Psikotik
Psikotik
BLOK NEUROPSIKIATRI
MODUL II
PSIKOTIK
NAMA
: Irham Adyputra
NIM
: C 111 06 196
KELOMPOK
: B-1
TUTOR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
BAB I
PSIKOTIK
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 40 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan
ditemani tiga orang polisis. Perilakunya membuat petugas kesal. Salah seorang
petugas mengatakan, Orang ini gila. Sebentar-sebentar ia berusaha melompat lari
seperti ada yang mengejar. Saat diwawancarai, tampak seorang laki-laki dengan
pakaian kusut dan celana yang robek dan kotor. Mula-mula tampak tenang, tetapi saat
ia mulai berbicara ia tampak lebih bergairah, memperlihatkan pembicaraan
bercabang-cabang dan kadang-kadang kehilangan asosiasi. Ia menyatakan dalam
beberapa hari ini dia sudah tidak menggunakan alkohol dan obat-obatan yang selama
ini digunakannya. Tiba-tiba ditengah wawancara matanya melebar menatap ke bawah
pada kakinya dan menggerakkan kakinya seperti menendang beberapa benda yang
tidak tampak dan dengan marah melihat pemeriksa sambil berteriak, Singkirkan
benda itu!
KLARIFIKASI KATA SULIT
Asosiasi adalah hubungan yang tertutup antara ruang dan waktu. Asosiasi
terdiri atas
o Asosiasi bebas
o Asosiasi bunyi yaitu penderita melanjutkan cerita
mengandung kata yang bunyinya mirip dengan salah satu kata yang mirip
sebelumnya.
o asosiasi longgar yaitu gangguan jalan pikiran antaraide kalimat 1 dan kalimat
yang lain, hubungannya sangat tidak erat bila akstrim terjadi inkoherensi.
KATA KUNCI
1. laki-laki 40 tahun
2. sebentar-sebentar berusaha melompat lari dan merasa dikejar
3. mula-mula tampak tenang
4. kemudian bergairah
5. pakaian kusut dan celana robek
6. pembicaraan bercabang
7. kadang-kadang kehilangan asosiasi
8. sudah tidak menggunakan alkohol dan obat-obatan selama beberapa hari
9. tiga tahun menkonsumsi alkohol dan obat-obatan
10. menendang benda yang tidak tampak, mata melebar dan menatap ke bawah
(halusinasi)
PERTANYAAN
1. Anatomi, histologi dan fisiologi dari organ yang terkait?
2. Mengapa dia mula-mula tampak tenang kemudian lebih bergairah?
3. Obat-obatan apa yang digunakan sebelum dia putus obat dan apa pengaruhnya
dengan gejala yang dialami?
4. Neurotransmiter yang berhubungan dengan gangguan psikotik?
5. Mengapa hingga terjadi kehilangan asosiasi?
6. Patomekanisme halusinasi akibat putus alkohol?
7. Penyakit-penyakit yang memberikan gejala gangguan psikotok?
8. Pemeriksaan penunjang dan Penatalaksanaan?
JAWABAN PERTANYAAN
1.
Anatomi, histologi dan fisiologi susunan saraf pusat yang ada hubungannya
dengan psikosis
Anatomi
Cerebrum :
Cerebrum terletak dalam cavum cranii, terbaring pada basis cranii (fossa cranii
anterior, media, dan di atas tentorium cerebelli) diantarai bantal cairan (LCS)
terhadap Ossa Cranii. Cerebrum terbagi dua simetris oleh fissura longitudinalis
cerebri atau falx cerebri menjadi hemispherium cerebri sinistra dan hemispherium
dextra. Hemispherium cerebri sinistra dan dextra tetap berhubungan pada bagian
profunda oleh serabut Commissura (terutama Corpus Callosum). Struktur
cerebrum terdiri dari cortex cerebri, centrum semiovale, substansia grisea
centralis, dan hippocampus.
Sistem limbik
berfungsi sebagai alat komunkai dua arah dan merupakan tali penghubung antara
neokorteks dan struktur limbik bagian bawah.
Banyak fungsi perilaku yang dicetuskan dari hipotalamus dan strukturstruktur limbik lainnya dijalarkan melalui nuklei retikular di batang otak dan nuklei
asosiasinya. Perangsangan pada bagian eksitasi formasio retikularis dapat
menyebabkan timbulnya eksitabilitas serebral derajat tinggi, juga peningkatan
eksitabilitas kebanyakan sinaps medula spinalis. Sebagian besar sinyal-sinyal yang
dipakai untuk mengatur sistem saraf otonomik juga dijalarkan melalui nuklei yang
terletak pada batang otak.
