percepatan gravitasi (9.81 m/dt
2
)
h = Tinggi muka air (cm)
Bilangan Reynold :
Re =

h V
Dengan :
Re = Reynold, Re<2000 = Aliran Laminer
2000.4000 = Aliran Transisi
Re>4000 = Aliran Turbulen
Rumus untuk h rerata :

,
_

+ +

3
kanan as kiri
V V V
V
Contoh Perhitungan :
24
Bilangan Froude section II pada pelimpah (Debit I)

,
_

+ +

3
kanan as kiri
V V V
V
V
rerata
= 373 . 1 m/dt
Fr
model
=
h g
V
.
=
317 , 11 81 . 9
373 . 1

= 0.130
Karena Bilangan Froudenya = 0.130 >1, maka jenis alirannya adalah Sub- Kritis.
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.5.)
Contoh Perhitungan Bilangan Reynold:
Pada Section II pada pelimpah (Debit I)
Re =

h V

=
6
10
317 , 11 373 , 1

=15534388,333
Karena Bilangan Reynoldnya = 15534388,333 >2000, maka jenis alirannya adalah
Turbulen.
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.5.)
D. Perhitungan Loncatan Hidraulik
Pada pengujian model, loncatan hidraulik umumnya masih berada dalam ruang
peredam energi sehingga aman terhadap saluran atau sungai di bagian hilir. Untuk
25
menentukan tipe kolam olakan yang sesuai, digunakan klasifikasi tipe kolam olakan
ini didasarkan pada harga bilangang Froude dan kecepatan yang terjadi, rinciannya
sebagai berikut:
a. USBR Type I 1.7 < Fr < 2.5
b. USBR Type II Fr < 4.5 : V > 15 m/dt
c. USBR Type III Fr > 4.5 : V > 15 m/dt
d. USBR Type IV 2.5 < Fr < 4.5
( ) ( ) 1 8 1
2
1
/
2
1 2
+ Fr Y Y
Diketahui :
Y
1
= Tinggi muka air sebelum loncatan = 4,333
Y
2
= Tinggi muka air setelah loncatan = 10,933
Perhitungan :
( ) ( ) 1 8 1
2
1
/
2
1 2
+ Fr Y Y
( ) ( ) 1 8 1
2
1
333 , 4 / 933 , 0 1
2
+ Fr

( ) ( ) 1 8 1
2
1
523 , 2
2
+ Fr
( )
2
8 1 ( 54 , 6 Fr +
2
8 1 7716 , 42 Fr +
22145 , 5
2
Fr
Fr
285 , 2
26
Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai Fr = 2,285 Diketahui tipe kolam olak
yang sesuai yaitu USBR Type I
E. Perhitungan Kavitasi
Kavitasi merupakan fenomena hidrolik akibat tekanan subatmosfir aliran air pada
permukaan bangunan seperti pelimpah, saluran peluncur dan saluran samping.
Pengaruh kavitasi yang paling menonjol adalah di daerah kecepatan setempat
yang tinggi dengan tekanan rendah.
Rumus indeks kavitasi:
2
P

2
0
0
V
P
v

Dengan:
= indeks kavitasi
P
0
= ambient pressure (kPa), 1 kPa = 1000 N/m
2

a
= tekanan atmosfir (=101 kPa)
P
g
= . g . h
= tekanan setempat (kPa) = P
h = tinggi muka air (m)
P
v
= tekanan uap (kPa)
= massa jenis cairan (kg/m
3
)
V
o
= kecepatan aliran (m/dt)
Angka batas kavitasi dapat dihitung dengan rumus berikut:
27
2
P

2
0
0
V
P
C
p

Dalam hal ini


1
= -C
p
, dengan: P = P
g
= tekanan setempat (kPa)
Contoh Perhitungan Pada Saluran Peluncur Section 7:
Data:
P
0
= 1 kPa = 1000 N/m
2

a
= 101 kPa
h = 2,433 m
P
v
= 2828 kPa
= 1000 kg/m
3
V
o
= 11,212 m/dt
Perhitungan:
P
g
= . g . h
= 1000 . 9.81 . 2,433
= 23871,00 kPa
Po = Pa+Pg
= 101 + 23871
= 23972 kPa
2
P

2
0
0
V
P
v

28
2
212 , 11
1000
2828 23972,00

2

= 0,336
2
P

2
0
0
V
P
C
p

2
212 , 11
1000
23972,00 00 , 23871

2

= -0,002
Jadi nilai
1
= 0,002
Dari persyaratan dapat kita ketahui

>
1
. Maka tidak terjadi kavitasi.
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.6.)
29
3.4. Perhitungan Debit 2
A. Perhitungan Tinggi Muka Air
Perhitungan tinggi muka air diukur dengan menggunakan meteran taraf (point
gauge) atau dengan alat ukur sipat datar (waterpass). Indeks point alat ukur ini yaitu
96.8 yang digunakan untuk mengukur muka air pada titik-titik yang akan ditinjau.
Elevasi muka air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Dengan skala model 1 : 50 maka:
Dengan :
El
x
= Elevasi muka air prototype (m)
El
dasar x
= Elevasi dasar prototype (m)
a = Bacaan pada sipat datar (waterpass)
IPG = Indeks point sipat datar (waterpass)
Contoh Perhitungan Elevasi dan Tinggi Muka Air di Prototype :
Diketahui : IPG = 0 = 52,00 = 511,00
Hasil pembacaan : 62,6 (Saluran Peluncur, Section 7 As)
Elevasi dasar : 511,00
Penyelesaian :
( )
1
]
1


100
model skala
x IPG a El El
x dasar x
( )
1
]
1


100
model skala
x IPG a El El
x dasar x
( )
1
]
1


100
50
00 , 52 6 , 62 00 , 511 x El
x
30
Elevasi muka air di prototipe = 505,70
Tinggi muka air = El
x
- El
dasar
= 511,00 505,70
= 2,70 m
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.7.)
70 , 505
x
El
31
B. Perhitungan Kecepatan Air
Pengukuran distribusi kecepatan menggunakan pitot tube. Untuk menghitung
kecepatan di model dan prototype menggunakan persamaan :
Vm = Cp x
gh 2
(kecepatan aliran model)
Vp = Vm . n
h
1/2
(kecepatan aliran Prototype)
Dengan :
Vm = kecepatan di model
Cp = koefisien pitot tube = 3.992 . h
0.488
h = tinggi muka air di pitot tube (m)
Vp = kecepatan di prototype
n
h
= skala model
Contoh Perhitungan:
Pengukuran kecepatan aliran menggunakan pitot tube. Pengukuran di sebelah kiri
atas section 1 pada pelimpah.
Data : h
ka
= 0.133 cm = 0.001m
Cp = 3.992 x h
0.488
g = 9.81 m/dt
2
Maka :
Vm = Cp x
gh 2
= 3.992 x (0.001)
0.488
x 001 . 0 81 . 9 2 x x
Vm
ka
= 0.137 m/dt
32
Vp = Vm . n
h
1/2
(n
h
=n
L
=50)
= 0.137 x (50)
1/2
Vp
ka
= 0.971 m/dt
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.8.)
33
C. Perhitungan Kondisi Aliran
Kondisi aliran dapat dikategorikan setelah kita menghitung bilangan Froude dan
reynoldnya.
Dengan rumus sebagai berikut:
Bilangan Froude :
Fr =
h g
V
.
dengan :
Fr = Froude, Fr<1 Aliran Sub Kritis
Fr=1 Aliran Kritis
Fr>1 Aliran Super Kritis
V = Kecepatan (cm/dt)
g = Percepatan gravitasi (9.81 m/dt
2
)
h = Tinggi muka air (cm)
Bilangan Reynold :
Re =

h V
Dengan :
Re = Reynold, Re<2000 = Aliran Laminer
2000.4001 = Aliran Transisi
Re>4000 = Aliran Turbulen
Rumus untuk h rerata :

,
_

+ +

3
kanan as kiri
V V V
V
34
Contoh Perhitungan :
Bilangan Froude section II pada pelimpah (Debit 2)

,
_

+ +

3
kanan as kiri
V V V
V
V
rerata
= 1,768 m/dt
Fr
model
=
h g
V
.
=
367 , 9 81 . 9
768 . 1

= 0.184
Karena Bilangan Froudenya = 0.184 >1, maka jenis alirannya adalah Sub- Kritis.
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.9.)
Contoh Perhitungan Bilangan Reynold:
Pada Section II pada pelimpah (Debit 2)
Re =

h V

=
6
10
367 , 9 768 , 1

=16559345,103
Karena Bilangan Reynoldnya = 16559345,103 >2000, maka jenis alirannya adalah
Turbulen.
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.9.)
35
D. Perhitungan Loncatan Hidraulik
Pada pengujian model, loncatan hidraulik umumnya masih berada dalam ruang
peredam energi sehingga aman terhadap saluran atau sungai di bagian hilir. Untuk
menentukan tipe kolam olakan yang sesuai, digunakan klasifikasi tipe kolam olakan
ini didasarkan pada harga bilangang Froude dan kecepatan yang terjadi, rinciannya
sebagai berikut:
a. USBR Type I 1.7 < Fr < 2.5
b. USBR Type II Fr < 4.5 : V > 15 m/dt
c. USBR Type III Fr < 4.5 : V > 15 m/dt
d. USBR Type IV 2.5 < Fr < 4.5
( ) ( ) 1 8 1
2
1
/
2
1 2
+ Fr Y Y
Diketahui :
Y
1
= Tinggi muka air sebelum loncatan =4,400
Y
2
= Tinggi muka air setelah loncatan = 11,900
Perhitungan :
( ) ( ) 1 8 1
2
1
/
2
1 2
+ Fr Y Y
( ) ( ) 1 8 1
2
1
400 , 4 / 900 , 1 1
2
+ Fr

