Anda di halaman 1dari 10

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORI

AKUNTANSI POSITIF



DEFINISI

Konsekuensi Ekonomi yaitu konsep yang menyatakan bahwa di samping
implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pemilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan
akuntansi merupakan hal penting karena beberapa alasan :
Konsep itu sendiri merupakan hal yang menarik.
Usul bahwa kebijakan akuntansi bukan merupakan persoalan, bertentangan
dengan pengalaman akuntan.
Hadirnya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan mengapa konsekuensi
ekonomi tersebut ada.
Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun
bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori
pasar modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki
konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara
langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan.
Esensi dari Konsekuensi ekonomi adalah bahwa kebijakan akuntansi dan
perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter),
terutama permasalahan bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut
merupakan permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga permasalahan
bagi investor yang memiliki perusahaan karena manajer dapat mengubah hasil
operasi operasi perusahaan sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan
akuntansi.



MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI

Salah satu catatan yang paling meyakinkan mengenai keberadaan
konsekuensi ekonomi terdapat pada artikel yang ditulis oleh Stephen Zeff (1978)
yang berjudul: The Rise Of Economic Cosequences mendefinisikan konsekuensi
ekonomi sebagai dampak dari pelaporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan
keputusan dalam bisnis, pemerintah dan kreditur. Esensi dari defenisi tersebut
adalah pelaporan akuntansi bisa mempengaruhi keputusan sesungguhnya yang
dibuat oleh manajer dan lainnya, dibandingkan dengan hanya merefleksikan hasil
dari keputusankeputusan tersebut. Menurut Zeff intervensi pihak ketiga sangat
mempersulit penyusunan suatu standar akuntansi. Zeff menjelaskan mengenai
tanggapan badan penyusun standar terhadap beragam intervensi tersebut, yaitu
memperluas perwakilan dalam badan standar tersebut.
Zeff mendokumentasikan beberapa kejadian di mana bisnis, asosiasi
industri, dan pemerintah berusaha untuk memengaruhi, atau telah mempengaruhi,
standar akuntansi yang ditetapkan oleh Accounting Principal Board (pendahulu
FASB) dan pendahulunya, Committee on Accounting Procedure (CAP).
Alasan Lain Munculnya Konsekuensi Ekonomi:
Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak
seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang
(debt contract).
Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang
penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa
pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam
dari perusahaan.
Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori
pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya
apabila perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas
perusahaan.
Konsekuensi ekonomi diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas
perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi
tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu,
Konsekuensi ekonomi merupakan salah satu anomali pasar modal efisien.
Teori akuntansi positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic
consequences.
TEORI AKUNTANSI POSITIF (PAT)
Untuk menjawab asal-usul konsep konsekuensi ekonomi maka
diperkenalkan teori akuntansi positif. PAT adalah teori yang berkaitan dengan
prediksi tindakan atas adanya pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dan
bagaimana manajer merespon suatu standar baru. Teori ini didasarkan pada kontrak
yang dijalin oleh perusahaan. Kontrak tersebut seringkali didasarkan pada variabel
akuntansi keuangan.
Komponen PAT meliputi:
1. Bonus Plan Hypothesis
2. Debt Covenant Hypothesis
3. Political Cost Hypothesis
Bonus Plan Hypothesis Manajer yang memiliki program bonus akan memilih
kebijakan akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke
periode sekarang.
Debt Covenant Hypothesis Semakin dekat perusahaan terhadap pelanggaran
kovenan utang berbasis akuntansi, semakin mungkin manajer memilih prosedur
akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode
sekarang.
Political Cost Hypothesis Semakin besar biaya politik yang dihadapi
perusahaan, semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang
menggeser laba periode sekarang ke periode yang akan datang.
Penelitian Teori Akuntansi Positif
TAP telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Sebagai contoh
adalah tulisan Lev (1979). Penelitian Lev membantu kita memahami mengapa
perusahaan yang berbeda-beda mungkin memilih kebijakan akuntansi yang berbeda-
beda.
Banyak penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy
(1985) yang meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan
bukti bahwa manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba
bersih mereka yang dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akrual
sedemikian rupa untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian
pinjaman. Mereka meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian
pinjaman privat (pinjaman yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan
perhatian pada perjanjian-perjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada
dipertahankannya rasio lancar tertentu atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih
tertentu.
Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan
laba bersih selama penelitian keringanan impor. Pemberian keringanan kepada
perusahaan yang dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian
merupakan keputusan politik.

ECONOMIC CONSEQUENCES: SFAS 8 DAN SFAS 52
SFAS 8 Accounting for the Translation of Foreign Currency Transaction and
Foreign Currency Financial Statements dikeluarkan oleh FASB tahun 1975. Standar
ini menuntut penggunaan temporal method dalam penjabaran. Untuk memahami
metode ini, berikut ini terlebih dahulu dijelaskan perbedaan antara unsur nonmoneter
(nonmoneter item) dan unsur moneter (moneter item).
Unsur nonmoneter, terdiri atas persediaan dan aktiva tetap. Hal yang pokok
yang menentukan masuk tidaknya suatu unsur sebagai unsur nonmonter adalah
bahwa jumlah arus kas yang akan diterima mungkin berfluktuasi karena perubahan
kondisi pasar atau perubahan harga.
Unsur moneter, terdiri atas kas, piutang dagang, utang dagang, dan utang
obligasi. Hal pokok yang digunakan sebagai dasar untuk dimasukkan suatu unsur
sebagai unsur moneter adalah bahwa jumlah yang diterima atau dibayar sudah tetap
dan perubahan ekonomi tidak menyebabkan terjadinya perubahan jumlah.
Dengan temporal method, unsur nonmoneter dijabarkan dengan historical
rate dan unsur moneter dijabarkan dengan current rate. Perubahan nilai tukar akan
menyebabkan jumlah unsur moneter akan berubah (sehingga memerlukan
penyesuaian), walaupun jumlah tersebut tidak berubah dalam neraca perusahaan
anak di luar negeri.
Periode setelah dikeluarkannya SFAS 8 adalah periode dengan nilai tukar
berfluktuasi. Dari tahun 1976 sampai dengan 1981, laba Massey-Ferguson Limited
(sekarang Varity Corp) dipengaruhi oleh untung atau rugi penjabaran yang bervariasi
dari rugi US $90,912 juta dan untung US $190 juta. Kerugian sebelum penjabaran
pada tahun 1981 adalah US $384,8 juta menjadi hanya US $194,8 juta karena
adanya keuntungan penjabaran US $190 juta. Manajemen Massey-Ferguson skeptis
terhadap penerapan FASB 8 ini.
Translation gain dan loss dimasukkan dalam rugi laba, manajemen
keberatan akan hal ini. Manajemen mempermasalahkan (tidak setuju) atas
perlakuan terhadap unrealized gain/loss dari translation yang dimasukkan dalam
perhitungan rugi laba. Cabang di luar negeri tetap jalan, namun didolarkan sehingga
rugi diakui, pada hal perusahaan tetap berjalan. Kinerja, yang digunakan sebagai
dasar untuk menentuan gaji dan bonus, menjadi rendah. Berbeda dari translation
gain dan loss, manajer tidak keberatan atas transaction gain dan loss dimasukkan
ke rugi laba. Hal ini terjadi karena trasaction gain dan loss sudah realized. Keberatan
atas dimasukkannya translation gain dan loss (yang notabene unrealized) ke rugi
laba memicu keluarnya SFAS 52 yang akhirnya memasukkannya ke neraca.
Dari perjelasan di atas terlihat jelas bahwa manajemen perusahaan
multinasional melakukan intervensi terhadap badan penyusun standar. Reaksi
manajemen Massey-Ferguson merupakan suatu contoh konsekuensi ekonomi
seperti yang digambarkan oleh Zeff. Intervensi tersebut terlihat kuat sehingga
dikeluarkannya SFAS 52 untuk mengubah sebagian SFAS 8.
Hal inilah yang disebut Zeff sebagai delicately balanced, walaupun teori
ekonomi lebih mendukung SFAS 8 dibandingkan SFAS 52. Sama seperti SFAS 8,
RRA juga gagal karena opini manajemen. Manajemen mengkritik bahwa RRA
merupakan pengukuran yang tidak memadai.
Telah dijelaskan di atas bahwa volatilitas net income dengan SFAS 8 akan
menaikkan decision usefulness apabila hal ini menggambarkan volatilitas operasi
luar negeri. Namun apabila volatilitas tersebut hanya sekedar menghasilkan noise
dalam net income, maka hal ini akan mengurangi decision usefulness. Hal ini akan
menjadi contoh lain tradeoff antara relevansi dan reliabilitas.
Dalam konteks sistem informasi, semakin besar relevansi akan
mengakibatkan probabilitas main diagonal meningkat, dan berdampak pada revisi
keyakinan yang lebih besar dengan adanya pengumuman earning. Namun, noise
akan mengurangi probabilitas tersebut dan berdampak pada revisi keyakinan
rendah. Pengaruh mana yang paling dominan akan menjadi pertanyaan empiris.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Collins dan Salatka (CS), 1993
menguji ERC 27 perusahaan multinasional US selama penggunaan SFAS 8 (1976-
1980) dan SFAS 52 (1983-1987). Selain itu, CS juga menggunakan control group
sebanyak 27 bukan perusahaan multinasional. Hasil riset ini menunjukkan bahwa
SFAS 8 lebih noise daripada SFAS 52 karena ERC perusahaan dengan SFAS 52
lebih tinggi. Hasil selengkapnya adalah:
Rata-rata ERC sampel 27 perusahaan multinasional lebih rendah dalam SFAS 8
daripada rata-rata ERC perusahaan yang sama dalam SFAS 52.
Rata-rata ERC sampel 27 perusahaan lebih rendah dalam SFAS 8 daripada
rata-rata ERC 27 control group perusahaan bukan multinasional dalam SFAS
yang sama.
Rata-rata ERC sampel 27 perusahaan multinasional sama dalam SFAS 52
dengan rata-rata ERC 27 control group perusahaan bukan multinasional dalam
SFAS yang sama.
Rata-rata ERC control group 27 perusahaan bukan multinasional sam dalam
SFAS 8 dengan rata-rata ERC perusahaan yang sama dengan SFAS 52.
FASB mengkaji kembali SFAS 8 dan mengeluarkan SFAS 52 Foreign
Currency Translation tahun 1981. Berikut ini dijelaskan berbagai hal yang berkaitan
dengan SFAS 52.
Functional currency. Sebelum dijabarkan ke dollar sebagai mata uang
perusahaan induk, laporan keuangan perusahaan anak yang bersifat self-sustaining
(perusahaan yang secara keuangan dan operasional independen) harus ditentukan
dengan mata uang fungsional perusahaan anak tersebut. Akan tetapi, bagi anak
perusahaan yang bersifat integrated foreign operation (misalnya perusahaan anak di
Inggeris (di Inggeris pound) menjual kembali barang produksinya ke AS (di AS
dollar), maka laporan keuangan perusahaan anak harus ditentukan dengan
menggunakan mata uang perusahaan induk, yaitu dollar. Perusahaan anak harus
ditentukan dengan menggunakan mata uang perusahaan induk, yaitu dollar.
Current rate translation method. Setelah digunakan mata uang fungsional,
maka laporan keuangan perusahaan anak harus dijabarkan ke mata uang induk
(dollar), kecuali mata uang fungsional perusahaan anak adalah dollar, dengan
menggunakan current rate method. Hal ini dilakukan dengan mengalikan semua
unsur (kecuali ekuitas) dengan nilai tukar (ingat bahwa dalam SFAS 8 hanya unsur
moneter saja yang dijabarkan dengan current rate). Perbedaan hasil penjabaran
antara SFAS 8 dan SFAS 52 disebut sebagai konsep exposure.
Integrated foreign operations. Pengecualian penggunaan current method
berdasarkan SFAS 52 adalah bagi anak perusahaan dengan operasi luar negeri
yang terintegrasi. Karena itu, bagi perusahaan dengan operasi luar negeri yang
terintegrasi dinyatakan masih berlaku SFAS 8 dengan temporal method.
Highly inflationary economies. Pengecualian lain penggunaan SFAS 52
adalah perusahaan beroperasi di negara dengan kondisi ekonomi inflasi yang tinggi.
Temporal method masih digunakan bagi anak perusahaan tersebut dan tidak
menggunakan SFAS 52. Kalau SFAS 52 digunakan, maka nilai neraca perusahaan
anak akan tidak rasional (disappearing asset phenomenon).
Treatment of translation adjustments. Hal yang paling signifikan dalam
SFAS 52 adalah berkaitan dengan perlakuan untung dan rugi penjabaran valas.
Berdasarkan SFAS 8 hal ini akan dihapus segera, namun hal ini tidak disukai oleh
manajemen seperti dalam kasus Massey-Ferguson. SFAS 52 menghindari masalah
ini dengan memasukkan penyesuaian penjabaran valas dalam other comprehensive
income.
Translation gain dan loss dimasukkan ke modal, bukan ke rugi laba, kecuali
anak perusahaan di luar negeri.

HUBUNGAN ECONOMIC CONSEQUENCES DAN PASAR MODAL EFISIEN
Teori pasar modal efisien tidak mampu menjelaskan perubahan kebijakan
akuntansi terhadap reaksi pasar, pada tidak ada pengaruh perubahan akuntansi
tersebut terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences dikategorikan
sebagai anomali pasar modal efisien.
Ada lagi anomali pasar modal efisien. Teori pasar modal efisien
memprediksi tidak ada reaksi pasar terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang
tidak berdampak terhadap profitabilitas dan arus kas. Apabila tidak ada reaksi pasar
(terlihat dari tidak berubahnya cost of capital), hal ini menjadi tidak jelas mengapa
manajemen dan pemerintah harus konsen terhadap kebijakan akuntansi yang
digunakan perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar modal efisien mendukung
pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Namun,
sekalipun kebijakan akuntansi diungkapkan, pasar tidak bereaksi karena pasar tidak
mempermasalahkan perubahan nilai perusahaan hanya karena terjadi perubahan
metode akuntansi.
Terlihat bahwa tiga kontituen laporan keuangan, manajemen, pemerintah,
dan investor bereaksi terhadap artikel tentang kebijakan akuntansi. Namun reaksi
manajemen mengejutkan sampai pada intervensi badan penyusun standar.
Perbedaan reaksi ini merupakan bagian dari konsekuensi ekonomi, yaitu bahwa
pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah walaupun tidak ada pengaruhnya
terhadap arus kas.

REKONSILIASI ECONOMIC CONSEQUENCES DAN PASAR MODAL EFISIEN
Konsekuensi ekonomi merupakan anomali bagi pasar modal efisien. Hal ini
terjadi karena perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berpengaruh terhadap arus
kas memiliki konsekuensi ekonomi tetapi tidak direaksi oleh pasar. Bagi manajer,
kebijakan akuntansi adalah suatu masalah (matter) karena dua hal.

1. Pertama, bonus manajer seringkali ditentukan berdasarkan variabel akuntansi.
2. Kedua, kontrak dengan kreditor seringkali terkait dengan variabel akuntansi.
Walaupun memiliki konsekuensi ekonomi, namun kebijakan akuntansi tersebut
tidak sesuai dengan efisiensi pasar modal. Memang, konsekuensi ekonomi dan
efisiensi pasar modal tidak sejalan.
Konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar modal dapat direkonsiliasi melalui
teori akuntansi positif yang didukung oleh teori keagenan. Teori ini menjelaskan
mengapa perusahaan terlibat dengan kontrak yang variabelnya adalah angka
akuntansi.
Penjelasan lain selain teori keagenan adalah karena manajer tidak percaya
terhadap teori pasar modal efisien. Manajer yakin bahwa reaksi investor dan biaya
modal perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi apapun dampaknya
terhadap arus kas.





















KESIMPULAN

1. TAP (Teori Akuntansi Positif) berusaha memahami dan memprediksikan pilihan
kebijakan akuntansi perusahaan.
2. Secara umum, TAP (Teori Akuntansi Positif) menilai bahwa pilihan kebijakan
akuntansi adalah bagian dari kebutuhan perusahaan secara menyeluruh untuk
meminimalkan biaya modal dan biaya kontrak.
3. TAP (Teori Akuntansi Positif) tidak menyiratkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi
perusahaan harus dijelaskan dengan khusus. Justru biasanya akan lebih efisien
jika ada sekumpulan kebijakan akuntansi yang dapat dipilih oleh manajemen.
4. Memberi keleluasaan kepada manajemen dalam pilihan kebijakan akuntansi akan
memberi respon fleksibel dalam lingkungan perusahaan dan terhadap hasil kontrak
yang tidak dapat diramalkan. Namun demikian, ini juga memberi peluang terjadinya
perilaku manajemen yang oportunistis dalam pilihan kebijakan akuntansi.
5. Dari perspektif TAP (Teori Akuntansi Positif), tidak sulit memahami mengapa
kebijakan akuntansi dapat memiliki konsekuensi ekonomi. Dari perspektif efisiensi,
kumpulan kebijakan yang tersedia mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Dari
perspektif opportunis, kemampuan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi
untuk keuntungannya sendiri pun terpengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai