Anda di halaman 1dari 4

ETIOLOGI dan EPIDEMIOLOGI

Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma rektum sama seperti kanker lainnya yang masih
belum diketahui penyebabnya. Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum adalah poliposis familial, defisiensi
Imunologi, kolitis ulseratifa, granulomartosis dan kolitis. Faktor predisposisi penting lainnya yang mungkin
berkaitan adalah kebiasaan makan. Masyarakat yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak,
memiliki insiden yang cukup tinggi. Burkitt (1971) yang dikutip oleh Price dan Wilson mengemukakan bahwa diet
rendah serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan pada flora feces dan perubahan degradasi garam-
garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih
kecil. Selain itu, masa transisi feses meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa
usus bertambah lama.. Sekitar 135.000 kasus baru kanker kolorektal terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan
menyebabkan angka kematian sekitar 55.000. Sepertiga kasus ini terjadi di kolon dan 2/3 di rektum.
Adenokarsinoma merupakan jenis terbanyak (98%), jenis lainnya yaitu karsinoid (0,1%), limfoma (1,3%), dan
sarkoma (0,3%). Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi demikian juga angka kematiannya.
Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak pada orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di
rektosigmoid. Di negara barat, perbandingan insiden pria : wanita = 3 : 1 dan kurang dari 50 % ditemukan di
rektosigmoid dan merupakan penyakit orang usia lanjut. Pemeriksaan cocok dubur merupakan penentu karsinoma
rectum.


PATOFISIOLOGI
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6 hari. Pada adenoma terjadi perubahan genetik
yang mengganggu proses diferensiasi dan maturasi sel-sel tersebut, yang dimulai dengan inaktivasi gen
adenomatous polyposis coli (APC) yang menyebabkan replikasi yang tidak terkontrol. Dengan peningkatan jumlah
sel tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan
mencegah apoptosis dan memperpanjang hidup sel.

FAKTOR RESIKO
Etiologi dari kanker rektum belum diketahui, tetapi beberapa faktor resiko dapat menyebabkan terjadinya kanker
rektum. Beberapa resiko yang dapat berperan dalam terjadinya karsinoma rekti antara lain :
- Faktor genetik seperti familial adenomatous polyposis (FAP), hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC).
- Riwayat keluarga yang menderita kanker kolorektal.
- Riwayat polip rektum, kanker ovarium, endometriosis, dan kanker payudara.
- Umur di atas 40 tahun.
- Inflamatory bowel disease seperti penyakit crohn, kolitis ulseratifa.
- Diet tinggi lemak rendah serat.

KLASIFIKASI
1. Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes
Klasifikasi Dukes
Dukes A : Terbatas pada mukosa dinding rektum
Dukes B-1 : Tumor menginfiltrasi terbatas sampai lapisan muskularis propria.
Dukes B-2 : Tumor sudah menembus sampai lapisan terluar (serosa) tapi belum mengenai organ yang
berdekatan.
Dukes B-3 : Tumor sudah mengenai organ yang berdekatan.
Dukes C-1 : Tumor kategori Dukes B-1 + pembesaran KGB regional.
Dukes C-2 : Tumor kategori Dukes B-2 + pembesaran KGB regional.
Dukes C-3 : Tumor kategori Dukes B-3 + pembesaran KGB regional.
Dukes D : Bila sudah terdapat metastase jauh.

2. Klasifikasi berdasarkan sistem Tumor- Node-Metastase (TNM).

Stage T N M Duke Stage
I Tis N0 M0 A
T1 N0 M0
T2 N0 M0
II T3 N0 M0 B
T4 N0 M0
III Any T N1 M0 C
Any T N2, N3 M0
IV Any T Any N M1 D

DIAGNOSIS
a. Anamnesa
Gejala yang dapat ditemukan antara lain :
Perdarahan perektal merupakan gejala yang paling sering terjadi (60%) pasien.
Perubahan pola defekasi seperti perubahan bentuk feses, tenesnus, rasa tidak puas setelah BAB.
Occult bleeding (tes darah samar) positif pada 26% kasus.
Nyeri abdomen, sidapatkan sekitar 20% kasus.
Malaise (9% kasus).

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kemungkinan metastase seperti pembesaran KGB atau hepatomegali.
Dari pemeriksaan colok dubur dapat diketahui :
Adanya tumor rektum
Lokasi dan jarak dari anus
Posisi tumor, melingkar / menyumbat lumen
Perlengketan dgn jar.sekitar
Dapat dilakukan biopsi cubit

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan CEA (carcinoembrionic antigen).
Fungsi hati dan ginjal.
Trasnrectal ultrasonography (TRUS)
Magnetic Resonane Imaging (MRI)
Pemeriksaan FOBT (fecal occult bleeding test)
Kolonoskopi.
CT Scan abdomen
Doule contras barium enema.

PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama untuk kanker rektum. Beberapa metode yang dipakai antara lain:
a. Transanal excision
Metoda ini digunakan untuk lesi yang superfisial pada pasien dengan derajat I atau II.
b. Low anterior resection (LAR)
Metoda ini digunakan untuk lesi yang terletak di tengah atau 1/3 atas rektum.
c. Coloanal anastomosis
d. Abdominal perineal resection (APR)
2. Kemoterapi dan Radioterapi
Kemoterapi dan radioterapi biasa dilakukan pada pasien dengan stadium Dukes C untuk menurunkan tingkat
rekurensi, meningkatkan tingkat keberhasilan operasi, dan memelihara keutuhan sfingter anus. Radioterapi
preoperatif dapat menurunkan angka rekurensi setelah pembedahan dari 27% menjadi 11%, dan meningkatkan
angka keberhasilan jangka panjang dari 48% menjadi 58%. Konsensus The US National Institutes of Health
merekomendasikan kemoradioterapi preoperatif untuk semua stadium II dan III.

PROGNOSIS
Angka 5 tahun keberhasilan hidup untuk pasien kanker kolorektal adalah sebagai berikut :
o Stage I - 72%
o Stage II - 54%
o Stage III - 39%
o Stage IV - 7%
50% pasien biasanya terjadi rekurensi, baik lokal maupun ditempat yang lain, atau keduanya. Rekurensi lokal lebih
sering terjadi pada kanker rektum daripada kanker kolon. Angka rekurensi berkisar 5-30%, terjadi 2 tahun setelah
pembedahan. Faktor yang mempengaruhi rekurensi antara lain stadium tumor primer, lokasi tumor primer.

Anda mungkin juga menyukai