Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PERSAMAAN DIFFERENSIAL DAN


MATEMATIKA MODEL
A. PENGANTAR
Secara historis persamaan differensial (PD) muncul dari keterkaitan dan keinginan manusia
tentang kejadian alam dimana ia hidup. Keterkaitan ini melibatkan peristiwa proses secara fisika pada
bumi seperti pergerakan benda-benda. Kita ingin mengetahui bagaimana membangun jembatan dan
menara sehingga tidak roboh bagaimana menginterpolasikan gerak bintang dan planet sehingga kita
bisa berla!ar dilaut !ang berguna dalam komersil dan perdagangan. Pemecahan masalah dalam dunia
n!ata dengan matematika dilakukan dengan mengubah masalah tersebut menjadi bahasa matematika.
Proses seperti ini disebut pemodelan secara matematik atau model matematika.
Dalam sains dan ilmu reka!asa matematika model digunakan untuk memahami fenomena fisik.
"odel matematika !ang sering digunakan berbentuk persamaan !ang memuat beberapa deri#atif dari
suatu fungsi !ang belum diketahui. Persamaan seperti ini dikenal sebagai persamaan diferensial.
Sebuah contoh model !ang dijumpai dalam kalkulus !aitu benda jatuh bebas. Dalam kasus ini benda
dijatuhkan dari ketinggian tertentu dengan ga!a !ang mempengaruhin!a han!a gra#itasi bumi.
"enurut hukum $$ %ewton bahwa massa objek !ang beraksi pada objek tersebut.
&ika massa objek tinggi dan ga!a gra#itasi berturut-turut din!atakan oleh m h dan g maka
persamaan matematika untuk kasus ini '
mg
dt
h d
m =
(
(
().))
Dimana
(
(
dt
h d
percepatan objek
Dengan membagi kedua ruas kesamaan ().)) dengan m dan mengintegralkann!a dua kali
terhadap t diperoleh
)
c gt
dt
dh
+ =
().()
Dan
( )
(
(
)
c t c gt h + + =
().*)
c) dan c( disebut konstanta integrasi !ang bisa ditentukan jika tinggi asal dan kecepatan awal objek
diketahui+diberikan. Persamaan ().*) merupakan rumus untuk tinggi objek pada saat t dan solusi dari
().))
,. PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN KLASIFIKASINYA
Dalam pelajaran kalkulus kita mempelajari bagaimana menentukan deri#atif fungsi
) (
)
x f y
dx
dy
= =
untuk fungsi ! - f (.)
Contoh 1.2.1
! - cos(. /*e
x
maka
x
e x
dx
dy
* ( sin ( + =
().0)
atau diberikan fungsi dalam bentuk g (.!) - konstan dengan differensial implisit kita bisa
menentukan
dx
dy
Contoh 1.2.2
1
( (
= + y x
maka
dx
dy
y x ( ( +
- 2 atau
y
x
dx
dy
=
().3)
Persamaan ().(.)) dan ().(.() merupakan contoh-contoh PD.
Definisi 1.2.1
Sebuah persamaan !ang mengandung deri#atif + differensial dari suatu atau lebih #ariabel terikat satu atau
lebih #ariabel bebas disebut persamaan differensial (PD). &ika han!a satu #ariabel bebasn!a maka
persamaann!a disebut PD biasa. Sedangkan jika #ariabel bebasn!a lebih dari satu maka persamaann!a
disebut PD parsial.

Sebuah persamaan !ang mengandung deri#atif + differensial dari
suatu atau lebih #ariabel terikat satu atau lebih #ariabel bebas
disebut persamaan differensial (PD). &ika han!a satu #ariabel bebasn!a
maka persamaann!a disebut PD biasa. Sedangkan jika #ariabel
bebasn!a lebih dari satu maka persamaann!a disebut PD parsial.
Contoh 1.2.3
x
e x
dx
dy

= * ( cos (
().4)
x
e xy
dx
y d
= + (
*
*
().5)
2 = dx e x dy y
x
().6)
x y
dy
dy
dy
y d
cos ( (
(
(
=
().1)
)
(
(
=

y
e x
dx
dy
().)2)
Pada contoh ).(.* persamaan ().4) sampai dengan ().)2) . merupakan #ariabel bebas dan ! #ariabel
terikat.
Contoh 1.2.
u
t
u
x
u
=

