Anda di halaman 1dari 14

SEMESTER 3 BLOK 12 INFEKSI DAN IMUNITAS MAKALAH MANDIRI PBL

NAMA NIM

: AHMED HAYKAL HILMAN : 10.2008.160

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 2010

BAB I DAFTAR ISI

I.

DAFTAR ISI......................................................................................2

II.

PENDAHULUAN...............................................................................3

III.

ISI III.1. Anamnesis...............................................................................4 III.2. Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang............................................5 III.3. Etiologi....................................................................................6 III.4. Patofisiologi............................................................................7 III.5. Proses Penyembuhan..............................................................9 III.6. Diagnosa................................................................................10 III.7. Terapi....................................................................................12

IV.

PENUTUP.......................................................................................13

V.

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................14

BAB II PENDAHULUAN

Rabies (sinonim : Lyssa, hidrophobia, rege, toilwer) adalah suatu penyakit menular yang akut, menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit Rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti ini sangat ditakuti serta mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya akan diakhiri dengan kematian.

Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing. Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti bahwa mereka adalah hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh. Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs tersebut dan mulai memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan mereka ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem peredaran darah sebelum menjadi dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh. Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri mati, dicerna jaringan, sel-sel darah putih, dan enzim.

BAB III ISI


III.1. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasardasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.

Anamnesis didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengkap, seperti nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan dll, kemudian diikuti dengan keluhan utama dan selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang dikeluhkannya, kemudian ditanyakan riwayat penyakit dahulu dan riwayat kesehatan dan penyakit dalam keluarga.

III.2. Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang


Pada pemeriksaan fisik senantiasa ditemukan luka terbuka atau tertutup, organ/jaringan terinfeksi, massa eksudat, keradangan, abses superficial dengan ukuran berfariasi, rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif. Untuk membantu menentukan penyebabnya, bisa dilakukan pembiakan atau pemeriksaan cairan yang berasal dari luka di kulit.

Pada pemeriksaan penunjang, satu-satunya uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/ dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies. Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibodi spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga memudahkan deteksi. Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik mati terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi, uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu, diagnosis dapat juga dilakukan dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali post mortem diagnosis setelah hewan atau manusia yang terinfeksi meninggal.

III.3. Etiologi
Virus rabies merupakan rhabdo virus bersifat neutrop, besarnya 100 x 140 nanometer.

Inti virus rabies ini terdiri atas asam nukleat RNA saja, yang bersifat genetik. Inti tersebut dikelilingi oleh ribonukleoprotein yang disebut kapsid. Kombinasi inti dan kapsomer yang terdiri atas satuan molekul protein disebut nukleokapsid, diluarnya terdapat envelope yang permukaannya terdapat spikule (spikes). Envelope virus ini antara lain mengandng lipid yang dapat dilarutkan dengan eter, sehingga virus rabies itu dengan mudah sekali diinaktivasi dengan lipid solvent, misalnya air sabun 20% atau eter.

Diketahui bahwa envelope virus ini berperanan penting menentukan virulensi (infectivity), sedangkan RNA dan nukleokapsidnya sendiri tidak infectious

Secara umum partikel virus rabies mengandung :

a) Glikoprotein Berperan penting dalam proses melekatnya virus pada sel susceptible, serta mengandung antigen yang membentuk serum neutralizing antibody yang memberikan proteksi terhadap virus rabies. Selain itu, antigenic specifity virus itu sendiri juga berlokasi di glikoprotein tersebut. Ini berarti bahwa perbedaan antigen antara virus rabies klasik dan rabies related virus berasosiasi dengan spikes nya.

b) Ribonukleoprotein Berperan membentuk complement fixing antibody dan immunofluorescence antibody. Lagipula nukleoprotein antigen ini adalah group specific untuk rabies kelompok dari rhabdo virus.

III.4. Patofisiologi
Infeksi rabies pada manusia hampir semuanya akibat gigitan hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Virus rabies sendiri tidak dapat menembus kulit utuh, akan tetapi jilatan hewan yang terinfeksi dapat berbahaya jika mengenai kulit terluka. Virus dapat pula memasuki badan melalui selaput mukosa yang utuh seperti selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna. Pada orang, rute melalui makanan ini belum ada konfirmasinya. Infeksi melalui inhalasi adalah rute yang jarang ditemukan pada manusia. Cara infeksi lain adalah karena infeksi oleh vaksin rabies yang masih mengandung virus belum mati.

Pada umumnya rabies pada manusia mempunyai maasa inkubasi 3-8 minggu. Gejalagejala jarang timbul sebelum 2 minggu dan biasanya timbul sesudah 12 minggu, meskipun pernah dilaporkan ada kasus-kasus dengan masa inkubasi 1 tahun atau lebih. Jangka waktu ini dihubungkan dengan jenis spesimen yang terkena, pada manusia hal ini lebih lama daripada binatang-binatang yang lebih rendah, dengan lokasi makin dekat dengan otak, makin pendek masa latennya. Selain itu, masa tunas dihubungkan dengan seks dan umur. Wanita agaknya cenderung mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek daripada laki-laki dan anak lebih pendek daripada dewasa.

Rabies pada manusia melalui transmisi neural, setelah inokulasi, selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior. Masa inkubasi berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak. Menentukan tempat virus yang baru diintroduksi secara akut merupakan kunci untuk meningkatkan pengobatan pasca gigitan dan menerangkan efikasinya. Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin suda sembuh bahkan mungkin telah dilupakan, tetapi pasien sekarang mengeluh tentang sensasiyang lain ditempat bekas gigitan. Perasaan itu dapat berupa tusukan, gatal-gatal, rasa terbakar dan berdenyut. Sesampainya di otak, virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusu terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.

Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf autonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, kelenjar lainnya, ginjal dan lemak. Pada beberapa spesies, penyebaran virus terjadi juga dalam paru-paru dan otot.

Khususnya mengenai infeksi dan sistim imbik ini, digambarkan sebagai suatu fenomena alam yang khas, berupa penyusuaian yang ideal, yang berhubungan denganusaha kelanjutan penyebaran virus dalam alam. Sistem limbik sebagaimana diketahui amat erat bersangkutan dengan fungsi pengontrolan sikap emosional. Si pasien, akibat pengaruh pengaruh infeksi sel-sel dalam sistim limbik tersebut, akan menggigit mangsanya tanpa adanya provokasi dai luar, dan dengan demikian telah meneruskan dan melestarikan proses infeksi dalam manusia yang baru, selam manusia belum bertekad dan mampu terobati.

III.5. Proses Penyembuhan


Setelah kemungkinan adanya infeksi dengan virus rabie smelalui gigitan anjing yang mengidap rabies, maka diperlukan penanggulangan segera.

a. Neutralizing antibody haruslah segera terdapar dalam serum setelah masuknya virus ke dalam tubuh. b. Neutralizing sebaiknya terdapat dalam titer yang cukup tinggi selam setahun sehubungan dengan panjangnya masa inkubasi penyakit tersebut. c. Neutralizing antibody dapat berasal dari imunisasi pasif serum anti rabies atau secara aktif diproduksi oleh tubuh karena imunisasi aktif, dan haruslah ada dalam kadar yang cukup tinggi dan terutama yang IgG specifity.

Tindakan yang paling tepat dilakukan dalam hal post exposure treatment adalah : 1. Pengobatan luka Pengobatan luka gigitan dan goresan yang mungkin terkontaminasi oleh virus rabies merupakan hal yang sangat penting dan harus dikerjakan segera 2. Pemberian serum anti-rabies 3. Pemberian vaksin anti-rabies

III.6. Diagnosa
Penyakit ini seringkali berjalan dengan cepat dan dalam 10 hari dapat menyebabkan kematian sejak timbulnyagejala, sehingga penelitian belum sempat dilakukan, walaupun secara klinis cukup jelas. Pada kasus dengan perjalanan yang agak lama, misalnya gejala paralisis yang dominan dan mengaburkan diagnosis.

Virus rabies dapat diisolasi dari air lir, cairan serebrospinal dan urin penderita. Walaupun begitu, isolasi virus kadang-kadang tidak berhasil didapatkan dari jaringan otak dan bahan-bahan tersebut setelah 10-14 hari sakit. Hal ini berhubungan dengan adaya neutralizing antibodies.

Fluorescent antibodoes test (FAT) dapat menunjukkan antien virus di jaringan otak, sedimen cairan serebrospinal, urin, kulit dan kornea, bahkan setelah teknik isolasi tidak berhasil. FAT ini juga bisa negatif, bila antibodi telah terbentuk. Serum neutralizing antibody pada kasus yang tidak divaksinasi tidak akan terbentuk sampai hari ke 10 pengobatan, tetapi setelah itu titer akan meningkat dengan cepat. Peningkatan titer yang cepat juga nampak pada hari ke 6-10 setalah onset klinis pada penderita yang diobati dengan anti rabies. Karakteristik respon imun ini, pada kasus yang divaksinasi, dapat membantu diagnosi.

10

III.7. Terapi
Pengobatan dilakukan dengan :

1. Pada post exposure treatment yang ringan yaitu berupa 14 x suntikan @ 2 mlntiap hari subkutan dengan catatan penyimpanan vaksin harus baik (2-8 C) 2. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di daerah leher ke atas, pada jari tangan dan genitalia, diberikan anti serum 40 IU per kg berat badan pada hai pertama dan disusul dengan vaksinasi 14 x @ 2 ml setiap hari secara subkutan berturutturut, diikuti dengan booster pada hari ke 10, ke 20 dan ke 90 setelah suntika terakhir 3. Kalau skin test positif terhadap serum kuda, penderita divaksinasi sebanyak 5 x dan jika anjing nya setelah 5 hari diobservasi makin sehat, vaksinasi dihentikan. Tetapi jika anjingnya memperlihatkan gejal rabies, vaksinasi lanjutkan sampai 14 x dan disusul dengan pemberian booster pada hari ke 10, ke 20 dan ke 90 suntika terakhir 4. Vaksinasi ulangan jika digigit anjing rabies : i) Jika gigitan terjadi lagi 3 bulan sesudah pengobatan pertama, tidak diperlukan pengobatan lagi ii) Jika terjadi gigitan lain antara 3-6 bulan sesudah pengobatan pertama, diberikan 2 x suntikan vaksin @ 2 ml selang seminggu iii) Jika sudah lebih dari 6 bulan terjadi gigitan lagi, diberikan 14 x suntikan @ 2 ml vaksin cara subkutan tanpa perlu diberi anti-serum

Selama penderita mengalami post exposure vaccination dilarang berolahraga berat atau bekerja keras dan minum alkohol. Kemudian penderita diminta datang untuk kontrol kesehatannya setiap bulan tehadap kemungkinan adanya komplikasi pemberian vaksin rabies selama 6 bulan.

11

Secara garis besar ada 2 tipe vaksin anti-rabies, yaitu :


1. Nerve tissue vaccine :berasal dari otak hewan dewasa, misalnya kelinci, kambing, domba, dll. Bisa juga didapat dari otak hewan bayi, misalnya tikus. 2. Non nerve tissue vaccine : dapat berupa avian vaccine atau tissue culture vaccine

12

BAB IV PENUTUP

Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssavirus, famili Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui sekret yang terinfeksi pada gigitan binatang. Nama lain ialah hydrophobia, la rage (Perancis), la rabbia (Italia), la rabia (Spanyol), die tollwut (Jerman) atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila. Virus rabies merupakan prototipe dari genus Lyssa-virus dari famili Rhabdoviridae. Dari genus Lyssa-virus ada 11 jenis virus yang secara antigenik mirip virus rabies dan yang menginfeksi manusia adalah virus rabies, Mokola, Duvenhage dan European bat lyssa-virus. Virus rabies termasuk golongan virus RNA. Virus berbentuk pel dengan ukuran 180 x 75 nm, single stranded'RNA, ter dari kombinasi nukleo-protein yang berbentuk koil he' yang tersusun dari fosfoprotein dan polimerasi Rr Selubung virus terdiri dari lipid, protein matriks i glikoprotein. Virus rabies inaktif pada pemanasan; p temperatur 56 C waktu paruh kurang dari satu menit, pada kondisi lembab pada temperatur 37 C dapat berta beberapa jam.. Virus juga akan mati dengan deterjen, sal etanol 45 %, solusi jodium. Virus rabies dan virus lain y sekeluarga dengan rabies diklasifikasikan menjadi 6 genot Rabies merupakan genotipe 1, Mokola genotipe Duvenhage genotipe 4,^dan European bat lyssa-vi genotip 5 dan 6.

13

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1. anaksehat.blogdrive.com/archive/6.html 2. http://agengrosir.com/info/informasi-penyakit/abses-penimbunannanah.html 3. http://blog.ilmukeperawatan.com/abses-definisi-tanda-dan-gejaladiagnosis-abses.html 4. Paul N. Harijanto, Carta A. Gunawan. Rabies. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai