Anda di halaman 1dari 11

5

CASE REPORT

I. IDENTITIS PASIEN
NAMA : S
UMUR : 17 TAHUN
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
TANGGAL MASUK : 15 JUNI 2014
MEDICAL RECORD : 667937

II. ANAMNESIS = AUTOANAMNESIS
KELUHAN UTAMA : Nyeri pada bahu kanan dan kaki kanan
Dialami sejak 30 menit sebelum masuk ke RS Wahidin Sudirohusodo akibat
kecelakaan lalu lintas. Pasien cuba melintas jalan dan tiba-tiba ditabrak oleh
sepeda motor dari arah kanan. Riwayat pingsan (-), muntah (-), mual (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK
PRIMARY SURVEY
A : Patent
B : P 20 x/min, spontan, thorakoabdominal
C : TD 120/80 mmHg, N 84/min, kuat regular,
D : GCS 15 (E4M6V5), reflex cahaya +/+, pupil isokor, 2.5mm/2.5mm
E : Temperatur 36.5
o
C (aksilla)

SECONDARY SURVEY
Regio Bahu Kanan
Look :Deformity (+), Swelling (+), hematom (+), Luka (-)
Feel :Nyeri tekan (+), Sensibilitas baik, pulsasi A. dorsalis pedis teraba.
CRT < 2
Move :Pergerakan aktif and pasif pada sendi bahu tidak dapat dievaluasi
kerna nyeri

6


Regio Cruris Kanan
Look :Deformity (+), Swelling (+), hematom (+), Luka (-)
Feel :Nyeri tekan (+), Sensibilitas baik, pulsasi A. dorsalis pedis teraba.
CRT < 2
Move :Pergerakan aktif and pasif pada sendi lutut dan pergelangan kaki
tidak dapat dievaluasi kerna nyeri.

IV. GAMBAR KLINIS


7



LEG LENGTH DISCREPANCY:
Right Left
Apparent leg length 86 cm 86 cm
True leg length 75 cm 75cm
Leg Length discrepancy 0 cm

V. LABORATORY FINDINGS
Date: 14/6/2014
WBC 10.9 x 10
3
/mm
3
BT 3
RBC 6.27 x 10
6
/mm
3
CT 8
HGB 13.9 g/dL HbsAg Reactive
HCT 42.7%

PLT 253 x 10
3
/mm
3









8

VI. RADIOLOGICAL FINDINGS
- Right Shoulder AP view

- Right cruris film AP and lateral


VII. RESUME
Perempuan, 17 tahun datang ke RS Wahidin dengan nyeri di bahu
kanan dan kaki kanan sejak 20 menit akibat kecelakaan lalu lintas. Pada
region bahu kanan, tampak deformity (+), hematoma (+), bengkak (+). Nyeri
tekan (+). NVD baik. ROM tidak dapat dievaluasi kerna nyeri. Pada region
9

kaki kanan, tampak deformity (+), hematoma (+), bengkak (+). Nyeri tekan
(+). NVD baik. ROM tidak dapat dievaluasi kerna nyeri. Radiologi shows
fracture communitive 1/3 middle right os tibia and fibula dan fraktur middle
klavikula kanan.

VIII. DIAGNOSIS
Closed fracture Middle 1/3 Right Clavicle
Closed Communitive Fracture 1/3 Middle Right Tibia
Closed Communitive Fracture 1/3 Middle Right Fibula

IX. TERAPI
IVFD
Analgesik
Apply long leg back slab
Plan Internal Fixation (ORIF)















10

FRAKTUR KLAVIKULA & FRAKTUR TIBIA FIBULA

I. Epidemiologi
Fraktur klavikula biasa dialami oleh orang dewasa, dengan insidens 2,6-4 persen
dari fraktur dan 35 persen dari cedera shoulder-girdle. Fraktur dari mid-shaft adalah
69-82 persen, lateral fraktur 21-28 persen dan medial fraktur 2-3 persen.
2
Fraktur
tibia fibula merupakan fraktur tersering dari fraktur tulang panjang. Pada populasi
rerata, terdapat 26 fraktur diafisis tibia per 100.000 populasi per tahun. Insiden
tertinggi pada fraktur diafisis tibia adalah 109 per 100.000 populasi per tahun. Fraktur
diafisis tibia banyak dialami pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan
insidens 41 per 100.000 pada laki-laki dan 12 per 100.000 pada perempuan. Umur
rerata yang mengalami fraktur tibia fibula adalah 37 tahun dengan pada laki-laki pada
usia 31 tahun dan perempuan 54 tahun.
1


II. Anatomi terkait
Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris. Ini
merupakan tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke
proksimal untuk membentuk articulation genu dan ke distal terlihat semakin
mengecil. Os tibia mendapat suplai darah dari arteri tibialis posterior, yang masuk
melalui korteks posteromedial distal kearah muskulus soleus. Arteri tibialis anterior
rentan trauma yang mana ia melewati membranosa interosseous. Arteri peroneal
mempunyai anterior communicating branch, yang mana apabila terjadi oklusi, nadi
di arteri dorsalis pedis masih teraba. Fibula berfungsi sebagai 6-17% beban weight-
bearing. Nervus peroneal komunis melewati leher fibula dimana rentan kepada direct
trauma.
1



11

III. Mekanisme Trauma
Pada trauma klavikula, sering terjadi akibat trauma direk yaitu jatuh pada bahu
atau dalam posisi out-stretched hand. Pada fraktur mid-shaft, fragmen terluar tertarik
kearah bawah oleh berat tangan dan fragmen dalamnya tertarik keatas akibat dari
muskulus sternomastoid.
Pada trauma tibia dan fibula, fraktur dapat disebabkan oleh high energy atau low
energy. High energy dapat menyebabkan fraktur jenis spiral, fraktur tertutup dengan
kerusakan minor soft tissue atau fraktur daerah berlainan dari tibia fibula. Pada
fraktur high energy pula, biasanya komunitif, fraktur tibia fibula pada daerah yang
sama, konfigurasi transverse atau segmental dan fraktur terbuka dengan kerusakan
soft tissue yang jelas.
3


IV. Klasifikasi

Gambar 1 : Klasifikasi Johner and Wruhs untuk fraktur shaft tibia fibula
3

V. Gambaran Klinis
Pasien dengan fraktur sepertiga tengah klavikula biasanya mengeluh nyeri
dengan setiap gerakan bahu dan memegang lengan terhadap dada untuk melindungi
terhadap gerak. Tonjolan tulang yang patah sering terlihat pada daerah fraktur. Jika
terdapat deformitas dan shortening biasanya jelas. Selama pemeriksaan, titik nyeri
pada lokasi fraktur jelas. Krepitus dari fragmen fraktur umum.
2,3,4
Pada fraktur shaft
12

tibia fibula, biasanya pasien datang dengan nyeri yang signifikan dan
ketidakmampuan menampung berat badan, bengkak pada daerah fraktur. Fraktur tibia
fibula sering berkait dengan cedera ligamen lutut.
2,

VI. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum penanganan fraktur:
i. Kembalikan fungsi tungkai, keselarasan, dan rotasi.
ii. Fiksasi yang stabil
iii. ROM dini lutut dan pergelangan kaki

Non-operatif
Reduksi fraktur diikuti dengan penerapan long leg cast dengan weight bearing
progresif dapat digunakan untuk fraktur isolasi, tertutup, dan low-energy trauma.
Cast dengan lutut fleksi 0 sampai 5 derajat memungkinkan bantalan berat dengan
crutches sesegera ditoleransi oleh pasien, dengan full weight bearing pada minggu
kedua hingga keempat.
1,4

Operatif
Indikasi operasi pada fraktur tibia fibula:
i. Kriteria untuk manajemen nonoperative tidak terpenuhi atau
manajemen nonoperative gagal
ii. Cedera jaringan lunak tidak sesuai dipasang cast
iii. Fraktur femur ipsilateral
iv. Polytrauma
v. Obesitas morbid

VII. Komplikasi
Komplikasi awal
i. Cedera vaskular - Kerusakan pada salah satu dari dua arteri tibialis utama
juga terjadi dan perhatian jika ada iskemia kritis.
1

13

ii. Compartment syndrome - Fraktur tibialis, baik terbuka dan tertutup adalah
salah satu penyebab paling umum dari sindrom kompartemen di kaki.
Kombinasi edema jaringan dan perdarahan (mengalir) menyebabkan
pembengkakan di kompartemen otot dan hal ini dapat memicu iskemia.
Diagnosis biasanya diduga atas dasar klinis. Gejala peringatan
meningkatkan rasa sakit, perasaan sesak atau 'meledak' di kaki dan mati rasa
di kaki atau kaki. Keluhan ini harus selalu dianggap serius dan diikuti
dengan pemeriksaan yang cermat dan berulang-ulang untuk nyeri dipicu
oleh peregangan otot dan hilangnya sensibilitas.
4

iii. Cedera Neurovaskular - Kompromi vascular jarang kecuali berkait dengan
trauma berkecepatan tinggi, dan fraktur terbuka. Ia paling sering terjadi
apabila arteri tibialis anterior melintasi membran interoseus kaki proksimal.
Saraf peroneal umum adalah rentan terhadap cedera langsung ke fibula
proksimal serta patah tulang dengan angulasi varus signifikan. Traksi
berlebihan dapat mengakibatkan cedera gangguan saraf dan padding juga
dapat mengakibatkan neurapraksia.

Late complication
i. Malunion - Shortening ringan (hingga 1,5 cm) biasanya konsekuensi kecil,
tapi rotasi dan angulasi deformitas. Ia dapat menyebabkan pergelangan kaki
tidak lagi bergerak pada bidang yang sama. Angulasi harus dicegah pada
semua tahap, sesuatu yang lebih dari 7 derajat di kedua arah tidak dapat
diterima. Angulasi di arah sagittal, terutama jika disertai dengan equinus
pergelangan kaki yang kaku.
2,3

ii. Delayed union - Fraktur energi tinggi, lambat untuk bersatu apabila
intermedullary nail digunakan. Jika ada kontak yang cukup pada tempat
fraktur, baik melalui kominusi, bone grafting 'profilaksis' segera setelah
jaringan lunak telah sembuh. Jika ada kegagalan serikat untuk kemajuan pada
x-ray oleh 6 bulan, intervensi sekunder harus dipertimbangkan. Paku pertama
dihapus, kanal reamed dan kuku yang lebih besar dimasukkan kembali. Jika
14

fibula telah bersatu sebelum tibia, harus osteotomized sehingga
memungkinkan aposisi lebih baik dan kompresi fragmen tibialis.
1




















15

REFERENCES

1. Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of Fracture. 4th ed. New York: William
& Wilkins; 2006. p. 387-97.
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley's System of Orthopaedics and
Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010. p. 733-5,897-905.
3. Miller DM, Thompson SR, Hart JA. Reviews of Orthopaedics. 6
th
edition.
USA: Elsevier Saunders; 2012. P.705-9,760-2
4. Eiff MP, Hatch R. Fracture Management for Primary Care. 3
rd
Edition. USA:
Saunders Elsevier; 2012. P.175-8,244-248
5. Thompson JC. Netter Concise Orthopaedic Anatomy. 2nd ed. Saunders
Elsevier. p. 316-22.

Anda mungkin juga menyukai