().)))
2 ( = +

u
t
u
x
u
().)()
t
u
x
u

(
(
().)*)
2
(
(
(
(
=

t
u
x
u
().)0)
2
(
(
(
(
(
(
=

z
u
y
u
x
u
().)3)
Pada contoh ).(.0 persamaan ().))) sampai dengan ().)3) #ariabel terikatn!a u dan #ariabel bebasn!a
x dan t. Sedangkan pada ().)3) #ariabel terikatn!a u dan #ariabel bebasn!a . ! dan 7.
Definisi 1.2.2
8rder dari persamaan differensial !aitu deri#atif tertinggi !ang terdapat pada persamaan differensial
tersebut.
Pada contoh ).(.* ().4) ().6) dan ().)2)PD berorder satu ().5) berorder tiga dan ().1) berorder dua.
Sedangkan pada contoh ).(.0 ().))) dan ().)*) berorder satu ().)0) ().(.))) dan ().)3) berorder
dua.
Secara umum PD biasa order-n din!atakan dalam bentuk '
) . . . 9 9 9 (
n
y y y y x F
- 2 ((.)*)
Dimana : merupakan fungsi dengan #ariabel bebas . #ariabel terikat dan deri#atif ! terhadap ..
Disini diasumsi bahwa . terletak dalam inter#al $ subset dari garis bilangan real ;. &adi $ bisa berupa
inter#al (ab) <ab= <a b) dan sebagain!a. Dalam ban!ak kasus kita bisa men!atakan PD untuk !
n

sehingga ().)*) ditulis
!
n
- f (x, y, y, . . .,y
n-1
) ((.)0)
Definisi 1.2.3
Persamaan differensial biasa linier order-n dengan #ariabel terikat y dan #ariabel bebas x !aitu suatu
persamaan !ang bisa din!atakan sebagai '
y
dx
y d
x a x
dx
y d
x a
n
i
i n
i
i
= =

=
2
2
2
2 ) ( ) ( ) (
((.)3)
Dari persamaan ((.)3) PD biasa order-n dikatakan linier jika mempun!ai ciri-ciri sebagai berikut '
). >ariabel terikat y dan deri#atifn!a han!a berderajat satu
(. ?idak ada perkalian antara y dan deri#atifn!a serta antara deri#atif.
*. >ariabel terikat y bukan fungsi transeden.
&ika PD order-n bukan dalam bentuk ((.)3) maka disebut PD biasa order-n tak linier. ,ila (x) - 2
maka ((.)3) PD linier homogen. ,ila ai (x) - ai untuk setiap i - 2)(@n maka ((.)3) disebut PD
linier dengan koefisien konstanta. &ika tidak disebut persamaan dengan koefisien #ariabel.
Contoh 1.2.!
2 4 3
(
(
= + + y
dx
dy
dx
y d
((.)4)
x
xe
dx
dy
x
dx
y d
x
dx
y d
= + +
*
*
*
(
0
0
((.)5)
!A / 3!B /4!
(
- 2 ((.)6)
!A /3(!B)
*
/4! - 2 ((.)1)
!A C *!!B / (! - 2 ((.(2)
Persamaan ((.)4) dan ((.)5) berturut-turut merupakan PD linier dengan koefisien konstanta dan
fungsi. Sedangkan ((.))((.)1) dan ((.(2) PD tak linier.
L"tih"n
Klasifikasikan PD berikut sebagai PD biasa atau parsial tentukan ordern!a serta linier atau tak linier.
) . )2
. 1
2 . 6
2 9 9 . 5
2 sin 9 9 . 4
2 3 ) 9 9 ( * . 3
2 . 0
sin * 9 3 9 9 0 9 9 9 . *
2 . (
. )
(
(
*
*
*
0
0
(
4
(
(
(
(
( (
0
sin
*
( (
( (
(
(
+ =

= +

+
= +

= +
= +
= + +
= +
= + +
=

= +
ds
r d
ds
dr
t x
dt
x d
dt
x d
dt
y d
u
y
u
x
u
y x
u
y y
y x y
y y y
dx y dy x
x y y y y
y
y
x
y
xe y x
dx
dy
x
!"
x
D. SOL#SI DAN MASALA$ NILAI A%AL
Pada ).( dijelaskan bahwa PD biasa order-n dapat disajikan dalam bentuk'
f (. ! !B !BB @. !
n
) - 2 (*.))
atau
y
n
- f (. ! !B !BB @. !
n-)
) (*.()
Setelah memahami bentuk-bentuk PD maka masalah berikutn!a adalah bagaimana solusi PD
tersebut. Pada bagian ini kita belum membahas bagaimana metode mencari solusi PD. Disini dibahas
tentang pengertian solusi serta eksistensi dan ketunggalan solusi suatu PD.
Definisi 1.3.1
Sebuah fungsi

(.) disebut solusi eksplisit persamaan (*.)) atau (*.() pada inter#al $ jika

(.)
terdefinisi pada $ dan bila disubstitusikan untuk y kedalam (*.)) atau (*.() memenuhi persamaan tersebut
untuk setiap . dalam inter#al $.
Contoh 1.3.1
,uktikan bahwa

(.) - .
(
C .
-)
solusi eksplisit untuk
2
(
9 9
(
= y
x
y
(*.*)
Pada inter#al (-

2) dan (2

)
,ukti '

(.) - .
(
C .
-)

B(.) - (. C .
-(

BB(.) - ( C (.
-*

Entuk .

(.)

B(.)

BB(.) terdefinisi dan jika

(.) dan

BB(.) disubstitusikan untuk y ke soal


(*.*) diperoleh '
* * ) (
(
*
( ( ( ( ) (
(
) ( ( (

+ = x x x x
x
x

- 2
Karena benar untuk x

2 maka

(x) - x
(
C x
-)
solusi eksplisit (*.*) pada inter#al
(-

2) dan (2

)
Contoh 1.3.2
Entuk sebarang konstanta c) dan c( fungsi

(.) -
x x
e c e c
(
( )
+

solusi eksplisit
!BBC!BC(! - 2 pada inter#al (-

) sebab '

(.) -
x x
e c e c
(
( )
+

B(.) -
x x
e c e c
(
( )
( +

dan

BB(.) -
x x
e c e c
(
( )
0 +

disubstitusikan untuk ! ke PD memberikan '


) ( ( ) ( ( ) 0 (
(
( )
(
( )
(
( )
x x x x x x
e c e c e c e c e c e c + + +

- 2 ) ( ( 0 ( ) ( (
(
( ( ( ) ) )
= + +
x x
e c c c e c c c
Pada contoh ).*.) dan ).*.( solusi PD berbentuk fungsi eksplisit. Akan tetapi tidak semua solusi PD
dapat din!atakan sebagai fungsi eksplisit. Solusi !ang demikian disebut dengan solusi implisit dan
ditulis

(. !) - c.
Contoh 1.3.3
Persamaan .
(
/ !
(
- c c konstanta dan c F 2 merupakan solusi implisit
PD () / . e
.!
)
2 ) = + +
xy
ye
dx
dy
sebab '
) ( ) (
( (
c
dx
d
y x
dx
d
= +
(. / (!
dx
dy
- 2
dx
dy
-
y
x

Contoh 1.3.
Persamaan . / ! / e
.!
- 2 solusi implisit
PD ( ) / . e
.!
)
2 ) = + +
xy
ye
dx
dy
sebab '
) 2 ( ) (
dx
d
e y x
dx
d
xy
= + +
2 ) ) ) ( = + + +
xy xy
ye
dx
dy
xe
Pada contoh ).*.( dan ).*.* solusin!a masih memuat konstanta sebarang sedangkan pada contoh
).*.) dan ).*.0 tidak lagi memuat konstanta sebarang. Solusi PD !ang masih memuat konstanta
sebarang disebut s#lusi umum (himpunan s#lusi) sedangkan solusi PD !ang tidak mengandung
konstanta sebarang disebut s#lusi $husus.
Disamping solusi eksplisit dan implisit seperti !ang telah dibahas diatas maka solusi suatu PD juga
dapat disajikan secara grafik+geometri. Gal ini terlihat pada contoh berikut '
Contoh 1.3.!
;epresentasi grafik keluarga solusi PD
dx
dy
-
y
x

pada contoh ).*.* berupa keluarga lingkaran


seperti pada gambar ).
c - *
c - (
c - )
Contoh 1.3.&
Solusi umum PD !
dx
dy
- 0. - 2 adalah 0.
(
C !
(
- c (buktikan H) berupa keluarga hiperbola !ang
disajikan secara grafik sebagai berikut '
D. MASALA$ NILAI A%AL 'MNA(
Setelah mengenal solusi PD dan jenisn!a mka timbul pertan!aan berikutn!a ' apakah setiap PD
mempun!ai solusiI &ika PD tersebut mempun!ai solusi apakah solusin!a tunggalI Sebelum
menjawab pertan!aan-pertan!aan diatas dijelaskan dahulu tentang apa !ang disebut dengan masalah
nilai awal ( initial %alue pr#lem ).
Pada solusi umum suatu PD dalam ban!ak kasus kita bisa mencantumkan n konstanta jika
diketahui n nilai-nilai ! (.2) !B(.2) . . . !
(n-))
(.2)
Definisi 1.3.3
"asalah nilai awal untuk PD order-n f(. ! !B !A . . . !
n
) - 2 !aitu menentukan solusi PD tersebut pada
inter#al $ !ang memenuhi n s!arat awal di .2

$ subset dari real


! (.
2
) - !
2
!B(.
2
) - !
)
.
.
.
!
(n-))
(.
2
) - !
(n-))
dimana !
2
!
)
@ !
n-)
konstanta !ang diberikan.
&ika s!arat awal .2

$ berbeda-beda misaln!a .2 .) @ .n-) maka "%A disebut masalah nilai batas


("%,). "asalah nilai awal dan masalah nilai batas sering disebut masalah s!arat batas.
Contoh 1.3.)
,uktikan bahwa

(.) - sin . C cos . solusi "%A


!A / ! - 2
!(2) - -) dan !B(2) - )
,ukti '
a) Dibuktikan

(.) - sin . C cos . solusi !A / ! - 2


Dengan mensubstitusikan

(.) - sin . C cos . (.) - cos . / sin . dan

A(.) - -sin . / cos . untuk ! ke !A / ! - 2 diperoleh ' (-sin . / cos . ) / (sin . C cos .) - 2
untuk semua nilai .
b) Dibuktikan

(.) - sin . C cos . memenuhi nilai awal !(2) - -) !B(2) - )

(.) - sin . C cos . maka

(2) - -)

B(.) - cos . / sin . maka

B(.) - )
Dari a) dan b) terbukti bahwa

(.) solusi "%A !ang diberikan


Contoh 1.3.*
Pada contoh ).*.(

(.) - c) e
-.
/c( e
(.
solusi !A C !B C (! - 2 untuk sebarang konstanta c) dan c(.
?entukan c) dan c( sehingga memenuhi s!arat awal !(2) - ( !B(2) - -*
Solusi '

(.) - c) e
-.
/c( e
(.


(2) - c) / c( - (

B(.) - -c) e
-.
/(c( e
(.


(2) - - c) / (c( - -*
Dari kedua persamaan ini diperoleh c) -
*
5
dan c( -
*
)

.
&adi

(.) -
*
5
e
-.

*
)

e
(.
solusi "%A '
!A C !B C (! - 2
!(2) - ( dan !B(2) - -*
Contoh 1.3.+
,uktikan bahwa "%, !A / ! - 2 !(2) - ) dan ! (

) - 3 tidak mempun!ai solusi


,ukti '
Pada contoh ).*.5 fungsi

(.) - sin . C cos . tidak memenuhi nilai batas !(2) - ) !(

)- 3 sebab
!(2) - -)

) dan !(

) - -)

3
&adi "%, diatas terbukti tidak mempun!ai solusi.
Dari contoh ).*.5 ).*.6 ).*.1 bahwa "%A selalu mempun!ai solusi akan tetapi %", belum tentu
mempun!ai solusi. Sekarang kita telah sampai pada eksistensi dan ketunggalan solusi untuk PD
order-).
Dari teorema ).*.) bahwa "%A akan mempun!ai solusi tunggal
&ika f dan
y
f

kontinu pada ; - J(.!) ' a K . K b c K ! K d L!ang memuat titik (.2 !2). Ketunggalan
solusi ini han!a pada solusi untuk "%A
Teo,e-" 1.3.1
Diberikan "%A untuk persamaan differensial order satu
2 2
) (
) (
y x y
y x f
dx
dy
=
=
Diasumsikan f dan
y
f

kontinu ; - J(.!)' aK . K b c K ! K d L !ang memuat titik (.


2
!
2
) maka
"%A mempun!ai solusi tunggal

(.) pada beberapa inter#al .2 C h K . .2 / h dimana h bilangan


positif
Contoh 1.3.1.
Apakah "%A
* (
xy x
dx
dy
=
!()) - 4 mempun!ai solusi !ang tunggalI
Solusi'
:(.!) -
* (
xy x
dan
y
f

- -*.!
(
merupakan fungsi !ang kontinu dalam segiempat !ang memuat
titik ()4). ,erarti hipotesis teorema ).*.) dipenuhi. Akibatn!a "%A mempun!ai solusi tunggal
dalam sebuah inter#al di sekitar
. - ) dengan bentuk ()-h )/h) dimana h bilangan positif.
Contoh 1.3.11
Apakah "%A
*
(
*y
dx
dy
=
!(() - 2 mempun!ai solusi !ang tunggal I
Solusi '
Disini f(.!) -
*
(
*y
dan
y
f

-
*
)
(

y
akan tetapi
y
f

diskontinu dan tidak didefinisikan di ! - 2.


Akibatn!a tidak ada segiempat !ang memuat titik ((2) dimana f dan
y
f

keduan!a kontinu. Karena


hipotesis teorema ).*.) tidak dipenuhi maka "%A tidak mempun!ai solusi.
L"tih"n
). a. ,uktikan bahwa ! - e
(.
solusi
dx
dy
- (! pada inter#al (-

)
b. ,uktikan bahwa !
(
/ . C * - 2 solusi
dx
dy
-
y (
)

pada inter#al (-

)
c. ?unjukkan bahwa .
*
/ *.!
(
- ) merupakan solusi implisit persamaan differensial (.!
dx
dy
/ .
(
/ !
(
- 2 pada inter#al 2 K . K )
(. ?unjukkan bahwa setiap fungsi !ang didefinisikan oleh f(.) - (.
(
/ c)e
-*.
dengan c merupakan
konstanta sebarang merupakan solusi persamaan differensial
dx
dy
/ *! - *.
(
e
-*.
Dalam soal * sampai )3 buktikan fungsi !ang diberikan merupakan solusi PD !ang diberikan
disebelahn!a'
2 ( 0 ) ) (
)
)
) ( . )3
0 ( * 5 4 ( ) ( . )0
2 )( 5 3 ( ) ( . )*
) * ) ( . )(
*
) 9 ( ( sin ) 9 ( 9 4
M ( sin . ))
)
(
M ) ln . )2
9 ) . 1
9 2 ( ) ( . 6
9 . 5
2 ( 9 M * . 4
2 M sin cos . 3
2 M sin ( cos . 0
( M sin . *
(
(
(
(
(
*
*
(
(
(
0 *
(
( *
*
(
( (
( (
(
( (
= + + +
+
=
= + + + + =
= + =
+ = + + =

+
= = +

= + =
+

= = +
= = + +
= = +
= =
= + +
= + =
+ = + +

y
dx
dy
x
dx
y d
x
x
x f
x y
dx
dy
dx
y d
x x e x
y
dx
dy
dx
y d
e e x
x y
dx
dy
e x x
y x
y y y xy
y x xy y
y
xy
y x y y
x e
y e
y x y e
xy y c x y
y
x
y y y x
y y y e e y
y y x & x ' y
x x t t x
x y y x x y
x
x x
x
xy
xy
xy
x x
)4. ?entukan nilai m sehingga

(.) - e
m.
solusi PD '
a. !A / 4!B / 3! - 2
b. !BA / * ! N / ( !B - 2
c. !BA C *!A C 0!B / )( ! - 2
)5. :ungsi ((.) - c) e
(.
/ c( e
-.
solusi !A C !B C (! - 2 Entuk sebarang konstanta c) dan c(. ?entukan c) dan
c( !ang memenuhi s!arat awal
a. !(2) - ( !B(2) - )
b. !(2) - ) !B(2) - 2
Dalam soal )6 s.d (2 selidikilah apakah masalah nilai awal mempun!ai solusi !ang tunggal
2 ) ( sin cos . (2
3 ) ( sin . )1
4 ) 2 ( . )6
(
* *
= = +
= =
= =

y x y
dx
dy
y y
d
dy
y y x
dx
dy
E. MATEMATIKA MODEL
Dalam bagian ini disajikan proses formulasi fenomena+kelakuan dunia n!ata dalam bentuk
matematika. "atematika !ang kita gunakan adalah persamaan diferensial. Oangkah dalam pemodelan
masalah dunia n!ata diilustrasikan dalam diagram berikut'
). "emformulasikan model real (identifikasi masalah)
*. "emformulasikan masalah matematikan
(. Asumsi untuk model
0. "en!elesaikan masalah matematika
3. $nterpretasi solusi
4. >aliditas model
Selanjutn!a langkah-langkah pemodelan dapat dijelaskan sebagai berikut'
(ang$ah 1) !dentifi$asi *asalah
Disini pertan!aan timbul apa !ang mesti kita lakukan atau apa !ang kita inginkan. Pemodel harus
mempun!i kemampuan !ang cukup dalam formulasi #erbal agar masalah bisa ditranslasikan ke dalam
bahasa matematika. ?ranslasi ini akan terus diselesaikan pada langkah berikutn!a.
(ang$ah +) *emuat 'sumsi
Secara umum kita tidak bisa mengaharap bahwa semua faktor !ang berpengaruh pada peristiwa
!ang sedang kita amati dapat dimodelkan dengan matematika. Gal ini disederhanakan dengan mereduksi
ban!akn!a faktor !ang berpengaruh terhadap kejadian !ang sedang diamati sehingga kompleksitas
persoalan bisa direduksi dengan mengasumsikan hubungan sederhana antara #ariabel.
Asumsi di sini dibagi dalam dua kategori utama'
a) Klasifikasi >ariabel
Apa !ang mempengaruhi tingkah laku pengamatan pada langkah )I Gal ini diidentifikasikan sebagai
#ariabel baik berupa #ariabel bebas maupun #ariabel terikat. Dalam model akan dijelaskan #ariabel
terikat dan sisan!a sebagai #ariabel bebas. Kita juga boleh memilih #ariabel !ang mana !ang mesti
diabaikan.
b) "enentukan interelasi antara #ariabel !ang terseleksi untuk dipelajari
Sebelum kita membuat hipotesa tentang relasi antara #ariabel secara umum kita membuat beberapa
pen!ederhanaan tambahan. Persoalan mungkin cukup kompleks bahwa relasi antara semua #ariabel tidak
bisa dilihat secara permulaan. Dalam kasus ini kita biasan!a membuat submodel. Di sini satu atau lebih
#ariabel bebas biasan!a membuat submodel. Di sini atau lebih #ariabel bebas dipelajari secara terpisah.
Perlu diperhatikan bahwa submodel terintegral terhadap asumsi !ang dibuat pada model utama.
(ang$ah ,) *enyelesai$an atau menginterpretasi m#del
Sekarang kita perhatikan semua submodel untuk melihat apakah model !ang disusun sudah cukup.
Selanjutn!a model tersebut akan diselesaikan secara matematika. Dalam hal ini model !ang kita gunakan
dan pen!elesaiann!a menggunakan persamaan diferensial. Sering kali di sini kita mengalami kesulitan
untuk men!elesaikan model dan interpretasi model. Dalam kondisi ini kita kembali ke langkah ( dan
membuat asumsi sederhana tambahan atau kembali ke langkah ) untuk membuat definisi ulang dari
permasalahan. Pen!ederhanaan atau definisi ulang sebuah model merupakan bagian !ang penting dalam
matematika model.
(ang$ah -) "erifi$asi *#del
Sebelum menggunakan model untuk men!impulkan kejadian dunia n!ata model tersebut mesti
diuji. Ada beberapa pertan!aan !ang diperlukan !ang diajukan sebelum melakukan uji dan
mengumpulkan data. Pertama apakah model menjawab masalah !ang telah diidentifikasi pada langkah )
atau apakah kita men!impang dari isu utama seperti !ang dikonstruksi dalam modelI .edua apakah
model membuat pemikiran !ang sehatI .etiga bisakah kita mengumpulkan data untuk menguji dan
mengoperasikan model dan apakah model memenuhi s!arat bila diujiI Dalam mendesain sebuah tes
untuk model !ang kita uat kita sebaikn!a menggunakan data aktual !ang diperoleh dari obser#asi
empirik.
Contoh 1..1
Peluncuran benda dengan massa m dari ketinggian h. Dalam kasus ini permasalahann!a adalah
menentukan ketinggian benda setelah dijatuhkan. Di sini kita bisa mengasumsikan ga!a !ang bekerja
pada sistemP a) ga!a !ang mempengaruhin!a han!a gra#itasi bumi b) ada ga!a gesek udara selama
penjatuhan benda c) ada ga!a luar lain !ang bekerja pada sistem. &ika kita ambil asumsi !ang pertama
!aitu han!a gra#itasi bumi !ang berpengaruh maka menurut hukum $$ %ewton bahwa massa objek
dikalikan dengan percepatann!a sama dengan tital ga!a !ang beraksi pada objek tersebut. &ika ga!a
gra#itasi g maka persamaan matematika (model matematik) untuk kasus ini'
m
=
(
(
dt
h d
-mg
di mana
(
(
dt
h d
percepatan objek.
Dengan membagi kedua ruas kesamaan di atas dengan m dan mengintegralkann!a dua kali terhadap
t diperoleh
=
dt
dh
-gt / c)
Dan h -
(
)

