Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan,
penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam
bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status
gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita
untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh
kembang balita melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana
(KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Satu posyandu
melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan
penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk
posyandu baru (Depkes RI, 2006).
Rumusan Masalah
1. Apa itu posyandu dan apa saja kegiatan di Posyandu?
2. Apa saja jenis imunisasi yang diberikan pada bayi serta bagaimana jangkauan
pemberiannya?
3. Apa saja jenis imunisasi yang diberikan pada ibu hamil serta bagaimana jangkauan
pemberiannya?
4. Apa saja masalah imunisasiyang terjadi di Posyandu desa Mawar?
5. Apa saja penyebab masalah yang berhubungan dengan cakupan imunisasi?
6. Apa saja solusi yang dapat diberikan berdasarkan masalah-masalah yang terjadi?
2

Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Posyandu serta kegiatan yang diselenggarakan di dalamnya
2. Menjelaskan jenis imunisasi yang diberikan pada bayi serta jangkauan pemberiannya
3. Menjelaskan jenis imunisasi yang diberikan pada ibu hamil serta jangkauan
pemberiannya
4. Mengidentifikasi masalah imunisasi yang terjadi di Posyandu desa Mawar
5. Menganalisis penyebab masalah yang berhubungan dengan cakupan imunisasi
6. Memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang ada

















3

BAB II
PEMBAHASAN

POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai
layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan
perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan
kesejahteraan sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan
masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi
mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).
Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup
sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.




4

Tujuan
1. Tujuan Umum:
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1. Bayi
2. Anak balita
3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)

Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan
terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
5

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait
dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

Kegiatan Posyandu
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggibadan, pengukuran
tekanan darah, pemantauannilai status gizi (pengukuran lingkar lengan
atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB
6

pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader.
Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai
dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai
berikut:
Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan gizi
Perawatan payudara dan pemberian ASI
Peragaan pola makan ibu hamil
Peragaan perawatan bayi baru lahir
Senam ibu hamil
b) Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama).
3) Perawatan payudara.
4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh
petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
c) Bayi dan Anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang
pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita
sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan
pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan
sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan
yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1) Penimbangan berat badan
7

2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan dan konseling
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian
kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat
dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan
peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD
dan implant.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis
imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan
dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin
A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita
yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian
oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh
petugas kesehatan.
Pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri dari 5 progran utama yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi,
dan penanggulangan Diare yang dilakukan dengan Sistem lima Meja antara lain :
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan bayi dan Balita
Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
Meja IV : Penyuluhan peorangan meliputi :
8

a. Mengenai balita berdasar hasil penimbangan berat badannya naik atau tidak naik,
diikuti dengan pemberian makanan tambahan, oralit dan vitamin A.
b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan pemberian tablet besi.
c. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB mandiri.
Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,
Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat.
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan
oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya
(Depkes RI, 2006).

IMUNISASI PADA BAYI

Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif
terhadap penyakit menular (Mansjoer, 2000). Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan
aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin dalam tubuh bayi atau
anak. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan
diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Yang dimaksud dengan imunisasi dasar lengkap
menurut Ranuh dkk (2001), adalah pemberian imunisasi BCG 1x, hepatitis B 3x, DPT 3x,
polio 4x dan campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun.

Tujuan pemberian imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2001)
Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu Polio,
Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC dan Hepatitis B (Depkes, 2000).
Dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian imunisasi adalah memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud menurunkan kematian dan kesakitan serta
mencegah akibat buruk lebih lanjur dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Macam-macam Imunisasi Dasar menurut Theophilus (2007)
9

1. Imunisasi BCG
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang dilemahkan,
diberikan secara intracutan dengan dosis 0,05 ml pada insertio muskulus deltoideus.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita leukimia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka
panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi :
a. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu
dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Bila tidak ada scar berarti
imunisasi BCG tidak jadi, maka bila akan diulang dan bayi sudah berumur lebih
dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux (tuberkulin).
b. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
(pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
b. Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu tinggi. Keadaan
ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
2. Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis, dan
tetanus. Difteri adalah suatuinfeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi
bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangn batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang serius seperti pneumonia,
kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan kekakuan
pada rahang serta kejang.
10

Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang
dari 7 bulan. biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan
pada otot paha secara subcutan dalam. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu
pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III), selang
waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.
DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan seperti demam ringan atau nyeri di
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karen adanya
komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan DPT
menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
a. Demam tinggi (lebih 40,5
0
celcius)
b. Kejang
c. Kejang demam (risiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarga)
d. Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
Kontraindikasi dari pemebrian imunisasi DPT adalah jika anak mempunyai riwayat
kejang. Pemberian imunisasi yang boleh diberikan adalah DT, yang hanya dapat
diperoleh di Puskesmas (kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT) yang mengandung
10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian
vaksin pertusis) (Ranuh,dkk, 2005).
1-2 hari setelah mendapat suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,
kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Untuk mengurangi
nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres atau lebih sering menggerak-
gerakkan lengan maupun tulang tungkai yang bersangkutan.
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau
tungkai.Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot
untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali
(polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vakin polio
diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio :
11

a. Diare
b. Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
c. Kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis
pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan
antibodi sampai tingkat yang tertinggi.
4. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi
campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian. Vaksin disuntikkan secara subcutan sebanyak 0,5 mL. Jika terjadi wabah
campak, dan ada bayi yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh
diberikan.
Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai berikut :
a. Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38
0
Celcius
b. Gangguan system kekebalan
c. Pemakain obat imunosupresan
d. Alergi terhadap protein telur
e. Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
f. Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konujungtivitis
dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).
5. Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu
infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0)
diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2
bulan, bayi mendapat imunisasi HB I dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB
II. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. vaksin
disuntikkan pada otot paha secara subcutan dalam dengan dosis 0,5 mL.
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-
benar pulih. Efek samping dari vaksin HB adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan)
dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang
akan hilang dalam beberapa hari.
12

Pelayanan imunisasi rutin
Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi :
a. Pada Bayi : Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan campak
b. Pada anak sekolah : DT, Campak dan TT
c. Pada WUS : TT

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin
DPT dan HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Tempat Lahir Bayi
UMUR VAKSIN TEMPAT
Bayi lahir di rumah :
0 bulan HB 1 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu*
2 bulan DPT 1, HB 2, Polio 2 Posyandu*
3 bulan DPT 2, HB 3, Polio 3 Posyandu*
4 bulan DPT 3, Polio 4 Posyandu*
9 bulan Campak Posyandu*
Bayi lahir di RS/RB/Bidan Praktek :
0 bulan HB 1, Polio 1, BCG RS/RB/Bidan
2 bulan DPT 1, HB 2, Polio 2 RS/RB/Bidan#
3 bulan DPT 2, HB 3, Polio 3 RS/RB/Bidan#
4 bulan DPT 3, Polio 4 RS/RB/Bidan#
9 bulan Campak RS/RB/Bidan#
*: Atau tempat pelayanan lain
#: Atau posyandu





13

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin
DPT dan HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Frekuensi dan Selang
Waktu dan Umur Pemberian
VAKSIN PEMBERIAN
IMUNISASI
SELANG
WAKTU
PEMBERIAN
MINIMAL
UMUR KETERANGAN
BCG 1x -
0-11
BULAN

DPT 3x (DPT 1,2,3) 4 MINGGU
2-11
BULAN

POLIO
4x (POL.
1,2,3)
4 MINGGU
0-11
BULAN

CAMPAK 1x -
9-11
BULAN

HEP.B
3x (HEP.B
1,2,3)
4 MINGGU
0-11
BULAN
Untuk bayi alhir di
RS/Pusk/RB/Rumah
oleh Nakes
Pelaksana HB
segera diberikan
dalam 24 jam
pertama kelahiran,
vaksin BCG, Polio,
diberikan sebelum
bayi pulang ke
rumah

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Sekolah
IMUNISASI
ANAK SEKOLAH
PEMBERIAN IMUNISASI DOSIS
Kelas 1 DT
Campak
0,5 cc
0,5 cc
14

Kelas 2 TT 0,5 cc
Kelas 3 TT 0,5 cc


IMUNISASI PADA IBU HAMIL
Program Imunisasi TT Ibu Hamil
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian
dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Untuk mencapai hal
tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan
merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang memadai. (Dinkes Jambi, 2003).
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan
kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan
terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, yang
pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung (komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui
kunjungan rumah. Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan
atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI, 2005).

Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali,
maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan
pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai TT
ulang juga.
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan
berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup
mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.

Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
15

2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan
secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan
interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk
mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan
diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1
tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan
secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama.
3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama
4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untukhari
berikutnya.

Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada
lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala
demam. (Depkes RI, 2005).

Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
a. Deskripsi
Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin
mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
b. Kemasan Vaksin
16

Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin
terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan. (Depkes RI,
2005).
c. Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis
pertama TT. (Depkes RI, 2005).
d. Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. (Depkes RI, 2005).
e. Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung. (Depkes RI, 2005).

Keadaan suhu terhadap umur vaksin TT

VAKSIN PADA SUHU DAPAT BERTAHAN
SELAMA
TT -0,5
0
C
Maximal

jam
-5
0
C s/d -10
0
C Maximal 1,5 2 jam
Beberapa
0
C diatas suhu
udara luar (ambient
temperature < 34
0
C)
30 hari

Sumber : Depkes RI, 2005

Tetanus Neonatorum
a. Pengertian
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Clostridium Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang
terawat dan terjadi pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN
17

berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-
28 hari tanpa pemeriksaan laboratorium. (Sudarjat S, 1995).
b. Penularan TN
Penularan TN sebagai akibat memotong tali pusat dengan peralatan tidak steril dan
terkontaminasi dengan ekskreta hewan atau tanah yang mengandung spora tetanus
sebagai balutan atau tali akar untuk mengikat tali pusat. Tetanus Neonatorum
penularannya secara langsung atau tak langsung melalui luka yang ada pada bayi,
biasanya terjadi akibat infeksi pada luka di pusar bekas pemotongan tali pusat dengan
menggunakan alat yang terkontaminasi. Disamping itu infeksi dapat pula terjadi jika
luka pusar bayi diobati atau diberi zat-zat yang terkontaminasi. (George D, 1995).
c. Masa Inkubasi TN
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat
terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman. (Sudarjat S, 1995).
d. Tanda Klinis TN
Tanda-tandanya terdapat pada bayi baru lahir (neonatus) sampai umur kurang dari 28
hari, biasanya beberapa hari sesudah lahir dengan gejala-gejala bayi mulamula masih
bisa menetek/minum, lama kelamaaan karena otot rahang kejang, maka sulit
membuka mulut sehingga bentuk mulut bayi mencucu seperti mulut ikan, lama
kelamaan otot pernafasan kejang, tidak lama kemudian bayi kelihatan biru, kejang-
kejang sampai meninggal dunia. (SubDit Imunisasi,Ditjen PPM &PLP,1992).
e. Pencegahan TN
Untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dilakukan imunisasi aktif dengan
toksoid tetanus pada ibu hamil menjelang kelahiran bayi dan seandainya kelahiran
seorang bayi ditolong oleh dukun, bayi secepatnya dibawa ke dokter/puskesmas untuk
mendapat imunisasi pasif dengan serum anti tetanus. (Markum A.H, 1987). Vaksin
TT memiliki efektifitas yang sangat tinggi dan pemberiannya mudah, sehingga tujuan
untuk melindungi bayi terhadap TN dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat.
(Panitia PIN, 1996). Untuk mendapatkan perlindungan seumur hidup terhadap TN
maka diperlukan pemberian imunissi TT 5 dosis dengan interval waktu sesuai
ketentuan. Untuk merekam pemberian imunisasi TT tersebut diperlukan alat pantau
yang dapat dipergunakan seumur hidup (Panitia PIN, 1996).

Pada tabel di bawah ini akan diperlihatkan hubungan antara dosis vaksin yang
diterima dengan interval pemberian dan lama perlindungan.
18

Jadwal Pemberian Imunisasi TT 5 Dosis
Pemberian
Imunisasi (Status
TT)
Interval waktu
pemberian minimal
Masa perlindungan Dosis
TT 1 - - 0,5 cc
TT 2
4 minggu setelah TT
1
3 tahun 0,5 cc
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
TT 5 1 tahun setelah TT 4
25 tahun/seumur
hidup
0,5 cc

Sumber : Panitia PIN Pusat Jakarta Tahun 1996














19

BAB III
ANALISIS KASUS

Analisis secara Epidimiologi
Data yang didapatkan.
1 puskesmas melati -> 13 desa. 1 bidan/desa.
Desa mawar -> 4 dusun -> 4 posyandu
Posyandu Jmlh
RT
Jmlh
Balita
Balita
9bln
Hamil
1bln
Hamil
2bln
Hamil
3bln
Hamil
4bln
Hamil
6bln
Hamil
7bln
Hamil
9bln
Mangga 5 57 2 - 2 - - 1 - 1
Apel 5 51 1 1 - - 2 - - 2
Salak 8 109 3 1 - 2 - - - 2
Jeruk 8 74 2 - - - - - 2 1
Total 26 291 8 2 2 2 2 1 2 6

Target cakupan imunisasi menurut Dinkes Kabupaten setempat : 80%
Cakupan imunisasi di desa Mawar thn 2012 :
BCG 60%
DPTHB 1 55%
DPTHB 2 53%
DPTHB 3 50%
POLIO 65%
CAMPAK 45%
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa masalah di desa Mawar adalah cakupan imunisasi
yang kurang karena sebagiab besar ibu di desa Mawar bekerja sebagai buruh tani yang masih
memegang adat istiadat setempat yang menghambat pelaksanaan imunisasi di Posyandu.
Cakupan penimbangan balita di Posyandu (D/S) merupakan alat ukur tinggi rendahnya
partisipasi masyarakat di Posyandu yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada
20

balita, cakupan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevalensi gizi kurang. Semakin
tinggi cakupan D/S maka semakin tinggi cakupan vitamin A dan cakupan imunisasi sehingga
semakin rendah prevalensi gizi kurang (RAPGM, 2010-1014). Dampak dari kurang aktifnya
balita datang ke Posyandu yaitu tidak terpantaunya tumbuh kembang balita, balita kurang
mendapat stimulus, tidak mendapat imunisasi dasar, tidak mendapatkan vitamin A dan balita
dengan status gizi buruk. Di Indonesia, menurut laporan UNICEF (2006), kasus gizi buruk
menjadi 2,3 juta jiwa, atau meningkat dari 1,8 juta pada tahun 2004-2005. Peningkatan balita
gizi buruk di Indonesia tersebut sangat mengkhawatirkan, karena dapat menyebabkan "lost
generation".
Jika cakupan imunisasi di desa Mawar kurang, tidak menutup kemungkinan bahwa balita di
desa Mawar akan terserang penyakit menular yang diakibatkan imunisasi yang tidak lengkap.

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
a. Tuberculosis
Tuberculosis yakni penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis, yang pada umumnya sering mengenai paru-paru, tetapi dapat
juga mengenai organ-organ lainnya, seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis
dan lain-lain.
Seseorang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit
tuberculosis aktif. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi maka terjadi
respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Satgas IDAI,
2008).
b. Difteri
Difteri yaitu suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated desease dan disebabkan
oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Seseorang anak dapat terinfeksi difteria
pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang
menghambat sintesis protein selular dan menyebabkan destruksi jaringan setempat
dan terjadilah suatu selaput/ membran yang dapat menyumbat jalan nafas.
c. Tetanus
Tetanus yaitu penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis disebabkan oleh eksotoksin
yang diproduksi bakteri Clostridium tetani yang umumnya terjadi pada anak-anak.
perawatan luka, kesehatan gigi dan telinga merupakan pencegahan utama terjadinya
tetanus disamping imunisasi terhadap tetanus baik aktif maupun pasif.

21

d. Pertusis atau Batuk Rejan
Pertusis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis,
yakni bakteri batang yang bersifat gram negatif dan membutuhkan media khusus
untuk isolasinya.
Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya penumpukan lendir dalam saluran nafas
akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh dan berakibat terjadinya batuk
paroksismal. Pada serangan batuk seperti ini, pasien akan muntah dan sianosis,
menjadi sangat lemas dan kejang.
Demikian juga, bayi dan anak prasekolah mempunyai resiko terbesar untuk terkena
pertusis termasuk komplikasinya. Pengobatannya dapat dilakukan dengan antibiotik
khususnya eritromisin dan pengobatan suportif terhadap gejala batuk yang berat,
sehingga dapat mengurangi penularan.
e. Campak (Measles)
Campak yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular
pada anak-anak, ditandai dengan gejala panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan
ditemukan spesifik enantem, diikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh.
f. Polio
Polio yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medula
spinalis yang secara klasik dapat menimbulkan kelumpuhan, kesulitan bernafas dan
dapat menyebabkan kematian. Gejalanya ditandai dengan menyerupai influenza,
seperti demam, pusing, diare, muntah, batuk, sakit menelan, leher dan tulang belakang
terasa kaku.
g. Hepatitis-B
Hepatitis B yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis-B (VHB) yang
dapat menyebabkan kematian, biasanya tanpa gejala, namun jika infeksi terjadi sejak
dalam kandungan akan menjadi kronis, seperti pembengkakan hati, sirosis dan kanker
hati, jika terinfeksi berat dapat menyebabkan kematian.







22

Kausa dan Alternatif Kausa
a. Kausa
Cakupan imunisasi di desa Mawar yang kurang baik

b. Alternatif Kausa
Puskesmas yang kurang, hanya satu puskesmas pada satu wilayah (13 desa)
Tenaga kesehatan yang kurang memadai
Sebagian besar ibu desa Mawar bekerja sebagai buruh tani, yang masih memegang
adat istiadat setempat sehingga menghambat pelaksanaan imunisasi
Jarak antara posyandu satu dengan yang lain. Karena pelaksanaan imunisasi akan
digabung di salah satu posyandu apabila jumlah balita sasaran kurang dari aturan
yang ada

Alternatif penyelesaian masalah
1) Menambah jumlah puskesemas pembantu dengan jarak yang dapat dijangkau.
Pembangunan Baru Puskesmas
Pembangunan baru Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.
Persyaratan pembangunan baru Puskesmas adalah :
a. Persyaratan Umum
1. Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada :
- Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
- Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas.
- Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000
penduduk.
- Wilayah kerja sangat luas.
- Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam, jalur
hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau terjadinya
masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.
- Dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/2004 disebutkan
dengan jelas bahwa secara nasional standart wilayah Puskesmas
adalah satu Kecamatan

23

2. Lokasi Puskesmas :
- Di area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun sarana
transportasi, dari seluruh wilayah kerjanya.
- Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.
3. Persyaratan Puskesmas :
- Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas
- Ketersediaan tenaga kesehatan oleh Pemda

Pembangunan Baru Pustu (Puskesma Pembantu)
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, maka sasaran kesehatan
strata pertama lebih ditujukan pada peningkatan Puskesmas Pembantu (Pustu)
menjadi Puskesmas. Untuk itu pembangunan baru Pustu tidak diprioritaskan akan
tetapi apabila diperlukan, dengan memenuhi berbagai pertimbangan maka
pembangunan baru Pustu tetap dapat dilakukan.
a. Persyaratan Umum
1. Kebutuhan akan adanya Pustu, karena :
- Adanya desa baru, yang disebabkan oleh pemekaran wilayah desa.
- Terjadinya bencana alam, yang mengakibatkan kerusakan total pada
Pustu.
- Relokasi Pustu, yang disebabkan adanya jalur hijau, perubahan tata
ruang wilayah, terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.
2. Lokasi :
- Berada di tengah pemukiman penduduk.
- Kepadatan penduduk, berkisar antara 3.000 5.000 penduduk, atau
terdapat pertimbangan lain.
- Jarak lokasi pembangunan baru Pustu dengan sarana kesehatan lain,
dengan kisaran 3 5 km, atau terdapat pertimbangan lain.

2) Penambahan jumlah tenaga kesehatan
Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,
bahwa tujuan penempatan/distribusi tenaga kesehatan adalah untuk tercapainya
pemerataan pelayanan kesehatan.
Pada dasarnya kebutuhan SDM Kesehatan dapat ditentukan berdasarkan :
a. Kebutuhan Epidemiologi penyakit utama masyarakat,
24

b. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan
c. Sarana upaya pelayanan, 4. Standar atau rasio terhadap nilai tertentu (Depkes,
2004).
Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas sesuai dengan SK Mendagri No. 23 tahun
1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas adalah :

Kebutuhan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas
Jenis Tenaga Puskesmas Non
DTP
Puskesmas DTP Puskesmas
Pembantu
1. Dokter 2 3 -
2. Perawat 1-3 2-4 -
3. Bidan 2-3 5 1
4. Paramedis 10 11 1

Sampai saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai masalah yang berkaitan
dengan SDM Kesehatan, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas pada
tahun 2007 adalah 168.377 orang, dokter umum sebanyak 10.763 orang (PNS dan
PTT), dokter gigi sebanyak 4.296 orang (Profil Indonesia Sehat 2007). Dengan
jumlah puskesmas sebanyak 8.015 buah, maka rata-rata setiap puskesmas dilayani
oleh 1-2 orang dokter umum, dan tidak semua puskesmas sudah terlayani oleh
dokter gigi.
Rasio tenaga kesehatan dibagi 100.000 penduduk pada tahun 2007 dibandingkan
target Indikator Indonesia Sehat 2010 adalah sebagai berikut :

Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk di Indonesia tahun 2007
No Jenis Tenaga Kesehatan Rasio Target 2010
1 Dokter Spesialis 1,87 6
2 Dokter Umum 11,78 40
3 Dokter Gigi 3,35 11
4 Perawat 76,36 117
5 Bidan 22,70 100
25

Dari data tersebut terlihat jelas perbedaan antara ketersediaan puskesmas dan tenaga
dokter sebagai penegak diagnosis penyakit. Dengan tidak meratanya jumlah tenaga
kesehatan mengakibatkan mutu pelayanan kesehatan menjadi kurang optimal
terutama pada Puskesmas terpencil di Indonesia

3) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya posyandu kepada ibu-ibu di desa
Mawar


















26

BAB IV
RENCANA PROGRAM

Progam Kesehatan Masyarakat
Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat.
Sehingga untuk mengikut sertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang
kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif
yaitu, berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan
memperhitungkan sosial budaya setempat. Pada prinsipnya konsep ini sangat sederhana, mudah
pelaksanaan dan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan seta besar menfaatnya. Dalam
pelaksanaanya diperlukan kerja sama lintas sektoral dan lintas program, untuk itu pada tahun 1985
dikelurkan instruksi bersama antara Mendagri, Menkes dan Kepala BKKBN.

Program pengembangan organisasi
Keberhasilan pengembangan fungsi menajemen ini sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pimpinan.
Puskesmas menumbuhkan motivasi kerja staf dan semangat kerja sama antara staf dengan staf
lainnya di Puskesmas (lintas program), antara staf. Puskesmas dengan masyarakat, dan antara staf.
Puskesmas dengan pimpinan instansi di tingkat kecamatan (lintas sektoral).
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk melestarikan pelaksanaan perkembagan program posyandu
- Kembangkan mekanisme kerja sama yang positif antara dinas-dinas sektoral ditingkat
kecamatan, antara staf. Puskesmas sendiri dan antara Puskesmas dan organisasi formal dan
informal ditingkat desa/ dusun.
- Gali potensi masyarakat dan kembangkan kerja sama yang ada (terutama dengan PKK),
untuk dapat menunjang kegiatan program posyandu.
- Kembangkan motivasi staf dan kader kesehatan sebagai anggota kelompok kerja program
posyandu sehingga peran serta mereka dapat ditingkatkan untuk menunjang pelaksanaan
program posyandu.
Dalam suatu pengembangan organisasi, harus disertai dengan pengendalian yang bertujuan untuk
mengontrol perkembangan tersebut agar dapat tertata dengan baik.
Pengawasan dan pengendalian
27

Salah satu aspek yang diawasi selama pelaksanaan program posyandu di lapangan adalah ketrampilan
kader dalam melakukan penimbangan dan membuat pencatatan dan pelaporan posyandu
Langkah penting fungsi pengawasan dan pengendalian program posyandu ini adalah :
- Menilai apakah ada kesenjangan antara target masing-masing program dan standar unjuk
kerja staf dan kader untuk melaksanakan tugas-tugasnya? (aspek pengawasan)
- Apa analisis faktor-faktor penyebab timbulnya kesenjangan tersebut?
- Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan yang
muncul berdasarkan faktor-faktor penyebab yang sudah diidentifikasi (aspek pengendalian)

Progam Penyuluhan
1. Biasanya dilakukan oleh Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) :
Pejabat yg diberi kewenangan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan,
evaluasi dan pengembangan KKB Nasional. Bertugas penyuluhan KB dan pelayanan
kegiatan BKB, UPPKS.
2. Jenis Layanan :
a. Pelayanan KB (pil dan kondom)
b. Pelayanan Penyuluhan Ketahanan Keluarga (balita, lansia, ekonomi keluarga)
3. Penyuluhan juga bisa dilakukan oleh Kader yang bertugas

Program Pencegahan
Progam pencegahan di sesuaikan dengan progam pengembangan yang ada, sehingga bisa
mengantisipasi dan mengendalikan proses pengembagan yang ada,







28

BAB V
REKOMENDASI
Rekomendasi disini didasarkan pada solusi secara umum dengan melihat masalah
yang ada di masyarakat.
Mengadakan posyandu keliling. Biasanya ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5
sampai 12 kali setahun.
Penjemputan ibu-ibu yang memiliki balita wajib imunisasi oleh kader posyandu
Memberikan hadiah berupan makanan yang bergizi atau bingkisan kepada ibu-ibu
yang menghadiri posyandu dan memberikan sanksi/denda berupa pemberian
makanan jika ibu
Dalam posyandu bisa diberikan contoh bagaimana memberi makan yang benar dan
bergizi













29

DAFTAR PUSTAKA

(Mansjoer, 2000). Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada
seseorang secara aktif terhadap penyakit menular
(Ranuh dkk, 2001). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak
pernah terjadi penyakit
(Depkes, 2005). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan diatas ambang perlindungan
Theophilus (2007). Macam-macam Imunisasi Dasar menurut
(Dinkes Jambi, 2003). Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat
mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas
pelayanan yang memadai
(Depkes RI, 2005). Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan
atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.
(Sudarjat S, 1995) Pengertian Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh kuman Clostridium Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang
kurang terawat
(George D, 1995) Disamping itu infeksi dapat pula terjadi jika luka pusar bayi diobati atau
diberi zat-zat yang terkontaminasi.
(Panitia PIN, 1996) Untuk merekam pemberian imunisasi TT tersebut diperlukan alat pantau
yang dapat dipergunakan seumur hidup
(Depkes, 2004) Sarana upaya pelayanan, 4. Standar atau rasio terhadap nilai tertentu
Saadah, Nurlailis. Santosa, Budi Joko. Sari, Yuni Sari ; 2012, Hubungan Antara
Kelengkapan Fasilitas Posyandu Dengan Partisipasi Masyrakat di Posyandu; Madiun ;
30

2011. Pedoman Umum Penelolaan Posyandu Kementerian Kesehatan RI bekerja sama
dengan Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL POSYANDU) Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan secara tidak
langsung turut mendukung pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs)
Tahun 2004, Keputusan Menteri Republik Indonesia, pedoman penyelenggaraan informasi.
1059
2008. Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun
(Wahab, 2000) Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling
efektif untuk bayi dari segi biaya.

Anda mungkin juga menyukai