Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO I BLOK SISTEM TUBUH II SEMESTER GANJIL 2013/ 2014 Oleh Kelompok 4: Ketua Sekertaris Papan Sekertaris Meja Anggota : Farah Firdha A : Pungky Anggraini : Cynthia Octavia : Tadjul Arifin Ari Kurniasari Duati Mayangsari Arini Al-Haq Galuh Cita S R Selvia Elga Z Nur Sita Dewi Dhystika Zahrah S (131610101046) (131610101042) (131610101047) (131610101037) (131610101038) (131610101039) (131610101040) (131610101041) (131610101043) (131610101045) (131610101048)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario IV Blok Sistem Tubuh II tanpa suatu kendala yang berarti. Kami ucapkan terima kasih kepada : 1. Rahardyan Parnaadji, drg., M.Kes, Sp. Prost. yang telah memberikan ilmu serta waktu untuk menjadi tutor kami dalam diskusi tutorial. 2. Anggota Kelompok Tutotial IV yang telah berperan aktif dalam diskusi serta penyusunan laporan tutorial. Kami berharap laporan tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada Blok Sistem Tubuh II. Demi perbaikan pada tutorial berikutnya kami menerima saran, kritik, masukan dari segenap pihak yang lebih berkompetensi.

Jember, 29 November 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Temporomandibular kondilusmandibuladengan joint fossa (TMJ) adalah persendiaan tulang dari

gleinodalisdari

temporal.

Temporomandibularmerupakan satu-satunya sendi yang ada di kepala yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang, mengunyah serta berbicara yang letaknya dibawah depan telinga (lihat. Apabila terjadi sesuatu kelainan pada salah satu sendi ini, maka seseorang akan mengalami masalah yang serius yaitu terasa nyeri saat membuka mulut, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena sendi kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Tidak seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti bahu, tangan atau kaki yang dapat berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi secara simultan ini dapat terjadi bila otot-otot yang mengendalikannya dalam keadaan sehat dan berfungsi dengan baik Kelainan sendi temporomandibula dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan fnsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan sendi temporomandibula akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah disfungsi. Sendi temporomandibula yang diberikan beban berlebihan akan

menyebabkan kerusakan pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan sendi temporomandibula harus dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi.

Bunyi pada sendi, bunyi kliking merupakan gejala ini paling sering menandakan adanya TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi kliking muncul saat rahang dibuka atau saat menutup. Umumnya bunyi terserbut hanya dapat didengar oleh penderita dan orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi klik. Dalam tutorial kali ini kami membahas mengenai bunyi pada sendi temporomandibula akibat kebiasaan mengunyah hanya pada satu sisi kanan saja, dan beberapa faktor lain yang dialami Budi dalam skenario 4. Dalam tutorial kami ini mendiskusikan dan membahas mekanisme dari sebab hingga akibat serta komponen-komponen yang terlibat dalam permasalahan yang ada pada skenario tersebut.

SKENARIO 4 BUDI SULIT MEMBUKA MULUT SETELAH OPERASI

Budi mahasiswa FKG berumur 19 tahun merasakan keluhan nyeri pada gigi bawah kiri paling belakang. Keesokan harinya pipinya bengkak sehingga ia datang ke Klinik Bedah Mulut. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan gigi molar ketiga bawah kiri impaksi, gigi geraham rahang atas dan bawah kiri ada yang berlubang besar, banyak kalkulus di regio bawah kiri. Akibat kondisi itu Budi mempunyai kebiasaan mengunyah hanya pada sisi kanan saja. Hal itu sudah berlangsung lama sehingga pada saat membuka mulut terdengar bunyi cliking. Tindakan yang dilakukan adalah odontektomi atau pengambilan gigi impaksi dengan cara pembedahan. Operasi berlangsung lama karena kasusnya sulit. Keesokan harinya pada saat kontrol Budi mengalami kesulitan membuka mulut, nyeri pada sendi Temporo Mandibular Joint(TMJ)-nya, kram pada otot wajah dan terjadi pembengkakan pada pipi.