gt
(
/ c)t / c(
c) dan c( disebut konstanta integrasi !ang bisa ditentukan jika tinggi asal dan kecepatan awal objek
diketahui+diberikan. Persamaan terakhir ini merupakan rumus untuk tinggi objek pada saat t dan solusi
dari model matematika !ang dibuat.
?entun!a jika asumsin!a kita ubah maka model matematika dan solusin!a juga akan berbeda. Akan
tetapi hasiln!a harus sesuai dengan kejadian !ang terjadi pada ilmu fisika. ,ila tidak sesuai berarti model
atau solusin!a salah.
Setiap pemodeln!a pada umumn!a ingin membuat model matematika sebaik mingkin dengan cara
memperban!ak perhatian pada faktor-faktor !ang berpengaruh pada kejadian n!ata untuk memperhalus
model dari model !ang kita dapatkan (masih sederhana) dapat dilihat dari tabel berikut'
*enyederhana$an dan *emperhalus *#del
"en!ederhanakan "odel "emperhalus "odel
). "embatasi identifikasi masalah
(. "enambah #ariabel
*. "emperka!a pengaruh beberapa
#ariabel
0. ,eberapa #ariabel dianggap
konstan
3. Asumsi relasi anatar #ariabel
linear
4. Asumsi lebih tidak koperatif
). "emperluas masalah
(. "enambah #ariabel
*. Setiap #ariabel dilihat secara
mendalam
0. >ariasi dalam #ariabel
3. ;elasi antara #ariabel nonlinear
4. "ereduksi ban!kan!a asumsi
Pada contoh di atas maka kita dapat memperhalus model dengan menambah asumsi bahwa ga!a
gesek udara berpengaruh pada peluncuran benda.

Anda mungkin juga menyukai