Jalur komunikasi yang paling penting antara sistem limbik. Dan batang otak
adalah berkas otak depan bagian medial ( medial forebrainbundle ), yang menyebar
dari regio septal dan orbitofrontal kortikal ke bawah melalui bagian tengah
hipotalamus ke formasio retikularis batang otak. Berkas ini membawa serat-serat
dalam dua arah, membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi
yang kedua adalah jaras pendek yang melewati formasio retikularis batang otak,
talamus, hipotalamus dan sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan
bagian basal otak.
Fungsi Hipokampus
Hipokampus merupakan bagian medial korteks temporalis yang memanjang,
melipat ke atas dan ke dalam untuk membentuk permukaan ventral dari radiks
inferior ventrikel lateralis. Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati
oleh sinyal sensorik yang masuk, yang dapat menimbulkan reaksi perilaku yang
sesuai tetapi tujuan yang berbeda. Seperti halnya pada struktur-struktur limbik yang
lain, perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat
menyebabkan salah satu dari dari berbagai pola perilaku seperti rasa marah,
ketidakpedulian, dorongan seks yang berlebihan.
Selama terjadi kejang hipokampus pada manusia, penderita mengalami
berbagai efek psikomotor, termasuk penciuman penglihatan, pendengaran,
perabaan, dan tipe halusinasi lain yang tidak dapat ditekan walaupun sebenarnya
penderita pada saat itu tidak kehilangan kesadarannya dan ia mengetahui bahwa
halusinasi yang dialaminya itu tidak didasarkan kenyataan.
Kerusakan pada hipokampus juga dapat mengurangi sebagian ingatan yang
telah dipelajari sebelumnya ( amnesia anterograd ), sedikit lebih banyak terhadap
ingatan bertahun-tahun yang lalu daripada ingatan yang telah lama sekali. Jadi,
Korteks ini berfungsi sebagai zona tansisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal
yang dijalarkan dari sisa korteks ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang
berlawanan. Oleh karena itu, korteks lmbik berfungsi sebagai area asosiasi
serebral untuk mengatur perilaku.
Histologi
Struktur sel neuron terdiri dari badan sel (perikaryon) dan juluran sitoplasma
(dendrite dan akson). Pembagian sel neuron menurut banyaknya juluran yaitu
:neuron unipoler (pseudounipoler), neuron bipolar dan neuron multipoler.
Sedangkan berdasarkan lokalisasi terdiri dari ganglion spinalis, ganglion
cochlearis (ganglion vestibularis dalam retina, dan mukosa olfaktorius).
Mikroskopik sel neuron terdiri dari perikaryon (badan sel), akson dan dendrite.
Inti dalam badan sel terletak di tengah sel. Bentuk speris, besar, kromatin halus.
Fisiologi :
Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya atau dengan otot dan
kelenjar adalah melalui proses transmisi sinaptik. Transmisi sinaptik terjadi sinapa
dimana akson dari suatu neuron
dendrite, akson atau badan sel dari neuron lainnya, atau dengan otot serta kelenjar
(sel postsinaptik).
Terdapat dua jenis transmisi sinaptik yakni transmisi sinaptik elektriks dan
transmisi sinaptik khemis. Pada sinaps elektris, aksi potensial pada sel presinaps
yang berjalan sepanjang akson akan disebarkan langsung ke neuron atau sel
lainnya melalui protein tubular yang disebut gap junction. Gap junction
merupakan saluran yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya dengan
resistensi yang rendah, sehingga ion akan lewat dengan mudah ke neuron lainnya.
Sebagian besar transmisi sinaptik terjadi melalui sinaps klemis, dimana impuls
pada neuron presinaps menyebabkan pelepasan neurotransmitter yang akan
berdifusi melalui celah sinaptik ke sel target atau sel postsinaps. Pada sel
postsinaps, neurotransmitter akan teriket dengan reseptor spesifik yang terdapat
pada permukaan mmbran dan menimbulkan respon berupa potensial aksi,
kontraksi dan sekresi kelenjar.
amigdala
dan
hipocampus,
serta
hipotalamus.
Antidepresan
INFORMASI TAMBAHAN
Komponen Emosi
1. Kognisi
2. Afek
- Afek dasar
- Afek spesifik
- Afek umum
: Sedih, gembira
3. Konasi
4. Perubahan Fisik
Jenis Depresi
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasanya mulai 1-2, dan 4
minggu setelah melahirkan, biasanya pada anak ke 2 dan 3. Wanita yangmnegalami
depresi postpartum berisiko untuk mendapatkan episode berulang pada persalinan
berikutnya.
Gangguan afektif menurut musim (SAD= Seasonal Affective Disorder)
ditandai dengan terjadinya depresi mayor dengan pola sesuai musim (musiman).
Gejala-gejala muncul setiap musim gugur/musim dingin dan kembali normal (atau
bahkan hipomania) pada musim semi atau panas, gangguan ini sering mengenai
perempuan muda dibandingkan laki-laki (2-4 : 1), memperlihatkan berbagai gambaran
depresi atipikal (hopersomnia, banyak makan, berta badan meningkat), gangguan
ini sering berhasil diterapi dengan terapi cahaya buatan, 2-6 jam per hari dan respons
didapat 2-3 hari; kadnag-kadang terjadi hipomania, dengan atau antidepresan.
Tingkah laku, emosi dan motivasi diatur oleh sistem limbik. Hipothalamus
(bagian limbik) mengatur tingkah laku, suhu tubuh, nafsu makan, berta badan, dan
yang berhubungan dengan endokrin. Hipothalamus bagian lateral mengatur rasa lapar.
Hipothalamus anterior dan posterior mengatur seks, sedangkan motivasi diatur oleh
hipothalamus sampai tegmentum batang otak.
Semua obat-obat yang disalah gunakan dan toksin dapat menimbulkan
berbagai bentuk gangguan mood. Kemungkinan terjadinya gejala-gejala mood akibat
penggunaan zat serta pola-pola gejala bervariasi tidak hanya bergantung pada jenis
obat, tetapi juga dosis dan lama penggunaan serta apakah pasien dalam keadaan
intoksikasi atau putus zat, dan juga faktor-faktor individual yang tidak dimengerti
yang ada pada diri pasien. Beberapa contoh-contoh zat yang dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mood :
1. Depresi
a. Obat-obat yang disalahgunakan
alkohol, hipnotik-sedatif, opioid, dan PCP.
b. Medikasi
Kontrasepsi oral, kortikosteroid, reserpin, alfa-metildopa, gunetidin,
levodopa, indometasin, benzodiazepin, opiat, simetidin, propanolol,
antikolinesterase, putus zat-amfetamin.
c. Lain-lain
Keracunan logam berat
2. Mania
a. Obat-obat yang disalahgunakan
Kokain, amfetamin, halusinogen, PCP.
b. Medikasi
Steroid dan L-dopa
c. Lain-lain
40
laki
tahun
Gejala
Waham
asosiasi
mania
kejaran
putus
alkohol
Delirium
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
Skizoafektif ++
++
++
++
++
Mood
++
tremens
Skizofrenia
paranoid
Intoksikasi
alkohol
+
disorders
Dari diagnosa banding yang kelompok kami ambil yaitu Delirium tremens,
Skizofrenia paranoid, intiksikasi alkohol, skizoafektif, dan mood dosiorders memilik
gejala-gejala yang mirip pada skenario, akan tetapi saya mengambil delirium tremens
sebagai diagnosa utama saya karena pada skenario saya menangkap gejala putus
alkohol merupakan suatu tanda pentik untuk diagnosa kasusu ini, dibandingkan
dengan penyakit-penyakit lain delirium tremens merupakan gangguan yang sangat
erat kaitannya dengan alkohol, putus alkohol dapat mengakibatkan berbagai
kumpulan gejala seperti kecemasa, delusi, kegirangan, inkoheren hingga hlusinasi
yang pada akhirnya berupa delirium tremens. Dilihat dari gejala lainnya yang
mendukung seperti adanya gejala halusinasi dan waham kejaran, kehilangan asosiasi
sangat mengarah pada delirium tremens.
Meskipun pada skizofrenia paranoid, skizoafektif, mood disorder memiliki
gejala mirip akan tetapi rata-rata tidak memmpuyai riwayat alkohol. Intoksikasi
alkohol mempunyai kaitan dengan alkohol dan gejalanya juga menyerupai gejala pada
skenario, akan tetapi pada intoksikasi alkohol memiliki riwayat alkohol yang masih
berlangsung sedangkan pada skenario pasien putus alkohol, sehingga intoksikasi
alkohol saya tidak ambil sebagai diagnosa utama.
