Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Sulit untuk memperoleh angka insidensi dari penyakit ini. Tapi pengalaman klinik menyokong dugaan bahwa sangat banyak orang, baik laki laki maupun perempuan, yang menderita hemoroid. Bahkan yang lebih banyak lagi menderita hemoroid dalam bentuk tanpa gejala atau keluhan. Dikatakan bahwa baik pria maupun wanita mempunyai peluang yang sama unuk terkena hemoroid. Semua orang di atas 30 tahun mempunyai kemungkinan 30% - 50% untuk mendapatkan varises ditungkai, pleksus hemoroidalis maupun di tempat tempat lain (Dudley). Insidensi hemoroid meningkat dengan bertambahnya usia. Mungkin sekurang kurangnya 50% orang yang berusia lebih dari 50 tahun menderita hemoroid dalam berbagai derajat. Namun demikian, tidak berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang tua saja. Hemoroid dapat mengenal segala usia, bahkan kadang kadang dapat dijumpai pada anak kecil. Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa tetapi dapat menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, maka diperlukan tindakan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 2
Hemoroid
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena vena di dalam pleksus hemoroidalis. Patologi keadaan ini dapat bermacam macam, yaitu thrombosis, rupture, radang, ulserasi, dan nekrosis (Manjoer). Umumnya istilah hemoroid dianggap sinonim dari piles, dan istilah tersebut dapat saling menggantikan. Namun secara etimologis kedua istilah tersebut memiliki pengertian istilah yang sangat berbeda. Istilah hemoroid berasal dari kata Yunani
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 3
Hemoroid
Haimorrhoides yang berarti perdarahan (haema = darah, rhoos = aliran), sesuai dengan gejala yang paling menonjol pada kebanyakan kasus. Tapi istilah ini tidak dapat secara tepat digunakan untuk semua kasus, karena terdapat juga hemoroid yang tidak pernah memberikan gejala perdarahan. Istilah piles berasal dari kata latin pile, yang berarti bola, sesuai dengan kenyataan bahwa semua kasus hemoroid menimbulkan gejala pembengkakan atau terdapatnya benjolan dalam berbagai ukuran, meskipun kadang kadang benjolan tersebut tidak tampak dari luar (Anonim).
2.2 Anatomi rectum Rektum bermula dari rectosigmoid junction yang biasanya terletak setinggi vertebra sacral III. Dari tempat ini rectum terus ke bawah, mengikuti lengkung sacrokoksigeal, melewati pelvic floor yang dibentuk oleh otot levator ani, dan kemudian berlanjut sebagai canalis anal. Garis batas atau pertemuan antara rectum dengan kanalis anal dinamakan linea dentata. Linea dentata selain merupakan garis yang menunjukkan akhir dari rectum, juga merupakan suatu garis tempat terjadinya perubahan dari tipe sel yang melapisi saluran pencernaan. Rectum di atas linea dentata dilapisi oleh membrana mukosa sedangkan kanalis anal dilapisi oleh kulit yang mengalami modifikasi. Rectum terdiri atas 4 lapisan: serosa (peritoneum), muskuler, submukosa, dan mukosa. Penyangga yang penting dari rectum adalah mesosigmoid, mesorectum, ligamentum lateral rectum, dan otot levator ani (Sobiston). Anus adalah lubang yang merupakan lubang keluar dari kanalis anal. Anus terbentuk oval dengan diameter panjangnya mengarah antero posterior dan terletak pada garis tengah dari perineum, pada suatu tempat yang dinamai anal triangle, yang terletak antara perineal body di depan dan os cocygeus di belakang. Vaskularisasi rectum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh melalui arteri hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 4
Hemoroid
superior merupakan kelanjutan akhir arteri mesentrika inferior. Arteri hemoroidalis media merupakan cabang ke anterior dari arteri hipogastrika. Arteri hemoroidalis inferior dicabangkan oleh arteripudenda interna yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna ketika arteri tersebut melewati bagian atas spina ischiaica. Sedangkan vena-vena dari kanalis anal dan rectum mengikuti perjalanan yang sesuai dengan perjalanan arteri. Vena-vena ini berasal dari 2 pleksus yaitu pleksus hemoroidalis superior (interna) yang terletak di submukosa di atas anorectal junction, dan pleksus hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak di bawah anorectal junction dan di luar lapisan otot.
2.3 Fisiologi rectum dan anus fungsi utama dari rectum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan masa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol. Rectum dan kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses pencernaan, selain hanya dapat menyerap sedikit cairan. Selain itu, sel-sel Goblet mukosa mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin keluarnya masa feses. Pada hampir setiap waktu rectum tidak berisi feses.hal in sebagian diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid junction kira-kira 20 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga memberi tambahan penghalang masuknya feses ke rectum. Akan tetapi, bila suatu gerakan usus mendorong feses ke arah rectum, secara normal hasrat untuk defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek kontraksi dari rectum, secara normal hasrat untuk defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek kontraksi dari rectum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 5
Hemoroid
terus menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani interna dan eksterna.
