Anda di halaman 1dari 11

1

A. Manajemen Pendidikan
Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai
suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan
dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik
tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.
Fungsi-fungsi pokok manajemen yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian.
1. Perencanaan (planning) merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
2. Pelaksanaan (actuating) merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
3. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer
dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses
penghimpunan SDM, modal dan peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk
mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya.
4. Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar
yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target
pendidikan yang dihadapi. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian
balikan dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan.
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan yaitu : sistem
sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan
dengan peyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat. Sementara
dalam sistem desentralisasi, wewenang, pengaturan tersebut diserahkan kepada pemerintah
daerah. Kedua sistem tersebut dalam prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi
2

merupakan bentuk kontinum ; dengan pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah (lokal).
Tilaar (1991 : 22) mengemukakan bahwa pendekatan sentralistik mempunyai posisi
yang sangat strategis dalam mengembangkan kehidupan serta kohesi nasional karena peserta
didiknya adalah kelompok umur secara pedagogik sangat peka terhadap pembentukan
kepribadian.
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school basaed
management.
MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan
kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik yang memadai bagi para
peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang
terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Sejalan dengan jiwa
dan semangat desentralisasi serta otonomi dalam bidang pendidikan, kewenangan sekolah
juga berperan dalam menampung konsensus umum yang menyakini bahwa sedapat mungkin
keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki akses paling baik terhadap
informasi setempat, yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan yang
terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang
memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut :
1. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta
didik, orangtua, dan guru,
2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal,
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat
pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah,
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan (Fattah 2000).
3

1. Tujuan MBS
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang
dinyatakan dalam GBHN.
MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan
respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara
lain : diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain :
melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif
serta disinsetif. Peningkatan pemerataan antara lain dapat diperoleh melalui peningkatan
pasrtisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada
kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian masyarakat tumbuh rasa
kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
2. Manfaat MBS
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai
seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi
setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugas.
MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-
sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik, dan
masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan.
Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap
sekolah.
3. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari baggaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar , pengelolaan
sumber daya dan administrasi.
1


1
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS), Dr. E. Mulyasa, M.Pd hal. 19-29P
4

C. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola
tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan
untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil
yang optimal, namun dalam kondisi yang menyenangkan.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup :
1. Perencanaan pegawai
2. Pengadaan pegawai
3. Pembinaan dan pengembangan pegawai
4. Promosi dan mutasi
5. Pemberhentian pegawai
6. Kompensasi dan
7. Penilaian pegawai
Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai,
yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan
yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
1. Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menetukan kebutuhan pegawai, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan.
2. Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu
lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya.
3. Pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang
mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga. Dan meningkatkan tenaga kinerja pegawai.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan,
tetapi juga menyangkut karier pegawai.
4. Promosi atau pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan masa
percobaan satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan setelah
lulus diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh.
5. Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya
pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan
5

sebagai pegawai. Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan kedalam
tiga jenis :
a) Pemberhentian atas permohonan sendiri
b) Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah dan
c) Pemberhentian sebab lain-lain
Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya : karena pindah
lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib.
6. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat
dinilai dengan uang dan mempunyai kecendrungan diberikan secara tetap. Pemberian
kompensasi, selai dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan,
kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan
yang harus dihadapi oleh manajemen.
7. Penilain pegawai secara objektif dan akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini dapat
difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian
ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi bagi pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai,
penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti kemampuan, keletihan,
kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,
jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil pengambilan keputusan
berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan,
pengenalan, penempatan, promosi,sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses
efektif sumber daya manusia.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan
bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan
sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena
itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan
seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat
pekerjaan, dan kondite pegawai untuk membantu kelancaran MBS di sekolah yang
dipimpinnya.


6

D. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah
satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan
keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur,
serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang
manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang haus diperhatikan, yaitu :
penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan
penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterim, yaitu dengan
mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan
penerimaan siswa baru biasanya dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau
panitia penerimaan murid baru (PMB). Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk
panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut.
Setelah para siswa diterima lalu lalu dilakukan pengelompokkan dan orientasi sehingga
secara fisik, mental, dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah.

