Anda di halaman 1dari 7

Kesehatan Reproduksi Remaja

Definisi Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO). Permasalahan Remaja Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sangat kompleks. Orangtua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya. Perbaikan gizi yang menyebabkan menars menjadi lebih dini. Kejadian kawin muda masih banyak terutama di pedesaan. Sebaliknya, di perkotaan kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih terbuka bagi wanita sehingga usia kawin bertambah. Kesenjangan antara menars dan usia kawin yang makin panjang dan disertai pergaulan yang makin bebas tidak jarang menimbulkan masalah. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi sehingga sulit melakukan seleksi terhadap informasi dari luar. Pembangunan ke arah industrialisasi disertai pertambahan penduduk yang menyebabkan peningkatan urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan terjadi perubahan tata nilai. Ketimpangan sosial dan individualisme sering memicu terjadinya konflik perorangan maupun kelompok. Lapangan kerja yang kurang memadai dapat memberikan dampak yang kurang baik sehingga remaja menderita frustrasi dan depresi yang menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan negatif. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai substitusi yang positif ke arah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan dan kekuatan misalnya olahraga. Secara garis besar, masalah kesehatan remaja dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu masalah kesehatan fisis dan masalah perilaku yang menimbulkan kelainan fisis Masalah Kesehatan Fisik Penyakit-penyakit ringan yang terjadi pada remaja tetap merupakan masalah yang harus mendapat perhatian, sebab bila tidak ditanggulangi akan menurunkan

kualitas remaja sebagai sumber daya manusia. Beberapa penyakit yang sering dijumpai antara lain: a. Akne : masalah kulit yang ditemukan pada sekitar 80% remaja. b. Gangguan Pada Mata : Rabun jauh dan cedera pada mata (sering terjadi pada remaja laki-laki akibat kegiatan seperti olah raga). c. Gangguan Pendengaran : gangguan kronik yang paling sering (otitis media perforata yang terjadi pada masa kanakkanak). d. Karies Dentis : Menurut penelitian, remaja usia sekitar 13 tahun sangat memperhatikan kesehatan giginya. Laporan SKRT tahun 1995, kebiasaan menggosok gigi merupakan bagian pola hidup sehat. Sebanyak 15,6% penduduk berumur 1 tahun ke atas tidak mempunyai kebiasaan menggosok gigi, di pedesaan sebanyak 17,8% sedangkan di perkotaan 7,9%. Dari survei yang dilakukan pada remaja SLTP dan SLTA di Bandung pada tahun 1998 ditemukan bahwa kurang lebih 30% responden memiliki karies dentis. e. Masalah Gizi : masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, dan penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita banyak masalah gizi antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari normal (kurus). Prevalensi anemia pada remaja berkisar 40-88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar 30-40%. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut akan membantu upaya penanggulangannya. Masalah Perilaku Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. Ketidakstabilan emosi. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. Senang bereksperimentasi. Senang bereksplorasi.

Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Beberapa perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja antara lain : a. Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Survei Badan Narkotik Nasional (BNN) tahun 2003 memperkirakan mereka yang pernah memakai NAZA di kelompok pelajar dan mahasiswa sekitar 5,8%, sedangkan yang pernah memakai dalam setahun terakhir sebesar 3,9%. Prevalensi pada laki-laki sebanyak 4,6%, jauh lebih tinggi daripada perempuan yaitu sebanyak 0,4%. Prevalensi penyalahgunaan NAZA lebih tinggi pada pendidikan SLTA ke atas dibandingkan pendidikan yang lebih rendah.16 Data survei dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 1997 menemukan bahwa usia pengenalan NAZA semakin muda yaitu menghisap rokok 6 tahun, menghisap ganja pada usia 7 tahun, minum minuman beralkohol usia 9 tahun, pil-pil psikotropika usia 10 tahun, dan pemakaian opium usia 13 tahun. Data di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya diperkirakan 3040% anak-anak jalanan memakai zat-zat yang mempengaruhi kerja otak seperti lem, pil-pil psikotropika, alkohol, dan ganja. Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Pada tahun 1991-1995 prevalensi pemakaian alkohol dan obat-obatan oleh remaja meningkat dua kali yaitu dari 11% menjadi 21%.6 Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 1995 memperkirakan sekitar 5 juta orang berusia kurang dari 17 tahun meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok.17 Jumlah perokok dari kalangan remaja Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan. BPS mencatat pada tahun 2004 perokok aktif dari kalangan anak-anak ada pada kisaran usia 13-15 tahun dengan jumlah 26,8 % dan pada kisaran 5-9 tahun sebanyak 2,8 %. Komnas Perlindungan Anak mendapatkan data tentang faktor penyebab daya tarik remaja terhadap rokok. Diperoleh data, 99,7 % remaja terpengaruh untuk merokok setelah melihat iklan rokok di televisi; 87,7 % setelah melihat iklan rokok di luar ruang; 76,2 % setelah melihat iklan rokok di koran dan majalah, dan 81 % setelah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.18 Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.10 Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua. Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obatobatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll. Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, yagresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.

Cinta dan Hubungan Heteroseksual. Permasalahan Seksual. Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua. Permasalahan moral, nilai, dan agama. Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson, menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol, dan narkoba. Tipe Usia (tahun) Karakteristik Dampak Remaja Dini 10-13 Masa pubertas, Memperhatikan hubungan tahapan fisik dengan teman, dan seksual, kognisi konkret rasa tanggung jawab, interaksi dengan alat verbal dan visual Remaja 14-16 Muncul Menarik lawan Pertengahan dorongan jenis seksual, kebebasan perubahan bertambah, perilaku, sikap kebebasan, ambivalen, ego kognisi abstrak belum stabil Remaja Akhir 17-21 Kematangan Hubungan fisik, saling individual, lebih berbagi rasa, terbuka, edealis, memahami emandipasi tanggung mantap jawab, memahami tanggung jawab, paham tujuan hidup, paham kesehatan b. Kecelakaan Merupakan suatu kejadian yang timbul akibat kesengajaan (intentional injury) maupun ketidaksengajaan (unintentional injury), dapat diprediksi sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan atau pengendaliannya. Di negara berkembang kematian remaja karena kecelakaan telah menjadi saingan utama kematian akibat penyakit infeksi.19 Di Indonesia berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, kecelakaan menempati urutan keenam dari 10 penyakit penyebab kematian berbagai usia. Insiden kecelakaan pada anak dan remaja meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1986 terdapat 3.197 kecelakaan di jalan raya dan 1.078 kecelakaan rumah tangga. Tahun 1987 meningkat menjadi 17.741 kecelakaan di jalan raya dan 6.219 kecelakaan rumah tangga. Tahun 1989 terjadi peningkatan angka kejadian sebanyak dua kali lipat yaitu 41.778 kecelakaan di jalan raya dan 13.618 kecelakaan rumah tangga yang disebabkan oleh terjatuh, keracunan, tertelan benda asing dan tenggelam. Penelitian oleh Soetjiningsih (1996) di unit emergensi RS Sanglah Bali selama periode satu tahun mulai 1 Januari sampai 31 Desember 1996 terdapat

14.881 kasus kecelakaan; 4.801 kasus (32,3%) ditemukan pada usia kurang dari 18 tahun. Dari laporan Polda Jabar, pelanggaran lalu lintas termasuk kebut-kebutan yang dilakukan remaja dengan rentang usia 11-21 tahun mencapai 17,8%, sedangkan remaja yang mengalami kecelakaan lalu lintas mencapai 22,6% dari seluruh korban kecelakaan di Jabar tahun 1998. Dari semua jenis perilaku yang bersifat merusak pada remaja, bunuh diri merupakan yang paling tragis. Gangguan perilaku biasanya muncul akibat frustasi, timbul rasa bersalah, dan kemarahan yang tidak tersalurkan. c. Hubungan Seksual Pra Nikah Merupakan salah satu bentuk perilaku risiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah masa remaja adalah perilaku yang berkaitan dengan seks pra nikah. Angka statistik tentang deviasi (penyimpangan) perilaku seks pra nikah anak remaja dari tahun ke tahun semakin besar. Kerugian Melakukan Hubungan Seks Pranikah 1. Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental yang berat. 2. Mengakibatkan kehamilan. Hubungan seks satu kali saja bisamengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap Kecelakaan ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkanke turunannya. 3. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsimerupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker Rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian. 4. Penyebaran Penyakit. Penyakit kelamin akan menular melaluipasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV. 5. Timbul rasa ketagihan. 6. Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya Kehamilan pada Remaja : 1. Hancurnya masa depan remaja tersebut. 2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap. 3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta). 4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya. 5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.

6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undangundang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum. 7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa. d. Kawin Muda Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar risiko yang dihadapi ibu dan anak. Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah angka kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Laporan UNICEF tahun 2001 menyebutkan angka kematian ibu rata-rata dari tahun 1980-1999 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SKRT 1995 menunjukkan penurunan angka kematian ibu sampai 373 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab utama kematian tersebut adalah tidak tersedianya perawatan ibu dengan baik, jarak kelahiran yang terlalu berdekatan, dan pernikahan dini.6 Sebuah survei tahun 1995 mendapatkan 21,5% perempuan Indonesia yang perkawinan pertamanya dilakukan pada usia 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan perempuan melakukan perkawinan di bawah umur tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%. Persentase terbesar kawin muda terdapat di propinsi Jawa Timur 40,3%, Jawa Barat 39,6%, dan Kalimantan Selatan 37,5%.6 e. Aborsi Merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum teratasi sampai saat ini. Data tentang kejadian aborsi dan kematian yang diakibatkannya sangat sulit diperoleh karena menurut Undang-Undang No.23 tentang kesehatan pasal 15, tindakan aborsi tanpa indikasi medis merupakan tindakan ilegal dengan ancaman denda dan hukuman penjara bagi pelakunya. Berikut risiko yang terjadi jika melakukan aborsi, khususnya remaja: Kematian karena terlalu banyak pendarahan. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal. Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan. Sobeknya rahim (Uterine Perforation). Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita). Kanker indung telur (Ovarian Cancer). Kanker leher rahim (Cervical Cancer). Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. 11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis). 14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan di kemudian hari setelah menikah. 15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya. 16. Risiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya dinding rahim akibat kuretase.

f.

17. Terjadinya fistula genital traumatis, yakni suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada. Infeksi Menular Seksual Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk peningkatan ancaman HIV/AIDS. Depkes RI menunjukkan bahwa sampai Maret 2008 pengidap HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja.4 Sampai dengan tahun 2004 kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%), umur 5-14 tahun sebanyak 4 kasus (0,3%), dan umur 15-19 tahun sebanyak 78 kasus (5,69%). Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 14 kasus pada tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005.23 Data penyakit infeksi menular seksual (IMS) remaja yang berobat ke RSHS tahun 1998 adalah 19 kasus pria, dan 20 kasus perempuan dari total kunjungan pasien baru 483 orang.6 Pada remaja pria kasus terbanyak adalah uretritis gonore dan pada perempuan adalah bakterial vaginosis.3 Di RS Pirngadi Medan selama 2 tahun (1993-1994) untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat 35,4% pada kelompok usia 20-24 tahun. Di RS Dr. Kariadi Semarang selama 4 tahun (1990-1994) tercatat 3.803 kasus IMS pada unit rawat jalan, 1325 kasus (38,8%) diderita oleh remaja berusia 15-24 tahun. Di RSUP Sanglah Denpasar tercatat 59,1% penderita IMS pada tahun 1995-1997 adalah kelompok remaja.24 Peningkatan kejadian IMS pada remaja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang IMS dan kurangnya kesadaran remaja untuk menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Remaja percaya bahwa IMS dapat dicegah dengan cara meningkatkan stamina dan meminum antibiotik sebelum berhubungan seks.

Anda mungkin juga menyukai