Anda di halaman 1dari 2

© Aluna Soenarto

Masih Adakah Tersisa Satu Untukku?


Seringkali aku berpikir bahwa pandanganku terhadap pria terlalu naïf. Aku
terlalu banyak membaca novel, filem komedi romantis, dan komik-komik dimana di
sana diceritakan tentang seorang pria luar biasa, yang mampu mencintai gadisnya
dengan segenap jiwa raga, bahkan jika sang gadis meminta gunung sekali pun akan
dipersembahkan untuknya. Dan stigma tersebut benar-benar membuatku sulit pada
akhirnya. Karena semua tau bahwa pria semacam itu hanya berada di novel atau lebih
gamblangnya: mereka hanyalah pria-pria fiksi.
Itulah yang membuatku selalu membandingkan pria realita dengan pria
imajinatif. Masih ingat dengan impian konyolku? Yeah, benar sekali. Tentang seorang
pangeran berkuda putih yang suatu saat nanti akan menjemputku dan membawaku ke
istananya. Sangat fiksional…dan terdengar sangat menyedihkan.
Tapi benarkah, pria-pria tersebut hanya ada dalam cerita fiktif? Dan itu
semua hanya omong kosong para penulisnya seperti Stephenie Meyer dengan
Edward-nya; penulis A Walk to Remember dengan Colin-nya; atau mungkin Candace
Bursnell dengan Mr. Big-nya (Sex and the City). Karena lagi-lagi, pria-pria itu tidak
ada dalam alam nyata sehingga penulis-penulis luar biasa ini hanya memimpikan
sosok pria seperti itu karena kehidupan aslinya hanya berkutat dengan pria-pria yang
parah. Well, I really don’t know about that.
Tapi satu hal yang pasti, aku pernah melihat seorang pria dengan cinta yang
begitu luar biasa kepada kekasihnya.
Dia adalah Yangki. Sahabatku. Cowok jendelaku (ini memang terdengar
konyol tapi dia sangat hobi memandangi jendela ketika kuliah, setiap waktu, bahkan
jika hari hujan badai sekali pun ☺ ). Dan dia adalah pria yang luar biasa berjuang
keras untuk membuka matanya kembali.
Dulu, tiga tahun yang lalu, dia pernah berkata padaku, “Kenapa kamu
begitu mati-matian mengejarnya? Dia bahkan tidak pernah
menghiraukanmu? Kalau dia memang benar-benar mencintaimu, dia
tidak akan pernah membuatmu terus-terusan memandanginya seperti ini
karena dia yang akan menghampirimu dan berkata padamu bahwa dia
menyukaimu. Masalahnya sudah jelas, dia tidak mencintaimu.”

-1-
© Aluna Soenarto
Aku benar-benar mengingat jelas setiap kata yang diucapkannya padaku
karena setiap kata yang diucapkan dari mulutnya seakan menancap dalam hatiku
seperti pecahan kaca dan membuatku berdarah-darah.
Kemudian, tiga tahun berlalu, aku baru bisa mengetahui dan sepenuhnya
mengerti tentang apa yang dikatakannya.
Tepat tiga hari sebelum dia koma, dia berkata: “Jika ada yang bertanya
padaku, kenapa aku mencintai kekasihku? Karena hanya ada dia di
mataku. Jika ada yang bertanya lagi, kenapa aku mencintai kekasihku?
Karena aku tidak bisa hidup tanpanya bahkan dengan kekurangan-
kekurangannya yang ajaibnya bisa mengisi ruang kosong dalam diriku.
Dan jika sekali lagi dia bertanya padaku, mengapa aku mencintai
kekasihku? Aku akan menjawab: Karena tidak ada alasan untuk tidak
mencintainya.”
Dan ya, Yangki benar-benar mencintainya dan dia telah memilih seorang
yang tepat untuk mendampinginya. Amy tidak pernah beranjak sedikitpun dari sisi
Yangki saat dia koma di rumah sakit. Amy selalu mendampinginya, memegang
tangannya, mengajaknya bicara walaupun cewek itu tau jika Yangki sedang koma dan
tidak bisa merespon apa yang dikatakannya, dan Amy selalu melihatnya di balik kaca
ICU dengan mulut komat-kamit tanpa henti, ya….Amy selalu berdoa untuk Yangki.
Yangki, kamu benar-benar membuatku mengerti tentang apa makna
mencintai dan kamu beruntung karena telah tepat memilih, atau mungkin Tuhan
memilih Amy untukmu karena kamu begitu baik sehingga kamu juga berhak untuk
mendapatkan yang terbaik.
Lalu, bagaimana denganku? Apakah aku telah melakukan banyak dosa
sehingga hanya pria-pria yang salah yang mampir dalam hidupku. Aku tidak tahu.
Tapi seperti kata Mandy Moore di A Walk to Remember bahwa Tuhan selalu
memiliki rencana. Dan aku tidak akan pernah berhenti berharap bahwa suatu hari
nanti akan ada seorang pangeran berkuda putih yang membawa pedang,
menjemputku, menarik aku ke atas kuda bersamanya, dan membawaku ke istananya.
Jadi, masih adakah seorang pria luar biasa yang tersisa untukku?

-Aluna Soenarto-

-2-

Anda mungkin juga menyukai