Anda di halaman 1dari 10

PERNIKAHAN USIA MUDA DAN TUA )

OLEH: KELOMPOK 4



POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul PERNIKAHAN USIA MUDA DAN TUA.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua yang
telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, April 2013

Kelompok 4


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang ingin
diinginkannya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah
tangga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan
bahwa perkawinan itu hendaknya berlangsung seumur hidup dan tidak boleh berakhir begitu
saja.

Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada
profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Usia perkawinan
yang terlalu muda mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya
kesadaran untuk bertanggungjawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami-istri.
Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. I tahun 74,
yaitu perkawian hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
wanita sudak mencapai umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai
perkawinan pada usia muda atau di bawah umur, padahal perkawianan yang sukses
membutuhkan kedewasaan tanggungjawab secara fisik maupun mental untuk bisa
mewujudkan garapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Peranan orang tua sangat
besar artinya bagi psikologis anak-anaknya. Mengingat keluarga adalah tempat pertama bagi
tumbuh perkembangan anak sejak lahir hingga dengan dewasa maka pola asuh anak dalam
perlu disebar luaskan pada setiap keluarga.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas kuliah Penikahan Usia Muda dan Usia Tua

2. Untuk membantu mahasiswa memahami materi Pernikahan Usia Muda dan Usia Tua

3. Untuk memberikan informasi terhadap pembaca tentang materi yang disajikan

BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Pernikahan

1. Pengertian pernikahan adalah :

Lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan
(dalam masyarakat tradisional hal itu juga merupakan perjanjian antar keluarga) atas dasar
hak dan kewajiban yang setara antara kedua belah pihak. Penyerahan diri total seorang
perempuan kepada laki-laki.

Peristiwa saat seorang ayah secara resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-laki
untuk dipakai sesuka hati laki-laki itu.

2. Tujuan Pernikahan adalah :

Untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan

Untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk di dalamnya
pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami. Untuk pendataan dan kepentingan
demografi.

3. Kriteria Keberhasilan Suatu Pernikahan

Kebahagiaan Suami Isteri

Hubungan yang baik antara orang tua dan anak

Penyesuaian yang baik antara anak-anak

Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat

Kebersamaan

Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan

Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan

B. Pernikahan Usia Muda

Di Indonesia pernikahan dini sekitar 12-20% yang dilakukan oleh pasangan baru. Biasanya,
pernikahan dini dilakukan oleh pasangan usia muda yang rata-rata umurnya antara 16-20
tahun. Secara nasional pernikahan dini dengan pasangan usia di bawah 16 tahun sebanyak
26,95%.

Padahal pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-
28 tahun. Karena diusia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang
dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang.
Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu
menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik secara psikis emosional, ekonomi dan
sosial.

Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu sisi dapat
mengindikasi sikap tidak appresiatif terhadap makna nikah dan bahkan lebih jauh bisa
merupakan pelecehan terhadap kesakralan dalam pernikahan.

C. Dampak Perkawinan muda

1. Dampak biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan
sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika
sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan
yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan
jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan
dalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan
(penggagahan) terhadap seorang anak.

2. Dampak psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak
akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak
mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak
untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya
serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.

3. Dampak sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki yang
bisa gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap
pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun
termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi
ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bisa gender yang akan melahirkan
kekerasan terhadap perempuan.

4. Dampak perilaku seksual menyimpang

Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang gemar berhubungan seks
dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia. Perbuatan ini jelas merupakan
tindakan ilegal (menggunakan seks anak), namun dikemas dengan perkawinan seakan-akan
menjadi legal. Hal ini bertentangan dengan UU.No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
khususnya pasal 81, ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun, minimum 3 tahun dan
pidana denda maksimum 300 juta dan minimum 60 juta rupiah. Apabila tidak diambil
tindakan hukum terhadap orang yang menggunakan seksualitas anak secara ilegal akan
menyebabkan tidak ada efek jera dari pelaku bahkan akan menjadi contoh bagi yang lain.

