Anda di halaman 1dari 28

1

TUGAS
MATERNITAS II
DOSEN PENGAMPU :
ASIATI JAMILAH S. Kep, Ns, M.MKes

ASUHAN KEPERAWATAN
PLASENTA PREVIA

DI SUSUN OLEH :
1. ACHMAD RIADI

11.20.1788

2. AHMAD ZAINI ABDAN

10.20.1453

3. AHMAD SAHIDAN

10.20.1420

4. INDRA ARIYANI

10.20.1450

5. SUFIAN SAURI

10.20.1337

6. M. LATIF

10.20.1452

7. PANJHIE JAYA PRATAMA

10.20.1341

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

CAHAYA BANGSA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus (ostium uteri internum) sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian
atas uteri (fundus uteri). Placenta previa bukanlah sebuah penyakit pasenta,
melaikan posisi plasenta yang menutupi proses jalannya kelahiran. Plasenta
previa biasa ditemukan pada awal kehamilan. Beberapa orang mendapatkan
tanda dengan bleeding terus menerus atau kadang-kadang, dan sebagian lagi,
tanpa merasakan tanda-tanda apapun sampai saat melahirkan. Pada ultrasound
trimester ke-2, sekitar 18 weeks, plasenta previa ditemukan pada 5-20%
kehamilan.
Pada awal trimester ke-3, sekitar minggu ke-28, ultrasound dilakukan lagi.
Sekitar 90-75% plasenta tercatat berpindah dan tidak menutupi jalannya
kelahiran. Apabila diketahui plasenta previa tetap ada, maka barulah wanita
hamil tersebut dinyatakan memiliki plasenta previa. Langkah yang harus
dilakukan adalah: menghindari bleeding, biasanya dengan istirahat total di
tempat tidur. Tujuan utama adalah mencapai minggu ke-36 ketika bayi sudah
siap dikeluarkan.
B. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini agar mahasiswa dapat memahami dan
mengerti tentang pengertian plasenta previa dan serta dapat memahami secara
mendalam.

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud plasenta previa?
2. Sebutkan klasifikasi plasenta previa?
3. Bagaimana patofisiologinya plasenta previa?
4. Sebutkan manifestasi klinis dari plasenta previa?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada plasenta
previa?
6. Bagaimana penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus plasenta previa?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir.
Menurut FK. UNPAD. 1996, plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, rendah sekali sehingga menutupi seluruh atatu
sebagian ostium internal. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 0,6 %
dari keseluruhan persalinan.
B. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terbanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu sehingga kita membagi
plasenta previa dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Marginal placenta previa
Apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir permukaaan, plasenta
tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang. (terjadi
pada pembukaan 2 cm)
2. Incomplete / parsial plasenta previa
Apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau
menyiratkan penutupan tak sempurna. (terjadi pada pembukaan 5 cm )
3. Total / complete placenta previa
Apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan placenta, seluruhnya
tulang dalam tertutup oleh placenta, saat servik sepenuhnya berdilatasi.
(terjadi pada pembukaan 3 cm)

4. Implantasi rendah / low-lying implantasi


Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih
rendah tapi jauh dari tulang.

C. Etiologi
Mengapa placenta bertumbuh pada segmen bawah uterus selalu tidak jelas
dapat diterangkan. Bahwasannya vaskularisasi yang kurang, atatu perubahan
atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan
placenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa
placenta previa didapatkan untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas
tinggi.
Menurut kloosterman (1973), frekuensi placenta previa pada primigravida
yang berumur > 35 tahun kira kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
primigravida yang berumur < 25 tahun. Dan begitu juga pada grande
multippara plasenta sering terjadi pada umur > 35 tahun di bandingkan umur <
25 tahun.
D. Pathology
1. lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci, karena
sirkulasi pada segmen bawah sedikit lebih baik dari pada fundus, placenta
previa mungkin butuh untuk menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi
yang adekuat. Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidaktidaknya 30% lebih besar dari pada placenta yang terimplantasi di fundus.
2. Segmen bagian bwah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas di
pertimbangkan pada pembukaan sinus.
3. Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di
daerah pajama atau di atas tulang.
4. Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan mencegah
perikatan pada keadaan fetal.
a. Faktor Predisposisi

1) Berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim.


2) Kehamilan multiple
3) Pembuluh darah yang mengalami perubahanakibat suplai darah yang
berkurang di daerah tersebut.
b. Faktor yang berkurang
1) Paritas
2) Usia ibu pada saat hami
E. Manifestasi klinik
1. rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
2. Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan
atau menyebabkan syok hipovolemik.
3. Kira kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu
temuan yang kebetulan pada scan ultrasonic.
4. Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang
dan tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
5. Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran
mulai atau hingga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan
berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin
terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin juga
berlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istirahat atau ditengah
tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika
dilakukan pengkajian vaginal atau rectal memulai perdarahan dengan kasar
sebelum atatu selama awal kehamilan.
6. Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit.
Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan
kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi
uterus.

7. Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus


biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena
placenta previa menghalangi turunnya bagian bagian janin.
8. Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau
melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.
9. Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian
penting placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita
syok hipovolemik.
10. Terjadi robekan selaput marginal.
11. Bunyi jantung anak biasanya teraba.
12. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
13. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
F. Komplikasi placenta previa
1. prolaps tali pusat
2. prolaps plasenta
3. plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan.
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan post partum
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi premature atau lahir mati.
8. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan, endimetritis pasca persalinan.
9. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti
asviksia berat sampai kematian.
G. Pemeriksaan penunjang
1. USG (Ultrasonographi)

2. Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah


placenta melapisi servik tidak biasa diungkapkan.
3. Sinar X
4. Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagianbagian tubuh janin.
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Hemoglobin dan hematokrit menurun. Factor pembekuan pada umumnya
dibawah batas normal.
7. Pengkajian vagina
8. Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda
jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesudah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan diruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek
kelahiran secara secar.
9. Isotop scanning
10. Atau lokasi penempatan placenta.
11. Amniocentesis
12. Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin/
spingomyelin [LS] atatu kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal
sudah mature.
H. Penatalaksanaan / terapi spesifik medis dan keperawatan
1. Terapi ekspektatif
a. Tujuan terapi skspektatif adalah supaya janin tidak terlahi premature,
pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kenalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasive. Pemantauan
klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.

1)Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.


2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3)Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
4)Janin masih hidup.
b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
c. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia
kehamilan,profil biofisik, letak dan persentasi janin.
d. Berikan kotolitik bila ada kontraksi:
1) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
2) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
3) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
e. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble Test) dari test
amniosentesis.
f. Bila setelah usia kehamilan diatas 3 minggu placenta masih berada di
sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan placenta previa menjadi
jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
g. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah
pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan
pesan segera kembali ke RS apa bila terjadi pendarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
a. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervaginam yang
aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
b. Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan di penuhi, dilakukan PDOM jika:
c. Infuse / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
d. Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partum

10

e. Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (missal :


anensefali)
f. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati PAP (2/5
atau 3/5 palpasi luar).

3. Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


a. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup
tindakan ini tetap dilakukan.
b. Tujuan SC antara lain:
1).Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
2) Menghindarkan kemungkinan terjadinyarobekan pada servik uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
3).Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga servik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi
dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
4) Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
5).Lakukan

perawatan

lanjut

pascabedah

termasuk

pemantauan

perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan elektrolit.


4. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta, penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakuka pada plasenta previa lateralis / marginalis dengan
pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
placenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan di tekan oleh kepala

11

janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi
dengan infuse oksitoksin.
b. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan temponade
placenta dengan bokong dan kaki janin. Versi Braxton Hicks tidak di
lakukan pada janin yang masih hidup.
c. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk menekan placenta dan sering kali menyebabkan perdarahan pada
kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak efektif.

12

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas Pasien
a. Nama

: Ny. A

b. Umur

: 37 th

c. Jenis kelamin

: perempuan

d. Agama

: Islam

e. Suku bangsa

: Jawa Indonesia

f. Alamat

: Jl. Mawar Nusa

g. Pekerjaan

: IRT

h. Nomor Register

: 2019

i. Tanggal MRS

: 24-09-2012

j. Pukul

: 09.00 wib

k. Tanggal pengkajian

: 24-09-2012

l. Diagnosa medis

: Kehamilan plasenta previa

Identitas Penanggung Jawab


a. Nama

: Tn. B

b. Agama

: Islam

c. Pekerjaan

: PNS

d. Pendidikan

: S 1 Pendidikan

e. Status perkawinan

: Kawin

f. Suku bangsa

: Jawa Indonesia

13

g. Alamat

: Jl. Mawar Nusa

h. Hubungan dengan pasien

: Suami pasien

2. Keluhan utama/ Alasan masuk rumah sakit


a. keluhan saat masuk rumah sakit
pasien mengatakan mengalami perdarahan banyak dan tetapi tidak
mengalami nyeri.
b. keluhan saat pengkajian
Pasien mengatakan mengalami perdarahan banyak.
3. Riwayat kebidanan
a. Riwayat menstruasi
menarce

: 15 tahun

siklus

: teratur 28 hari

lamanya

: 7 hari

banyaknya

: hari 1-2 ganti 3x pembalut, hari 3-7 ganti 2x


pembalut

warnanya

: coklat tua

baunya

: anyir

disminore

: tidak

Flour albus

: tidak

HPHT

: 7 juni 2011

b. Status perkawinan
Kawin ke

:1

Lamanya kawin

: 12 tahun

Umur kawin

: 25 tahun

c. Riwayat kehamilan sekarang


Hamil ke

:2

14

usia kehamilan

: 20 minggu

ANC TM I + keluhan

: 1-2x mual + muntah dalam sehari

TM II + keluhan

: 0-1x mual + muntah dalam sehari

TM III + keluhan

: sudah tidak mual tetapi kadang kadang


mengalami perdarahan sedikit.

Obat obatan yang pernah didapat : Fe dan Suplemen.


Gerakan pertama kali dirasakan

: bayi terasa menendang nendang.

Imunisasi TT

: 2x (sebelum menikah dan saat


hamil)

Penyuluhan yang pernah didapat

: perawatan / cara menjaga


kehamilan serta gizi pada bayi dan
ibu hamil.

d. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas BBl


Tahun

Riwayat

Kehamilan Persalinan

Komplikasi

Jenis

BBL

2000
2007
2012

anak ke
1
2
3

36 minggu
30 minggu
20 minggu

nifas
-------------------------

Laki
perempuan
---------

3800 grr 59 cm
2300 gr 45 cm
------

Normal
SC
---------

e. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu.


Pasien mengatakan ini kehamilan ketiga, dimasa kehamilan yang pertama
klien mengatakan melahirkan secara normal, BBL 3800 dan panjangx 59
cm. kemudian untuk kehamilan yang ke dua klien mengatakan
melahirkan secara SC, BBL 2300 gm dan panjang 45 cm.
f. Riwayat KB
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah menggunakan KB suntik.
g. Kelainan system reproduksi
Pasien mengatakan selama ini tidak penah mengalami system reproduksi
5. Riwayat kesehatan

Pj

15

a. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien

mengatakan

mengalami

pendarahan

pervaginam

mulai

tanggal, perdarahan yang dialami terjadi secara berulang-ulang dan


tidak mengalami nyeri sama sekali. Perdarahan semakin banyak apabila
dibuat beraktifitas atau berjalan, perdarahan akan berkurang apabila
dibuat istirahat atau bedtres total nyeri akan terasa lenih sakit saat dibuat
berjalan dan beraktifitas lainnya. Saat mengalami perdarahan, pasien
mengganti pembalut 3-5 dalam sehari dan pembalutnya penuh dengan
darah, kemudian pasien diantar suaminya untuk memeriksakan
kondisinya ke rumah sakit umum blambangan pada tanggal 24 september
2012 pukul 09.00. sampai di UGD pasien mengalami perdarahan,
kemudian ibu diberi terapi infuse RL 12 tpm, MgSO4 4 gr IV dosis awal.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
jantung, asma, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, dan penyakit
menular seperti TBC, HIV, pasien hanya mengalami sakit batuk, pilek,
tetapi pasien pernah mengalami operasi kuretage.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
jantung, asma, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, dan penyakit
menular seperti TBC, HIV, tetapi pasien pernah mengalami operasi
kuretage.
6. Keadaan psikososial dan spiritual
a. Keadaan psikologis
Pasien mengalami kekawatiran dan ketakutan akan keselamatan diri dan
bayinya saat ini, karena sering mengalami perdarahan berulang.
b. Keadaan social
Hubungan pasien dengan semua baik, hubungan pasien dengan keluarga
baik dan hubungan pasien dengan oetugas juga baik.
c. Keadaan spiritual

16

Pasien selalu berdoa dan sholat mengharapkan kehamilan dan


persalinannya nanti diberi kelancaran.
7. Latar belakang sosial budaya
Pasien dan suaminnya berasal dari jawa, selama hamil tidak ada pantangan
dalam jenis apapun. Pasien tidak minum jamu selama hamil dan selama
hamil pasien sempat mengadakan selamatan 3 bulanan dan 7 bulanan.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit
Makan : 3x sehari, porsi sedang dengan menu nasi, sayur, lauk pauk
Minum : 7-8 gelas sehari (air putih)
Saat sakit
Makan : 1-2 sehari, porsi dari RS dengan menu bubur, sayur, lauk
pauk.
Minum : 6-7 gelas (air putih dan susu)
b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB : 2x sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses, tidak
ada keluhan
BAK : 6-7 sehari warna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada keluhan
Saat sakit
BAB : 0-1x sehari, mengalami konstipasi karena penurunan peristaltic
usus, warna kuning, bau khas feses, ada keluhan.
BAK : 4-5 sehari, warna kuning jernih, bau khas urin, tidak ada keluhan.
c. Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit

: pasien mandi 2x sehari, 2x gosok gigi, keramas 2x

dalam seminggu, ganti baju 2x sehari, dang anti pakaian dalam 2x sehari.
Saat sakit

: pasien hanya diseka 2x sehari, 2x gosok gigi, keramas

2x dalam seminggu, ganti baju 2x sehari, dang anti pakaian dalam 2x


sehari tetapi pasien tidak dapat melakukan secara mandiri dan tergantung
pada orang lain.

17

d. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri seperti
memasak, mencuci, menyapu, mengepel, dll
Saat sakit

: semua pekerjaan rumahnya, pasien dibantu oleh

keluargannya yang lain dan susah beraktivitas.


e. Pola Istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien tidur siang 2 jam sehari (jam 12.00-14.00) dan
tidur malam 8 jam sehari (21.00-05.00).
Saat sakit

: pasien tidak bias tidur siang dan mengalami gangguan

tidur karena perdarahan yang berulang-ulang dan tidur malam 4-5 jam
dalam sehari (01.00-05.00).
f. Pola kebiasaan seksual
Sebelum sakit : pasien tidak pernah melakukan hubungan intim dengan
suaminya.
Saat sakit

: pasien juga tidak pernah melakukan hubungan intim

dengan suaminya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah dan terjadi syok hipovolemik, turgor kulit
menurun, mata cowong, konjungtiva anemis/ tampak pucat, adanya
perdarahan pervaginam, dan mukosa bibir kering.
Kesadaran

: somnolen

TTV
TD

: 90/70

: 120x/ menit

: 36 C, akral dingin

RR

: 24x/ menit

18

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Kepala

: bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, dan


rambut tidak rontok.

2) Muka

: terlihat pucat.

3) Mata

: bentuk simetris, konjungtiva anemis/ aklera juga tampak


pucat, tidak odem, mata cowong.

4) Hidung

: lubang hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping


hidung dan tidak ada secret.

5) Telinga : bentuk simetris, bersih, tidak ada serumen, dan tidak ada
lesi.
6) Leher

: bentuk simetris dan tidak ada lesi.

7) Dada/ payudarah : bentuk payudarah mengalami pembesaran dan


adannya tacypnea.
8) Perut/ abdomen : adanya penonjolan pada abdoment yang lembut
terdapat letak janin yang salah, dan tinggi fundus lebih
tinggi.
9) Genetalian
a). Sebelum tindaka operasi : ditemukan adanya pendarahan
pervaginam dan genetalia berwarna kemerahan.
b). Setelah dilakukan operasi : ditemukan adanya darah yang keluar
sedikit, genetalia berwarna kemerahan dan adanya nyeri
pada genetalia.
10) Anus : bersih dan tidak hemoroid
11) Ekstrimitas, integument, kuku : pada ekstrimitas atas dan bawah

19

ditemukan adanya akral dingin, terdapat sianosis, turgor


kulit menurun, berkeringat, kulit dingin dan lembaba.
b. Palpasi
1) Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada


pembendungan vena jugularis.

2) Ketiak

: tidak ada pembesaran kelenjar limfe

3) Payudarah/ dada : adanya nyeri tekan


4) Perut/ abdomen :
a) Leopold 1 : TFU 35 cm, teraba lunak, kurang bundar dan kurang
melenting (letak bokong)
b) Leopold 11 : terdapat letak punggug janin
c) Leopold 111 : terdapat letak kepala janin.
d) Leopold 1V : c. Auskultasi
1) Dada : tidak ada bunyi wezhing dan ronchi.
2) Jantung : jantuk berdetak dengan cepat.
3) Perut / abdomen : terdengar bising usus 8x/ menit
d. Perkusi
Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan Panggul
a. Distesnsia spinarum : 27 cm
b. Distesnsia eristarum : 30 cm
c. Konjungtiva eksterna : 21 cm
d. Lingkar panggul : 92 cm
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan inspekulo
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui asal pendarahan
misalnya dari dalam uterus dari kelainan serviks, vagina dll.
b. Pemeriksaan Radio Isotopik
1) Placentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) untuk
mencoba melokalisir placenta berada.

20

2) Sitografi : untuk memastikan kemungkinan placenta previa.


3) Placentografi indirex : yaitu membuat foto seri lateral dan anterior
posterior, ibu dalam posisi berdiri/ duduk setengah berdiri.
c. Ultra sonografi
Plasenta insersi di SBR menutup sebagian atau seluruh OIU.
d. Pemeriksaan darah
Darah yang keluar berwarna merah segar, Hb 9 gr/dl, hematokrit 25 %.
5. Harapan klien/ keluwarga sehubungan dengan penyakitnya
Klien dan kluwarga klien mengharapkan penyakitnya ini bisa sembuh dan
kehamilannya bisa normal kembali, sehingga tidak harus mengorbankan
janin atau ibu.
6. Genogram
Nama

: Ny. A

No. reg

: 2019

NO Kelompok Data
1
Ds:
Pasien

Masalah
Etiologi
Kurangnya Segmen bawah

mengatakan

perdarahan

pervaginam

mengalami volume
berwarna cairan

uterus melebar dan


menipis

merah segar, ganti pembalut 3-5x


dalam sehari dan pembalut terisi

Servik membuka

penuh.
Do:

Terlepasnya plasenta

- KU : lemah

dari dinding uterus

- Kesadaran : somnolen
- Turgor

kulit

menurun,

mata

Sinus uterus terobek

cowong, konjungtiva dan sclera


anemis.

Ketidakmampuan

- Adanya perdarahan merah segar.

serabut otot segmen

- Mukosa bibir kering

bawah uterus

- TTV

21

TD : 90/70 mmHg

Perdarahan hebat

N : 120x/ menit

S : 36 C

Kurangnya

RR : 24x/ menit

cairan

Ds:
Pasien

Gangguan
mengatakan

perdarahan

pervaginam

mengalami perfusi
berwarna jaringan

Segmen

volume

bawah

uterus melebar dan


menipis

merah segar, ganti pembalut 3-5x pada janin


dalam sehari dan pembalut terisi

Servik membuka

penuh.
Do:

Terlepasnya plasenta

- KU : lemah dan adanya syok

dari dinding uterus

hipovolemik
- Kesadaran : somnolen

Sinus uterus terobek

- DJJ janin tidak normal 160/ menit


- Adanya kontraksi uterus

Ketidakmampuan

- Adanya efek hipoksia pada janin.

serabut otot segmen

- TTV

bawah uterus

TD : 90/70 mmHg
N : 120x/ menit

Gangguan

S : 36 C

jaringan

RR : 24x/ menit
Px USG : plasenta insersi di SBR
menutup sebagian atau seluruh OUI.
Nama

: Ny. A

No. Reg

: 2019

Tgl Muncul

Diagnosa

Tgl Teratasi

perfusi

22

24-09-2012

Kurangnya volume cairan berhubungan 26-09-2012


dengan hilangnya cairan (perdarahan)
yang berlebihan

24-09-2012

Gangguan perfusi jaringan pada janin 26-09-2012


sehubungan dengan adanya perdarahan

C. IMPLEMENTASI
Nama

: Ny. A

No. reg

: 2019

TGL
24-09-2012

Jam
10.0

No. dx
1

Tindakan keperawatan
1. BHSP

2. Mengobservasi TTV

10.0

3. Mengobservasi kebutuhan cairan

4. Mengkaji dan catat jumlah dan

10.3
0
10.4
5

bentuk pendarahan yang hilang.


5. Anjurkan pasien bedtres total/ tidak
beraktivitas
6. Menganjurkan banyak minum
7. Mengkaji adanya syok, warna

11.0
0

membrane mukosa dan kulit.


8. Memonitor pergerakan uterus, janin
dan kelembutan abdomen dengan

11.0

menggunakan USG maupun manual/

dengan menggunakan tangan.

11.1

9. menghindari pemeriksaan rectal/

vagina (menggunakan speculum

11.3

yang terlalu dalam serta pemeriksaan

VT).

11.4
5

10. memonitor intake/output, kaji


berat jenis urin tiap jam.
11. memonitor keadekuatan
pergantian cairan dengan

TTD

23

monitor sain dan tekanan vena


sentral.
12.1
5
12. berkolaborasi dengan tim lab
untuk pemeriksaan darah
lengkap
12.3

13. berkolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian cairan


intra vena, plasma, darah utuh

13.0

(transfuse darah)

14. berkolaborasi dalam persiapan


laparatomi

13.3
0
15.0
0

15.4
24-09-2012

5
10.0

1. BHSP

2. Mengobservasi TTV

10.0

3.Mengkaji dan catat denyut jantung

janin, catat takikardi/ bradikardi,

10.1

catat perubahan aktivitas janin

24

(hipoaktivitas/ hiperaktivitas)
4.Mencatat perdarahan ibu dan
kontraksi uterus, umur kehamilan
dan tinggi fundus.

11.2

5.menganjurkan bedtrs dengan posisi

lateral kiri.
6.berkolaborasi pemberian
suplemenoksigen pada ibu.

12.0

7. berkolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian pergantian yang


hilang.

12.0

8. berkolaborasi dalam pemeriksaan

USG
9. mempersiapkan pasien untuk

12.3

dilakukan operasi sesuai indikasi.

