Anda di halaman 1dari 16

2

PENGARUH KONSENTRASI CMC-NA SEBAGAI GELLI NG AGENT


TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN GEL HAND
SANI TAI ZER MINYAK DAUN MINT (Oleum Mentha piperita L.)

Usulan Skripsi
Diajuakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi










Oleh :
Stephani Alvia Septiana Putri
NIM : 108114107

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO (World Heatlh Organization) diare adalah penyebab
kematian kedua di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat setidaknya 151.000 anak
balita yang meninggal dan 56.000 di antaranya disebabkan oleh diare (WHO,2013).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta
pada kandungan air dan volume kotoran itu. Diare dapat disebabkan oleh infeksi
jamur, bakteri, parasit, atau virus pada perut khususnya di bagian usus. Infeksi
tersebut disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan, salah
satunya mencuci tangan dengan sabun (WHO,2013).
Produk instan cenderung lebih praktis dan banyak diminati oleh masyarakat.
Hal ini dikarenakan produk instan yang praktis dapat memberikan solusi cepat dan
efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, produk instan mudah
didapat dan mudah dibawa. Seperti yang kita ketahui banyak ditemukan produk
instan berupa pembersih tangan yang sering disebut dengan hand sanitizer.
Hand sanitaizer adalah cairan dengan berbagai kandungan yang sangat cepat
membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan ( Benjamin, 2010). Bahan
antiseptik yang biasa digunakan dalam formula sediaan adalah dari golongan alkohol
(etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi 50% sampai 70% dan jenis
disinfektan yang lain seperti : klorheksidin, triklosan (Block, 2001).
2


Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptik/desinfektan untuk disinfeksi
permukaan dan kulit yang bersih, tetapi tidak untuk luka. Alkohol sebagai disinfektan
mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis bakteri, tetapi tidak
terhadap virus dan jamur. Akan tetapi karena merupakan pelarut organik maka
alkohol dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit, dimana lapisan
tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme (Dryer,et al,
1998). Disamping itu alkohol mudah terbakar dan pada pemakaian berulang
menyebabkan kekeringan dan iritasi pada kulit (Block, 2001). Oleh karena itu,
penggunaan bahan alam sebagai bahan antiseptik dapat menjadi solusi untuk
menggantikan efek negatif yang ditimbulkan oleh pemakaian alkohol yang
berlebihan.
Daun mint (Mentha piperita) umumnya digunakan sebagai bumbu masakan,
juga sering dimanfaatkan sebagai aromaterapi karena baunya yang khas. Mentha
piperita merupakan tanaman yang termasuk dalam family Lamiaceae. Berdasarkan
hasil penelitian telah dilaporkan bahwa minyak atsiri dari daun mint memiliki
aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif (Staphylococcus aureus) ataupun gram
negatif ( Escherichia coli, Salmonella enteritidis, dan Pseudomonas aeuruginosa)
(Sahabat Saeed ,et al., 2006). Penggunaan dalam bentuk ekstrak akan sangat tidak
praktis sehingga perlu dibuat dalam bentuk sediaan gel hand sanitaizer agar
berkhasiat dan stabil secara fisik dan kimia.
2


Karakteristik yang penting dari sediaan gel hand sanitaizer adalah
konsistensi, kemampuan menguap, penampilan, stabilitas dan keamanan (Poucher
dan John, 2000).
Formulasi gel hand sanitaizer harus stabil, sesuai dengan waktu
penyimpanan. Waktu penyimpanan hand sanitaizer dapat mencapai tiga tahun.
Sediaan gel hand sanitaizer tidak boleh memisah atau terjadi sineresis. Viskositas dan
pH sediaan gel hand sanitaizer harus dapat dipertahankan selama waktu
penyimpanan. Salah satu komponen penting dalam gel hand sanitaizer adalah bahan
pengikat berupa gelling agent (senyawa pembentuk gel) yang fungsinya untuk
mempertahankan bentuk sediaan semisolid sehingga stabilitasnya dapat terjaga.
Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai gelling agent seperti selulosa sintetik
yaitu metil selulosa, hidroksi etilselulosa, etil hidroksiselulosa, dan natrium
karboksimetilselulosa. Bahan lainnya yaitu alginat, gom, tragakan, turunan
poliakrilat, dan karaginan(Lieberman H. A, 1996).
Natrium karboksimetilselulosa (Na-CMC) merupakan turunan selulosa
berupa garam natrium dari asam selulosaglikol dengan demikian berkarakter ionik
(Lieberman H. A,1996). Na-CMC akan memberikan konsistensi yang stabil sehingga
memenuhi persyaratan fisik untuk pembuatan sediaan gel hand sanitaizer.
Pada penelitian kali ini, dibuat sediaan gel hand sanitaizer dengan
menggunakan minyak essensial daun mint dan Na-CMC sebagai gelling agent
digunakan pada konsentrasi yang berbeda-beda untuk setiap formula dengan rentang
2 6 % ( Poucher, John, 2000). Evaluasi dilakukan pada semua formula untuk dilihat
2