STEP 1 Impaksi : gigi tidak erupsi karena terhalang oleh gigi tetangga, atau erupsi sebagian (horizontal, vertikal, mesioangular, distoangular) Pemeriksaan intra oral : pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi palatum, bibir, gingiva dan gigi Kalkulus : penumpukan plak yang termineralisasi Bunyi clicking : bunyi yang timbul saat membuka atau menutup mulut yang menandakan pergeseran discus artikularis Temporomandibula Joint : sendi yang menghubungkan rahang atas dan bawah untuk membuka dan menutup mulut (terletak antara proc. condylaris mandibula dan fossa glenoidalis) dan terdapat discus artikularis. Odontektomi : pengambilan gigi impaksi dengan cara pembedahan Bengkak : ciri utama inflamasi yang berupa tonjolan Regio : daerah atau bagian tubuh

STEP 2 1. Bagaimana mekanisme mengunyah (membuka dan menutup mulut)? 2. Mengapa bisa terjadi bunyi clicking jika mengunyah satu sisi? 3. Mengapa terjadi pembengkakan pada pipi setelah odontektomi? 4. Apa yang menyebabkan Budi kesulitan membuka mulut setelah odontektomi?

STEP 3 1. Pada umumnya otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial ke V, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecapan batang otak akan menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu, seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah. Sebagian besar proses mengunyah terjadi karena refleks mengunyah. Adanya bolus makanan menimbulkan penghambatan otot untuk mengunyah (menarik rahang ke bawah) . Akibat penurunan rahang ini timbul refleks regang pada otot rahang bawah menimbulkan rebound mengangkat rahang bawah mengatupkan gigi dan menekan bolus ke dinding mulut menghambat otot rahang bawah rebound, dan terjadi berulang-ulang.

2. Karena kebiasaan mengunyah satu sisi menyebabkan perubahan posisi TMJ dan discus artikularis menjadi aus karena cairan sinofial tidak berfungsi dengan baik.

3. Jaringan yang luka membuat mikroorganisme masuk dan menyebabkan trauma. Lalu terjadi respons imun oleh makrofag dan limfosit dan pelepasan oksitosin yang menyebabkan daerah menggembung dan terjadi pembengkakan (inflamasi).

4. Ada beberapa faktor yang mungkin bisa menyebabkan Budi tidak bisa membuka mulut: Sisa anastesi Na+ masih ada pasca odontektomi. Karena adanya inflamasi berupa fibrosis pada ototnya, sehingga otot-otot sulit bergerak untuk membuka mulut. Trismus, yaitu kerusakan pada otot pasca pembedahan. Biasanya karena peradangan, anastesi, atau trauma pasca operasi.

STEP 4

Otot TMJ Komponen yang Terlibat Gigi Mastikasi Mekanisme NMJ Gangguan

1.2 TUJUAN STEP 5 1. Memahami anatomi, fisiologi, dan histologi komponen yang terlibat dalam mastikasi. 2. 3. Memahami mekanisme mastikasi. Mengetahui gangguan dalam mastikasi.

BAB II PEMBAHASAN (STEP 7)

SISTEM MASTIKASI Otot-otot Mastikasi (Pengunyahan) 1. Musculus masseter Berbentuk segi empet Termasuk otot yang depressor Perlekatan terdiri dari dua lapisan yaitu : Pars superficialis o Origo : margo inferior arcus zygomaticus o Inssertio : angulus mandibula dan sisi lateral ramus mandibula Pars profundus o Origo zygomaticus o Insertio : sisi lateral ramus mandibula, facies : sisi medial dan posterior arcus

lateralis processus muscularis mandibula. Inervasi : di inervasi oleh nervus masseterica divisi anterior nervus mandibula. Vascularisasi : arteri temporalis superficialis, arteri maxillaris dan arteri facialis. Fungsinya untuk menutup mulut atau rahang ( close jaw )

2. Musculus temporalis Bentuk seperti kipas, terletak dalam fossa temporalis Termasuk otot yang depressor Perlekatan : musculus ini timbul dari dasar fossa temporalis dan menyempit di atas garis temporalis inferior. Serabut posterior

berjalan horizontal, sedangkan serabut anterior secara vertikal ke bawah manuju processus coronoideus, untuk mencapai ini, musculus ini berjalan diantara arcus zygomaticus. Origo : Pada facia temporalis dan fossa temporalis dari linea temporalis sampai crista temporalis. Insertio : processus coronoideus mandibula dan tepi anterior mandibula Inervasi : divisi anterior nervus mandibula Vascularisasi : arteri temporalis superficialis dari arteri maxillaris Fungsi : menutup mulut atau menggigit, serat serat yang di posterior berjalan horizontal berfungsi menarik mandibula ke belakang ( retraksi ). 3. Musculus pterygoideus medialis ( internus ) Terletak pada permukaan medial ramus mandibula Termasuk otot yang depressor Berdasarkan origonya mempunyai dua caput Caput profundus. Origo : Processus piramidalis ossis palatini, tuber maxillaris. Caput profundus. Insertio : sisi medial ramus mandibula ( tuberositas pterygoideus) Capur superficialis. Origo : Lamina lateralis proc. Pterygoideus ( sisi medial ) dan proc. Piramidalis ossis palatini. Fungsi ; menutup mulut atau rahang

4. Musculus pterygoideus lateralis ( externus ) Terletak pada fossa infratemporalis Termasuk otot yang elevator Ada dua caput Caput Inferior. Origo : Facies lateralis lamina lateralis proc. Pterygoideus. Caput superior. Origo : alamagna ossis spenoidalis, crista infratemporalis.

Caput superior. Insertio : Collumna mandibula, discus articularis dan capsula articuaris. Fungsi : Depresi mandibula, protusi mandibula, menggerakkan mandibula kanan-kiri.

Musculus musculus suprahyoideus 1. Musculus digastricus Terdiri dari dua tendon ( venter ) yaitu venter anterior dan venter posterior yang dihubungkan oleh intermediet tendon. Venter anterior, origo : fossa digastrica mandibula. Venter posterior, origo : insisura mastoidea Intermediet tendon terikat oleh jaringan aponeurosis ke cornu majus os. Hyoideus. Venter posterior menembus musculus stylohiodeus. Struktur yang berjalan superficialis terhadap musculus digastricus adalah vena facialis, nervus auricularis magnus, rami colli nervus facialis. Struktur yang berjalan profundus terhadap musculus digastricus adalah arteri carotis interba dan eksterna, vena jugularis interna, nervus IX, X, XI dan truncus sympaticus. Inervasi : Venter anterior : nervus V Venter posterior : nervus VII Fungsi : Fixasi os. Hyoid Menarik dagu ke belakang 2. Musculus mylohiodeus Cranial dari venter anterior musculus digastricus Origo : Linea mylohioidea Insertio : Raphe mediana, os hyoid (sebelah dorsal ) Berserat horizontal Inervasi : Nervus mylohioid cabang n. Alveolaris inferior Fungsi : Mengangkat dasar mulut, lidah Membantu proses mengunyah

Mendorong makanan ke belakang pada waktu menelan 3. Musculus geniohyoid Letak : Cranial dari usculus mylohioideus Origo : Spina mentalis Insertio : corpus os. Hyoid kanan kiri otot tersebut bertemu Fungsi : Fixasi os. Hyoid

4. Musculus Stylohyoideus Letak Origo : cranial dari m. Digastricus venter posterior : processus styloideus

Insertio : antara corpus dan cornu majus os. Hyoid Inervasi : Cabang nervus VII Fungsi : Fixasi os. Hyoid

Mekanisme mastikasi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu : 1) Gerak membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya Universitas Sumatera Utaramandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis

yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis. 2) Gerak menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres. 3) Protrusi Kedua kondilus bergerak ke depan mengikuti lereng eminentia artikularis Sliding contact gigi-gigi Kontraksi m. pterygoideus lateralis & medialis Kontraksi m. masseter & serabut anterior m. Temporalis

Relaksasi serabut posterior m. temporalis

Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini. 4) Retrusi Kedua kondilus bergerak ke belakang ke bagian posterior fossa glenoid Sliding contact gigi-gigi Kontraksi serabut posterior m. Temporalis Relaksasi m. pterygoideus

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang. 5) Gerak lateral Kondilus pada sisi arah pergerakan tetap terletak pada fossa glenoid oleh karena kontraksi otot-otot pada sisi tersebut Kondilus berotasi pada sumbu vertikal

Berotasi dan sliding kecil ke arah lateral, depan dan bawah menyusuri eminentia artikularis (movement of Bennett) Pada sisi lain, kondilus tertarik ke depan oleh kontraksi m. ptrygoideus lateralis, sedangkan serabut posterior m. temporalis relax

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi. Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett. Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior. Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : a) kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.

b) penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi. c) Secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus. d) pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

Pergerakan Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat faseopening, fastopening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup. Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama fase slowopening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaan

makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fastopening dan fase-closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan

makanan ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara

mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.

Mekanisme kontraksi dan relaksasi Potensial aksi berjalan lewat syaraf motorik ke ujungnya pada serat otot. Setiap ujung mengekresikan asetilkolin. Asetilkolin membuka saluran menuju molekul protein. Terbukanya saluran asetilkolin mengakibatkan ion natrium ke membrane serat otot pada titik terminal syaraf sehingga menimbulkan potensial aksi. Asetilkolin erjalan di membrane otot, kemudian menimbulkan depolarisasi membrane serat otot juga mengakibatkan reticulum sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang disimpan dalam reticulum ke myofibril. Ion kalsium menimbulkan energy untuk menarik antara aktin dan myosin (sehingga terjadi kontraksi). Ion kalsium dipompa lagi ke reticulum sarkoplasma hingga potensial aksi otot yang baru datang lagi. Pengeluaran ion Ca dari myofibril meyebabkan kontraksi terhenti. Kontraksi: Rangsang neuron motorik

Potensial aksi

Depolarisasi menjalar melalui T tubul

Gerbang Ca terbuka

Ca2+ keluar dari reticulum sarkoplasma

Ca2+ diikat troponin C

Tropomiosin berubah

Kepala myosin menempel di aktin

Terbentuk jembatan silang (terjadi pada aktin dan myosin dengan katalis enzim myosin atp-ase)

Hidrolisis ATP

Pembengkakan kepala myosin

Kontraksi otot Relaksasi: Proses relaksasi merupakan kebalikan dari proses kontraksi mulai dari skema terjadinya kontraksi otot sampai akhirnya Ca kembali lagi ke gerbang.

Keterkaitan antara sumber energy pada otot dan proses kontraksi serta relaksasi Sebagian besar energy yang disediakan oleh ATP digunakan untuk walk-along mechanism ketika jembatan silang menarik filament-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energy dibutuhkan untuk: (1) memompa ion kalsium dari sarkoplasma kedalam reticulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir, dan (2) memompa ion-ion natrium dan kalsium melalui membrane serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionic yang cocok untuk pembentukan potensial aksi serabut otot. Kira-kira 4 milimolar cukup untuk mempertahankan kontraksi penuh hanya selama 1 sampai 2 detik. Sumber energy pertama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah substansi kreatin fosfat, yang dapat menimbulkan kontraksi otot maksimal hanya untuk 5 sampai 8 detik. Sumber energy penting kedua yang digunakan untuk menyusun kembali kreatin fosfat dan ATP adalah glikolisis dari glikogen yang menyebabkan kontraksi otot dapat tetap dipertahankan untuk berdetik-detik dan kadang sampai lebih dari satu menit. Namun begitu banyak produk akhir dari glikolisis akan berkumpul dalam sel otot sehingga glikolisis juga kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan kontraksi otot maksimum setelah sekitar 1 menit. Sumber energy ketiga sekaligus yang terakhir adalah metabolism oksidatif untuk aktivitas otot maksimal yang berlangsung sangat lama-- lebih dari berjam-jamproporsi energy yang terbesar berasal dari lemak, tetapi untuk periode kontraksi selama 2 sampai 4 jam, separuh dari energynya dapat berasal dari karbohidrat.

Gangguan Mastikasi Kelainan pada sendi temporomadibular joint (TMJ) adalah salah satu contoh gangguan mastikasi.

Sendi

temporomandibular

merupakan

persendian

yang

menghubungkan

mandibula dengan tulang temporal, dan merupakan persendian yang paling kompleks di dalam tubuh manusia, yang terdiri dari otot, tendon, serta tulang. Terletak antara processus kondilaris tulang mandibula dengan fossa di maxilla.