2.4 Klasifikasi Hemoroid diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna terletak di sebelah atas linea dentate, pada bagian yang dilapisi oleh epitel sel kolumner. Secara klinis hemoroid interna dibagi atas 4 derajat : 1. Hemoroid interna derajat I Ini merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid hanya berupa benjolan kecil di dalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi ketika defekasi. 2. Hemoroid interna derajat II Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun ke arah lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali ke dalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai. 3. Hemoroid interna derajat III Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan ke dalam anus. 4. Hemoroid interna derajat IV Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 6
Hemoroid
Tabel 1: Pembagian derajat hemoroid interna. Hemoroid Interna Derajat Berdarah Menonjol Reposisi I + - - II (+) + spontan III (+) + manual IV (+) tetap tidak dapat
Sedangkan hemoroid eksterna terletak di sebelah bawah linea dentate, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. 1. Hemoroid eksterna akut bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid thrombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. 2. Hemoroid eksterna kronik Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.5 Etiologi Penyebab pelebaran pleksus hemoidalis dibagi menjadi 2, yaitu : Hemoroid akibat obstruksi organic pada aliran vena hemoroidalis superior. Contohnya : sirosis hepatis, thrombosis vena porta, tumor intra abdomen (tumor ovarium, tumor rectum).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 7
Hemoroid
Hemoroid idiopatik tanpa obstruksi organic aliran vena. Faktor-faktor yang mungkin berperan adalah keturunan / herediter (dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya), anatomi (vena di daerah mesenterium tidak mempunyaikatup sehingga darah mudah kembali, menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus hemoroidalis), pekerjaan (orang yang pekerjannya banyak berdiri karena gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid, misalnya polisi lalu lintas, ahli bedah), tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronis(misalnnya: mengedan, batuk kronis). Pada seorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemorid yaitu : adanya tumor intrabadomen, kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal, mengedan waktu partus.
2.6 Manifestasi Klinis Manifestasi klini dari hemoroid dapat berupa : 1. Perdarahan pada waktu defekasi merupakan gejala utama. Ciri khas adanya darah segar pada feses. Darah dapat menetes keluar dari anus beberapa saat sesudah defekasi. 2. Prolapsus suatu masa pada waktu defekasi merupakan gejala utama yang kedua. Masa ini mula-mula dapat kembali lagi secara spontan sesudah defekasi, tetapi kemudian harus dimasukan secara manual dan akhirnya tidak dapat dimasukan lagi. 3. Pengeluaran lender dialami oleh beberapa pasien yang menderita hemoroid yang prolapses. 4. Iritasi pada kulit perianal yang disebabkan lembab dan basahnya daerah itu oleh discharge hampir selalu menyertai hemoroid derajat III yang besar.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 8
Hemoroid
5. Gejala-gejala anemi sekunder penting untuk diingat sebagai akibat dari perdarahan hemoroid interna. Gejala-gejala itu dapat berupa sesak nafas bila bekerja, pusing bila berdiri, lemah, pucat.
2.7 Diagnosis Diagnosis dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan ; 1. Inspeksi Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu kelainan di region anal yang dapat dideteksi dengan ispeksi saja. [ada hemoroid derajat II tidak terdapat benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat kelihatan sebagai pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, terutama sekali pada posisi anterior kanan. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan dapat segera dikenali dengan adanya masa yang menonjol dari lubang anus yang bagian luarnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang bewarna keunguan atau merah. 2. Palpasi Hemoroid interna pada stadium-stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba. Hemoroid interna tersebut dapat diraba sebagai lipatan longitudinal yang lunak ketika jari tangan meraba sekitar rectum bagian bawah.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 9
Hemoroid
Terdapat tiga pokok keluarnya vena yang kemudian berkelok-kelok dan seringkali semua tampak bersatu, sehingga ada istilah hemoroid sirkuler. Ketiga tempat tersebut disebut primary piles/ sites of Morgan dan berada pada jam 3,7,dan 11. 3. Anoskopi Diperlukan untuk menlai hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. 4. Proktosigmoidoskopi Diperlukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan ditingkat tinggi.
2.8 Komplikasi Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis dan strangulasi. Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Keadaan thrombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.