12.4
5
14.0
25-09-2012

0
08.0

1. BHSP

2. Mengobservasi TTV

08.0

3. Mengobservasi kebutuhan cairan

4. Mengkaji dan catat jumlah dan

08.1

bentuk pendarahan yang hilang.

5. Menganjurkan banyak minum

08.3

6. memonitor intake/output, kaji berat

jenis urin tiap jam.

25

7. memonitor keadekuatan pergantian


09.0

cairan dengan monitor sain dan

tekanan vena sentral.

09.3

8. berkolaborasi dengan tim lab untuk

pemeriksaan darah lengkap


9. berkolaborasi dengan tim medis

09.5

dalam pemberian cairan intra vena,

plasma, darah utuh (transfuse darah)

10.1
5
10.4
25-09-2012

5
08.0

1. BHSP

2. Mengobservasi TTV

08.0

3. Berkolaborasi pemberian

0
08.5
0

suplemenoksigen pada ibu.


4. Berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian pergantian yang
hilang.

09.4
5

D. EVALUASI

26

Nama

: Ny. A

No. reg

: 2019

NO
1

Tanggal 24-09-2012
S:

Tanggal 25-09-2012

Tanggal 26-09-

S:

2012
S:

Pasien mengatakan

Pasien mengatak

Pasien

mengalami perdarahan

an mengalami

mengatakan

pervaginam berwarna merah

perdarahan

tidak mengalami

segar sejak 17-09-2012

pervagina sedikit.

perdarahan
pervagina
O:

O:

O:

KU : baik

- KU : lemah

-KU : agak baik

Kesadaran :

- Kesadaran : somnolen

-Kesadaran :

- Turgor kulit menurun, mata


cowong. Konjungtiva dan
sclera anemis

kompos metis

kompos metis
-

-Turgor kulit sedikit

Turgor
kulit normal, mata

menurun, mata

tidak cowong,

sedikit cowong,

konjungtiva dan

konjungtiva dan

sclera tidak

- Mukosa bibir kering

sclera tidak terlalu

anemis

- TTV

anemis.

- Adanya perdarahan merah


segar

TD : 90/70 mmHg

-Sedikit perdarahan

N : 120x/ menit

-Mukosa agak

S : 36 C
RR : 24x/ menit

adanya perdarahan
-

lembab
-TTV

Tidak
Mukosa
bibir lembab

TTV

TD : 100/70 mmHg

TD : 120/70

A: masalah belum teratasi

S : 36,5 C

mmHg

P: lanjutkan intervensi

N : 100x/menit

S : 37,5 C

(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

RR : 23x/ Menit

N : 84x/ menit

14)

RR : 22x/ menit
A: masalah teratasi

A: masalah teratasi

27

sebagian

P: hentikan

P: lanjutkan

intervensi

intervensi
(1,2,3,4,6,10,11,12)

S:

S:

Pasien mengatakan

Pasien mengatakan

mengalami perdarahan

perdarahan vagina

pervaginam berwarna merah

sedikit

segar, ganti pembalut 3-5x


dalam sehari dan pembalut
terisi penuh.
O:

O:

- KU : lemah dan adanya

- KU : lebih baik

syok hipovolemik

-Kesadaran :

- Kesadaran : somnolen

kompos mentis

- DJJ janin tidak normal

- Sudah tidak ada

160/menit

DJJ (karena bayi

- Adanya kontraksi uterus

sudah lahir), oleh

- Adanya efek hipoksia pada

karena itu langsung

janin

dengan

28

- TTV
TD : 90/70 mmHg
N : 120x/menit
S : 36 C
RR : 24x/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
(1,2,3,4,5,6,7,8,9)

pemeriksaan nadi
120/menit.
-Tidak terdapat
kontraksi uterus
-Janin sudah tidak
hipoksia
-TTV:
TD : 100/70 mmHg
S : 36,5 C
N : 100x/menit
RR : 23x/menit
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
( 1,2,6,7 )

Anda mungkin juga menyukai