Anda di halaman 1dari 30

RTRW Jabodetabek-Punjur (PP 54/2008) sedang dire-evaluasi

Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (WS Cil-Cis) sedang merumuskan rencana strategis


pengelolaan sumber daya air

Rencana ini memerlukan harmonisasi dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan evaluasi
trade off yang diperoleh dari pencapaian tujuan2 yang berbeda

Kerangka kerja jasa lingkungan dapat digunakan sebagai cara yang efektif untuk
mengidentifikasi dan memutuskan alternatif2 penggunaan lahan dan nilai manfaat yang
diperoleh

Para peneliti dari ETH Zurich, TU Muenchen, UI, dan IPB telah menganalisa potensi jasa
lingkungan di WS Cil-Cis



Mendiskusikan selang perubahan yang mungkin terjadi terhadap jasa
lingkungan di wilayah WS Cil-Cis pada 2030

Mengurutkan dan menilai setiap jasa lingkungan yang dipilih berdasarkan
kepentingan organisasi atau pihak yang anda wakili
Penilaian ini menjadi komponen penting dari model penggunaan lahan untuk membantu
prioritisasi biaya terendah atau area yang paling efisien untuk konservasi

Mendiskusikan pertimbangan2 lain dalam merumuskan RTRW, misal:
Infrastruktur baru yang dibutuhkan seperti waduk dan bendungan
Inisiatif2 lain seperti tujuan untuk menjamin ketahanan pangan wilayah
Tambahan skenario dari model, misal skenario perubahan iklim
Tantangan kelembagaan untuk memperkuat kontrol terhadap penggunaan lahan


Meskipun sangat dipengaruhi oleh urbanisasi, Jabodetabek-Punjur masih
memberikan jasa lingkungan yang cukup penting yang bisa saja hilang atau
menguat tergantung kepada pengembangan lahan di masa depan.
Mitigasi banjir adalah salah satu jasa lingkungan yang jelas dan telah hilang
bersamaan dengan hilangnya hutan dan konversi lahan pertanian menjadi
permukiman.
Kami telah mengidentifikasi delapan jasa lingkungan penting yaitu:





Mitigasi banjir
Pencegahan erosi
Pengisian ulangan air tanah
Produksi pertanian
Rekreasi dan pariwisata
Keanekaragaman hayati
Hasil hutan kayu dan HHNK
Lahan pemukiman


JASA:
PENGUKURAN: Luas permukiman (hektar)

METODE ESTIMASI: Diperoleh dari skenario model

SINOPSIS: Meskipun urbanisasi diangap sebagai ancaman terhadap jasa2 ekosistem
wilayah, area permukiman memerlukan lahan sesuai untuk menunjang kehidupan
manusia dan infrastruktur. Karena itu terjadi trade-off ketika hutan, lahan basah,
dan lahan pertanian terkonversi menjadi area permukiman. Jumlah lahan terkonversi
dapat bervariasi berdasarkan kebijakan untuk membatasi atau mendorong urbanisasi.
2,582
4,523
2,092

CUR SI BAU
Jasa:
PENGUKURAN: Persentasi perubahan aliran debit puncak untuk kejadian hujan besar
(45-55mm dalam 1 jam)

METODE ESTIMASI: Peak Flow Zoning Model (Kementerian PU)

SINOPSIS: Meskipun pengukuran langsung merupakan metode utama untuk melakukan
mitigasi resiko banjir, tetapi memelihara atau memperkuat jumlah area bervegetasi akan
berpengaruh terhadap kejadian banjir. Disini kami fokus pada perubahan debit puncak di
outlet daerah tangkapan air di hulu, berdasarkan perubahan tutupan lahan. Pada skenario
BC 2030 usulan pembangunan waduk dipertimbangkan tapi tidak digunakan sebagai
mekanisme kontrol.

>26%
meningkat
>4%
menurun
0
Tiga kawasan hulu DAS utama dan kontribusinya terhadap debit
puncak

Serpong
(Cisadane)
Katulampa
(Ciliwung)
Cileungsi
(Bekasi)
Influence on peak flow at outlet
Low High
Perubahan debit puncak di tiga outlet kawasan hulu DAS

31.1% increase
9.4% decrease
26.1% increase
4.0% decrease
26.8% increase
4.0% decrease
Perubahan debit puncak di kawasan hilir Ciliwung (Manggarai)

>20% peningkatan
puncak pada skenario
terburuk
Simulasi Banjir Februari 2007
JASA:
PENGUKURAN: kehilangan dalam 1 hektar >300 T soil per tahun

METODE ESTIMASI: Java Erosion Model (Kementerian PU)

SINOPSIS: Erosi di hulu tidak hanya menyebabkan kehilangan lahan produktif tapi juga
mendorong meningkatnya resiko longsor. Sedimen yang masuk ke sungai akan
menurunkan kualitas air dan pendangkalan sungai di kawasan hilir. Manajemen hutan
dan topsoil yg lebih baik dapat mengurangi erosi dan mengurangi biaya pengerukan
sungai.
3,850
15,308
18,390

Cimanceuri
0.92 mn
Cisadane
14.03 mn
Ciliwung
2.83 mn
Bekasi
6.42 mn
Cimanceuri
1.27 mn
Cisadane
11.14 mn
Ciliwung
2.49 mn
Bekasi
8.18 mn
Cimanceuri
0.54 mn
Cisadane
3.28 mn
Ciliwung
0.80 mn
Bekasi
4.06 mn
CUR SI BAU
JASA: Pengisian ulangan air tanah
PENGUKURAN: Groundwater recharge enhancement impact index

