Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usia pra sekolah merupakan masa dimana waktu yang tepat dalam meningkatkan kualitas anak, baik dari segi pertumbuhan dan perkembangannya. Banyak konsep menjelaskan bahwa pada masa ini perkembangan anak sangat pesat, baik perkembangan anak dalam segi berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan modal awal dalam melanjutkan perkembangan selanjutnya (Sundari, 2012). Agar masa usia prasekolah dapat optimal, pendidikan juga diperlukan dalam menstimulasi perkembangan anak terutama dalam motorik kasar. Seperti halnya perkembangan lainnya, perkembangan motorik kasar juga ada pada masa ini. Namun pada kenyataannya terdapat orang tua yang tidak peduli mengenai stimulasi apa yang tepat untuk meningkatkan perkembangan anak dan orangtua yang kadang membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan menarik tetapi tidak sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Menurut Ariyanti, Edia, & Noory (2006 : 20)Motorik kasar adalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh yang mencakup keterampilan mengendalikan otot-otot besar . Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf sehingga anak akan sulit menunjukan suatu keterampilan tertentu ketika belum

matang (Mulyasa, 2012:24). Dalam meningkatkan perkembangan anak pra sekolah perlu diberikan stimulasi yang tepat dan terarah (Soetjiningsih, 2014). Salah satu stimulasi yang dapat diberikan yaitu dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE). Depdiknas (2003, dalam Botutihe: 2013 :8) mendefinisikan alat permainan edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Prinsip dasar Alat Permainan Edukatif (APE) dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan psikomotorik anak, sosial-emosional, serta kemampuan kecerdasan (termasuk pengembangan keterampilan dan kreativitas) (Andrian, 2011:49). Sepeda roda tiga, bola, alat permainan yang ditarik dan didorong dan tali merupakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang berfungsi bagi perkembangan motorik kasar (Hidayat, 2007). Dengan kata lain, bermain bagi anak usia pra sekolah tidak hanya berfungsi untuk bersenang-senang atau mengisi waktu luang, tetapi bermain juga berguna untuk meningkatkan perkembangan motorik kasar. Bermain dan anak tidak dapat dipisahkan satu sama lain, hak untuk memperolah kesempatan bermain dan berkreasi telah dinyatakan secara tegas oleh PBB dalam salah satu deklarasi hak anak (UNICEF, 1990; dalam Purwastuti & Efianingrum, 2010 :102). Untuk itu perlu adanya perhatian khusus bagi guru maupun orang tua

dalam memilih alat permainan yang tepat dan cara mendidik yang tepat bagi perkembangan motorik kasar anak. Menurut Suryati, et all. (2013:34) dengan judul penelitian Pengaruh media bermain dalam mendeteksi tumbuh kembang terhadap perkembangan motorik halus dan motorik kasar pada anak prasekolah mengatakan, didapatkan dari hasil rata-rata persentase distribusi frekuensi kemampuan anak usia 72 bulan yang dapat melakukan kemampuan motorik di PAUD Cempaka sebesar 98%, sedangkan di PAUD Menteng Atas sebesar 79,17%. Hasil menunjukkan bahwa pada kelas kontrol (PAUD Menteng Atas) terdapat beberapa anak yang belum mampu menunjukkan kemampuan motoriknya seperti kemampuan dalam menggambar orang, bagian tubuh, diberi pertanyaan, dan lain-lain. Hal ini karena pada kelas kontrol tidak diberi perlakuan. Berbeda dengan hasil di PAUD Cempaka yang diberi perlakuan dengan media permainan yang menunjukkan bahwa hampir seluruh anak dapat menunjukkan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Dalam penelitian lain oleh Haryani (2013; dalam repository.upi.edu diakses tanggal 27 maret 2014) dengan judul penelitian Penerapan metode bermain kreatif pada outdoor study untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak : penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B Tk Al-Hikmah Kecamatan Kiaracondong Bandung didapatkan hasil penelitian, siklus ke 1 yang dilaksanakan di SDN Kebon Gedang dengan perolehan skor motorik kasar mencapai 41, kreativitas mencapai 39 , kemudian siklus ke 2 yang

dilaksanakan di Taman Pramuka Kota Bandung dengan skor motorik kasar mencapai 82, kreativitas mencapai 99 dan siklus ke 3 pada skor motorik kasar mencapai136 dan kreativitas mencapai 194 Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah metode yang tepat untuk digunakan pada pengembangan fisik-motorik dan kreativitas yaitu dengan menerapkan metode bermain kreatif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak. Dengan demikian penerapan bermain kreatif dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kreativitas anak. Penelitian lainnya oleh Rohmah (2012) dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif (Ape) Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 1-2 Tahun, didapatkan hasil penelitian dari 44 ibu 18% ibu memiliki pengetahuan baik, 59% ibu memiliki pengetahuan cukup dan 23% ibu memiliki pengetahuan kurang serta 95% ibu memiliki sikap adaptif dan 5% ibu memiliki sikap maladaptif. Untuk perkembangan anak didapatkan hasil 50% anak memiliki perkembangan yang sesuai, 39% anak memiliki perkembangan yang meragukan, dan 11% anak memiliki perkembangan yang kurang. Dari hasil penilitian ini memperlihatkan hasil uji adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian stimulasi alat permainan edukatif (APE) dengan dengan Perkembangan Motorik Anak.

