Anda di halaman 1dari 23

PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan rahmat Allah SWT, Alhamdulillah saya selalu panjatkan untuk-Nya karena saya bisa menyelesaikan rangkuman ini yang saya beri judul Teori Kuantum dan Persamaan Gelombang. Rangkuman ini saya buat untuk memenuhi permintaan dari adek-adek kelas angkatan 2011 terutama untuk anak Pendidikan Kimia Internasional serta sebagai bentuk sumbangsih buat mereka agar semakin memperkaya pengetahuan kimia terutama dalam Mata Kuliah Kimia Fisika yang membahas Mekanika Kuantum. Rangkuman ini terbagi menjadi beberapa bab. Pada bab awal akan dijelaskan mengenai teori klasik mengenai atom, selanjutnya akan dibahas pteori atom melalui pendekatan gelombang. Rangkuman ini disusun dengan mengambil, menerjemahkan, kemudian dijelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana agar lebih mudah dipahami. Akhirnya saya mengucapkan terimakasih untuk Jurusan Kimia Unesa, Ormawa Jurusan Kimia Unesa, teman-teman kimia angkatan 2008, serta adek-adek kelas angkatan 2011. Semoga rangkuman ini bermanfaat bagi kalian. Amiiiin ya Robb..

STRUKTUR ATOM (MEKANIKA KLASIK)

John

Dalton

(1805)

menyatakan

bahwa semua materi tersusun atas partikelpartikel kecil yang disebut dengan atom. Dia menggambarkan bahwa atom adalah sebuah benda pejal yang tidak dapat dibagi lagi (incapable of subdivision). Pada akhir abad ke-19 terdapat beberapa percobaan yang cukup yang menunjukkan bahwa atom

tersusun atas partikel-partikel yang lebih kecil lagi. Partikel-partikel itu dikenal dengan partikel subatomik yang sering disebut dengan partikel-partikel dasar (fundamental particles). Jumlah partikel-partikel subatomik tersebut sangatlah banyak. Sekarang, terdapat tiga partikel terpenting, mereka adalah proton, neutron dan elektron.

Gambar 1 Perkembangan Teori Atom

Dari gambar di atas, marilah sekarang kita pelajari perkembangan teori atom yang dimulai dari Dalton (1805), Thompson (1896), Rutherford (1909), dan Niels Bohr (1913).

1. Model Atom Dalton a. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi. b. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda. c. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atas atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen. d. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Hipotesis Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti bola tolak peluru. Kelemahan dari teori yang dikemukakan oleh John Dalton adalah beliau tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik, jika atom merupakan bagian terkecil dari suatu unsur dan tidak dapat dibagi lagi. Walaupun teori yang dikemukakan oleh John Dalton adalah teori yang sederhana. Namun teori yang dikemukakan olehnya memiliki kelebihan, teorinya telah memulai membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai model atom.

2. Model Atom Thomson Menurut Thompson, atom adalah bola padat bermuatan positif dan di permukaannya tersebar elektron yang bermuatan negatif. Pengetahuan mengenai elektron merupakan hasil studinya mengenai pelucutan listrik di dalam tabung discharge tube (J.J. Thomson, 1896). Tabung tersebut terdiri atas tabung kaca dengan electrode logam yang tergabung di dalam dinding kaca tersebut (Fig. 1.1). Melalui sebuah lengan samping udara di dalam tabung dapat dipompa keluar. Elektrode dihubungkan dengan sumber tegangan listrik dengan voltase tinggi (10,000 Volts) dan udara di dalam tabung perlahan dikeluarkan. Aliran listrik yang melewati antara electrode dan gas yang tersisa di dalam tabung mulai tampak semakin besar. Jika semua gas telah dikeluarkan (hampa udara) dari dalam tabung, pijaran cahaya berubah menjadi sedikit sinar yang berkilauan yang menghasilkan

pendaran sinar (fluorescence) pada bagian ujung katoda. Sinar yang dihasilkan dari katoda ini disebut dengan sinar katoda (Cathode Rays).

Gambar Tabung Sinar Katoda

3. Model Atom Rutherford Atom adalah bola berongga yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom. Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori klasik gelombang elektromagnetik jika sebuah partikel mengelilingi partikel lain yang berbeda muatan, maka partikel tersebut akan mengeluarkan energy. Jika elektron mengeluarkan energy, kecepatannya akan berkurang dan elektron akan bergerak spiral, dan akhirnya jatuh ke inti atom. Hal ini tidak mungkin terjadi karena jika terjadi atom adalah partikel yang tidak stabil. Namun pada kenyataannya atom adalah stabil.

Fenomena di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. Ambillah seutas tali dan salah satu ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang. Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Lama-kelamaan putarannya akan melemah karena Anda pegal memegang tali tersebut sehingga kayu akan mengenai kepala Anda. Meski teorinya lemah, namun Rutherford telah berjasa dengan mengenalkan istilah lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut dengan kulit.

4. Model Atom Niels Bohr Neils Bohr, seorang ahli fisika cerdas asal Denmark, menunjukkan bahwa hukumhukum fisika klasik tidak dapat diaplikasikan untuk dunia submicroscopik atom. Dia telah lama mengamati perilaku elektron, dan spektrum radiasi atom. Pada 1913 Bohr mengusulkan model baru dari atom berdasarkan pada teori Quantum modern. Dengan model teoritis ia mampu menjelaskan tentang mengapa elektron mengorbit tidak jatuh ke inti dan bagaimana spektrum atom disebabkan oleh radiasi yang dipancarkan ketika elektron pindah dari satu orbit ke yang lain. Oleh karena itu untuk memahami teori Bohr dari struktur atom, pertamatama perlu untuk memperkenalkan diri kita dengan sifat radiasi elektromagnetik dan spektrum atom seperti juga teori Quantum . Radiasi elektromagnetik Energi dapat dipindahkan melalui ruang oleh radiasi elektromagnetik. Beberapa bentuk energi radiasi adalah gelombang radio, cahaya tampak, sinar inframerah, sinar ultraviolet, sinar-X dan radiasi sinar . Disebut radiasi elektromagnetik karena mereka terdiri dari gelombang yang memiliki sifat listrik dan magnetik. Sebuah objek mengeluarkan energi gelombang ketika partikel tersebut bergerak naik dan turun atau bergetar terus-menerus. Partikel yang bergetar menyebabkan gangguan intermiten yang merupakan gelombang. Gelombang memindahkan energi dari objek melalui getaran ke tempat yang jauh. Gelombang itu bergerak pada sudut kanan ke gerak getaran dari objek.

Gelombang elektromagnetik juga seperti gelombang yang disebabkan ketika batu dilemparkan ke kolam air. Batu membuat molekul air bergetar ke atas dan ke bawah dan memancarkan energi sebagai gelombang di permukaan air. Gelombang ini terlihat menjauh ke tepi kolam. Gelombang dapat dihasilkan oleh perpindahan aktual dari partikel medium seperti dalam kasus air atau gelombang suara. Namun, gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh gerakan periodik dari partikel bermuatan. Dengan demikian gerak getaran elektron akan menyebabkan kumpulan gelombang medan listrik berosilasi serta kumpulan gelombang medan magnet berosilasi. Gelombang elektromagnetik perjalanan melalui ruang kosong dengan kecepatan atau kecepatan cahaya. Untuk menjelaskan fakta bahwa atom adalah entitas yang stabil, diamati bahwa elektron harus bergerak di sekitar inti sedemikian rupa sehingga gaya sentrifugal (gaya yang menyebabkan elektron bergerak ke luar/terlempat) sama atau menyeimbangkan gaya elektrostatik tarik-menarik antara proton di dalam inti dengan elektron. Karena elektron bergerak dalam beberapa jenis orbit lingkaran, terus-menerus harus menjalani akselerasi dan harus memancarkan energi elektromagnetik sesuai dengan hukum fisika klasik.

Sementara jika elektron dalam atom hidrogen harus terus bergerak, akan timbul masalah besar. Jika elektron mengelilingi inti mengalami perubahan konstan dalam arah seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas, maka kecepatan memiliki baik besar dan arah. Mengubah arah merupakan perubahan kecepatan, dan perubahan kecepatan dengan waktu adalah percepatan. Hukum teori elektromagnetik klasik memprediksi bahwa muatan listrik yang dipercepat harus memancarkan energi elektromagnetik. Jika elektron tidak memancarkan energi elektromagnetik, maka akan kehilangan bagian dari energi, dan seperti yang terjadi sehingga akan begerak spiral dan jatuh ke inti atom. Bohr mengasumsikan bahwa terdapat beberapa orbit (orbit yang diperbolehkan) dimana elektron dapat bergerak tanpa mengeluarkan energi berupa radiasi gelombang elektromagnetik. Orbital-orbital itu memiliki ciri

Dimana m adalah massa elektron, v adalah kecepatan, r adalah jari-jari lintasan, h adalah tetapan Planck dan n adalah kulit atom dengan harga 1, 2, 3, . . . . n disebut juga bilangan kuantum utama. Ini memungkinkan masalah yang harus dipecahkan, tetapi tidak ada yang tahu mengapa hal itu terjadi. Bohr juga mengasumsikan bahwa garis spektrum yang dipancarkan dihasilkan dari elektron jatuh dari orbital n tinggi untuk salah satu dari n rendah. Gambar di

atas menunjukkan gaya yang bekerja pada elektron yang bergerak. Besaran dari kekuatan ini harus sama untuk sebuah elektron berada dalam orbit yang stabil, jadi jika e adalah muatan elektron,

sehingga, persamaan di atas dapat berubah menjadi

Dari asumsi Bohr bahwa

diperoleh

Dengan menggabungkan dua persamaan kecepatan, maka diperoleh

Sehingga kita peroleh nilai r

Hubungan ini menunjukkan bahwa jari-jari orbit yang diperbolehkan adalah sebagai n2 (h, m, dan e adalah konstanta). Oleh karena itu, orbit dengan n = 2 adalah empat kali lebih besar bahwa dengan n = 1; orbit dengan n = 3 adalah sembilan kali lebih besar bahwa dengan n = 1, dll. Total energy adalah jumlah antara energy elektrostatik (potensial) dengan energy kinetik (total energy = kinetic + potential):

Dari persamaan sebelumnya, kita tahu bahwa

Dengan mengalikan kedua ruas dengan , akan memberikan

Ruas kiri adalah energy kinetic elektron, dan dengan menyubsitusikan persamaan ini, diperoleh

Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa

Dan dengan substitusikan hasilnya kita peroleh

Jika kita tulis dalam bentuk persamaan energy, diperoleh

Dari persaamaan di atas kita dapat menghitung harga energy di setiap kulit atom:

Dengan demikian, teori atom Bohr menyatakan bahwa: a. Atom terdiri atas inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan. b. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan berkurang. Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi, elektron akan menyerap energi. Jika beralih ke lintasan yang lebih rendah, elektron akan memancarkan energi. c. Kedudukan elektron-elektron pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut kulit-kulit elektron.

EFEK FOTOLISTRIK Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan. Istilah lama untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak digunakan lagi). Hertz mengamati dan kemudian menunjukkan bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet menciptakan bunga api listrik lebih mudah. Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts sampai lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek fotolistrik menyebabkan langkahlangkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, elektron dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel. fenomena di mana cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau photoresistivity ), efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia .

Foton dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi cahaya. Dalam proses photoemission, jika elektron dalam beberapa bahan menyerap energi dari satu foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak energi daripada fungsi kerja (energi ikat elektron) dari materi, itu dikeluarkan. Jika energi foton terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar dari materi. Peningkatan intensitas sinar meningkatkan jumlah foton dalam berkas cahaya, dan dengan demikian meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak meningkatkan energi setiap elektron yang dimemiliki. Energi dari elektron yang dipancarkan tidak tergantung pada intensitas cahaya yang masuk, tetapi hanya pada energi atau frekuensi foton individual. Ini adalah interaksi antara foton dan elektron terluar. Elektron dapat menyerap energi dari foton ketika disinari, tetapi mereka biasanya mengikuti prinsip "semua atau tidak" . Semua energi dari satu foton harus diserap dan digunakan untuk membebaskan satu elektron dari atom yang mengikat, atau energi dipancarkan kembali. Jika energi foton diserap, sebagian energi membebaskan elektron dari atom, dan sisanya dikontribusi untuk energi kinetik elektron sebagai partikel bebas. Tidak ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di bawah frekuensi ambang, karena elektron tidak mendapatkan energi yang cukup untuk mengatasi ikatan atom. Elektron yang dipancarkan biasanya disebut fotoelektron dalam banyak buku pelajaran. Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana sistem fisika (seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan kelakuan sepertigelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak digunakan oleh pencipta mekanika kuantum. Efek fotolistrik dijelaskan secara matematis oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta yang dikembangkan oleh Max Planck. Hukum emisi fotolistrik: 1. Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan berbanding lurus dengan intensitas cahaya yg digunakan. 2. Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi. di bawah frekuensi ini fotoelektron tidak bisa dipancarkan. 3. Di atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron tidak bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada frekuensi cahaya. 4. Perbedaan waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil, kurang dari 10-9 detik.

DUALISME GELOMBANG PARTIKEL

PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG A serious problem with the Bohr model stems from the fact that it is impossible to know simultaneously the position and momentum (or energy) of a particle. A rationale for this can be given as follows. Suppose you observe a ship and determine its position. The visible light waves have a wavelength of about 4 105 to 8 105 cm (4 107 to 8 107 m) and very low energy. The light strikes the ship and is reflected to your eyes, the detector. Because

of the very low energy of the light, the ship, weighing several thousand tons, does not move as a result of light striking it.
Sebuah masalah serius dengan model Bohr berasal dari kenyataan bahwa tidak mungkin untuk mengetahui secara simultan posisi dan momentum (atau energi) dari partikel. Sebuah alasan untuk ini dapat diberikan sebagai berikut. Misalkan Anda mengamati kapal dan menentukan posisinya. Gelombang cahaya tampak memiliki panjang gelombang sekitar 4 10-5 sampai 8 10-5 cm (4 107 sampai 8 10-7 m) dan energi yang sangat rendah. Cahaya menyerang kapal dan dipantulkan ke mata Anda, detektor. Karena energi yang sangat rendah cahaya, kapal, berat beberapa ribu ton, tidak bergerak akibat cahaya mencolok itu.

Now, suppose you wish to see a very small particle of perhaps 108 cm (1010 m) diameter. In order to locate the particle you must use light having a wavelength about the same length as the size of the particle. Radiation of 108 cm (very short) wavelength has very high energy since
Sekarang, anggaplah Anda ingin "melihat" partikel yang sangat kecil mungkin 10-8 cm (10-10 m) diameter. Dalam rangka untuk mencari partikel Anda harus menggunakan "cahaya" yang memiliki panjang gelombang kira-kira sama dengan ukuran partikel. Radiasi dari 10-8 cm (sangat pendek) panjang gelombang memiliki energi yang sangat tinggi sejak

Therefore, in the process of locating (observing) the particle with high energy radiation, we have changed its momentum and energy. Therefore, it is impossible to determine both the position and the momentum simultaneously to greater accuracy than some fundamental quantity. That quantity is h and the relationship between the uncertainty in position (distance) and that in momentum (mass distance/time) is
Oleh karena itu, dalam proses penempatan (mengamati) partikel dengan radiasi energi tinggi, kami telah mengubah momentum dan energi. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk menentukan baik posisi dan momentum secara bersamaan untuk akurasi yang lebih besar dari beberapa kuantitas mendasar. Bahwa kuantitas adalah h dan hubungan antara ketidakpastian dalam posisi (jarak) dan bahwa dalam momentum (massa jarak / waktu) adalah

This relationship, which is one form of the Heisenberg uncertainty principle, indicates that h is the fundamental quantum of action. We can see that this equation is dimensionally correct

since the uncertainty in position multiplied by the uncertainty in momentum has the dimensions of
Hubungan ini, yang merupakan salah satu bentuk prinsip ketidakpastian Heisenberg, menunjukkan bahwa h adalah kuantum dasar tindakan. Kita bisa melihat bahwa persamaan ini adalah benar karena dimensi ketidakpastian dalam posisi dikalikan dengan ketidakpastian dalam momentum memiliki dimensi

In cgs units,

and the units of erg s match the units on h. If we use uncertainty in time in seconds and uncertainty in energy is erg s,

and this equation is also dimensionally correct. Therefore, an equation of this form can be written between any two variables that reduce to erg s or g cm2/s. It is implied by the Bohr model that we can know the details of the orbital motion of the electron and its energy at the same time. Having now shown that is not true, we will direct our attention to the wave model of the hydrogen atom.
dan unit erg s sesuai dengan unit pada h. Jika kita menggunakan ketidakpastian dalam waktu dalam detik dan ketidakpastian energi adalah erg s,

dan persamaan ini juga dimensi yang benar. Oleh karena itu, persamaan bentuk ini dapat ditulis antara dua variabel yang mengurangi ke erg s atau g cm2 / s.

Hal ini tersirat oleh model Bohr bahwa kita dapat mengetahui detail gerakan orbital dari elektron dan energi pada waktu yang sama. Setelah sekarang menunjukkan bahwa tidak benar, kita akan mengarahkan perhatian kita pada model gelombang dari atom hidrogen.

BAB II STRUKTUR ATOM PENDEKATAN MEKANIKA GELOMBANG

WAVE MECHANICAL CONCEPT OF ATOM Bohr, undoubtedly, gave the first quantitative successful model of the atom. But now it has been superseded completely by the modern Wave Mechanical Theory. The new theory rejects the view that electrons move in closed orbits, as was visualized by Bohr. The Wave mechanical theory gave a major breakthrough by suggesting that the electron motion is of a complex nature best described by its wave properties and probabilities. While the classical mechanical theory of matter considered matter to be made of discrete particles (atoms, electrons, protons etc.), another theory called the Wave theory was necessary to interpret the nature of radiations like X-rays and light. According to the wave theory, radiations as X-rays and light, consisted of continuous collection of waves travelling in space.
Bohr, tidak diragukan lagi, memberikan model pertama yang berhasil kuantitatif atom. Tapi sekarang telah digantikan sepenuhnya oleh Teori Gelombang Mekanik yang modern. Teori baru menolak pandangan bahwa elektron bergerak dalam orbit tertutup, seperti divisualisasikan oleh Bohr. Teori Gelombang mekanik memberikan terobosan besar dengan menyarankan bahwa gerak elektron bersifat kompleks digambarkan oleh sifat gelombang dan probabilitas.

Sementara 'teori mekanik' klasik materi dianggap materi harus terbuat dari partikel-partikel diskrit (atom, elektron, proton dll), teori lain yang disebut 'Gelombang teori' itu diperlukan untuk menafsirkan sifat radiasi seperti X-ray dan cahaya. Menurut teori gelombang, radiasi sinar-X dan cahaya, terdiri dari koleksi terus menerus gelombang bepergian di ruang angkasa.

The wave nature of light, however, failed completely to explain the photoelectric effect i.e. the emission of electron from metal surfaces by the action of light. In their attempt to find a plausible explanation of radiations from heated bodies as also the photoelectric effect, Planck and Einstein (1905) proposed that energy radiations, including those of heat and light, are emitted discontinuously as little bursts, quanta, or photons. This view is directly opposed to the wave theory of light and it gives particle-like properties to waves. According to it, light exhibits both a wave and a particle nature, under suitable conditions. This theory which applies to all radiations, is often referred to as the Wave Mechanical Theory.
Sifat gelombang cahaya, bagaimanapun, gagal sepenuhnya untuk menjelaskan efek fotolistrik yaitu emisi elektron dari permukaan logam oleh aksi cahaya. Dalam upaya mereka untuk menemukan penjelasan yang masuk akal dari radiasi dari tubuh dipanaskan seperti juga efek fotolistrik, Planck dan Einstein (1905) mengusulkan bahwa energi radiasi, termasuk dari panas dan cahaya, yang dipancarkan terputus-putus sebagai sedikit 'ledakan', quanta, atau foton . Pandangan ini secara langsung bertentangan dengan teori gelombang cahaya dan memberikan partikel-sifat seperti gelombang. Menurut itu, cahaya pameran baik gelombang dan sifat partikel, sesuai dengan kondisi. Ini teori yang berlaku untuk semua radiasi, sering disebut sebagai 'Teori Gelombang Mekanik'.

With Plancks contention of light having wave and particle nature, the distinction between particles and waves became very hazy. In 1924 Louis de Broglie advanced a complimentary hypothesis for material particles. According to it, the dual characterthe wave and particle may not be confined to radiations alone but should be extended to matter as well. In other words, matter also possessed particle as well as wave character. This gave birth to the Wave mechanical theory of matter. This theory postulates that electrons, protons and even atoms, when in motion, possessed wave properties and could also be associated with other characteristics of waves such as wavelength, wave-amplitude and frequency. The new quantum mechanics, which takes into account the particulate and wave nature of matter, is termed the Wave mechanics. Dengan anggapan Planck cahaya memiliki sifat gelombang dan partikel, perbedaan antara partikel dan gelombang menjadi sangat kabur. Pada tahun 1924 Louis de Broglie maju hipotesis gratis untuk partikel materi. Menurut itu, dual-karakter gelombang dan partikelmungkin tidak terbatas pada radiasi saja tapi harus diperluas dengan materi juga. Dengan kata lain, hal ini juga memiliki partikel serta karakter gelombang. Hal ini melahirkan 'teori Gelombang mekanik materi'. Teori ini mendalilkan bahwa elektron, proton dan bahkan atom, ketika bergerak, memiliki sifat gelombang dan juga dapat dikaitkan dengan karakteristik lain dari gelombang seperti panjang gelombang, amplitudo gelombang dan frekuensi. The kuantum mekanik baru, yang memperhitungkan sifat partikel dan gelombang materi, disebut mekanika gelombang.

de BROGLIES EQUATION de Broglie had arrived at his hypothesis with the help of Plancks Quantum Theory and Einsteins Theory of Relativity. He derived a relationship between the magnitude of the wavelength associated with the mass m of a moving body and its velocity. According to Planck, the photon energy E is given by the equation

where h is Plancks constant and v the frequency of radiation. By applying Einsteins massenergy relationship, the energy associated with photon of mass m is given as

where c is the velocity of radiation Comparing equations (i) and (ii)

The equation (iii) is called de Broglies equation and may be put in words as : The momentum of a particle in motion is inversely proportional to wavelength, Plancks constant h being the constant of proportionality. The wavelength of waves associated with a moving material particle (matter waves) is called de Broglies wavelength. The de Broglies equation is true for all particles, but it is only with very small particles, such as electrons, that the wave-like aspect is of any significance. Large particles in motion

though possess wavelength, but it is not measurable or observable. Let us, for instance consider de Broglies wavelengths associated with two bodies and compare their values. (a) For a large mass Let us consider a stone of mass 100 g moving with a velocity of 1000 cm/sec. The de Broglies wavelength will be given as follows :

This is too small to be measurable by any instrument and hence no significance. (b) For a small mass Let us now consider an electron in a hydrogen atom. It has a mass = 9.1091 10 28 g and moves with a velocity 2.188 10 8 cm/sec. The de Broglies wavelength is given as

This value is quite comparable to the wavelength of X-rays and hence detectable. It is, therefore, reasonable to expect from the above discussion that everything in nature possesses both the properties of particles (or discrete units) and also the properties of waves (or continuity). The properties of large objects are best described by considering the particulate aspect while properties of waves are utilized in describing the essential characteristics of extremely small objects beyond the realm of our perception, such as electrons. THE WAVE NATURE OF ELECTRON de Broglies revolutionary suggestion that moving electrons had waves of definite wavelength associated with them, was put to the acid test by Davison and Germer (1927). They demonstrated the

physical reality of the wave nature of electrons by showing that a beam of electrons could also be diffracted by crystals just like light or X-rays. They observed that the diffraction patterns thus obtained were just similar to those in case of X-rays. It was possible that electrons by their passage through crystals may produce secondary X-rays, which would show diffraction effects on the screen. Thomson ruled out this possibility, showing that the electron beam as it emerged from the crystals, underwent deflection in the electric field towards the positively charged plate. Davison and Germers Experiment In their actual experiment, Davison and Germer studied the scattering of slow moving electrons by reflection from the surface of nickel crystal. They obtained electrons from a heated filament and passed the stream of electrons through charged plates kept at a potential difference of V esu. Due to the electric field of strength V e acting on the electron of charge e, the electrons emerge out with a uniform velocity v units. The kinetic energy 1 2 2 mv acquired by an electron due to the electric field shall be equal to the electrical force. Thus,

Multiplying by m on both sides,

But according to de Broglies relationship

Comparing (i) and (ii)

SCHRDINGERS WAVE EQUATION In order to provide sense and meaning to the probability approach, Schrdinger derived an equation known after his name as Schrdingers Wave Equation. Calculation of the probability of finding the electron at various points in an atom was the main problem before Schrdinger. His equation is the keynote of wave mechanics and is based upon the idea of the electron as standing wave around the nucleus. The equation for the standing wave*, comparable with that of a stretched string is

where (pronounced as sigh) is a mathematical function representing the amplitude of wave (called wave function) x, the displacement in a given direction, and , the wavelength and A is a constant. By differentiating equation (a) twice with respect to x, we get

The K.E. of the particle of mass m and velocity is given by the relation

According to Broglies equation

Substituting the value of m2 v2, we have

From equation (3), we have

Substituting the value of 2 in equation (5)

The total energy E of a particle is the sum of kinetic energy and the potential energy i.e.,

This is Schrdingers equation in one dimension. It need be generalised for a particle whose motion is described by three space coordinates x, y and z. Thus,

This equation is called the Schrdingers Wave Equation. The first three terms on the lefthand side are represented by 2 (pronounced as del-square sigh).

2 is known as Laplacian Operator. The Schrdingers wave equation is a second degree differential equation. It has several solutions. Some of these are imaginary and are not valid. If the potential energy term is known, the total energy E and the corresponding wave function can be evaluated. The wave function is always finite, single valued and continuous. It is zero at infinite distance. Solutions that meet these requirements are only possible if E is given certain characteristic values called Eigen-values. Corresponding to these values of E, we have several characteristic values of wavefunction and are called Eigen-functions. As the eigen-values correspond very nearly to the energy values associated with different Bohr-orbits, the Bohrs model may be considered as a direct consequence of wave mechanical approach. Significance of and 2 In Schrdingers wave equation represents the amplitude of the spherical wave. According to the theory of propagation of light and sound waves, the square of the amplitude of the wave is

proportional to the intensity of the sound or light. A similar concept, modified to meet the requirement of uncertainty principle, has been developed for the physical interpretation of wave function . This may be stated as the probability of finding an electron in an extremely small volume around a point. It is proportional to the square of the function 2 at that point. If wave function is imaginary, * becomes a real quantity where * is a complex conjugate of . This quantity represents the probability 2 as a function of x, y and z coordinates of the system, and it varies from one space region to another. Thus the probability of finding the electron in different regions is different. This is in agreement with the uncertainty principle and gave a death blow to Bohrs concept. In Schrdingers Wave Equation, the symbol represents the amplitude of the spherical wave. For hydrogen atom, Schrdingers Wave Equation gives the wave function of the electron (with energy = 2.18 1011 ergs) situated at a distance r,

where C1 and C2 are constants. The square of the amplitude 2 is proportional to the density of the wave. The wave of energy or the cloud of negative charge is denser in some parts than in others. Max Born interpreted the wave equations on the basis of probabilities. Even if an electron be considered as a particle in motion around the nucleus, the wave equation may be interpreted in terms of probability or relative chance of finding the electron at any given distance from the nucleus. The space characteristic of an electron is best described in terms of distribution function given by

The numerical value of D denotes the probability or chance of finding the electron in a shell of radius r and thickness dr, or of volume 4r2 dr. Substituting for we have,

The probability of finding the electron is clearly a function of r. When r = 0 or , the probability function D becomes equal to zero. In other words, there is no probability of finding the electron at the nucleus or at infinity. However, it is possible to choose a value of r such that there is 90-95 percent chance of finding the electron at this distance. For the hydrogen atom, this distance is equal to 0.53 10 8 cm or 0.53 . If the probability distribution be plotted against the distance r from the nucleus, the curve obtained is shown in Fig. 2.4. The probability distribution is maximum at the distance 0.53 and spherically symmetrical. This distance corresponds to Bohrs first radius a0. The graph can be interpreted as representing a contour that encloses a high-percentage of charge. When the electron gets excited and it is raised from n to higher energy levels (say n = 2 or n = 3), the solution of wave equation gives sets of value of 2 which give different shapes to the space distribution of the electron.

Anda mungkin juga menyukai