METODE ESTIMASI: RIOS Groundwater Recharge model

SINOPSIS: DAS dapat dimodifikasi untuk menahan lebih banyak air hujan,
memperlambat aliran permukaan, dan meningkatkan perkolasi air hujan menjadi
cadangan air tanah. Di sini kami menggunakan pendugaan kasar potensi pengisian
ulang air tanah di wilayah WS Cil-Cis berdasarkan tutupan lahan tanpa
mempertimbangkan teknik2 seperti pembuatan sumur resapan
0.382 0.377
0.380
SI BAU


-30%
+34%
JASA:

PENGUKURAN: Luas lahan pertanian (hektar)

METODE ESTIMASI: Diperoleh dari skenario tutupan lahan

SINOPSIS: UU Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (41/2009) ditujukan untuk
menjamin stabilitas produksi pangan dan membatasi konversi lahan pertanian
menjadi permukiman, khususnya di lahan2 dimana pemerintah telah membangun
sistem irigasi teknis. Meskipun memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas per
hektar, disini kami hanya fokus pada luasan lahan yang tetap sebagai lahan pertanian.

38,794
189,963
241,074

Tangerang
Sawah: 81
Tambak: 882
Other: 258
Bogor
Sawah: 1717
Tambak: 1
Other: 22,193
Bekasi
Sawah: 3712
Tambak: 1531
Other: 498
Tangerang
Sawah: 28,944
Tambak: 3509
Other: 15,958
Bogor
Sawah: 24,808
Tambak: 5
Other: 97,406
Bekasi
Sawah: 37,265
Tambak: 2392
Other: 13,276
Tangerang
Sawah: 22,474
Tambak: 3373
Other: j 10,545
Bogor
Sawah: 18,601
Tambak: 2
Other: 69,554
Bekasi
Sawah: 28,405
Tambak: 2349
Other: 9539
CUR SI BAU
JASA:
PENGUKURAN: Luas lahan (hektar) yang dialokasikan untuk hutan produksi (HP) dan
hutan tanaman industri (HTI)

METODE ESTIMASI: Alokasi saat ini (2011) dan usulan untuk tahun 2030

SINOPSIS: Hutan alam ataupun budidaya memberikan komoditasyang bernilai di
WSCC, termasuk kayu ataupun produk lainnya seperti buah dan karet. Kami tidak
membedakan produk2 tersebut, melainkan hanya mengukur jumlah alokasi lahan
untuk hutan produksi. Kami juga tidak memperhitungkan potensi konversi lahan
pertanian untuk sistem agroforestry. .
10,428
22,307
32,423
Hutan Produksi (HP) dan Hutan Tanaman Industri (HTI)
CUR SI BAU
JASA:
PENGUKURAN: Habitat Quality Index

METODE ESTIMASI: InVEST Habitat Quality model

SINOPSIS: Terdapat empat jenis habitat dengan biodiversity tinggi dan memiliki
spesies endemik seperti elang Jawa dan macan tutul. Kami mengukur kualitas habitat
sebagai pendekatan untuk mengukur biodiversity di wilayah ini. Habitat terancam
secara langsung oleh konversi lahan, dan secara tidak langsung oleh pengaruh
manusia seperti pembangunan jalan, lahan pertanian dan permukiman.
0.269 0.557
0.418
0 1
Muara Gembong
.363


Muara Angke
.164
Gedepahala
.324
Gunung Pancar/
Telaga Warna
.151
Muara Gembong
.515
Muara Angke
.286
Gedepahala
.503
Gunung Pancar/
Telaga Warna
.246
Muara Gembong
.552
Muara Angke
.296
Gedepahala
.658
Gunung Pancar/
Telaga Warna
.385
CUR SI BAU
JASA:
PENGUKURAN: Recreation opportunity (RO)

METODE ESTIMASI: ESTIMAP tool for outdoor recreation service

SINOPSIS: Ruang terbuka hijau dan biru memberikan kesempatan rekreasi, tetapi
kualitas dari jasa rekreasi tersebut dapat dipertimbangkan sebagai fungsi dari
integritas lingkungan di lokasi tersebut dan aksesibiitas. Disini kami mengestimasi
rataan dari recreation opportunity (RO) di WS Cil-Cis pada skala 0 sampai 1,
berdasarkan derajat alami lahan, kedekatan terhadap air, dan kepadatan penduduk
dalam 50 km.
.140 .059
.125

*Based on 50km radius
0 1
CUR SI BAU

Kami ingin mengetahui kepentingan relatif berdasarkan preferensi stakeholder, karena
informasi ini dapat mengungkap potensi tradeoff dari konflik penggunaan lahan di masa
depan.

Kami akan meminta anda melakukan 2 tahapan sederhana untuk melakukan pembobotan,
dimana tahapan pertama adalah melakukan ranking (1-8) dan kemudian memberikan skor
(0-100) untuk setiap jenis jasa lingkungan.
Kami menggunalan teknik swing-weighting dimana anda akan mengevaluasi kepentingan
dengan melakukan swing mulai dari level terendah ke level tertinggi untuk setiap jasa
laingkungan.

Preferesi pembobotan membentuk input kunci untuk model prioritisasi penggunaan lahan
guna mengidentifikasi biaya terendah atau area yang paling efisien untuk konservasi.

Anda mungkin juga menyukai