Permainan edukatif dapat diterapkan di mana saja, tetapi akan lebih baik jika ada orang yang terlatih yang dapat mengajarkannya dengan baik. Oleh karena itu salah satu tempat yang tepat dalam menerapkan Alat Permainan Edukatif (APE) yaitu di PAUD. Di sini ada guru yang sudah terlatih dalam cara mengajar pada anak dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE). Atas dasar itu peneliti memilih tempat penelitian di PAUD. Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar PAUD, telah mengatur tentang pentingnya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan bagi anak usia dini (0-6 tahun) termasuk penyediaan Alat Permainan Edukatif (APE) guna mendukung proses belajar melalui bermain anak usia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, yang pada gilirannya siap memasuki jenjang pendidik lebih lanjut. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Maret 2014 di PAUD Baiturrahman didapatkan hasil pada 8 orang anak yang dilakukan observasi 4 anak yang berusia 5-6 tahun dan 2 orang anak yang berusia 3-4 tahun sudah memiliki kemampuan motorik kasar yang sesuai dengan usianya seperti melempar dan menangkap bola dengan baik, melompat ke atas, melompat dengan kaki bergantian, dan naik dan turun tangga dengan kaki bergantian. Sedangkan, 2 orang anak yang berusia 3-4 tahun memiliki kemampuan motorik kasar yang kurang baik dari yang harus dicapai anak seusianya seperti kesulitan untuk naik dan turun tangga dan menangkap bola. Hal ini dilihat pada saat memainkan alat permainan edukatif berupa melempar dan menangkap bola serta menaiki tangga perosotan. Selain itu walaupun sudah menerapkan Alat

Permainan Edukatif, tetapi pada pelaksanannya hanya efektif selama 5 sampai 15 menit dari waktu yang telah ditentukan yaitu 30-45 menit, selanjutnya anak akan bermain sendiri sesuka hatinya karena menurut salah satu guru di sana anak akan merasa cepat bosan dengan permainan dan tidak bisa dipaksa. Demikian juga wawancara yang dilakukan kepada orang tua, mengatakan bahwa ibu berpikir bahwa permainan ada manfaatnya untuk perkembangan anak. Para ibu juga kurang bersikap peduli dan kurang mendukung terhadap alat permainan anaknya. Hal ini berdasarkan pernyataan ibu bahwa setiap anak meminta mainan akan berusaha ibu belikan tanpa dilihat manfaatnya. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk lebih jauh meneliti Hubungan Penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) Dengan Kemampuan Motorik Kasar Anak usia Pra Sekolah Di Paud Baiturrahman Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2014. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah Apakah ada Hubungan antara sikap orang tua terhadap penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan motorik kasar Anak Usia Pra Sekolah Di PAUD Baiturrahman Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan antara sikap orang tua terhadap penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan perkembangan motorik kasar Anak usia Pra Sekolah di PAUD Baiturrahman Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran sikap Orang tua terhadap Alat Permainan Edukatif (APE) Anak usia pra sekolah di PAUD Baiturrahman Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2014. 2. Mengidentifikasi gambaran kemampuan motorik kasar Anak usia pra sekolah di PAUD Baiturrahman Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2014. 3. Menganalisis hubungan antara sikap Orang tua terhadap Penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan motorik kasar Anak usia Pra Sekolah di PAUD Baiturrahman Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan Tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Diharapkan hasil penelitian ini menambah referensi materi lingkup keperawatan anak terutama dalam sikap Orang tua terhadap penerapan Alat

Permainan Edukatif (APE) dengan perkembangan kemampuan motorik kasar anak usia pra sekolah.

1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi Orang Tua Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan informasi bagi orang tua dalam memilih Alat Permainan Edukatif (APE) yang bermanfaat bagi anak usia pra sekolah khususnya untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar. 2. Bagi Guru Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan untuk bahan perbaikan SOP dalam penerapan Alat Permainan Edukatif (APE) di PAUD. 3. Bagi Program Studi Diharapkan penelitian ini dapat memberi wawasan pada mahasiswa dalam mempelajari Alat Permainan Edukatif (APE) terutama bagi perkembangan motorik kasar anak. Juga dapat diaplikasikan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat khususnya anak usia pra sekolah. 4. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan penelitian ini menjadi dasar atau kerangka acuan bagi peneliti selanjutnya dengan menggunakan variabel-variabel yang terkait dan dengan desain penelitian yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai