Anda di halaman 1dari 13

BED SIDE TEACHING HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA IRREPONIBILIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Bedah di Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada: dr. Sunarto, Sp.B

Disusun Oleh: Andaru Kusuma Praja 20090310042

BAGIAN ILMU BEDAH BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

HALAMAN PENGESAHAN

BED SIDE TEACHING HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA IRREPONIBILIS

Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Syarat Kelulusan Program Profesi Dokter Di Bagian Ilmu Bedah RSUD Setjonegoro Wonosobo

Disusun Oleh: Andaru Kusuma Praja 20090310042

Telah dipersentasikan pada: Tanggal:

Disahkan oleh, Dokter Pembimbing

(dr. Sunarto, Sp. B)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI I. II. III. IV. V. VI. IDENTITAS ANAMNESIS RESUME ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG DIFERENSIAL DIAGNOSIS

i ii iii 1 1 3 3 7 8 8 8 9 10

VII. DIAGNOSIS VIII. PENATALAKSANAAN IX. X. KOMPLIKASI DAFTAR PUSTAKA

iii

BED SIDE TEACHING HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA IRREPONIBILIS

I.

IDENTITAS Nama Umur : Tn. Musrohman : 58 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat Agama Pekerjaan Status No. RM : Slikata Mojotengah 03/04 : Islam : Petani : Sudah Menikah : 584650

Tgl Masuk RS : 16 Desember 2013 Tgl Keluar RS : 24 Desember 2013 II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 20 Desember 2013 di ruang Bougenville RSUD Setjonegoro Wonosobo. 1. Keluhan Utama Terdapat benjolan pada lipat paha kanan hingga ke skrotum. 2. Riwayat penyakit Sekarang (RPS) Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Setjonegoro pada 16 Desember 2013 dalam keadaan sadar dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat paha kanan hingga ke skrotum. Pasien mengaku benjolan tersebut kadang-kadang terasa nyeri dan panas. Sebelumnya, pasien telah mengalami benjolan di lipat paha kanan sejak 1 tahun yang lalu dan benjolan dapat masuk kembali. Akan tetapi, sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit benjolan tersebut tidak bisa masuk kembali. Pasien masih bisa BAB , bisa flatus, BAK lancar, tidak mual , tidak muntah, dan tidak nyeri perut.
1

3.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) Pasien mengaku sejak 1 tahun yang lalu terdapat benjolan yang hilang timbul pada lipat paha kanan hingga ke skrotum, biasanya benjolan tersebut timbul pada saat pasien sedang bekerja, berdiri, batuk dan dapat menghilang jika pasien tidur atau berbaring. Akan tetapi, sejak 6 hari SMRS dirasakan benjolan sudah tidak bisa masuk kembali. Pasien mengaku 1 bulan yang lalu pernah rawat inap selama 5 hari dikarenakan BAB berdarah. Pasien memiliki riwayat hipertensi grade II. Pasien menyangkal mempunyai penyakit jantung, ginjal, batuk kronis, DM, trauma di skrotum maupun memiliki riwayat operasi sebelumnya.

4.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala penyakit yang serupa dengan pasien. Pasien menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit DM, jantung, hipertensi, dan ginjal.

5.

Riwayat Sosial dan Pribadi Pasien bekerja sebagai seorang petani dan kegiatan sehari-harinya sering angkat-angkat atau memikul. Pasien memiliki kebiasaan merokok kira-kira 10 batang per hari. Pasien mengaku minum dan makan tepat waktu tiga kali sehari. Pasien juga tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak minum alkohol. Pasien juga mengaku tidak pernah menahan buang air kecil. Hubungan dengan keluarga baik dan tidak ada masalah dalam rumah tangga pasien.

6.

Anamnesis Sistemik a. Sistem Serebrospinal : Tidak pusing, tidak ada kelemahan anggota gerak. b. c. d. Sistem Respirasi : Tidak batuk, tidak pilek, tidak sesak nafas.

Sistem Kardiovaskuler: Tidak nyeri dada, tidak berdebar-debar Sistem Digestivus : Bisa BAB, bisa flatus , tidak nyeri telan,

tidak mual, tidak muntah, dan tidak nyeri perut.


2

e.

Sistem Urogenital

: Tidak nyeri saat berkemih, tidak ada

perdarahan saat berkemih, BAK lancar. f. Sistem Muskuloskeletal: Tidak nyeri gerak aktif, tidak ada keterbatasan gerak g. Sistem Integumentum tidak basah. h. Kejiwaan : Tampak tenang. : Tak tampak pucat, suhu raba hangat,

III. Resume Anamnesa Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke RSUD Wonosobo dengan keluhan benjolan pada lipat paha kanan hingga ke skrotum ,sejak 6 hari SMRS benjolan tidak bisa masuk kembali dan kadang-kadang benjolan terasa nyeri dan panas. Pasien mengaku benjolan hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pasien bekerja sebagai petani, sering angkat-angkat atau memikul hasil panen. Pasien memiliki riwayat hipertensi grade II. Pasien menyangkal mempunyai penyakit batuk kronis ,trauma di skrotum maupun memiliki riwayat operasi sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gejala penyakit yang sama dengan pasien.

IV. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Kesadaran: Compos mentis, GCS : E4V5M6. 2. Vital Sign TD : 170/95 mmHg HR : 68 kali/menit, tegangan kuat, isi cukup, ritmis RR : 20 kali/menit T : 36,8

3. Status Generalis a. Kulit: Warna coklat sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak hipo/hiperpigmentasi, tidak tampak tanda peradangan maupun massa abnormal dan turgor kulit baik. b. Kepala: Rambut Wajah Mata : Pendek ikal hitam tampak sedikit tumbuh rambut uban, distribusi merata, tidak mudah dicabut. : Simetris, tidak ada deformitas, dan tidak terdapat luka ataupun jejas. : Penglihatan normal, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya positif. Hidung Telinga Mulut : Simetris, tidak ada deformitas tulang hidung, sekret hidung (-), perdarahan (-). : Serumen minimal, tidak terdapat sekret, tidak mengeluarkan darah. : warna bibir agak hitam, tidak kering, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, uvula dan tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis, lidah tidak tremor, ada beberapa gigi yang sudah tercabut dan ada beberapa yang caries. c. Leher Simetris, tidak tampak massa abnormal, tidak ada tanda peradangan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid, JVP dalam batas normal, tidak ada deviasi trakea.

d. Thorax dan Pulmo Inspeksi Simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding dada, dan ictus cordis tidak terlihat. Palpasi Fokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan dan kiri, tidak ada pembesaran limfonodi axillaris, dan tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula kanan. Auskultasi Suara dasar paru vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua lapang paru. e. Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Kanan atas Kanan bawah Kiri atas Kiri bawah Auskultasi S1>S2, irama regular normal, tidak terdapat bising jantung f. Abdomen Inspeksi Flat, dinding perut sejajar dengan dinding dada, tidak tampak jejas atau tanda peradangan. darm countur (-), darm steifung (-)
5

: Ictus Cordis tidak terlihat : Letak Ictus Cordis pada SIC VI di sebelah media

linea midklavikularis sinistra. : Batas Jantung : SIC II Linea Para Sternalis dextra : SIC V Linea Para Sternalis dextra : SIC III Linea Mid Clavicula sinistra : SIC VI Linea Axilaris anterior sinistra

Auskultasi Bising usus (+) peristaltik normal Perkusi Timpani, tidak ada suara pekak beralih Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, defans muskuler (-). g. Genetalia Penis : Inspeksi Tidak hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut merata ,muara uretra terletak tepat ditengah, tidak ada sekret yang keluar dari sana, tidak terlihat ulkus maupun vesikel pada pangkal penis. Palpasi Tidak teraba plak pada batang penis. Skrotum : ( dibahas lebih lanjut pada status lokalis )

h. Ekstrimitas Superior : Bentuk normal anatomis, tidak deformitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif dan pasif. Akral hangat dan tidak udem. Kekuatan motorik dan sensorik 5/5. Inferior : Bentuk normal anatomis, tidak terlihat adanya deformitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif dan pasif. Akral hangat dan tidak udem. Kekuatan motorik dan sensorik 5/5.

4. Status Lokalis: Regio Inguinale Inspeksi : Adanya benjolan/massa lonjong berukuran 15 cm x 10 cm x 3 cm pada lipat paha kanan hingga ke scrotum kanan. Skrotum berwarna kecoklatan, tidak hipo maupun hiperpigmentasi, tidak tampak jejas
6

maupun tanda peradangan, tampak tidak simetris antara skrotum kiri dan kanan, skrotum kanan tampak membesar ,test

transluminasi (-) Palpasi : Teraba benjolan/ massa yang tersambung dengan massa dari lipat paha kanan, teraba lunak, terasa nyeri tekan, benjolan tidak dapat dimasukan kembali, finger test tidak dapat dilakukan, dan teraba testis di kantung skrotum. Auskultasi : tidak terdengar suara bising usus

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium Darah ( 16 Desember 2013 ) Hemoglobin Leukosit Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCV MCV MCHC : 8,8 g/dl ( 13,2-17,3 ) : 6,8 10*3/ul ( 3,8-10,6 ) : 5,30 % ( 2-4 ) : 1 % ( 0-1 ) : 68 % ( 50-70 ) : 18,60 % ( 25-40 ) : 7,10 % ( 2-8 ) : 28 % ( 40-52 ) : 4 10^6/ul ( 4,40-5,90 ) : 318 10^3 /uL ( 150-400 ) : 68 fl ( 80-100 ) : 22 pg ( 26-34 ) : 32 g/dl ( 32-36 )

b. Radiologi Foto Toraks AP

Kesan : Kardiomegali VI. DIFERENSIAL DIAGNOSIS a. Hidrokel b. Orchitis c. Abses testis d. Torsio testis e. Filariasis skrotum

VII.

DIAGNOSIS Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Irreponibilis dengan hipertensi grade II

VIII. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI Penatalaksanaan yang sudah diberikan : a. Tatalaksana pre operatif: Infus RL 20 tpm Injeksi Amoxicilin Injeksi Ketorolac 2x30 mg b. Operatif: Herniotomi dan pemasangan mest herniorafi secara elektif c. Pasca operatif: Amoxicilin tab 500 mg 2x2
8

Asam Mefenamat tab 500 mg 3x1 Antasida tab 3x1

Prinsip penatalaksanaan pada hernia yaitu: 1. Konservatif Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. 2. Operatif Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. a. Herniotomi Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. b. Hernioplasti Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus

inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

IX. Komplikasi Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar atau terjadi perlekatan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya Hernia Inguinalis Inkarserta maupun Strangulata yang dapat menimbulkan gejala obstruksi usus hingga terjadi perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan: abses lokal, peritonitis, dan fistul.
9

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. ECG: Jakarta. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI http://www.scribd.com/mobile/doc/html

10

Anda mungkin juga menyukai