i
= Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor lama pencahayaan.
ik
o = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari lama pencahayaan
dalam kelompok ke-k (galat petak utama).
j
= Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor pemberian porsi ransum berbeda.
()
ij
= Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari lama pencahayaan dan taraf ke-j
dari pemberian porsi ransum berbeda.
ijk
= Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf
ke-i faktor lama pencahayaan dan taraf ke-j pemberian porsi ransum
berbeda (galat anak petak).
Hipotesis Statistik
Pengaruh interaksi penggunaan protein akibat pemberian porsi ransum
berbeda dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler yaitu:
H0 : (AB)
ij
= 0 untuk (i=1,2) (j=1,2,3) (Tidak terdapat interaksi pemberian porsi
ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada
ayam broiler)
9
H
1 :
minimal ada satu (AB)
ij
0 (minimal ada satu interaksi pemberian porsi
ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada
ayam broiler)
Bila F hitung < F tabel dengan = 0,05 maka H
0
diterima, H
1
ditolak.
Bila F hitung > F tabel dengan = 0,05 maka H
0
ditolak, H
1
diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Protein
Hasil analisis kecernaan protein akibat pembatasan porsi ransum
dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler dapat dilihat pada
Tabel 2. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata
(P>0,05) interaksi perlakuan lama pencahayaan dengan pemberian porsi pakan
berbeda terhadap kecernaan protein. Demikian pula faktor pencahayaan dan
pemberian porsi pakan secara mandiri tidak mempengaruhi kecernaan protein.
Tabel 2. Kecernaan Protein Ayam Broiler
Pembatasan Lama Pencahayaan Rerata
------------- (%) ------------
T1 T2 T3
R1 67,03 66,53 73,67 69,08
R2 68,54 66,50 74,12 69,72
Rata-rata 67,79 66,51 73,90
Kecernaan protein dipengaruhi oleh konsumsi protein. Nilai konsumsi
protein yang tidak berbeda nyata menyebabkan hasil yang sama terhadap
kecernaan protein. Pemberian porsi ransum dan lama pencahayaan dimaksudkan
agar ternak dapat mengkonsumsi ransum lebih banyak pada malam hari kemudian
beristirahat sehingga nutrien yang masuk dapat dicerna maksimal oleh enzim
dalam saluran pencernaan tetapi karena konsumsi protein (T1: 26,01; T2: 30,15;
T3: 32,52; R1: 29,33; R2: 29,79) ransum sama pada semua perlakuan
menyebabkan nilai kecernaan tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai pendapat
10
Tillman et al. (1991) bahwa tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada
kandungan protein ransum dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran
pencernaan.
Rasio Efisiensi Protein
Hasil analisis rasio efisiensi protein akibat pemberian ransum berbeda
dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler dapat dilihat pada
Tabel 4. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi
perlakuan lama pencahayaan dan pemberian porsi pakan berbeda terhadap rasio
efisiensi protein. Faktor pencahayaan dan pemberian porsi ransum secara mandiri
juga tidak mempengaruhi rasio efisiensi protein.
Tabel 3. Rasio Efisiensi Protein Ayam Broiler
Pembatasan Lama Pencahayaan Rerata
------------- (%/ekor/hari) ------------
T1 T2 T3
R1 3,84 3,84 3,98 3,89
R2 3,85 3,78 3,87
3,84
Rata-rata 3,84 3,81 3,93
Rasio efisiensi protein dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan
dibagi konsumsi protein (Sidadolog dan Yuwanta, 2009). Nilai rasio efisiensi
protein menunjukkan efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan.
Pemberian porsi ransum yang lebih banyak pada malam hari dan lama
pencahayaan yang berbeda dapat meningkatkan kecernaan nutrien dalam saluran
pencernaan termasuk protein. Sintesa protein untuk pertumbuhan salah satunya
dipengaruhi oleh nitrogen yang terserap. Kecernaan protein yang tidak berbeda
nyata menyebabkan nitrogen yang diserap relatif sama sehingga pengaruh yang
diberikan terhadap rasio efisiensi protein juga sama. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wahju (1997) bahwa rasio efisiensi protein digunakan untuk menguji
keefektifan protein ransum yang berarti bahwa kalau nilai rasio efisiensi
proteinnya sudah secara nyata menurun berarti efektifitas penggunaan protein
11
ransum juga sudah menurun atau rendah. Faktor yang mempengaruhi rasio
efisiensi protein yaitu konsumsi energi (R1: 464,26 dan R2: 471,61). Energi yang
dikonsumsi merupakan fasilitator untuk mensintesis protein yang dibantu oleh
aktivitas enzim.
Pertambahan Bobot Badan
Hasil analisis pertambahan bobot badan akibat pemberian ransum berbeda
dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler dapat dilihat pada
Tabel 3. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi
perlakuan lama pencahayaan dengan pemberian porsi pakan berbeda terhadap
pertambahan bobot badan. Pengaruh yang tidak nyata ditunjukkan oleh faktor
pencahayaan, tetapi terdapat pengaruh nyata faktor pemberian porsi ransum
berbeda terhadap pertambahan bobot badan.
Tabel 4. Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler
Pembatasan Lama Pencahayaan Rerata
----------- (gr/ekor/hari) ------------
T1 T2 T3
R1 62,34 60,44 62,91 61,90
a
R2
62,61 57,92 62,56 61,03
a
Rata-rata
62,76
a
59,18
b
62,45
a
Terdapat pengaruh nyata dari faktor lama pencahayaan T2 lebih baik dari
pada T1 dan T3. Menurut Lewis dan Gous (2007) pembatasan cahaya bertujuan
memberikan kesempatan bagi broiler untuk beristirahat dari aktivitas makan
untuk mendukung proses pencernaan didalam tubuh sehingga akan berlangsung
secara optimal dan mengurangi pengeluaran energi. Ayam broiler yang diperlihara
dengan periode gelap lebih panjang menunjukkan kesehatan yang lebih baik dan
mortalitas rendah dibanding ayam broiler yang periode gelapnya lebih pendek.
Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon melatonin
secara normal. Menurut Apeldoorn et al. (1999) Melatonin merupakan hormon
yang disekresikan dari kelenjar pineal yang terlibat dalam proses ritme harian
12
suhu tubuh, beberapa fungsi essensial metabolisme tunuh terkait dengan konsumsi
pakan dan pencernaan serta sekresi beberapa limphokines yang terkait dengan
sistem kekebalan. Lama pencahayaan yang tepat dapat memberikan waktu
istirahat dan rasa nyaman bagi ayam broiler sehingga ransum yang dikonsumsi
dapat dicerna dengan baik.
13
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan lama
pencahayaannya pada malam hari menghasilkan pertambahan bobot badan yang
lebih baik, tetapi kecernaan dan efisiensi protein memberikan hasil yang sama
begitu pula dengan faktor pembatasan porsi ransum.
SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut
dengan pencahayaan dan pembatasan porsi ransum yang lebih bervariasi sehingga
bisa diketahui pengaruhnya yang lebih efektif.
14
DAFTAR PUSTAKA
Apeldoorn, E.J., J.W. Schrama, M.M. Mashaly and H.K. Johnson, R.W. 1997.
Inhibition of growth by proParmentier,1999. Effect of melatonin and
lightingscheduleon energy metabolism in broiler chickens.Poult.Sci., 78:
223-229.
Classen, H. L. 2004. Day Length Effects Performance, Health and
Condemnationsin Broiler Chicken. Proceeding of the Australian. University
of Sydney.
Hamidi, B. 2006. Perlunya Broiler dipuasakan. Buletin CP. Edisi April N0. 76/
tahun VII.
Iskandar, S. 2002. Pertumbuhan dan perkembangan karkas ayam silangan kedu x
arab pada dua sistem pemberian ransum. J. Ilmu Ternak Vet. 10(4): 253-
259.
Kusnadi E. 2006. Suplementasi vitamin c sebagai penangkal cekaman panas
pada ayam broiler. J. Ilmu Ternak Vet. 11(4):249-253.
Lewis, P. D. and Gous, R. M. 2007. Broilers perform better on short or step-up
photoperiods. South Afr. J. Anim. Sci. 37 (2): 90-96.
Nova, K. 2005. Pengaruh perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan
malam hari terhadap performans broiler strain cp 707. Anim. Prod. 10 (2):
117-121.
Oyedeji, J. O. and J. O. Atteh. 2005. Effects of nutrient density and photoperiod
on the performance and abdominal fat of broilers. Int. J. Poult. Sci. 4 (3):
149-152.
Sidadolog, J.H.P. dan T. Yuwanta. 2009. Pengaruh konsentrasi protein-energi
pakan terhadap pertambahan berat badan, efisiensi energi dan efisiensi
protein pada masa pertumbuhan ayam merawang. J. Anim. Prod. 11(1): 15-
22.
Tillman, A. D. H. Tartadi S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosokojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
15
Zulkifi, I., M.T. Norma., D.A, Israf and A.R. Omar. 2000. The effect of early feed
restriction on subsequent response to high enviromental temperatures in
female broiler chickens. Poult. Sci. 79: 1401-1407.