2.9 Diagnosa banding Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 10
Hemoroid
2. 10 Terapi Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan. Pada prinsipnya terapi hemoroid terdiri atas 2 macam, yaitu: 1. Non Operatif a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar. Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makanan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. Hemoroid interna yang mengalami prolapse oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat dapat meringankan nyeri. b. Skleroterapi Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Tetapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II. c. Ligasi dengan gelang karet
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 11
Hemoroid
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskopi, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu. Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari. 2. Operatif, yaitu hemoroidektomi. Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penerita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juda dapat dilakukan ada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu: 1. Pengangkatan pleksus dan mukosa.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 12
Hemoroid
2. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa. Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 4 metoda: 1. Metoda Langen beck (eksisi + jahitan primer radier) Semua sayatan di tempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari rectum. Keuntungannya berapa banyak varisespun dapat diangkat. Bila sayatan ini kemudian dijahit tidak menimbulkan stenosis. Umumnya dengan metoda ini mukosa turut diangkat bersama varises. Kelihatannya lebih kasar, tetapi penyembuhannya lebih baik. Waktu untuk mengerjakan metoda ini kira kira 15 menit. 2. Metoda White head (eksisi + jahitan prime longitudinal) Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol. Keuntungannya setelah varises diangkat mukosa dikembalikan ke tempatnya sehingga hasil operasi kelihatan rapi. Tetapi dengan metoda ini bahaya striktur lebih besar, sehingga sebelum menjadi sempit sekali harus selalu dilakukan dilatasi dengan bougie. Cara lain adalah hemoroid dilepaskan tetapi mukosa tidak dibuang (eksisi dan ligasi). Dengan demikian bahaya striktur dapat dihindari. 3. Metoda Morgan Miligan Dengan metoda ini semua primary piles diangkat, sehingga tidak timbul residif. 4. Teknik Ferguson Berkembang di Amerika Serikat oleh Dr. Ferguson pada tahun 1952. Ini merupakan modifikasi dari tehnik Miligan Morgan, dengan jalan insisi tertutup total atau sebagian dengan jahitan running absorbable. Penarikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 13
Hemoroid
kembali digunakan untuk membuka jaringan hemoroidal, yang mana lebih dari menghilangkan dengan pembedahan. Jaringan yang tersisa adalah jahitan atau efek koagulasi dari pembedahan. Caranya benjolan hemoroid ditampakkan melalui anoskopi kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi anatomik hemoroid tersebut. Metoda ini sering digunakan di Amerika Serikat. 5. Bedah beku Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ani harus benar benar lumpuh. Pada orang orang tua, penderita tuberculosis dan penyakit saluran pernafasan lainnya, dapat dipakai anestesi lumbal, dimana orangnya tetap sadar tetapi relaksasi sfingter baik. Hemoroid derajat I dan II dapat diobati dengan terapi non operatif, tetapi bila sudah mencapai derajat III dan IV hemoroid tidak akan sembuh dengan terapi non operatif. Hal ini dikarenakan hemoroid yang telah mati tetapi biasa keluar akibat adanya terombus di situ. Akibatnya hemoroid tidak mengalami perubahan apa apa. Bila seseorang datang dengan hemoroid derajat IV tidak boleh segera dilakukan operasi. Harus diusahakan agar menjadi derajat III terlebih dahulu dengan cara: setiap 2 hari sekali penderita duduk berendam dalam larutan PK 1/10.000 selama 15 menit. Kemudian dikompres dengan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 14
Hemoroid
larutan garam hipertonik sehingga edema akan hilang dan semua kotoran terserap keluar. Biasanya setelah 2 minggu benjolan yang keluar itu mengeriput/kempes hingga dapat dimasukkan/didorong kembali (ini derajat III). Bila telah berada pada derajat III, baru dilakukan hemoroidektomi. Perlu diperhatikan bahwa pada hemoroidektomi selalu terjadi infeksi dan edema pada luka bekas sayatan, yang akhirnya menimbulkan fibrosis. Ini terjadi karena dalam traktus gastro intestinal banyak kuman, traktus gastro intestinal bukan port dentre kuman tetanus.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 15
Hemoroid
BAB III KESIMPULAN
Hemoroid adalah pelebaran vena dari plexus venus hemoroidalis. Terdapat 2 jenis hemoroid yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna, dikatakan hemoroid interna apabila terdapat varises dari pleksus hemoroidalis superior. Dikatakan hemoroid eksterna apabila terdapat varises dari pleksus hemoroidalis inferior. Etiologic hemoroid yaitu hambatan aliran darah balik dari pleksus hemoroidalis misalnya karena tumor pada daerah panggul, kehamilan, dan gangguan aliran darah vena porta (sirosis hepatis); factor genetic yang menyebabkan sifat tonus vena tidak begitu kuat sehingga mudah terjadi varises; gangguan defekasi seperti obstipasi; makanan. Pemeriksaan hemoroid dilakukan dengan rectal toucher maupun anoskopi. Komplikasi dari hemoroid ini bisa berupa pendarahan kronis maupun thrombosis yang dapat menimbulkan nyeri.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 17 Desember 2012 24 Februari 2013 16
Hemoroid
DAFTAR PUSTAKA 1. Manjoer Arief, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, Media Aesculapius, Jakarta. 2. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta. 3. Dunphy J. E., Bostford T. W., 1993, Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.