Anatomi TMJ Prosesus kondiloideus Bentuk konveks Permukaan posterior: semakin merata Lebih lebar lateromedial : anteroposterior Dimensi anterior- posterior = mesial- distal Dari mesial tampak lebih lebar disbanding dari lateral

Fossa mandibularis Lekukan berbentuk oval, pada tulang temporal, di sebelah anterior dari kanal auditori Batas anterior: eminensia artikularis Bagian luar: akar zigoma dan prosesus auditori

Bagian posterior: lempeng timpanikus area petrosa tulang temporal Berfungsi mengakomodasi kondilus Dimensi mesial- distal lebih besar daripada antero- posterior

Kapsul Membungkus TMJ Melekat pada permukaan artikularis fosa mandibularis, eminensia tulang temporal, dan leher mandibula Sisi anterolateral kapsul dapat menebal untuk membentuk ligament Terdiri dari lapisan membrane synovial interna dan lapisan fibrosa (vena, saraf, serat kolagen) Persarafan: N. trigeminus Vaskularisasi: A. maksilaris, A. temporal

Diskus Artikularis Jaringan fibrosa Untuk mengakomodasi bentuk kondilus serta konkavitas fosa mandibularis Membagi permukaan artikularis menjadi dua bagian : kompartemen atas dan bawah, yang berfungsi untuk melancarkan gerakan meluncur persendian.

Ligamen Melindungi struktur sendi Ligament terdiri dari kolagen, yang tidak dapat meregang (stretch) Ligament tdk berperan aktif dalam fungsi sendi namun berperan dlm membatasi pergerakan sendi Berdasarkan tipenya ada dua: 1. Functional Ligament - Collateral (discal) ligament -Capsular ligament -Temporomandibular ligament 2. Accessory ligament

- Sphenomandibular ligament - Stylomandibular ligament Persarafan sensorik TMJ : saraf aurikulotemporalis cabang maseter dari saraf mandibularis Persarafan motorik terletak pada otot- otot Sistem vaskularisasi TMJ : A. karotis eksterna terutama pada cabang temporalis superfisialis A. aurikularis A. timpanikus anterior A. faringeal asendens A. maksilaris

Histologi TMJ Prosesus Kondiloideus Memiliki gambaran menyerupai tong yang termodifikasi (20x 10mm) Terletak tegak lurus dengan ramus mandibula Tulang kortikal yang dibungkus oleh jaringan ikat fibrosa padat disertai sel kartilago berbentuk ireguler Fossa Mandibularis Permukaan tulang kortikal padat (tulang temporal) Bagian posterior fossa mandibularis yang bersifat non- artikularis dibentuk oleh lempeng timpanikus Fossa mandibularis menipis pada atap fossa serta lempeng timpanikus

Kapsul a/ ligament yang mengelilingi sendi melekat pada leher kondilus disekitar perbatasan permukaan artikularis tulang temporal. Terdiri dari membrane synovial internal dan lapisan fibrosa eksternal yang terdiri dari vena, saraf, serta serat kolagen

Diskus artikularis Struktur berbentuk oval bikonkaf diantara kondilus dan tulang temporal Ketebalan diskus artikularis: 1 mm di pertengahan dan 2- 3 mm di tepi Terdiri dari jaringan kolagen padat Pusat diskus artikularis bersifat avaskuler dan tidak memiliki persarafan Melekat pada ligament yang kuat pada sisi lateral Memisahkan area diantara persendian

ETIOLOGI Kelainan pada sendi temporomandibula ini diantaranya adalah ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia kondiloideus, hipoplasia kondiloideus dan fraktur mandibula. Tanda-tanda yang ditimbulkan pada setiap kelainan berbeda, misalnya pada ankilosis penderita tidak dapat menggerakkan mandibulanya, dislokasi mandibula penderita akan merasa giginya tidak dapat beroklusi sempurna, pada hyperplasia dan hipoplasia kondiloideus penderita akan mengalami wajah yang asimetri, sedangkan fraktur mandibula biasanya penderita akan mengalami pembengkakan disekitar wajah jika faktor penyebabnya adalah trauma. Kondisi ini dapat langsung kita ketahui melalui pemeriksaan secara klinis, akan tetapi untuk mengetahui secara pasti harus dilakukan pemeriksaan radiografi. 1. Kondisi oklusi. Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun akhir-akhir ini banyak diperdebatkan 2. Trauma Trauma dapat dibagi menjadi dua : a) Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan. b) Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut

dapat menyebabkan microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.

