Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN Laboratorium serologi memiliki peranan yang penting dalam peneguhandiagnosa.

Kadangkala dokter hewan maupun peternak yang sudah berpengalamanpun mengalami kesulitan untuk mendiagnosa suatu penyakit secara cepat dan tepat.Penyebabnya dapat bermacam-macam, antara lain : kasus yang ditanganimerupakan kasus baru, sulitnya mengakses informasi dan teknologi terbaru,sedikitnya gejala klinis yang tampak atau gejala klinis yang tampak merupakangabungan dari beberapa penyakit atau komplikasi.Uji serologi sebagai peneguh diagnosa merupakan sebuah metode yangdigunakan untuk melihat gambaran kekebalan atau titer antibodi yang terdapat padaayam. Prinsip utama uji serologi adalah mereaksikan antibodi dengan antigen yangsesuai. Dalam pelaksanaannya uji ini menggunakan serum sebagai sampel. Dalamsampel serum yang diperiksa terdapat antibodi. Antibodi adalah zat kekebalan yangdilepaskan oleh sel darah putih untuk mengenali serta menetralisir antigen yang adadalam tubuh. Antigen adalah zat yang menstimulasi respon kekebalan.Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kesadaran peternak akanpentingnya uji serologis semakin meningkat, terutama dengan semakin banyaknya jenis penyakit maupun padatnya jadwal vaksinasi. Melalui uji serologis, pelaksanaanvaksinasi ulang menjadi lebih tepat. Selain itu, hasil uji serologis juga dapatdigunakan sebagai peneguhan diagnosa suatu penyakit. Titer antibodi dari penyakitviral seperti Newcastle Diseases (ND), Avian Influenza (AI), Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro, Infectious Bronchitis (IB) dan Egg Drops Syndrome (EDS)maupun penyakit bakterial yaitu Coryza, Salmonella dan Chronic Respiratory Disease (CRD) dapat diketahui melalui uji serologis.Secara bahasa haemagglutination inhibition (HI) dapat diartikan sebagaihambatan haemaglutinasi. Sedangkan haemaglutinasi merupakan penggumpalandari sel darah merah atau red blood cell (RBC). Kemampuan mengaglutinasi tidakdimiliki oleh semua virus atau bakteri yang menyerang ayam tetapi hanya beberapavirus dan bakteri yang memiliki zat haemaglutinin, diantaranya paramyxovirus (ND), poxvirus (Pox), adenovirus (EDS), orthomyxovirus (AI), bakteri Mycoplasma sp .,

Haemophilus paragallinarum maupun Salmonella pullorum . Zat haemaglutinin yang terdapat dalam virus maupun bakteri tersebut memiliki sifat antigenik yang dapatmerangsang terbentuknya antibodi spesifik. Antibodi yang terbentuk memilikikemampuan mengambat terjadinya aglutinasi RBC yang disebabkan olehhaemaglutinin dari virus atau bakteri.HI test menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untukmembantu menentukan diagnosa penyakit secara laboratorium dan mengetahuistatus kekebalan tubuh atau titer antibodi. Prinsip kerja dari HI test ialahmereaksikan antigen dan serum dengan pengenceran tertentu sehingga dapatdiketahui sampai pengenceran berapa antibodi yang terkandung dalam serum dapatmenghambat terjadinya aglutinasi RBC. HI test merupakan metode uji serologis yangmudah dilakukan dan hasilnya dapat diketahui dengan cepat.Namun seringkali ketersediaan antigen menjadi penghambat untuk HI test.Hal ini disebabkan banyak laboratorium-laboratorium serologi yang tidak maumembagi atau menjual antigennya ke pada pihak lain dengan alasan keterbatasanstok. Apabila mereka mau menjualnya, itu pun dilakukan dengan memberikan hargayang sangat mahal kepada pihak pembeli.Untuk mengatasi permasalahan semacam itu hendaknya setiap laboratoriumserologis menguasai prosedur inokulasi virus dan preparasi antigen. Sehinggaketersediaan stok antigen tidak menjadi kendala untuk dilakukannya HI test dilaboratorium serologi.ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay ) sebagai salah satu metode ujiserologis mempunyai satu kelebihan, yaitu mampu mendeteksi beberapa jenisantibodi dari satu sampel serum (tergantung dari kit ELISA yang digunakan). ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi yang tinggi yaitu kemampuan mendeteksi ayam yangtidak terinfeksi (ayam yang tidak terinfeksi dinyatakan negatif).Penggunaan ELISA sudah sangat luas karena lebih memiliki beberapakeunggulan yaitu cepat, dapat menguji sampel dalam jumlah banyak, akurat, mampumenghitung titer (kuantitatif) dan lebih fleksibel. Bahkan uji ini juga dapat digunakandi penelitian penelitian bidang tanaman serta industri makanan dalam mendeteksialergi makanan serta efek toksik dari obat-obatan. Pada unggas, metode uji ELISA sering digunakan untuk mendeteksi infeksivirus atau antibodi terhadap IB dan IBD maupun bakteri seperti Salmonella sp. dan Pasteurella multocida . ELISA juga merupakan metode uji serologis yang cepat untukmenguji sampel dalam jumlah besar.Meski begitu, ELISA juga punya kekurangan yaitu harga peralatan yang mahal,misalnya ELISA reader, washer dan komputer. Selain itu, ELISA kit tidak bisa dibuatsendiri. TUJUAN Tujuan dari disusunnya diktat Prosedur Diagnosa Laboratorium Serologis iniadalah agar para staff laboratorium memiliki pemahaman dan pengertian tentangbeberapa hal, antara lain :1.

Mendiagnosa Penyakit.Ayam yang pernah di vaksin atau terinfeksi virus lapangan akan membentukantibodi atau immunoglobulin berupa IgA, IgG dan IgM. IgG ialah antibodi utamadalam serum. Antibodi ini terdeteksi paling lambat 7 hari post infeksi atau vaksinasi.Uji serologi dapat dipakai untuk membantu menentukan adanya infeksi lapanganatau dari hasil kerja vaksin. Contohnya, ayam layer umur 60 hari yang belum pernahdivaksin AI. Hasil uji serologi terdeteksi tingginya titer antibodi AI. Hal inimengindikasikan adanya virus AI lapangan.Contoh lainnya pada kasus penurunan produksi telur tanpa gejala klinis. Ujiserologi dapat dilakukan terhadap penyakit-penyakit yang dominan menggangguproduksi telur yaitu titer ND, IB, AI dan EDS.2. Monitoring Titer Antibodi.Perbedaan kondisi peternakan menyebabkan titer antibodi lebih cepat turundaripada yang seharusnya. Penyebabnya adalah tingginya infeksi lapangan, stresatau penyakit immunosupressif seperti Gumboro atau CRD. Dengan uji serologis rutin tiap bulan, diharapkan status titer antibodi ayam tetap terpantau dan dapatmemperkirakan kapan ayam akan di vaksinasi kembali.Selain itu, uji serologis rutin berfungsi sebagai early warning system .Contohnya jika pada pemeriksaan pertama dan kedua terhadap AI diperoleh titerantibodi dan keseragaman yang bagus, namun pada pemeriksaan ketiga ditemukantiter antibodi sangat variatif dan sangat tinggi. Hal ini merupakan peringatan adanyatantangan virus lapangan.Keseragaman dan tinggi rendahnya titer antibodi antibodi dapat memberikangambaran tahapan infeksi. Saat terjadi infeksi, tubuh ayam tidak langsungmembentuk antibodi. Pada kasus ND, jika ayam tetap hidup maka 6-10 hari baruterdeteksi adanya titer antibodi. Sedangkan pada kasus AI titer antibodi baruterdeteksi 1-2 minggu post infeksi dengan gambaran titer yang sangat tinggi. Jikaayam yang terinfeksi belum divaksin biasanya keseragaman titer antibodinya jelekdimana bisa dijumpai titer antibodi yang sangat tinggi dan sangat rendah. Olehkarena itu, uji serologis yang dilakukan sesaat setelah virus menginfeksi tidak selalumemberikan hasil yang jelas.3. Monitoring Hasil Vaksinasi.Waktu uji serologi untuk monitoring hasil vaksinasi dibedakan berdasarkan jenis vaksin yang digunakan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan vaksinasi makauji serologis dapat dilakukan pada 2-3 minggu post vaksinasi aktif dengan vaksin live atau 3-4 minggu post vaksinasi inaktif dengan vaksin killed .4.

Pemetaan Baseline Titer. Baseline titer adalah level minimal titer antibodi agar peternakan aman dariinfeksi penyakit tertentu di lingkungan peternakan itu sendiri. Baseline titer bersifatspesifik untuk satu penyakit dan satu peternakan. Daerah yang sering terinfeksi NDtentu baseline titernya lebih tinggi dibanding daerah jarang kasus ND. Sering terjadi,peternakan yang memiliki titer antibodi ND rendah justru tidak pernah terserang ND,namun titer antibodi ND yang tinggi di peternakan lain, ternyata tidak dapatmembebaskan peternakan tersebut dari serangan ND.

Anda mungkin juga menyukai