( ) ( ) 1 8 1
2
1
7045 , 2
2
+ Fr
( )
2
8 1 ( 409 , 6 Fr +
2
8 1 075 , 41 Fr +
009 , 5
2
Fr
Fr 2,238
36
Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai Fr = 2,238. Diketahui tipe kolam olak
yang sesuai yaitu USBR Type I.
E. Perhitungan Kavitasi
Kavitasi merupakan fenomena hidrolik akibat tekanan subatmosfir aliran air pada
permukaan bangunan seperti pelimpah, saluran peluncur dan saluran samping.
Pengaruh kavitasi yang paling menonjol adalah di daerah kecepatan setempat
yang tinggi dengan tekanan rendah.
Rumus indeks kavitasi:
2
P

2
0
0
V
P
v

Dengan:
= indeks kavitasi
P
0
= ambient pressure (kPa), 1 kPa = 1000 N/m
2

a
= tekanan atmosfir (=101 kPa)
P
g
= . g . h
= tekanan setempat (kPa) = P
h = tinggi muka air (m)
P
v
= tekanan uap (kPa)
= massa jenis cairan (kg/m
3
)
V
o
= kecepatan aliran (m/dt)
Angka batas kavitasi dapat dihitung dengan rumus berikut:
37
2
P

2
0
0
V
P
C
p

Dalam hal ini


1
= -C
p
, dengan: P = P
g
= tekanan setempat (kPa)
Contoh Perhitungan Pada Saluran Peluncur Section 7:
Data:
P
0
= 1 kPa = 1000 N/m
2

a
= 101 kPa
h = 2,633 m
P
v
= 2828 kPa
= 1000 kg/m
3
V
o
= 11,789 m/dt
Perhitungan:
P
g
= . g . h
= 1000 . 9.81 . 2,633
= 25833,00 kPa
Po = Pa+Pg
= 101 + 25833
= 25934 kPa
2
P

2
0
0
V
P
v

38
2
789 , 11
1000
2828 25934,00

2

= 0.3325
2
P

2
0
0
V
P
C
p

2
789 , 11
1000
25934,000 25833,000

2

= -0,001
Jadi nilai
1
= 0.001
Dari persyaratan dapat kita ketahui

>
1
. Maka tidak terjadi kavitasi.
(Perhitungan selanjutnya terdapat pada table 3.10.)
39
3.5. Perhitungan Efektifitas Peredam Energi
Efektifitas peredam energi dihitung dengan membandingkan energi sebelum
dan setelah loncatan. Semakin besar nilai perbandingan antara E1 dengan E2, maka
semakin baik peredam energi dalam mengendalikan loncatan hidraulik. Efektifitas
peredaman energi menunjukkan seberapa besar energi yang terkendalikan di dalam
peredam energi.

y1 v1 y2 v2 E1 E2 E Efektifitas
(m) (m/dt) (m) (m/dt) (m) (m) (m) (%)
Debit 1 4.933 15.723 11.200 1.578 17.533 11.327 6.206 35.397
Debit 2 4.400 18.777 12.767 8.731 22.370 16.652 5.718 25.560
3.6. Perhitungan Gerusan
Analisa penggerusan diperlukan untuk mengetahui gerusan (local scouring)
yang terjadi di bagian hilir bangunan peredam energi.
Perhitungan gerusan menggunakan rumus Veronise sebagai berikut :
S = (1,9 x He
0,255
x q
0,54
) dm
dengan :
S = kedalaman gerusan (local scouring) yang terjadi di hilir bangunan
He = jarak vertical antara garis energi dengan permukaan air di hilir bangunan
q = debit per satuan lebar
dm = kedalaman aliran di hilir bangunan
40
Data Perhitungan
V = 1,239 m/dt
Q = 94,162 m
3
/dt
B = 30 m
dm = 2,533 m
S = (1,9 x He
0,255
x q
0,54
) dm
= -0,693 m (dapat dianggap tdak terjadi gerusan)

Anda mungkin juga menyukai