E. Manajemen Keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung
menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam penyelenggaraan keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat
menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen
produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di
sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan
di sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan
dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik baiknya, agar dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
7

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu :
1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum
maupun khsus dan diperuntukkan bagi kepentingan kependidikan
2) orang tua atau peserta didik
3) masyarakat baik mengikat maupun tidak mengikat
Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu : financial planning,
implementation, and evaluation. Jones (1985) mengemukakan perencanaan finansial yang
disebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia
untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebabkan efek samping
yang merugikan. Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan
berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuain jika diperlukan.
Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi :
a. prosedur anggaran
b. prosedur akuntansi keuangan
c. pembelajaran pergudangan dan prosedur pendistribusian
d. prosedur investasi dan
e. prosedur pemeriksaan

F. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti :
gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga saran
dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan konstribusi secara optimal dan berarti pada
jalannya proses pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah
yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru
maupun murid untuk berada di sekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat
atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan
8

kebutuhanserta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentinganproses pendidikan dan
pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.

G. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial
merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian
tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk :
1. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak
2. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat
dan
3. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami pentingnya pendidikan
bagi anak-anak.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab
dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi.
Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan
hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan
orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna
mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.




9

H. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakan, kesehatan, dan
keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting
dari MBS yang efektif dan efisien.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah
sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses
pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta
didik.
Disamping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta
didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan
tugas dengan tenang dan nyaman.
2

Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar
Pada prinsipnya, sekolah dasar sebagai satuan pendidikan tidak akan menjadi
bermutu baik atau unggul dengan sendirinya, melainkan melalui berbagai upaya
peningkatan mutu pendidikannya.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar hanya akan terjadi secara efektif
bilamana dikelola melalui manajemen yang tepat. Selama ini peningkatan mutu
pendidikan cenderung melalui manajemen yang sentralistik. Begitu banyak program
penigkatan mutu pendidikan sekolah dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik
oleh pemerintah pusat. Begitu beragam program pelatihan guru dirancang dan
dilaksanakan secara terpusat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah
dasar. Betapa banyak dropping buku-buku perpustakaan, buku-buku diupayakan secara
terpusat, dan sekolah dasar tinggal menerima apa yang telah dialokasikan oleh
pemerintah pusat, terlepas apakah barang-barang tersebut dibutuhkan oleh sekolah atau
tidak. Peningkatan mutu pendidikan dasar sementara ini kurang memperhatikan kondisi,
atau tidak berbasis sekolah.

2
Hal. 42-53
10

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar tetap tidak banyak mengalami
keberhasilan, karena selain tidak sesuai dengan kondisi sekolah, juga tidak dibarengi oleh
upaya-upaya dari sekolah yang bersangkutan. Peningkatan mutu pendidikan sekolah
dasar akan terjadi bilamana ada kemauan dan prakarsa dari bawah, dimana kepala
sekolah, guru kelas, orang tua siswa, komite sekolah berkemauan dan bekerja keras
berupaya mengembangkan program-program peningkatan mutu pendidikan di
sekolahnya.
Namun, mulai tahun 2001 pemerintah mencoba menggunakan paradigma baru
manajemen pendidikan baik secara makro maupun secara mikro. Paradigma baru
manajemen makro di bidang pendidikan adalah desentralisasi pendidikan yang dilandasi
oleh Undang-Undang Nomor 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang melahirkan
otonomi pendidikan. Sedangkan manajemen mikro di bidang pendidikan adalah
dicobanya sebuah model manajemen pendidikan dari sekolah, oleh sekolah, dan untuk
sekolah. Model manajemen tersebut biasa disebut dengan Manajemen Peningkatan Mutu
pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) atau manajemen berbasis sekolah.
3











3
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Dr. Ibrahim Bafadal, M.P.d penerbit Bumi Aksara Hal. 35
11

DAFTAR PUSTAKA

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS), Dr. E. Mulyasa, M.Pd hal. 19-29
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Dr. Ibrahim Bafadal, M.P.d penerbit Bumi Aksara
Hal. 35

Anda mungkin juga menyukai