formula optimal berdasarkan kestabilan fisik sediaan yang memenuhi persyaratan
farmasetika.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat ditarik rumusan permasalahan yaitu apakah ada
pengaruh CMC Na sebagai gelling agent terhadap sifat fisis dan stabilitas gel dari
ekstrak daun mint ?

C. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, penelitian mengenai
pengaruh CMC-Na sebagai gelling agent terhadap sifat fisis dan stabilitas gel dari
sediaan gel hand sanitaizer minyak daun mint belum pernah dilakukan.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai pengaruh
konsentrasi CMC- Na sebagai gelling agent terhadap stabilitas dan sifat fisik dari
hand sanitzer minyak daun mint (Oleum Mentha piperita Linn emend. Hunds.).
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan menghasilkan sebuah bukti ilmiah yang dapat
menunjukkan pengaruh dari CMC Na sebagai gelling agent terhadap stabilitas dan
2


sifat fisik dari sediaan gel hand sanitaizer minyak daun mint (Oleum Mentha piperita
Linn emend. Hunds.).

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuat sediaan gel hand sanitaizer minyak daun mint (Oleum Mentha
piperita Linn emend. Hunds.) yang memiliki sifat fisik dan stabilitas yang memenuhi
persyaratan sebagai sediaan gel yang baik.


2. Tujuan khusus
Mengetahui konsentrasi optimum CMC Na sebagai gelling agent dari
sediaan gel hand sanitaizer minyak daun mint (Oleum Mentha piperita Linn emend.
Hunds.).








2


BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. GEL HAND SANI TAI ZER
Gel pembersih tangan atau hand sanitaizer merupakan gel yang memiliki
kemampuan sebagai antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri.
Dengan sebagian pembawanya adalah air menyebabkan hand sanitaizer mudah
hilang pada saat penggunaannya dan tidak menimbulkan rasa lengket
(Benjamin,2010). Karakteristik hand sanitaizer yaitu memiliki warna yang jernih atau
transparant dan dapat membunuh mikroba di tangan (Benjamin,2010).
B. GEL
Gel kadang- kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (DepKes RI,1995). Gel terdiri dari dua fase
kontinyu yang saling berpenetrasi. Fase yang satu berupa padatan, tersusun dari
partikel partikel yang sangat tidak simetris dengan luas permukaan besar, sedang
yang lain adalah cairan (Martin, 1993).



Klasifikasi gel menurut Liberman :
2


Golongan Definisi Contoh
Anorganik Biasanya terdiri dari 2 fase Gel Aluminium
Hidroksida dan Bentonit
Magma
Organik Biasanya terdiri dari 1 fase Karbopol dan Tragakan
Hidrogel Sistemnya termasuk dalam organik,
anorganik hidrogel, dan gom
Pasta pektin, Jelly
tragakan,metilselulosa,
dan gel bentonit
Organogel Sistemnya termasuk dalam basis sabun
yang bersifat polar dan nonionik
Petrolatum, Aluminium
stearat, carbowax
Sumber : Libermann (1996).
C. DAUN MINT
Nama mentha berasal dari bahasa yunani yaitu minthee yang berarti bersifat
lada/ merica dan segar. Daun mint ini mengandung minyak yang mudah menguap
(minyak poko) , menthol, pulegon, methon, methonon, dan limonen (DepKes RI,
1977).
1. Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Solanes
2


Familia : Lamiaceae
Genus : Mentha
Species : Mentha piperta Linn emend.Hunds. (Tjitrosoepomo, 1994)
2. Morfologi
Tanaman ini merupakan semak dengan tinggi 10-40 cm dan membentuk stolon.
Daun berbentuk bulat telur, tunggal, bersilang berhadapan, ujungnya runcing, pangkal
tumpul, tepi daun bergerigi, panjangnya 3,5 5 cm dan lebar 1,5-2 cm. Pertulangan
menyirip, bertangkai hijau. Tanaman ini mempunyai bunga majemuk, berbentuk
bulir, pangkal kelopak gundul, bertulang 10, benang sari 4, bakal buah 4, dan
berwarna ungu, mahkota gundul, terbelah 4. Buah buni, kecil, bulat telur, halus,
coklat tua. Akar tanaman merupakan akar tunggang yang berwarna putih
(Tjitrosoepomo, 1994)
D. MINYAK DAUN MINT (Oleum Menta piperita)
Oleum Menthae piperita merupakan minyak yang tidak berwarna,
kekuningan, atau kehijauan-kuning cair, menjadi lebih gelap dan tebal oleh usia dan
paparan udara, memiliki bau khas aromatik pepermint, sangat aromatik, tajam rasa,
dan diikuti oleh sensasi dingin saat udara ditarik ke mulut. Kandungan utama dari
Oleum menthae piperita ini adalah menthol (30-55%), atau dapat disebut juga
stearopten mint, atau kamper mint (Panda, 2004).
Kegunaan dari Oleum Menthae piperita ini bermacam-macam seperti di
antaranya adalah sebagai stimulant diffusible kuat, dengan sifat yang mengeluarkan
udara, antispasmodic, dan antimuntah. Untuk hal tersebut Oleum Menthae piperita
2


ini digunakan untuk meredakan perut kembung, gastrodynia, mual, kejang perut, dan
untuk menutupi rasa obat lain. Selain itu juga Oleum Menthae piperita dapat
digunakan sebagai antibakteri baik terhadap bakteri gram positif maupun gram
negatif (Diaz et al,1988).
E. GELLI NG AGENT
Gelling agent digunakan sebagai bahan pengikat (binders) pada sediaan
semisolid. Adanya bahan pengikat akan meningkatkan viskositas sediaan. Bahan
pengikat dapat mencegah pemisahan komponen partikel padat dengan cairan
(medium dispers) terutama selama penyimpanan. Gelling agent meningkatkan
viskositas dari fase cairan dan mencegah pengeluaran cairan dari gel. Gelling agent
yang sering digunakan antara lain Carbopol dan Sodium Carboxymethylcellulose
(CMC-Na) (Lieberman, et.al., 1996).
Pada penelitian ini digunakan CMC-Na sebagai gelling agent. CMC-Na
adalah polimer sintetik dengan berat molekul besar yang terdiri atas rantai silang
antara asam akrilat dengan alil sukrosa atau alil eter dari pentaerythritol.
Pemeriannya adalah tidak berwarna, asam, halus, serbuk higroskopis dengan bau
khas. CMC-Na mengandung 52%-68% gugus asam karboksilat (COOH) dalam
bentuk kering. Berat molekul teoritis CMC-Na adalah 7x10
5
sampai dengan 4x10
9
.
Secara umum, polimer CMC-Na dengan kekentalan dan kekakuan rendah memiliki
nilai kelembaban yang tinggi. Sebaliknya polimer CMC-Na dengan kekentalan dan
kekakuan yang tinggi akan mempunyai nilai kelembaban yang rendah (Rowe, et al.,
2009).
2


CMC-Na tergolong dalam klasifikasi hydrogel dimana merupakan hydrogel
yang terbentuk dari gum sintetik. Pada gel yang polar, polimer alam atau sintetik
yang digunakan pada konsentrasi rendah (biasanya di bawah 10%) membentuk
matriks tiga dimensi melalui cairan hidrofilik. Sistem yang terbentuk mungkin jernih
ataupun keruh, karena gelling agent yang digunakan tidak terlarut sempurna atau
terbentuknya agregat. Hydrogel dideskripsikan sebagai sistem dua komponen yaitu
(i) substansi polimer hidrofilik tetapi tidak larut air, merupakan polimer jaringan tiga
dimensi, dan (ii) air (Zats dan Kushla, 1996). Hydrogel adalah sistem hidrofilik yang
utamanya terdiri dari 85-95% air atau campuran aqueous-alcoholic dan gelling
agent. Polimer organik yang biasa digunakan antara lain asam poliakrilat (carbopol),
sodium carboxy methyl cellulose (CMC- Na), atau selulosa non ionik lainnya
(Buchmann, 2001). Hydrogel akan memberikan efek mendinginkan karena
evaporasi pelarut. Hydrogel mudah diaplikasikan dan memberi kelembaban secara
instan tetapi pada penggunaan jangka panjang akan membuat tempat aplikasi menjadi
kering. Dengan demikian, diperlukan humectant seperti gliserol, sorbitol, propilen
glikol, polyethylen glycol dan lain-lain (Buchmann, 2001). Salah satu alasan
penggunaan hydrogel adalah pelarut yang digunakan dalam pembuatan obat
mempunyai kompatibilitas yang baik terhadap jaringan biologis tubuh (Zatz dan
Kuhsla, 1996). CMC-Na larut di dalam air di segala temperatur. Garam natrium yang
terbentuk dapat didispersikan di dalam air dingin dengan cepat sebelum partikel
terhidrasi dan mengembang menjadi gumpalan -gumpalan padatan membentuk sistem
gel yang lengket. Viskositas dari produk dapat menurun jika pH yang dihasilkan
2


berada pada kisaran pH di bawah 5 dan bila berada di kisaran pH di atas 10 (Allen,
2002). CMC-Na berada pada range konsentrasi 3,0 6,0 % yang berfungsi sebagai
gelling agent (Rowe, et.al., 2009).
F. STABILITAS HAND SANI TAI ZER
Suatu formulasi hand sanitaizer harus stabil hingga saat timbul waktu
kadaluwarsa, dimana mencapai waktu 3 tahun (LiebermanH.A. et.al., 1996). Sediaan
tersebut harus satu fase (tidak terpisah), kekentalan(viskositas) harus terjaga, dan pH
harus terjaga hingga batas waktu kadaluwarsa. Formulasi harus disesuaikan dengan
prosedur uji termasuk uji kondisi dipercepat dan uji selama waktu penyimpanan
sediaan tersebut. Sediaan uji harus dievaluasi untuk menjamin bahwa sediaan tersebu
memiliki karakteristik yangdiinginkan(Lieberman H.A. et.al., 1996).
Sama seperti bentuk sediaan lain, stabilitas adalah kemampuan suatu hand
sanitaizer untuk dapat mempertahankan karakteristik penting yang dibutuhkan agar
tidak berubah selama penggunaan dan penyimpanan hingga waktu kadaluwarsanya.
Pengujian harus dilakukan agar dapat menjamin stabilitas fisik hand sanitaizer tetap
dalam keadaan baik sama seperti stabilitas kimia dari bahan-bahan yang digunakan
(Lieberman H.A. et.al., 1996).
Karakteristik fisik dengan data kuantitatif dapat digunakan sebagai
pertimbangan evaluasi. Karakteristik tersebut harus mencakup penampilan sediaan,
warna, keseragaman, rasa, berat jenis, pH, dan viskositas. Parameter-parameter
tersebut harus direkam untuk setiap stabilitas pada kondisi penyimpanan dengan
interval waktu tertentu (Lieberman H.A. et.al., 1996).
2


Secara umum, pengujian stabilitas untuk hand sanitaizer terdiri dari
penempatan sampel dengan berat tertentu, analisis secara kimia, dan menjamin
karakteristik fisik pada penyimpanan suhu kamar,5C,37C, dan 45C dengan
interval waktu penyimpanan 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan (Lieberman
H.A. et.al., 1996).
G. LANDASAN TEORI
Hand sanitaizer merupakan sediaan semi solid liquid yang berbasis gel yang
juga memiliki fungsi antibakteri. Sediaan hand sanitaizer pasti memiliki tekstur yang
lembut dan memiliki warna yang bening karena sesuai dengan basis yang digunakan
yaitu gel dan sebagian besar penyusunnya adalah air. Selain itu juga dari sisi
penampilan, hand sanitaizer terlihat lebih menarik untuk digunakan karena warnanya
yang bening. Dalam pembuatan basis sediaan hand sanitaizer, digunakan gelling
agent untuk menjaga konstituen cairan dan padatan dalam membentuk karakteristik
gel yang stabil dan baik. Dalam penelitian ini, digunakan CMC-Na 10% sebagai
gelling agent, CMC-Na memiliki gugus natrium yang dapat mengikat air, sehingga
air terhidrasi dalam pembentukan karakteristik gel yang baik dan stabil. Selain itu
juga, CMC -Na memiliki pH yang stabil pada rentang pH 5-10 sehingga dalam
pencampuran formulanya, tidak dibutuhkan agen pembasa. Karena dalam rentang pH
tersebut, struktur atau matriks gel yang terbentuk sudah sempurna, sehingga
karakteristik gel yang terbentuk baik. Pada penelitian ini digunakan Oleum Mentha
piperita Linn emend. Hunds. sebagai antibakteri pada sediaan hand sanitaizer. Oleum
Mentha piperita Linn emend. Hunds. terbukti efektif dalam menghambat bakteri gram
2


positif maupun bakteri gram negatif. Pada penelitian ini, dilakukakan evaluasi
viskositas, daya sebar, homogenitas, stabilitas gel dalam penyimpanan, dan
penampilan fisik sehingga dapat diketahui pengaruh CMC Na sebagai gelling agent
terhadap sifat fisis dan stabilitas hand sanitaizer.
H. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori, dapat dihipotesiskan bahwa konsentrasi CMC -
Na sebagai gelling agent berpengaruh terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan hand
sanitaizer.














2


DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V.Jr., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Ed., American Pharmaceutical Association, Washington,
D.C., pp.301-324.
Benjamin DT. 2010. introduction to hand sanitizers
.http://www.antimicrobialtestlaboratories.com/information_about_hand_sanitize
rs.htm diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Block, S.2001.Disinfection, Sterilization and Preservation. 4th. Edition. Williams
and Wilkins.P.
Buchmann, 2001, Main Cosmetic Vehicles, in Barel, A.O., Paye, M., and Maibach,
H.I., Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc.,
New York, pp.145-167.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV.Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Diarrhoea, http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/ diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Diarrhoeal disease, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html
diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Dyer., Gerenraich., Wadhams., 1998. Testing a New Alcohol-Free Hand Sanitizer to
Combat Infection. AORN Journal, August 1998, Vol. 68, No.2.
2


Lieberman, A. H., Lachman, L., Kanig, L. J. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, edisi III. Terjemahan: Siti Suyatmi. UI Press. Jakarta. Hal. 264 281,
305 313, 1092-1096.
Martin, Alfred, (1993),Farmasi Fisik, jilid I Edisi III, UI-Press, Jakarta.
Poucher, John. 2000. Pouchers Perfume, Cosmetics and Soap. 10 th edition.Editor.
Hilda Butler. Kliwer Academy Publishers USA. Hal 217 251.
Panda, H., 2004, Essential Oil Handbook, National Institute of industrial Research,
Delhi.
Sahabat Saeed , et al., 2006. In Vitro Antibacterial Activity of Pappermint.
Department of Microbiology, Pakistan. Vol.38, No.3.
Rowe, et al., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exipients, 6
th
ed, Pharmaceutical
Press, London, pp. 118-121, 283-285, 654-655.
Tjitrosoepomo,G., 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat- Obatan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Zatz, J.L., Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwatz, J.B.,
(Eds.) Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse System Vol. 2, 2nd Ed.,
Marcel Dekker Inc., New York, pp.400-401.

Anda mungkin juga menyukai

  • Piten
    Piten
    Dokumen1 halaman
    Piten
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat
  • No 04103
    No 04103
    Dokumen1 halaman
    No 04103
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Proposal Skripsi
    DAFTAR PUSTAKA Proposal Skripsi
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Proposal Skripsi
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat
  • Program
    Program
    Dokumen1 halaman
    Program
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat
  • Farepid
    Farepid
    Dokumen2 halaman
    Farepid
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat
  • Metode
    Metode
    Dokumen1 halaman
    Metode
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat
  • Nama
    Nama
    Dokumen2 halaman
    Nama
    Stephanie Alvia Putri
    Belum ada peringkat