Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seperti diketahui bersama dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, perkembangan di segala bidang kehidupan yang membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Bagi ahli patologik forensik, perubahan postmortem sangat berguna dalam menentukan saat kematian, yang berhubungan dengan mayat dan sebagai indikasi penyebab kematian. Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban berada pada suhu lingkungan yang rendah, maka lebam mayat akan berwarna merah terang. Terkadang area lebam mayat yang berwarna terang dan dilajutkan dengan area lebam mayat berwarna lebih gelap. Hal ini akan berubah seiring memanjangnya interval post - mortem. (David Szpilman,
2012

Berdasarkan World Health Organization ( WHO ), 0,7% kematian di dunia atau 500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. Tenggelam merupakan penyebab utama kematian di dunia diantara anak laki-laki berusia 5 - 14 tahun. Di Amerika Serikat, tenggelam merupakan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh kecelakaan diantara anak-anak usia 1 sampai 4 tahun, dengan angka kematian rata-rata 3 per 1000 orang. Berdasarkan definisi terbaru dari WHO pada tahun 2002, tenggelam merupakan suatu proses gangguan respirasi yang disebabkan subumersi atau imersi oleh cairan. Sebagian besar korban tenggelam hanya mengisap sebagian kecil air dan akan baik dengan sendirinya. Kurang dari 6 % dari korban tenggelam membutuhkan perawatan medis dirumah sakit. Jika korban tenggelam diselamatkan secepatnya maka proses tenggelam selanjutnya dapat dicegah yang berarti tidak akan menjadi fatal. (David Szpilman, 2012) Tenggelam merupakan salah satu kematian yang disebabkan oleh asfiksia. Kematian karena asfiksia sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar, sehingga tidak jarang dokter diminta bantuannya oleh pihak polisi / penyidik untuk membantu memecahkan kasus-kasus kematian karena asfiksia terutama bila ada kecurigaan kematian tidak wajar. Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air yang menutup jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. (Munim A, 1997)
1

Pembunuhan dengan cara menenggelamkan jarang terjadi, korban biasanya bayi atau anak-anak. Pada orang dewasa dapat terjadi tanpa sengaja, yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal hanya pingsan. Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena tenggelam. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau besi, baru kemudian terjun ke air. (Munim A, 1997)

1.2. Tujuan Tujuan umun Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui pengertian dari tenggelam serta tanda lebam mayat yang terdapat pada korban tenggelam. Tujuan khusus Dapat mengetahui mekanisme terbentuknya lebam mayat pada korban tenggelam, waktu terbentuknya, warna, letak, timbul dan menetapnya lebam mayat pada korban tenggelam. 1.3. Manfaat Manfaat penulisan referat ini mahasiswa maupun pembaca dapat mengetahui dan dapat memahami tanda lebam mayat pada korban tenggelam yang bermanfaat bagi proses penyidikan jenazah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

LIVOR MORTIS (Lebam Mayat)

2.1.1 Defenisi Nama lain dari lebam mayat ialah livor mortis, post mortum lividity, post mortum suggilation, post mortum hypostasisi atau vibices. Lebam mayat adalah perubahan warna pada kulit berupa warna biru - kemerahan akibat terkumpulnya darah di dalam vena dan kapiler yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di sepanjang penghentian sirkulasi. (Basbeth Ferryal, 2005, Dahlan Sofwan). 2.1.2. Mekanisme Terbentuknya Lebam Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh pembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke bawah, ketempat - tempat yang terendah yang dapat dicapai. Mula-mula darah mengumpul pada vena-vena besar dan kemudian pada cabangcabangnya sehingga mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan. (Dahlan Sofwan, 2000). Lebam mayat ini biasanya berkembang secara bertahap dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak yang berwarna keunguan dalam waktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa jam kemudian yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap. Kadang-kadang cabang dari vena pecah sehingga terlihat bintik bintik pendarahan yang disebut tardieu spot. (Basbeth Ferryal, 2005) Pada kasus kematian tidak wajar seperti banyaknya darah yang keluar sehingga mengakibatkan banyaknya fibrinogen darah yang hilang, darah akan tetap mencair dan ini memberi pengaruh terhadap pembentukan lebam mayat. Akan tetapi pada kematian wajar pun darah dapat menjadi permanent incoagulable oleh karena adanya aktifitas fibrinolisin yang dilepas kedalam aliran darah selama proses kematian. Sumber dari fibrinolisin ini tidak
3

diketahui tetapi kemungkinan berasal dari endothelium pembuluh darah, dan permukaan serosa dari pleura. Aktifitas fibrinolisin ini nyata sekali pada kapiler - kapiler yang berisi darah. Darah selalu ditemukan cair dalam venule dan kapiler, dan ini yang bertanggung jawab terhadap lebam mayat. (Basbeth Ferryal, 2005) Pembekuan darah dapat ditemukan pada pembuluh darah besar dan jantung pada seseorang dimana stadium terminalnya terdapat aktifitas fibrinolisin yang terdepresi, seperti pada penyakit infeksi dan cachexia sehingga dapat dijumpai banyaknya bekuan darah pada daerah tersebut akan tetapi pengaruhnya terhadap fiksasi lebam pada kulit sangat sedikit oleh karena pada kasus-kasus kematian mendadak yang disertai pembentukan bekuan darah yang terjadi secara spontan ini hanya terjadi dalam periode singkat yang segera mengikuti proses kematian, dan kemudian darah menjadi bebas dari fibrinogen dan tidak akan pernah membeku kembali. Darah yang tetap mencair ini biasanya akan terlihat pada waktu autopsi. Mecairnya darah ini bukanlah tanda yang karakteristik pada beberapa kematian yang disebabkan oleh asphyxia seperti banyak dijelaskan dalam beberapa buku. (Basbeth Ferryal, 2005) 2.1.3. Waktu Terbentuknya Lebam Proses terbentuknya lebam mayat dimulai setelah sirkulasi berhenti. Lebam mayat mulai tampak oleh kita kira-kira 20 - 30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak tersebut
makin luas dan lengkap, Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam dan akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis (Idries, 1997).

Pada orang yang menderita anemia atau perdarahan timbulnya lebam mayat menjadi lebih lama, sedang pada orang yang mati akibat sakit lama atau dengan kegagalan sirkulasi terminal timbulnya lebam mayat menjadi lebih cepat. (Dahlan Sofwan, 2000) Pada kematian yang dikaitkan dengan infeksi dan cachexia, fungsi fibrinolisis tidak berkembang, inilah yang menjelaskan terdapatnya bekuan yang banyak di jantung dan pembuluh darah besar. Jadi pada kasus kematian mendadak, sisa darah secara spontan mengalami koagulasi dalam waktu yang singkat segera setelah kematian sehingga tidak terdapat fibrinogen dan bekuan tidak terbentuk kembali. Tidak adanya faktor koagulasi dari darah biasa ditemukan pada otopsi. Darah yang cair bukan merupakan karakteristik dari penyebab khusus atau mekanisme kematian.

Setelah 4 jam, kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan butir-butir darah merah juga akan rusak. Pigmen - pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari kapiler yang rusak dan mewarnai jaringan disekitarnya sehingga menyebabkan warna lebam mayat pada daerah tersebut akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. (Dahlan Sofwan, 2000) Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah, jika posisi mayat diubah, misalnya dari terlentang menjadi tengkurap. Namun setelahnya, lebam mayat sudah tidak dapat hilang. Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 4 jam tidak akan menghilang. Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu : 1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar. 2. Kapiler sebagai bejana berhubungan. 3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun. 4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Atas dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi merubah posisi korban. (Basbeth Ferryal, 2005, Munim A, 1997, Prakoso Djoko, 1992) Lebam mayat ini mirip dengan luka memar, oleh karena itu harus dibedakan dengan luka mamar. Table I. perbedaan lebam mayat dan luka memar LEBAM MAYAT Lokalisasi Ditekan Pembengkakan Incise Bagian tubuh terendah Biasanya hilang Tidak ada Bintik-bintik darah intravascular LUKA MEMAR Sembarang tempat Tidak hilang Sering ada Bintik-bintik darah extravascular
5

Tanda intravital

Tidak ada

Ada

Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif. Suzutani et al telah memeriksa 430 mayat dengan melakukan penekanan pada daerah lebam, dia menemukan bahwa lebam tidak dapat hilang pada penekanan dalam 30 persen kasus dimana kematian terjadi dalam waktu 6 - 12 jam. Lebih dari 50 persen lebam mayat menetap setelah 12 - 24 jam kematian, dan tidak hilang pada penekanan pada 70 kasus yang meninggal dalam waktu 1 - 3 hari. Akan tetapi dia juga menemukan angka yang signifikan bahwa lebam masih dapat berubah dalam waktu sekurang-kurangnya 3 hari. (Basbeth Ferryal, 2005) 2.1.4. Distribusi Lebam Lokalisasi lebam terdapat pada bagian yang terendah dari tubuh mayat, kecuali pada daerah - daerah yang tertekan. Pada posisi terlentang lebam mayat akan dapat ditemukan pada leher bagian belakang, punggung, bokong dan bagian fleksor dari anggota bawah. Kadang kadang ditemukan juga lebam mayat paradoksal yang terletak pada leher bagian depan, bahu dan dada sebelah atas. Pada posisi tengkurap lebam mayat dapat pada dahi, pipi, dagu, dada, perut dan bagian ekstensor dari anggota bawah. Kadang - kadang ditemukan darah keluar dari hidungnya, disebabkan pecahnya pembuluh darah hidung akibat stagnasi yang hebat pada daerah tersebut. Pada posisi menggantung, lebam mayat ditemukan pada ujung-ujung dari anggota badan dan alat kelamin laki-laki. (Dahlan Sofwan, 2000) Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara pasif maka tempat tempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga lebam mayat tidak terbentuk yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat. (Basbeth Ferryal, 2005) Lebam mayat juga dapat ditemukan pada organ-organ dalam, sehingga perlu dibedakan dengan proses patologik. Lebam mayat pada paru-paru misalnya, perlu dibedakan dengan proses perdarahan atau pnemonia, lebam pada miokardium perlu dibedakan dengan infark miokard akut. (Dahlan Sofwan, 2000) Fenomena lebam mayat yang menetap sifatnya lebih relatif. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 4 jam pertama sesudah kematian, bila telah terbentuk lebam primer
6

kemudian dilakukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam sekunder pada posisi yang berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada tubuh. Lebam pada dua tempat merupakan hal penting karena menunjukkan bahwa tubuh telah dipindahkan / berubah posisi setelah mati. Meskipun demikian, waktu saat pemindahan tubuh tidak dapat dipastikan. Polson mengklaim itu menunjukkan bahwa tubuh telah dipindahkan dalam waktu lebih dari 4 jam. Camp menyatakan untuk lebam ini mempunyai arti bahwa tubuh pada awalnya berada pada satu posisi selama sekitar 10 jam, waktu yang cukup untuk terbentuknya lebam dan lebamnya harus segera diperiksa setelah mayat tersebut dipindahkan sebelum sebagian lebam terdistribusi kembali. (Dahlan Sofwan, 2000) 2.1.5. Warna Lebam Warna lebam mayat pada umumnya adalah merah - ungu. Akan tetapi, pada beberapa keadaan tertentu akan menjadi lain, sehinggga dengan demikian adanya warna lebam mayat yang berbeda akan dapat memberikan informasi bahwa pada korban telah terjadi sesuatu yang berkaitan dengan sebab kematian ataupun keadaan lingkungan di mana tubuh korban ditemukan. (Munim A, 1997) Pada keracunan gas karbon monoksida, lebam mayat akan berwarna merah bata atau cherry red, yang merupakan warna dari karboksi-hemoglobin ( COHb ). Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang. Oleh karena kadar oksi hemoglobin ( HbO ) dalam darah vena tetap tinggi. Pada keracunan zat yang dapat menimbulkan

methemoglobinemia, seperti pada keracunan kalium khlorat, kinine, anilin, asetanilid dan nitrobensen, lebam akan berwarna coklat-kebiruan ( slaty ) oleh karena adanya methemoglobin yang berwarna coklat serta adanya sianosis. (Munim A, 1997, Prakoso Djoko, 1992) 2.2. Drowning (tengelam)

2.2.1. Definisi Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas ( asfiksia ) disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan sehingga akses udara ke dalam paru-paru dihambat akibat terendamnya tubuh dalam air atau media cair lainnya. Diagnosis kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan, bila tidak dijumpai tanda yang
7

khas baik pada pemeriksaan luar atau dalam. Pada mayat yang ditemukan terbenam dalam air, perlu diingat bahwa mungkin korban sudah meninggal sebelum masuk ke dalam air. Misalnya saja korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal hanya pingsan. Untuk meninggalkan jejak, maka korban dibuang ke sungai, sehingga dikira mati karena tenggelam. Dengan demikian di dalam menghadapi kasus tenggelam, selain pemeriksaan ditujukan untuk mengetahui sebab kematian, juga ditujukan untuk mengetahui cara kematiannya, kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri. (Munim A, 1997) Keadaan sekitar individu penting. Tenggelam tidak hanya terbatas di dalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang tetapi mungkin pula terbenam dalam kibangan atau selokan dengan hanya muka yang berada di bawah permukaan air. Hal ini disebabkan karena pada prinsipnya mekanisme kematian pada proses tenggelam akut adalah irreversible cerebral anoxia.( Hariadi, 2007)

2.2.2. Klasifikasi 2.2.2.1. Typical Drowning Istilah typical drowning yang dikenal pula dengan nama wet drowning menunjukkan obstruksi jalan nafas dan paru-paru karena terhirupnya cairan. Typical drowning ini dapat dibedakan berdasarkan jenis air dimana seseorang itu tenggelam, yaitu tenggelam di air tawar dan air laut. (David Szpilman, 2012)

1. Tenggelam dalam air tawar Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan yang massif. Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah ( hemolisis ). (David Szpilman, 2012) Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan ini dengan melepaskan Ion Kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion Kalium dalam plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan ion K+Ca++ dalam serabut otot jantung dapat mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian terjadi dalam waktu 5 menit. (David Szpilman, 2012).

2. Tenggelam dalam air asin


8

Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulomnal ke dalam jaringan interstisial paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi dan kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung, Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8 - 9 menit setelah tenggelam. (David Szpilman. 2012.)

2.2.2.2. Atypical Drowning Istilah atypical drowning menggambarkan suatu kondisi dimana hanya sedikit atau tidak ada inhalasi air ke dalam jalan nafas. Yang termasuk atypical drowning adalah (Tsokos, Michael, 2005) 1. Dry drowning Sekitar 20% dari semua kasus tenggelam adalah dry drowning. Dry drowning terjadi karena ketika air masuk ke dalam nasofaring atau laring akan merangsang spasme laring. Sehingga hanya sedikit bahkan tidak ada air yang masuk ke dalam saluran udara atau paru-paru dan kematian mungkin disebabkan karena proses asfiksia. Pada tipe tenggelam seperti inilah yang sangat sesuai untuk diberikan resusitasi. 2. Immersion syndrome ( vagal inhibition ) Terjadi dengan tiba-tiba ketika korban tenggelam di dalam air yang sangat dingin ( <200C atau 680F ). Terjadi reflex vagal yang menginduksi disaritmia yaitu menyebabkan asistol dan fibrilasi ventrikel sehingga menyebabkan kematian. Pada umumnya korban adalah usia muda yang mengkonsumsi alkohol. Reflek vagal juga bisa ditimbulkan pada korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu ( duck diving ) menyebabkan cairan dengan mudah masuk ke hidung, atau teknik menyelam yang salah dengan masuk ke dalam air dengan posisi horizontal yang akan mengakibatkan terjadinya tekanan ke perut. Kehilangan kesadaran akan terjadi secara cepat hanya dalam beberapa menit. Pada pemeriksaan tubuh tidak ditemukan tanda-tanda yang khas dari tenggelam. 3. Submersion of the unconscious Bisa terjadi pada korban yang menderita epilepsi atau menderita penyakit jantung khususnya koronari ateroma, pusing karena hipertensi, atau seorang peminum yang mengalami trauma kepala pada saat jatuh ke air. Pecahnya aneurisma serebral atau munculnya pendarahan serebral juga dapat menyebabkan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. Seperti halnya

dengan yang lain, pada jenis ini juga tidak ditemukan tanda-tanda tenggelam secara lengkap. Pembesaran paruparu dan terbentuknya busa bisa tidak dijumpai pada pemeriksaan

4. Near drowning ( secondary drowning ) Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak sadar dan bisa bernafas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya berubah. Pada secondary drowning terjadi jika terdapat air dalam jumlah sedikit di paru-paru menyebabkan terjadinya perubahan kimia dan biologi pada paru yang menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah tenggelam di dalam air. Pada seperempat kasus tenggelam, kematian terjadi beberapa jam atau beberapa hari sesudah resusitasi dengan kombinasi pengaruh dari edema paru, aspirasi pneumonitis, gangguan elektrolit dan asidosis metabolik.

2.2.3. Mekanisme Tenggelam Secara garis besar mekanisme kematian pada korban tenggelam adalah: (Tsokos, Michael, 2005) 1. Asfiksia akibat spasme laring 2. Asfiksia karena gagging dan choking 3. Refleks vagal 4. Fibrilasi ventrikel (air tawar) Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis. Oleh karena terjadi perubahan biokimia yang serius, dimana kalium dalam plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia pada miokardium. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol dan dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia serebri yang hebat, hal ini menereangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat 5. Edema pulmoner ( air laut )

10

Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai dengan 42% dan masuk kedalam jaringan paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu yang relatif singkat.

Pertukaran elektrolit dari asin kedalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma darah.

Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoksia pada miokardium dan disertai peningkatan viskositas, tekanan darah akan menyebabkan payah jantung

Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsetrasi, tekanan sistolik akan menentap dalam beberapa menit.

11

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Warna Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban berada pada suhu lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang dekat letaknya dengan tempat yang bersuhu rendah, akan berwarna merah terang. Ini disebabkan karena suhu yang rendah akan mempengaruhi kurva dissosiasi dari oksi - hemoglobin. Mekanismenya belum pasti, tetapi sangatlah jelas merupakan hasil dari perubahan hemoglobin tereduksi mejadi oksihemoglobin. Hal ini dapat dimengerti pada kasus hipotermi, dimana metabolisme reduksi dari jaringan gagal mengambil oksigen dari sirkulasi darah. Dan dapat ditemukan petechiae yang berhubungan dengan lebam pada dan disekitar mata. Warna lebam mayat pada korban tenggelam harus dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi akibat keracunan CO, dimana lebam mayat yg terjadi pada keracunan CO sama berwarna merah terang. Sehingga yang dapat membedakan pada tempat kejadian dan

dilakukan pemeriksaan toksikologi untuk korban dengan keracunan CO. Livor mortis harus dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna merah darah akibat trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan hilang jika irisan jaringan kita siram dengan air (Mason, 1983). 3.2. Waktu terbentuknya Pada korban tenggelam lebam mayat sama halnya mulai tampak kira - kira 20 - 30 menit pasca kematian. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8 - 12 jam pasca kematian. Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6 - 10 jam. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian. Pada jenazah korban tenggelam yang tubuhnya terombang ambing di perairan otomatis telah terjadi perubahan posisi dari jenazah apabila telah terbentuk lebam primer kemudian terjadi perubahan posisi maka akan terjadi lebam sekunder pada posisi yang berlawanan. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang

12

terakhir. Fenomena pergeseran dan menetapnya lebam mayat ini adalah tidak pasti dan bersifat relatif.,

3.3. Distribusi
Pada korban tenggelam sebagian besar posisi mayat tengkurap, Lebam pada kulit dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Pemeriksaan wajah

dan kepala pada kasus tenggelam dapat menampakkan dua gambaran khas, lebam mayat akibat terendam terjadi karena pusat gravitasi tubuh mengarah ke kepala, tubuh korban tenggelam biasanya mengambang sebagian dengan kepala-kebawah didalam air. Sehingga lebam mayat karenanya sering menonjol pada wajah dan dan kepala. Dapat ditemukan petechiae yang berhubungan dengan lebam pada dan disekitar mata. (David Szpilman, 2012). 3.4. Kepentingan mediko-legal Kegunaan lebam mayat pada kedokteran forensik yaitu: 1. Merupakan tanda pasti dari kematian.. 2. Dapat dipakai untuk menaksir saat kematian. 3. Dapat menentukan apakah posisi jenasah pernah dirubah atau tidak. 4. Kadang kadang dapat untuk menduga sebab kematian. (Abdussalam, Dr, 2006) Secara medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah letak dari warna lebam itu sendiri dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat ini terlalu besar variasinya untuk digunakan sebagai indikator dari penentuan saat mati. Sehingga lebih banyak digunakan untuk menentukan apakah sudah terjadi manipulasi posisi pada mayat. (Basbeth Ferryal, 2005)

13

BAB IV KESIMPULAN Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban berada pada suhu lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang dekat letaknya dengan tempat yang bersuhu rendah, akan berwarna merah terang. Warna lebam mayat pada korban tenggelam harus dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi akibat keracunan CO, dimana lebam mayat yg terjadi pada keracunan CO sama berwarna merah terang Pada korban tenggelam lebam mayat sama halnya mulai tampak kira - kira 20 - 30 menit pasca kematian. Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya

menetap kira-kira 8 - 12 jam pasca kematian.


Pada korban tenggelam sebagian besar posisi mayat tengkurap, Lebam pada kulit dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai.

14

DAFTAR PUSTAKA

David Szpilman, dkk. 2012. Drowning. The New England Journal of Medicine. Acesed from http://www.nejm.org/doi/pdf/. Dimaio V, Dimaio D. Death by drowning in Forensic Pathology ; Second edition. CRC press LLC. 2001. Page 395-403. Singh R, Kumar M, ell. Drowning Associated Diatoms. Department of Forensic Science Punjabi University. [cited 2008 Mar 5] available from : http://www.icmft.org. Munim A. Tenggelam. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara.Jakarta. Hal 178-189. Apuranto, Hariadi, dkk. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal edisi ketiga : Asfiksia. Bagian Ilmu Kedokteran forensik dan medikolegal FK UNAIR. Surabaya. hal. 87-89. Tsokos, Michael. 2005.Forensic Pathology Review; volume 3. Humana Press. New Jersey, USA. Basbeth Ferryal. 2005. Perkiraan Saat Kematian dan Aspek Medikolegalnya. Jakarta: Bagian Forensik dan Medikolegal FKUI. Dahlan Sofwan, 2000. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Diponegoro.

15

Anda mungkin juga menyukai