Bruce E. Brockstein dan Eerett E. !okes PRINSIP KEMOTERAPI Penggunaan kemoterapi pada keganasan bertujuan untuk eradikasi kanker secara sistemik atau mengontrol secara lokoregional apabila digunakan bersamaan dengan pembedahan atau radioterapi. Penderita mendapat kemoterapi pada keadaan metastasis baik makroskopik maupun mikroskopik. Metastasis secara makroskopik adalah penderita dengan bukti klinik maupun radiologik terdapat penyebaran tumor. Metastasis secara mikroskopik terdapat deposit kecil metastatik sel tumor yang secara klinik tidak terdeteksi, yang apabila tidak diobati akan menjadi metastasis makroskopik. Pada keadaan ini digunakan kemoterapi secara ajuvan maupun neoajuvan. Secara praktis, kesembuhan hanya didapatkan pada sedikit tipe keganasan lanjut, dan pada beberapa penderita dengan tumor padat lanjut tidak dapat diterapi dengan pengobatan yang intensif. Kemoterapi potensial untuk menyembuhkan penderita dengan kanker testis, kanker paru small cell, kanker ovarii, limfoma, leukemia, dan sarkoma pada anak maupun dewasa muda. Secara mikroskopik atau untuk ajuvan, kemoterapi efektif untuk kanker payudara, kanker kolon, osteosarkoma, dan beberapa tumor padat pada anak. Ditambahkan, kemoterapi memegang peranan penting sebagai kombinasi dengan radioterapi pada kanker kepala dan leher, dan tumor pada stadium intermediate. Keberhasilan kemoterapi tergantung besar tumor, persentase sel tumor yang responsif terhadap kemoterapi pada siklus sel, dan jumlah sel yang menunjukkan resisten secara bawaan atau didapat terhadap obat kemoterapi. bat kemoterapi yang efektif harus mempunyai toksisitas yang lebih besar pada sel tumor dibanding jaringan normal. bat kemoterapi dapat diklasifikasikan pada beberapa kategori tergantung pada mekanisme kerjanya. !lkilating agen menembus D"! dan mempengaruhi replikasi. #ermasuk kelompok ini nitrogen mustard, siklofosfamid, dan $ klorambusil. %isplatin dan beberapa obat tambahan, meliputi antibiotik antitumor do&orubicin '!driamicin(, bleomicin, dan mitomicin %, juga bekerja dengan mengikat D"!. !ntimetabolit secara aktif mempengaruhi metabolisme seluler, biasanya dengan menghambat satu atau lebih dari en)im target. *eberapa obat yang bekerja pada kanker kepala dan leher termasuk pada kelompok ini, meliputi metotreksat, +, fluorourasil '+,-.(, hidroksiurea dan gemcitabine. *ahan alami alkaloid vinca, termasuk vinkristin, vinblastin dan vinoralbine, mempengaruhi mitosis. #a&anes, golongan obat baru, meliputi paclita&el '#a&ol( dan doceta&ol '#a&otere(. /uga dari derivat tanaman dan menstabilkan mikrotubulus, membuat tidak mampu terjadi mitosis. 0olongan obat baru lainnya, inhibitor topoisomerase 1, meliputi irinotecan dan topotecan, mencegah pengelepasan dan kemudian replikasi D"!. 2ormon juga sering digunakan untuk terapi sistemik keganasan, meskipun tidak ada aturan yang baku pada pengobatan kanker kepala dan leher. 1nterferon dan interleukin, mempunyai peran pada kanker sel ginjal dan melanoma, dan baru dalam penelitian sebagai tambahan pada transplantasi sumsum tulang dan pengobatan lainnya. #erapi gen meskipun belum efektif secara klinik pada onkologi, kini sedang dalam penelitian. *ahan sistemik dengan mekanisme kerja baru sedang dalam penelitian untuk terapi tumor padat. bat kemoterapi lebih efektif apabila digunakan secara kombinasi. Pada obat tertentu yang digunakan sebagai kombinasi untuk penyakit, obat yang terbukti dengan aktivitas tunggal biasanya yang dipilih. 1dealnya obat harus tidak saling tumpang tindih efek toksisnya, dan waktu pemberian obat harus mempertimbangkan kemungkinan interaksi farmakologis. Pemberian kemoterapi memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang farmakologi, mekanisme kerja, toksisitas umum dan organ khusus, dan spektrum aktivitas. Ta"e# $%&'. O"at&o"at ke(otera)i 0olongan obat %ontoh !lkilating agen "itrogen mustard, siklofosfamid, klorambusil, melphalan, nitrosourea, cisplatin. !ntimetabolit Metotreksat, +,fluorourasil, citosin arabinosida, 3 hidroksiurea, gemcitabin. Produk alami 4inca alkaloid 4inkristin, vinblastin, vinorelbin. !ntibiotik Do&orubisin, bleomisin, dactinomisin Mitomisin %, etoposide #a&anes Paclita&el, doceta&el. #opoisomerase 1 1rinotecan, topotecan inhibitors 2ormon #amo&ifen, leuprolide. Peran dari a*#i THT&KL !hli #2#,K5 sering dimintai konsultasi untuk membantu mencegah atau mengobati efek samping kemoterapi atau komplikasi kanker. .mumnya kondisi patologis pada mulut. Mukositis yang disebabkan oleh kemoterapi harus dibedakan dari infeksi oleh bakteri, candida, atau virus seperti herpes atau cytomegalovirus. %aries gigi dapat mengakibatkan abses gigi pada penderita dengan netropeni. Demikian juga abses tonsil atau retrofaring dapat terjadi. Kemoterapi umumnya dapat menyebabkan disgeusia, yang sangat mengganggu penderita. Stridor dan obstruksi jalan nafas dapat terjadi akibat tumor lokal, edema yang disebabkan radiasi atau reaksi alergi terhadap obat kemoterapi derivat dari produk alami. PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN KEMOTERAPI Sekitar sepertiga penderita dengan karsinoma sel skuamosa terbatas sebagai lesi stadium awal, dan duapertiga dengan penyebaran lokoregional. leh karena metastasis jauh terdapat kurang dari 36 7 penderita, pengobatan kanker kepala dan leher secara tradisional difokuskan pada lokoregional, meliputi pembedahan dan radioterapi. #indakan ini sendiri hanya dapat mengobati sebagian besar penderita dengan penyakit stadium 1 dan 11. .ntuk penderita dengan perluasan penyakit lokoregional, kurang dari 86 7 dapat disembuhkan meskipun penggunaan keduanya dalam suatu rangkaian. !ngka kesembuhan yang rendah ini 8 memerlukan penelitian. Sebanyak +6 7 penderita dengan penyebaran penyakit ke nodal terdapat penyebaran metastasis mikroskopik secara sistemik, meningkatkan kemungkinan angka kekambuhan sistemik yang tinggi apabila penyebaran awal lokoregional gagal dicegah. #ujuan utama penelitian pengobatan pada kanker kepala dan leher adalah untuk meningkatkan angka penyembuhan. #ujuan kedua adalah menurunkan skuele jangka panjang akibat pembedahan dan radioterapi dan membuat organ tetap terpelihara. Pada dua dekade terdahulu, strategi penelitian klinik difokuskan pada penambahan kemoterapi sebagai pengobatan terhadap kanker kepala dan leher dengan dua tujuan tersebut. Penderita dengan kekambuhan, penyakit yang nonoperatif yang gagal dengan pembedahan atau radioterapi atau penyakit dengan metastasis, saat ini dapat diobati dengan kemoterapi. #ujuan pengobatan ini adalah paliatif dan atau memperpanjang hidup penderita. Pengobatan yang dipilih adalah dengan latar belakang pada percobaan klinik obat baru atau kombinasi. PER+OBAAN KLINIK bat,obat antitumor dan pendekatan terapi baru dilakukan ujicoba pada beberapa fase percobaan klinik sebelum dapat diterima atau ditolak. Kebanyakan pemberian kemoterapi harus sebagai bagian dari desain percobaan klinik yang hati,hati dengan tujuan penelitian yang jelas termasuk alur kerja dan metodologi yang baku. Perco"aan ,ase I Percobaan fase 1 adalah meneliti toleransi dan farmakologi obat baru pada manusia. 2asil akhir penelitian ini adalah menentukan dosis maksimal yang dapat ditoleransi 'maximally tolerated dose, M#D( dan spektrum toksisitas pada manusia yang akan diberikan obat. Percobaan kohort dari 8 sampai 9 penderita yang diobati dengan dengan dosis eskalasi, biasanya dimulai dengan sepersepuluh dosis yang menyebabkan kematian pada sepersepuluh dosis pengobatan tikus pada percobaan binatang. Dosis dinaikkan sampai M#D, biasanya didefinisikan sebagai dosis yang tercapai pada 867 atau lebih sedikit pada penderita yang berkembang reaksi toksik berat. : bat baru atau kombinasi obat yang diketahui sebelumnya bukan sebagai kombinasi dapat diteliti dengan latar belakang ini. leh karena tujuan akhir dari penelitian ini adalah M#D, penderita dengan variasi tipe tumor dapat diterima jika tidak ada standar terapi yang didefinisikan perubahan untuk dicapainya kesembuhan terdapatnya respon. Meskipun penentuan toksisitas adalah titik akhir utama dari percobaan, pengamatan klinik dari pengobatan penderita adalah penyusutan tumor dan membaiknya gejala. Perco"aan ,ase II Percobaan fase 11 berusaha menentukan aktivitas terapeutik obat baru atau kombinasi obat pada penyakit dan stadium yang spesifik pada dosis yang ditentukan. Sebagai contoh meliputi penggunaan obat baru pada penderita kanker kepala dan leher yang kambuh atau dengan metastasis, atau penggunaan kombinasi obat sebelum pembedahan atau radioterapi. #ujuan akhir adalah menentukan aktivitas, penentuan tingkat respon dan penerimaan tingkat toksisitas. .ntuk mengukur tingkat respon, penting untuk secara hati,hati menentukan kriteria respon. ;espon komplet didefinisikan sebagai hilangnya secara komplet semua kondisi klinik yang dapat dideteksi, hilangnya penyakit secara mikroskopik pada pembedahan atau biopsi adalah sebagai tanda respon komplet secara histologik. ;espon parsial adalah penurunan ukuran rata,rata besar tumor +6 7 atau lebih, diukur dengan menghitung ukuran terbesar secara tegaklurus. ;espon komplet atau parsial harus paling kurang selama minimal 3< hari untuk dapat berarti secara klinik. Penyakit stabil diartikan pengurangan ukuran rata,rata tumor kurang dari +6 7, dan penyakit progresif diartikan penampakan lesi baru atau penambahan ukuran tumor 3+ 7 atau lebih. Semua tingkat respon obat baru dan obat kombinasi meliputi semua penderita yang mengalami respon komplet atau parsial dan ini ditunjukkan sebagai persentase semua penderita yang dimasukkan dalan percobaan. Masalah khusus yang sulit adalah menentukan respon penderita kanker kepala dan leher dengan pengobatan lebih dari satu macam yaitu kemoterapi, radiasi dan atau pembedahan. =dem dan fibrosis sulit dibedakan dengan tumor secara klinik maupun radiologik, sehingga biopsi pada respon komplet diperlukan untuk mengambil keputusan klinik dan laporan respon hasil percobaan klinik. + Perco"aan ,ase III !pabila informasi yang diperoleh pada fase 11 menunjukkan bahwa suatu obat baru atau kombinasi mempunyai aktivitas anti tumor, pada percobaan fase 111 obat ini dibandingkan dengan obat standar. Percobaan fase 111 membandingkan dua pengobatan secara random. !ktivitas terapi dan toksisitas sebagai tujuan akhir ' contoh obat baru dengan aktivitas sama tetapi mempunyai toksisitas yang kurang disebut lebih unggul(. Survival penderita adalah paling umum dan dipilih sebagai hasil akhir percobaan fase 111. leh karena untuk menentukan perbedaan secara signifikan pada survival memerlukan jumlah penderita yang banyak, penelitian ini biasanya terdiri dari beberapa institusi. Percobaan fase 111 sulit untuk diterapkan pada tumor kepala dan leher oleh karena insiden tumor ini relatif rendah, anatomi yang heterogen, dan perbedaan standar pendekatan bedah dan raditerapi yang berbeda pada tiap,tiap institusi. Penggunaan survival sebagai hasil akhir dipengaruhi dengan usia tua pada beberapa pendeita pada saat terdiagnosis dan insiden kompliksi yang tinggi dan keganasan kedua, yang sering dapat mengaburkan hasil. .ntuk menutupi masalah yang terjadi sebagai hasil dari rendahnya insiden penyakit ini, kebanyakan percobaan kemoterapi pada kanker kepala dan leher bukan merupakan penelitian yang spesifik pada tempat tertentu, meskipun kebanyakan memenuhi syarat sebagai karsinoma sel skuamosa secara histologik. Pendekatan ini valid, sebab perbedaan tingkat respon antara kebanyakan tempat pada kepala leher 'dengan kekecualian kanker nasofaring( tidak dapat ditunjukkan secara konsisten. *eberapa faktor prognostik mempengaruhi disain dan hasil percobaan. .mumnya, penderita yang mendapat pengobatan lebih banyak sebelumnya, kurang respon terhadap pengobatan lainnya. /uga perluasan penyakit dan ukuran besarnya masa mempengaruhi tingkat respon, "$ limponodi yang kecil kebanyakan lebih respon daripada limponodi "8 besar. Status keadaan sebelum pengobatan juga merupakan faktor prognostik penting. *eberapa skala dikembangkan untuk mengukur performance status. Selama ini yang sering digunakan adalah skala Karnofsky 'aktivitas 6 > $66 7( dan #he =astern %ooperative ncology 0roup '=%0( scale, yang membagi penderita menjadi + 9 kategori, PS 6, aktivitas penuh ? PS $ aktivitas penuh tetapi menunjukkan gejala penyakit? PS 3 penurunan aktivitas tetapi dapat berjalan lebih dari +6 7 waktunya? PS 8 penurunan aktivitas dengan dapat berjalan kurang dari +6 7 waktunya? PS : hanya ditempat tidur. Kebanyakan percobaan kemoterapi hanya pada PS 6 sampai 3 ' lebih baik dari 96 7 skala Karnofsky( . Penderita dengan PS yang jelek sering tidak mempunyai harapan hidup paling sedikit < minggu 'dua siklus kemoterapi dengan dasar tiap bulan( untuk dievaluasi, toleransi terhadap kemoterapi sangat jelek, dan tidak berespon terhadap kemoterapi sangat tinggi. Derajat diferensiasi morfologi tumor tidak secara meyakinkan menunjukkan sebagai faktor prognostik. KEMOTERAPI STANDAR -NT-K KANKER METASTASIS ATA- REK-REN Kemoterapi secara tradisional dipertimbangkan sebagai standar terapi hanya pada penderita yang ditandai dengan metastasis sistemik, yang rekuren, atau persisten setelah pengobatan lokal. Sekarang, kemoterapi dipertimbangkan sebagai komponen standar, bersama radioterapi, untuk terapi kanker nasofaring, beberapa kanker laring, dan kebanyakan kanker yang tidak bisa dioperasi. *eberapa obat menunjukkan aktivitas sebagai obat tunggal '#abel @<,3(. bat, obat ini menghasilkan angka respon 86 7 atau kurang, dengan respon hampir khusus parsial dan durasi pendek '3,9 bulan(. Penderita yang respon mempunyai waktu survival yang lebih panjang daripada yang tidak respon, meskipun ini dapat berimplikasi seleksi dengan respon kemoterapi dari penderita daripada manfaat kemoterapi sendiri. Satu percobaan random yang membandingkan kemoterapi dengan tanpa kemoterapi 'hanya terapi suportif( menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik meningkatkan survival pada penderita yang diberi kemoterapi, meskipun percobaan lainnya tidak menunjukan manfaatnya. Kesembuhan mungkin tidak didapat hanya dengan kemoterapi saja, dan tujuan utama pengobatan pada keadaan ini mengurangi gejala, meliputi nyeri, perubahan bentuk masa, atau penurunan fungsi organ yang disebabkan invasi tumor. Dari pandangan penelitian klinik, percobaan pada kelompok penderita ini untuk mengidentifikasi obat baru atau kombinasi obat dengan aktivitas antitumor. A Ta"e# $%&.. O"at ke(otera)i akti, )ada kanker ke)a#a dan #e*er. %isplatin %arboplatin Methotreksat +, -luorouracil Paclita&el Doceta&el *leomicin 2idroksiurea Do&orubisin %iclofosfamid 1fosfamid 0emcitabine 4inorelbine 1rinotecan Met*otreksat Methotreksat adalah suatu suatu antimetabolit yang mempengaruhi metabolisme folat intraseluler dengan ikatan oleh en)im dihidrofolat reduktase. 2ambatan ini mengubah asam folat menjadi tetrahidrofolat, hasilnya berupa pengurangan folat seluler dan mengakibatkan hambatan sintsis D"!. bat ini hanya aktif hanya selama fase S pada siklus sel. Sehingga, mempengaruhi jaringan secara selektif pada sel yang dalam keadaan pembelahan cepat. =fek samping dari methotreksat dapat dikurangi dengan pemberian reduksi folat dalam bentuk leucovorin setelah 89 jam setelah pemberian obat. Sebagai obat tunggal, methotreksat biasanya diberikan peerminggu dengan dosis +6 mg per meter persegi. Dosis yang lebih besar, termasuk dosis menengah 366 sampai +66 mg per meter persegi dan dosis tinggi $ gr per meter persegi atau lebih, dapat juga diberikan dan ini memerlukan terapi Bleucovorin penyelamatC dalam waktu 89 jam. ;eaksi toksik meliputi mielosupresi, mukositis, dermatitis, nausea, vomiting, diare, dan fibrosis hepar. #oksisitas ini disebabkan oleh regimen dosis tinggi kecuali diberikan leucovorin penyelamat. Kerusakan ginjal diamati pada pemberian obat dosis tinggi. 1ni dapat dicegah dengan membuat basa urin dan hidrasi yang banyak. Methotrekasat menghasilkan angka respon parsial $67 sampai 867, dengan durasi respon antara $ sampai 9 bulan. Dosis tinggi methotreksat juga sedang < diteliti dan dibandingkan dengan dosis rendah pada penelitian secara random. Perbaikan respon atau angka survival tidak konsisten dicapai pada dosis tinggi, tetapi toksisitasnya biasanya meningkat. Sehingga dosis tinggi biasanya jarang digunakan. Meskipun methotreksat dosis tunggal sering digunakan, obat lain atau kombinasi + -. atau paclita&el dengan cisplatin menambah tingkat respon. Sayangnya survival tidak membaik dengan kombinasi ini, dan toksisitasnya menjadi lebih besar. Sehingga methotreksat masih merupakan pengobatan standard minimum yang diterima penderita. +is)#atin %isplatin umumnya obat yang paling sering digunakan dalam pengobatan kanker kepala dan leher. !ktivitas antitumor hasil dari aktivasi ikatan intraseluler, perubahan dari tempat nukleofilik pada D"! ke bentuk ikatan kovalen bifungsional yang mempengaruhi fungsi D"! normal. *iasanya diberikan lebih dari 3 sampai 9 jam pada dosis harian dari 96 sampai $36 mg per meter persegi, dengan efektivitas yang sama pada rentang dosis tersebut. .mumnya menyebabkan kerusakan ginjal, meliputi a)otemia ringan sampai sedang dan kehilangan elektrolit khususnya magnesium. ;eaksi toksik lainnya meliputi nausea dan vomitus, neurotosisitas perifer, ototoksisitas, dan mielosupresi kumulatif apabila beberapa siklus diberikan. .ntuk obat tunggal dengan dosis 96 sampai $36 mg per meter persegi, diberikan setiap 8 sampai : minggu, angka respon parsial antara $+7 sampai 867. Dosis bulanan melebihi $36 mg per meter persegi juga pernah dilaporkan. Meskipun dua percobaan dosis tinggi cisplatin menaikkan tingkat respon 'masing,masing :97 dan A87(, tetapi tidak ada randomisasi yang membandingkan antara obat dosis tinggi dan dosis rendah. #iga percobaan random yang membandingkan obat tunggal cisplatin dengan obat tunggal methotreksat, tidak ada perbedaan bermakna pada tingkat respon atau survival antara dua obat yang dilihat pada beberapa percobaan, meskipun kecenderungan semuanya pada survival dan respon lebih baik cisplatin. 1ni juga berakibat bertambahnya toksisitas, sehingga cisplatin tidak perlu dipandang lebih unggul. @ leh karena toksisitas cisplatin, khususnya nefrotoksisitas dan neurotoksisitas, obat analog dikembangkan dengan tujuan tercapai aktivitas antitumor dan secara signifikan menurunkan efek toksisnya. %arboplatin mempunyai aktivitas sebanding pada penderita karsinoma ovarii tetapi kurang nefrotoksik dan neurotoksik. #oksisitasnya adalah mielosupresi. Keuntungan lain pada obat ini adalah kemudahan penggunaannya. leh karena nausea dan vomitusnya berkurang, dapat diberikan pada pasien rawat jalan dan tanpa perlu hidrasi yang cukup. bat ini secara aktif melawan kanker kepala dan leher dan sekarang sering digunakan, khususnya pada terapi paliatif, dimana mempunyai efek sampng minimal dan pentingnya lama perawatan. /&0#uorouraci# +,-. adalah analog pada fase S spesifik yang dapat diaktivasi dengan dua jalur mayor intraseluler D fosforilasi sekuensial dan penggabungan ke dalam ;"! atau aktivasi terhadap +>fluorodeo&yuridine monofosfat, dengan memblok en)im timidilat sintase dan memblok konversi uridin menjadi senyawa timidin. Sel kehilangan timidin dan tidak mampu mensintesis D"!. *eberapa obat yang menunjukkan hubungan dengan +,-. dan percobaan bertujuan meningkatkan aktivitas dengan mengatur metabolisme intraseluler. =fek samping yang penting adalah mielosupresi, mukosistis, dermatitis, dan diare. Penggunaan obat tunggal secara bolus intravena pada penderita dengan kanker kepala dan leher, kemungkinan terbatas aktivitasnya 'kurang dari 367(. 1ni mungkin dapat lebih aktif bila diberikan selama + hari sebagai infus terus menerus. Pac#ita1e# dan Doceta1e# Paclita&el '#a&ol( akhir,akhir ini menunjukkan obat yang paling aktif melawan kanker kepala dan leher. !walnya diisolasi dari kulit kayu pohon cemara Pasifik, kemudian sekarang diproduksi sintetisnya. Paclita&el menstabilkan polimer tubulin, sehingga mencegah pembelahan sel. Paclita&el dapat digunakan dalam beberapa dosis dengan bermacam cara infus yang berbeda pada berbagai macam penyakit. Dosis optimal dan cara pemberian belum ditetapkan pada kanker kepala dan leher. Percobaan terbaru pada fase 11 penggunaan paclita&el sebagai obat $6 tunggal dengan dosis yang relatif tinggi selama lebih 3: jam pada 8: penderita menunjukkan angka respon sebesar :67. Doceta&el '#a&otere( suatu ta&ane semisintetik dari pohon cemara =ropa. #elah diuji pada beberapa penelitian fase 11, dengan angka respon berkisar antara 3+7 sampai 867. Hidroksiurea 2idroksiurea menghambat en)im ribonukleotida reduktase dan menghilangkan prekursor D"! sel. Diberikan secara oral, dan komplikasi yang terbesar adalah mielosupresi. /arang diteliti pada pengobatan kanker kepala dan leher tetapi aktif sebagai obat tunggal. O"at&o"at #ain *eberapa obat lain menunjukkan aktivitas derajat sedang pada kanker kepala dan leher. *leomycin suatu antibiotik yang bersifat antitumor alami, sering digunakan sebagai kombinasi dengan cisplatin atau methotreksat. *ahaya terjadinya pneumonitis interstitial terbatas pada pemberian secara kumulatif. 1fosfamid, suatu alkilating agen mirip dengan siklofosfamid, mempunyai aktivitas obat tunggal dan telah diuji pada beberapa pengobatan kombinasi. 1rinotecan, suatu inhibitor isomerase 1, menujukkan aktivitas awal. 0emcitabine, suatu antimetabolit menunjukkan angka respon $87 pada percobaan =uropean cooperative group pada pengobatan penderita sebelumnya. KEMOTERAPI KOMBINASI Kombinasi obat lebih unggul dibanding obat tunggal oleh karena sel yang resisten terhadap satu obat dapat sensitif terhadap obat yang lain. Pada kanker kepala dan leher kombinasi obat didasarkan pada methotreksat atau cisplatin. *eberapa penelitian random membandingkan obat tunggal dengan obat kombinasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan angka respon dengan mengkombinasi obat dengan obat tunggal yang telah terbukti seperti cisplatin, methotreksat dan bleomycin. Penelitian lainnya berusaha menggunakan obat aktif yang kemungkinan dapat berinteraksi secara sinergis dengan obat lainnya, dengan $$ mengamati destruksi sel yang melebihi dari perkiraan jumlah aktivitas dari keda obat. %ontohnya kombinasi cisplatin dengan +,-u yang bersifat sinergis invitro. Secara klinik, cisplatin yang diikuti dengan : sampai + hari +,-. secara infus merupakan suatu kombinasi yang aktif. Penderita dengan kekambuhan menghasilkan angka respon sebesar 367 sampai A67. Pada neoajuvan dengan penyebaran lokal, penyakit tanpa metastasis, respon yang menjanjikan sebesar 967 sampai <67, dengan respon komplet sebesar $67 sampai :67. Kombinasi cisplatin dengan +,-. telah dibandingkan pada tiap,tiap obat ini sebagai obat tunggal pada percobaan randon tiga cabang. Meskipun angka respon kombinasi '837( lebih tinggi dibanding secara bermakna dibanding cisplatin saja '$A7( atau +,-. '$87(, tidak ada perbedaan bermakna pada survival rata,rata selama +,9 bulan pada semua kelompok. Penelitian random lain membandingkan kombinasi cisplatin dan +,-. dengan kombinasi karboplatin dan +,-. ' teoritis lebih aktif tetapi kurang aktif( dan obat tunggal methotreksat sebagai standar terapi pada penelitian random tiga kelompok oleh Sauthwestern ncology 0roup. %isplatin dan carboplatin dengan kombinasi infus +,-. menghasilkan perbaikan angka respon dibandingkan methotreksat saja. Kedua kombinasi terlihat lebih toksik dan survival tidak terpengaruh. Kombinasi cisplatin atau carboplatin dengan paclita&el telah digunakan dalam praktek klinik dan ditetapkan pada percobaan klinik. Penelitian random oleh =%0 membandingkan cisplatin pada dosis standar diberikan bersamaan dengan dosis rendah paclita&el dan granulosit colony,stimulating factor. Kedua obat sangat aktif, meskipun toksisitasnya lebih tinggi pada dosis tinggi. Percobaan kemoterapi kombinasi akhir,akhir ini dirangkum dan dianalisis dalam ringkasan berikut D $. Kombinasi menghasilkan respon lebih tinggi yang bermakna secara statistik dibandingkan obat tunggal, termasuk methotreksat. 3. %isplatin adan +, -. per infus menghasilkan angka respon lebih tinggi dibanding obat tunggal atau kombinasi lain. 8. Pada kelompok yang tidak dibandingkan 'obat tunggal atau kombinasi( survival meningkat secara berarti. $3 :. #oksisitas cisplatin dan +,-. per infus dalam bentuk nausea dan vomiting lebih tinggi secara signifikan dibanding obat tunggal. Saat ini penelitian klinik difokuskan pada identifikasi obat baru dan kombinasi yang aktif pada kanker kepala dan leher. Khususnya obat baru paclita&el, irinote&an, topotecan, dan gemcitabine telah mulai diuji pada kombinasi untuk kanker kepala dan leher, meskipun laporan awal kombinasi, khususnya paclita&el dengan cisplatin atau carboplatin terlihat lebih memberikan harapan. bat dengan mekanisme baru seperti inhibitor angiogenesis dan inhibitor invasi atau metastasis, saat ini sedang dalam penelitian. Peran retinoid, selenium, dan molekul lainnya pada pembalikan lesi premaligna dan pencegahan keganasan primer atau sekunder juga sedang dalam penelitian. Kesimpulannya, kemoterapi untuk kanker kepala dan leher yang rekuren atau metastasis bersifat paliatif pada beberapa penderita, meskipun dampaknya pada survival kecil. Methotreksat pada dosis mingguan yang rendah, cisplatin, dan paclita&el masih merupakan obat tunggal yang paling aktif., menghasilkan angka respon sebesar 36 7 sampai 86 selama minamal $ sampai 9 bulan. Kemoterapi kombinasi, khususnya kombinasi antara cisplatin dan +,-., dan cisplatin dengan paclita&el menghasilkan angka respon yang lebih tinggi, meskipun survival jangka panjang jarang tercapai. leh karena kesembuhan tak mungkin terjadi sebagai hasil dari obat,obat ini atau kombinasi pada pengobatan penderita, tujuan akhir dari penelitian klinik pada keadaan ini adalah mengidentifikasi obat baru, kombinasi, atau pendekatan multispesialis yang dapat membantu meningkatkan respon apabila ditambahkan untuk pengobatan penderita dengan terdiagnosis baru sebagai penyakit penyebaran lokal. !pabila mungkin, penderita harus diobati seperti pada penelitian klinik, dipandang sebagai hasil terjelek dengan obat tunggal standar atau kombinasi. PERANAN KEMOTERAPI LAINN2A Kemoterapi ajuvan sebagai pandangan klasik sebagai penggunaan kemoterapi setelah terapi lokal definitif untuk menghilangkan kemungkinan penyakit dengan metastasis secara mikroskopis. Sejak kebanyakan penderita dengan kanker kepala dan leher gagal atau meninggal sebagai hasil penyakit lokal yang tidak terkontrol, $8 penggunaan kemoterapi ini kurang bermanfaat secara teori pada kanker kepala dan leher, sehingga kurang banyak diteliti. Perhatian dipusatkan pada penggunaan kemoterapi sebelum terapi definitif 'neoajuvan( atau bersamaan dengan radioterapi 'konkomitan(. Ke(otera)i induksi 3neoa4uan5 Kemoterapi neoajuvan sering diteliti sebagai konsep pada kanker kepala dan leher. Secara rasional diringkas pada tabel @<,8. Keadaan yang paling penting pada penggunaan kemoterapi secara lebih awal pada perjalanan penyakit adalah mengurangi penyebaran tumor secara sistemik pada saat ketika sedikit sel yang resisten terhadap kemoterapi terjadi. 4askularisasi regional masih intak, pasokan obat ke lokasi tumor lebih baik. Pembedahan dan terapi radiasi kelihatan lebih berhasil apabila digunakan pada tumor yang lebih kecil 'downsizing(. Keuntungan teori ini mengurangi kerugian oleh karena kemungkinan potensial kerugian oleh karena kenaikan toksisitas, lama, dan beaya semua pengobatan. Eang lebih penting, telah ditetapkan secara teori bahwa sel yang masih survive terhadap kemoterapi mungkin juga gagal terhadap terapi radiasi selanjutnya. Pada keadaan yang jarang, penyakit yang progresif selama kemoterapi, penderita dengan dapat dioperasi dapat menjadi tidak dapat dioperasi dan kehilagan peluang untuk sembuh. Ta"e# $%&6. Keuntun7an dan keru7ian ke(otera)i induksi untuk kanker ke)a#a dan #e*er #oka# 8an7 (e#uas. Keuntun7an Pasokan obat ke tumor tidak terganggu ;espon makroskopis dapat memperkirakan untuk respon mikroskopis. =liminasi segera mikrometastasis dapat membantu penyembuhan #umor dapat mengecil, membuat lebih menambah keberhasilan pembedahan atau terapi radiasi dengan mengurangi terapi radikal. Keadaan penderita pada waktu pembedahan dapat membaik Keru7ian Perluasan tumor yang asli dapat kabur $: Kondisi penderita dapat menurun #umor dapat membesar selama kemoterapi Durasi, toksisitas, dan beaya pengobatan meningkat. Percobaan klinik penggunaan kemoterapi neoajuvan telah dilakukan selama 36 tahun. Pada penelitian percobaan , penyelidikan secara hati,hati dengan pemberian obat tunggal selama satu atau dua siklus sebelum terapi lokal. !khirnya, kombinasi dua atau tiga obat digunakan selam dua atau tiga siklus menjadi yang sering digunakan '#abel @<,:(. Kombinasi ini didasarkan pada obat, obat dengan aktivitas obat tunggal yang telah didiskusikan pada awal bab. Penelitian lebih lanjut tentang kombinasi meliputi regimen cisplatin, methotreksat, bleomicin dan kombinasi cisplatin dan + >-.. Pada penelitian fase 11 dan dilanjutkan pada fase 111 , diringkaskan sebagai berikut D $. Semua angka respon yang melebihi <67 dapat dicapai. 3. !ngka respon komplet biasanya berkisar antara 367 sampai +67, dengan kebanyakan sekitar 867. *eberapa respon komplet secara klinik dikonfirmasi secara histopatologis pada saat pembedahan. 8. #oksisitas biasanya sedang, dan pemberian lokal standar berikutnya tidak disepakati. :. Penderita dengan kegagalan respon terhadap kemoterapi jarang respon terhadap terapi radiasi berikutnya. +. Penderita yang mengalami respon komplet mempunyai prognosis yang lebih baik, khusunya apabila dikonfirmasi secara histologik. 2al yang paling penting mengenai prognosis penderita dan perubahan untuk survival jangka panjang akan meningkat apabila kemoterapi neoajuvan dimasukkan dalam rencana pengobatan keseluruhan. Pertanyaan ini dapat dijawab dengan menganalisis penelitian secara random dengan membandingkan terapi lokal standar 'pembedahan diikuti terapi radiasi( dengan kemoterapi neoajuvan yang terbaik 'tiga siklus regimen yang menghasilkan angka respon lebih dari 367 dan angka respon keseluruhan lebih dari <67( diikuti dengan terapi lokal yang sama. leh karena tempat anatomi yang bervariasi dan faktor prognostik lain, $+ meliputi status performance, tingkat # dan " yang harus diperhitungkan, kebanyakan penderita harus ditambah untuk mengetahui perbedaan yang bermakna secara statistik pada survival 'lebih dari $67 sampai 367 pada follow up 3 sampai 8 tahun(. Sejumlah percobaan random yang membandingkan kemoterapi neoajuvan sebelum terapi lokal terhadap terapi lokal saja telah dilakukan. Kebanyakan sedikit atau jelek untuk disimpulkan. #erdapat $6 penelitian yang meliputi sejumlah banyak penderita. Kebanyakan yang penting diringkas pada tabel @<,+. #idak satupun pada $6 penelitian ini mempunyai survival keseluruhan yang lama. 2anya satu penelitian, meneliti kemoterapi induksi khusus pada kanker nasofaring, yang menunjukkan kenaikan survival bebas penyakit, tetapi tidak survival keseluruhan, dengan kemoterapi neoajuvan. Seluruh A penelitian melaporkan angka metastasis jauh sebagai tempat kegagalan pertama menunjukkan penurunan pada penderita yang menerima kemoterapi. Sayangnya kebanyakan penderita masih meninggal pada penyakit dengan komplikasi lokoregional, sehingga penurunan angka metastasis jauh tidak menghubungkan terhadap manfaat survivalnya. 2asil negatif ini dikonfirmasi dengan dua meta analisis terbaru. Dua dari penelitian membahas terpeliharanya organ sebagai tujuan klinik kedua. Satunya adalah penelitian random yang dilakukan 4eteran !dministration %oopetrative Study Program. Pada penelitian ini penderita dengan kanker laring yang lanjut dirandomisasi dengan terapi standar pembedahan dan postoperasi terapi radiasi atau tiga siklus neoajuvan cisplatin dan +,-. diikuti terapi radiasi. ;espon diukur setelah dua siklus kemoterapi. Pada respon parsial dan komplet diteruskan sampai tiga siklus kemoterapi. 2anya penderita yang gagal pada dua siklus kemoterapi pertama atau mempunyai sisa penyakit setelah radiasi yang dihasilkan dengan pembedahan pada penelitian eksperimental. Dua tujuan dibahas pada penelitian ini D perbaikan survival dan terpeliharanya laring. !ngka taksiran 3 dua tahun pada survival keseluruhan sama pada kedua kelompok sebesar 9<7. Penemuan yang paling penting adalah angka tinggi pada terpeliharanya laring. =nampuluh empat persen pada kelompok kemoterapi terpelihara laringnya, dengan rerata follow up selama 88 bulan. #igapuluh sembilan persen penderita $9 bebas penyakit dengan laring yang utuh. 2anya dua laringektomi dilakukan setelah tahun pertama. !ngka yang mirip pada survival dengan bebas penyakit dengan terpeliharanya laring '3<7( dicapai pada penelitian lain. Dari dua penelitian ini disimpulkan bahwa kemoterapi induksi 'atau kemoradioterapi konkomitan( sebagai terapi standar untuk laring yang operatif dan kanker hipofaring. 1ntergroup study membandingkan terapi radiasi saja, kemoterapi induksi diikuti terapi radiasi atau terapi radiasi konkomitan dan cisplatin, dengan catatan terpeliharanya laring didapat pada ketiga kelompok, meskipun penderita dengan invasi ke kartilago tiroid tidak dapat dipilih. Kemoterapi neoajuvan tidak secara khusus memperbaiki survival sehingga sehingga masih memerlukan penelitian terapi dilain tempat selain laring dan hipofaring. !turan yang terus menerus meliputi terpeliharanya organ pada kanker laring dan hipofaring dan kemungkinan peran pada terapi kanker nasofaring. !khirnya, keadaan neoajuvan dapat menyediakan waktu yang cukup mengevaluasi obat kemoterapi baru yang menjanjikan atau obat kombinasi. Ke(oradiotera)i konko(itan Pada kemoradioterapi konkomitan, kemoterapi dan terapi radiasi digunakan bersamaan. Kemoterapi dapat meningkatkan kemanjuran terapi radiasi. Kemungkinan efek mekanisme ini dirangkum pada tabel @<,9. leh karena kanker kepala dan leher manifestasi secara klinik sebagai penyakit lokoregional, kemoradioterapi konkomitan menjadi berharga karena difokuskan pada tempat yang menentukan prognosis. Penggunaan kemoterapi secara awal juga menghilangkan mikrometastasis. Percobaan klinik kemoradioterapi dilakukan sejak tahun $@96. Pada percobaan awal, obat antitumor tunggal diberikan berulang selama masa pengobatan radiasi. Kebanyakan obat dengan aktivitas obat tunggal digunakan, meliputi methotreksat, cisplatin, carboplatin, +,-., bleomycin, dan mitomicin %. Percobaan random multipel terapi konkomitan dipublikasikan dan dirangkum dan beberapa diantaranya ditunjukkan pada tabel @<,A. Kebanyakan dari penelitian ini menunjukan manfaat survival pada kelompok kemoterapi. bat kemoretapi yang menunjukkan manfaat antara lain +,-., bleomicin, methotreksat, cisplatin, dan $A mitomycin %. Penelitian hidroksiurea sendiri sebagai obat tunggal tidak bermanfaat, Meskipun reaksi toksik akut 'mukosistis dan mielosupresi( meningkat, komplikasi lambat tidak ada. Ta"e# $%&9. Man,aat ke(oradiotera)i. bat dan penyinaran dapat secara aktif melawan subpopulasi sel tumor yang berbeda berdasar pada spesifitas siklus sel, P2 dan suplai oksigen. ;esistensi sel terhadap satu pengobatan dapat dieradikasi yang lainnya. #erapi kombinasi dapat meningkatkan rekruitmen sel tumor dari 06 ke fase siklus sel yang responsif terhadap radiasi. Perubahan tumor dapat menurunkan tekanan interstitial dan sehingga meningkatkan aliran obat dan oksigen =radikasi awal sel tumor mencegah obat emergensi atau resistensi radiasi Sinkronisasi siklus sel meningkatkan efektivitas kedua terapi Kemoterapi menghambat perbaikan kerusakan radiasi subletal dan menghambat pemulihan dari potensial kerusakan radiasi letal. Penelitian klinik terbaru difokuskan pada penggunaan kemoterapi kombinasi dengan terapi radiasi secara bersamaan. leh karena reaksi toksis akut diperkirakan meningkat pada regimen ini, jadwal kemoterapi konkomitan biasanya diberikan untuk secara berselang dengan teratur pada keseluruhan terapi, analog dengan pemberian pada siklus kemoterapi. Pemberian terapi radiasi biasanya dengan dosis @66 sampai $666 c0y tiap,tiap minggu. Eang terbaru, beberapa penelitian menggabungkan radioterapi hiperfraksi, dengan radioterapi diberikan dua kali atau lebih sehari. *eberapa regimen kombinasi telah dilakukan evaluasi. Manfaat nyata dari regimen ini diukur pada penelitian random skala delapan besar, beberapa diantaranya diringkas pada tabel @<,A. Kebanyakan percobaan menggunakan cisplatin, umumnya dengan +,-., atau regimen yang mengandung methotreksat. Kemoterapi biasanya digunakan pada hari radiasi, pemberian selang,seling antara kemoterapi dan radiasi terlihat lebih bermanfaat. 2al khusus yang menarik, satu percobaan kecil dari radiasi hiperfraksi terhadap hal sama dengan cisplatin, +,-., $< dan leukovorin menunjukkan kecenderungan awal yang kuat pada pemilihan terapi konkomitan. .ntuk usaha menghitung manfaat dari kemoradiasi konkomitan, ringkasan meta analisis skala dua besar telah ditunjukkan. Meskipun analisis penelitian heterogen, beberapa kesimpulan yang penting dapat didapatkan. !nalisis oleh =l, Sayed dan "elson dari $$ penelitian kemoradioterapi konkomitan dengan data survival yang adekuat, penurunan relatif kematian didapatkan 337 '@+7 %1F<7 sampai 887, pG6.66+(. Pada meta analisis lain oleh Munro dari $9 penelitian, didapatkan manfaat absolut sebesar $37 '@+7 %1F+7 sampai $@7(. Pada .niversitas %hicago, yang difokuskan pada penambahan hidroksiurea pada +,-. per infuse dan radioterapi '-2H(. 2idroksiurea adalah penguat radioterapi dan dapat mengatur metabolisme +,-.. Pada penelitian awal kami mengenai penentuan dosis, $3 dari $A penderita yang tidak terapi sebelumnya mengalami respon komplet, dan hanya $ penderita mengalami progresi dalam keadaan radiasi. Percobaan fase 11 berikutnya juga menggunakan kombinasi ini juga menunjukkan hasil yang sama. Pendekatan kami untuk penderita stadium 11 dan 11 dengan menggabungkan infus +,-., hidroksiurea oral, dan terapi radiasi dua kali sehari '-23H(. Penderita stadium 14 menerima -23H dengan obat kemoterapi ketiga, umumnya paclita&el. #oksisitas dari pengobatan multipel merupakan hal yang substansial dan memerlukan perawatan yang terpadu dari tim multispesialis. Mukosistis dan esofagitis memerlukan perawatan mulut yang baik. "arkotik, sering parenteral diperlukan. *eberapa penderita memerlukan makanan lewat gastrotomi atau jejunostomi. Dermatitis pada lapangan radiasi dapat menjadi berat dan memerlukan perawatan luka. Mielosupresi dapat mengakibatkan demam neutropeni atau memerlukan tranfusi darah atau trombosit. Masalah lain seperti diare dan perdarahan gastrointestinal kurang umum tetapi dapat bermakna. #oksisitas kronik atau jangka lama meliputi osteoradionekrosis dari tulang atau kartilago, &erostomia, striktur faring, dan kontraktur fleksi pada leher. Masih dilihat apa dampak dari komplikasi jangka panjang ini dihubungkan dengan penderita yang diobati dengan pembedahan dan radiasi post operasi. Kualitas hidup efektifitas beaya harus diperhitungkan selanjutnya. $@ Kebanyakan penelitian random dari kemoterapi konkomitan menggunakan radioterapi saja sebagai kelompok kontrol, dengan penderita yang inoperable, kebanyakan penderita yang tidak diikutkan. Didapatkan pada penelitian ini, kemoterapi konkomitan dan radioterapi dipertimbangkan sebagai pengobatan yang memadai untuk penderita dengan penyakit tidak dapat dioperasi. Dua penelitian tambahan menunjukkan manfaat dari penderita yang menerima kemoradioterapi konkomitan postoperasi pada keadaan profilaksis atau sisa penyakit setelah pembedahan pertama, atau untuk penyebaran limponodi ekstrakapsuler. #idak ada penelitian random besar yang membandingkan kemoradioterapi konkomitan tanpa pembedahan terhadap pembedahan atau pembedahan plus radioterapi. 2asil dari beberapa percobaan fase 11 dan kelompok eksperimental 'nonbedah( fase 11, menunjukkan survival paling baik dengan kemoradioterapi konkomitan dengan ditambah manfaat terpeliharanya organ. Kemoradioterapi dapat sulit untuk diberikan sebab memerlukan dua dokter spesialis yang berinteraksi dalam pengobatan penderita dalam jangka waktu beberapa minggu. #idak terkecuali, percobaan ini berusaha menambah penelitian yang menggunakan dua macam pengobatan yang diberikan bersamaan. Kanker naso,arin7. Kemoterapi memegang peranan penting pada kanker nasofaring dan sekarang harus dipertimbangkan sebagai bagian standar pengobatan multimodalitas. Iaktu optimal dan peran kemoterapi masih ditentukan %arsinoma undifferentiated metastasis, atau limpoepitelioma dari nasofaring sangat sensitif terhadap kemoterapi. #iga penelitian yang berkelanjutan dari total $8$ penderita yang diobati dengan regimen yang mengandung cisplatin untuk limpoepitelioma metastasis, $A7 mengalami respon komplet, dan 98 7 minimal mengalami respon parsial. Sepuluh persen bebas dari penyakit 3 tahun setelah kemoterapi. Kemoterapi juga memegang peranan pada carcinoma sel skuamosa dan limpoepitelioma dengan penyakit lokal. 2asil penelitian dari 1ntergroup trial di !merika Serikat. Penderita '$8:( dilakukan randomisai untuk terapi radiasi saja atau dengan cisplatin konkomitan dan postradiasi cisplatin dan + -.. Penelitian 36 ini dihentikan awal apabila terdapat perbedaan signifikan pada survival 3 tahun dengan pilihan kelompok kemoterapi '<67 vs ++7(. !pakah data ini relevan untuk tipe endemik kanker nasofaring yang terjadi di #imur jauh dan daerah Mediterania masih dicari. KEMOTERAPI EMERGENSI Kemoterapi emergensi dapat dibagi dalam ciri efek samping yang berat pada toksisitas organ spesifik.'tabel @<,<, @<,@( "ausea, vomiting, dan diare intraktabel kurang umum dengan adanya antiemetik dan anti diare modern masih terjadi pada beberapa penderita. Dehidrasi dan gangguan elektrolit dapat terjadi, dan penderita memerlukan rawat inap untuk pemberian antiemetik dan cairan intravena. Mukositis berat dapat segera dirawat untuk diberi narkotik parenteral dan hidrasi. Kebanyakan obat kemoterapi, sering menyebabkan granulositopeni dan trombositopeni. Meskipun granulositopeni sendiri tidak memerlukan rawat inap, infeksi yang ditandai demam, menggigil, atau tanda atau gejala spesifik, memerlukan perawatan dirumah sakit segera pada keadaan netropeni. Kultur darah, urin, cairan khusus lain harus dilakukan, antibiotik broadspektrum, antipseudomonas harus diberikan secara cepat. !ntibiotik harus diteruskan sampai demam, netropeni, infeksi menghilang. 0ranulosit colony stimulating factor memegang peranan penting dalam mencegah infeksi pada pengobatan yang agresif, tetapi tidak dapat menolong apabila awalnya merupakan demam yang disebabkan netropeni. Pada penderita yang mendapat methotreksat , khususnya apabila mendapat dosis tinggi, pemberian awal leukovorin mungkin dapat menolong, sebab dapat membalik aktivitas methotreksat. #rombositopeni merupakan keadaan kegawatan , khususnya apabila platelet jumlahnya kurang dari 36.666Jml, yang dapat menyebabkan perdarahan spontan. Penderita ini diberi tranfusi trombosit sampai jumlahnya menjadi normal. Penderita ini perlu dirawat di rumah sakit untuk perdarahannya atau untuk tranfusi trombosit. Kegagalan ginjal akut dapat terjadi pada pemberian dosis tinggi metotreksat dan cisplatin. Penderita yang mendapat cisplatin juga dapat mengalami kehilangan 3$ elektrolit. Keadaan ini memerlukan perawatan di rumah sakit untuk mendapat pengobatan dari onkologis dan nefrologis. ;eaksi alergi, khususnya paclita&el atau bleomisin, dapat berat dan memerlukan obat antihistamin, steroid dan penunjang lainnya. *ocor atau ekstravasasi obat seperti vinkristin atau doksorubisin dapat menyebabkan nekrosis pada kulit dan memerlukan perhatian segera. Ta"e# $%&% Ko()#ikasi ke(otera)i Komplikasi Penatalaksanaan "auseaJvomiting !ntiemetik, cairan, relaksasi, penunjang Diare bati infeksi, antidiare !lopesia "one versus scarf, turban, wig Mukositis Perawatan mulut, narkotik Mielosupresi "etropeni 0M%S-, antibiotik iv, rawat inap bila demam #rombositopeni #ranfusi trombosit G36Jml, perdarahanG+6Jml !nemia bati perdarahan, eritopoeitin, tranfusi "efrotoksisitis 2idrasi, penunjang , dialisis Kehilangan elektrolit Penggantian "eurotoksisitas 2anya suportif ;eaksi alergi !ntihistamin, steroid, epinefrin #oksik paru Suportif, steroid, obati penyebab 2epatotoksisitas 2anya suportif Ta"e# $%&$. E(er7ensi *u"un7ann8a den7an ke(otera)i =mergensi #andaJgejala Pengobatan "etripeniJdemam demam, menggigil, tanda ;awat inap, antibotik, infeksi, jumlah netrofilG+66 0M,%S-. #rombositopeni jumlah platelet G36, petikie #ranfusi, cari sumber Jperdarahan cenderung mudah perdarahan perdarahan, hindari aspirin dan "S!1D 33 ;eaksi alergi gatal, bintik merah,stridor, antihistamin, steroid, hipotensi. epinefrin. =kstravasasi kemerahan, bengkak, nyeri epinefrin subkutan, hyaluronidase. verdosis ketergantungan obat suportif, antidotum bila ada. PANDANGAN BAR- Penyelidikan kemoterapi untuk kanker kepala dan leher mempunyai alasan yang kuat dan perlu untuk diteruskan oleh karena hasil yang dicapai pada pengobatan standar tidak memadai. Penelitian obat yang mempunyai efek sistemik lebih aktif terhadap kanker kepala dan leher difokuskan pada pengembangan obat tunggal aktif baru dan kemungkinan interaksi dengan obat lainnya. bat dengan mekanisme baru juga dikembangkan. bat berdasar terapi molekuler masih beberapa tahun dari keberhasilan, tetapi memegang peran penting di masa mendatang. 1ntegrasi dari obat kemopreventif pada pengobatan multispesialis pada penderita ini hanya baru dimulai. .ntuk mencapai tujuan perbaikan kontrol tumor secara lokal atau sistemik, interaksi yang erat antara ahli bedah, ahli radiologi, dan onkolog medis, dan spesialis penunjang rehabilitasi sangat diperlukan. Diharapkan penyelidikan laboratorium dapat bekerja dengan klinikus untuk mengetahui mekanisme penyakit dan memberikan informasi yang dapat mengidentifikasi pengobatan baru.