3. Stress emosional Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbic adalah yang paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki peran yang sangat penting pada TMD. Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD.

4. Deep pain input (Aktivitas parafungsional) Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti mengunyah, bicara, dan menelan), dan tidak mempunyai tujuan fungsional. Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaankebiasaan lain seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding. Beberapa literatur membedakan antara bruxism dan clenching. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari. Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi rotasi dimana discus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior m.pterygoideuslateral inferior dan m.pterygoideuslateral superior berkontraksi. Dan terjadi translasi dimana discus beserta kondilus bergerak ke anterior mengikuti guiding line sampai eminentia artikular. Semua ototnya dalam keadaan

kontraksi. Pada fase menutup mulut discus artikularis bergerak ke anterior dan kondilus ke posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus agar tetap berada pada zona intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior kontraksi dan m.pterygoideus lateral inferior relaksasi.

BAB III KESIMPULAN

Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM), otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi. Salah satu dari sistem mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh terhadap penyakit periodontal yaitu kebiasaan mengunyah dengan satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat menimbulkan beberapa gangguan pada kesehatan rongga mulut, terutama mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang yang mendukung dalam proses pengunyahan pada rongga mulut manusia yaitu sendi temporo mandibula atau temporomandibular joint (TMJ) Kebiasaan mengunyah satu sisi yaitu bahwa sistem pengunyahan yang menggunakan satu sisi merupakan sistem pengunyahan yang tidak normal atau bisa dikatakan pengunyahan yang buruk. Pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah pada satu sisi biasanya memiliki gejala dan tanda serta ciri yang khas. Sehingga ketika mengadakan pemeriksaan tampak beberapa gejala dan tanda klinis yang menunjukkan bahwa pasien menggunakan satu sisi untuk mengunyah. Pada pemeriksaan biasanya dapat terlihat gigi-geligi yang sering digunakan untuk mengunyah biasanya terlihat aus pada satu sisi yang sering digunakan, kemudian terlihat adanya karang gigi atau kalkulus pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah dan pada tahap lanjut terlihat adanya mobility pada gigi-geligi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Wong ME, Butler D, Ried R, Gateno J. Advance oral and maxillofacial surgery. Houston : The University of Dental Branch at Houston, 2007 : 6-9. Nayak PK, Nair SC, Krishnan DG, Perciaccante VJ. Ankylosis of the temporomandibular joint. In : Booth PW, Schendel SA, Jarg_Erich H. Maxillofacial surgery. 2nd Ed.St. Louis : Churchill Livingstone, 2007 : 152236. Ramezanian M, Yavary T. Comparion of gap arthroplasty and interpositional gap arthroplasty on the temporomandibular joint ankylosis. Acta Medica Iranica 2006:44(6):391 Suryonegoro H. Pencitraan temporomandibular discorder: clicking.

<http://www.pdgi-online.com&gt; ( 1 Oktober 2009). Das UM, Keerthi R, Ashwin DP, Venkata RS, Reddy D, Shiggaon N. Ankylosis of temporomandibular joint in children. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009:27(2):116-20. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery.2nd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 2008 : 226,229-33,237-39. Vasconcelos BCE, Porto GG, Bessa-nogueira RV. Temporomandibular joint ankylosis. Rev Bras Otorrinolsringol 2008:74(1):34-8. Vasconcelos BCE, Bessa-nogueira RV,Cyproano RV. Treatment of

temporomandibular joint ankylosis by gap arthroplasty. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006:11:66-9. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, 14 Mei 2008, Pof. Dr. Drg. Haryo Mustiko Dipoyono, MS.,Sp.Pros(K); Gangguan Nyeri dan Bunyi Kliking pada Sendi Temporomandibula. Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut Alih bahasa :Purwanto, Boesoeseno. Jakarta : EGC Widi,Ristya Endah Yani, Diktat anatomi 2, Regio Facei

Anda mungkin juga menyukai