BAB II
SKIZOFRENIA
DEFENISI
Eugen
schizophrenia . Istilah ini berasal dari bahasa Yunani schitos artinya terbelah,
terpecah, dan phren artinya pikiran. Secara harafiah, schizophrenia berarti
pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola perilaku, yaitu
tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan
demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi terhadap
kenyataan yang sebenarnya.
Skizofrenia adalah suatu gangguan mental psikotik yang tidak diketahui
penyebabnya, gangguan fungsi mental yang bermakna dan melibatkan gangguan
perasaan, pikiran dan perilaku.
Schizophrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis
fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya,
hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan
maladjustment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan
dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup; lalu menjadi
ketidakmampuan secara sosial. Hilanglah rasa tanggungjawabnya dan terdapat
gangguan pada fungsi intelektualnya. Jika perilakunya tersebut menjadi begitu
abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa membahayakan atau mengancam
keselamatan orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila.
ETIOLOGI
Penyebab belum diketahui. Ditemukan kelainan pada area otak tertentu,
termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia basal, misalnya pelebaran sulkus,
fisura, serta ventrikel lateral III dan IV; perubahan asimetri hemisfer serebri; dan
gangguan densitas otak namun tidak ada satupun patognomonik atau selalu ditemukan
dengan
waham-waham
sekunder
dan
halusinasi.
Baru
dengan
pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek,
emosi dan kemauan.
5. Residual : a.) gejala negatif skizofrenia misalnya : perlambatan psikomotorik,
afek menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan kuantitas dan isi
pembicaraan, komunikasi nonverbal buruk yang tampak pada expresi wajah,
kontak mata, modulasi suara, , perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. b.)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut Bleuler,
yaitu primer dan sekunder.
Gejala-gejala primer.
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran). Pada skizofrenia
inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama
ialah asosiasi. Kadang-kadang satu idea belum selesai diutarakan, sudah
timbul idea lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya
tani tetapi dikatakan sawah. Tidak jarang juga digunakan arti simbolik,
seperti merah bila dimaksudkan berani. Semua ini menyebabkan bahwa
jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti.
Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran dibelokkan hal ini menambahkan
inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga mempunyai kecendrungan untuk
menyamakan hal-hal, umpamanya seorang perawat dimarahi, kemudian
seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi. Kadang-kadang pikiran
seakan-akan berhenti, tidak timbul idea lagi. Keadaan ini dinamakan
blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang
sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain di
dalamnya yang berpikir, timbul idea-idea yang tidak dikehendaki : tekanan
pikiran atau pressure of thoughts. Pikiran melayang lebih sering terdapat
pada mania, pada skizofrenia lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering
tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu
ada efori.
2. Gangguan afek dan emosi : Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa:
o Kedangkalan afek dan emosi, misalnya penderita menjadi acuh tak acuh
terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarganya dan masa depannya.
o Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senangdan gembira,
pada penderita timbul rasa sedih atau marah.
o Paramimi: Penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
o Kadang-kadang emosi dan afek serta expresinya tidak mempunyai
kesatuan, umpamanya penderita menangis tetapi mulutnya tertawa.
o Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat.
o Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik.
o Karena terpecah-pecahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan
mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci
pada orang yang sama.
3. Gangguan kemauan: Banyak penderita mempunyai kelemahan kemauan.
Mereka tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan. Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya, bahkan
berbulan-bulan. Selain itu, memiliki sikap negativisme, ambivalensi kemauan,
dan otomatisme.
4. Gejala psikomotor: Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan
perbuatan. Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan
kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakangerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan
stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat
berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatoni menunjukkan
hiperkinesa, ia terusbergerak saja dan sangat gelisah.
Gejala-gejala sekunder
1. Waham: Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat
bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya
merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak
mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham
bahwa ia raja, tetapi ia mau disuruh melakukan pekerjaan kasar.
LH dan FSH
Radiologik
- CT scan : atropi kortikal, perluasan
delta.
PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita
dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih
berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. pada
skizofrenia paranoid diberikan trifluoperazin. Dengan fenotiazin biasanya
waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada
waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan
menjadi lebih kooperatif. Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis
dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama
kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah
gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta, 2006, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat,
Jakarta.
Maslim, Rusdi,
diakses
Jumat