5. Dampak terhadap suami

Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri yang telah melangsungkan
perkawinan di usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya
sebagai suami istri. Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental
mereka yang cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.

6. Dampak terhadap anak-anaknya

Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau di bawah umur akan
membawa dampak. Selain berdampak pada pasangan yang melangsungkan perkawinan pada
usia muda, perkawinan usia muda juga berdampak pada anak-anaknya. Karena bagi wanita
yang melangsungkan perkawinan di bawah umur 20 tahun, bila hamil akan mengalami
gangguan pada kandungannya dan banyak juga dari mereka yang melahirkan anak yang
premature

7. Dampak terhadap masing-masing keluarga

Selain berdampak pada pasagan suami-istri dan anak-anaknya perkawinan di usia muda juga
akan membawa dampak terhadap masing-masing keluarganya. Apabila perkawinan di antarta
anak-anak merka lancer, sudah barang tentu akan menguntungkan orang tuanya masing-
masing. Namun apabila sebaliknya keadaan rumah tangga mereka tidak bahagia dan akhirnya
akan terjadi perceraian. Hal ini akan mengkibatkan bertambahnya biaya hidup mereka dan
yang palinng parah lagi akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah pihak.

D. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Dalam Usia Muda

v Faktornya yaitu:


1) Ekonomi

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk
meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang
dianggap mampu.

2) Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat,
menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah umur.

3) Faktor orang tua

Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang
sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.

4) Media massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian Permisif terhadap
seks.

5) Faktor adat

Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua
sehingga segera dikawinkan.

v Penyebabnya yaitu:

1) Pergaulan Bebas

2) Kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua

3) Desakan ekonomi

4) Rendahnya pendidikan

5) Kebanyakan menganggap kawin muda itu asyik

6) Lajunya perkembangan penduduk

7) Sulitnya mendapatkan pekerjaan

8) Keterlanjuran berhubungan seks

v Kelebihan kawin muda

1) Terhindar dari perilaku sex bebas

2) Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak kecil

v Akibat dari kawin muda

1) Banyaknya perceraian

2) Pertambahan penduduk melaju kencang

3) Banyaknya kematian ibu dan bayi, karena resiko komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas

4) Sulit terwujud keluarga berkualitas karena kematangan psikologis belum tercapai

5) Ditinjau dari segi sosial, mengurangi kebebasan mengembangkan diri

6) Konflik dalam keluarga membuka peluang mencari pelarian ke alkohol, sex bebas dll

v Masalah perkawinan dan kehamilan usia muda

1) Ketidakmatangan secara fisik dan mental

2) Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi semakin besar

3) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri

4) Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman

5) Infeksi organ reproduksi, anemia, mandul dan kematian karena perdarahan.

6) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa dan kehilangan harapan masa
depan)

v Infeksi organ reproduksi, anemia, mandul, dan kematian karena perdarahan:

1) trauma kejiwaan

2) Menimbulkan aib

3) Menambah beban ekonomi

4) Meningkatnya remaja putus sekolah

5) Meningkatnya kematian ibu dan bayi

6) Menambah beban ekonomi masyarakat

E. Upaya Pencegahan terjadinya Pernikahan Muda

o Undang-undang perkawinan

o Bimbingan kepada remaja dan kejelasan tentang sex education

o Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat

o Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat

o Model desa percontahan kedewasaan usia perkawinan

o Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi

o Bimbingan psikologis

o Dukungan keluarga

o Peningkatan kesehatan

F. Perkawinan Usia Tua

Telah didapatkan banyak bukti yang mengungkapkan bahwa semakin tua seseorang pria,
semakin besar pula resiko memiliki anak yang tidak normal. Berbagai hasil studi menemukan
adanya berbagai resiko, termasuk autisme dan schizophrenia pada anak yang lahir pada pria
yang berusia 40 tahun. Sejumlah studi juga mengemukakan bahwa kesuburan pria akan
menurun dengan bertambahnya usia.

Terdapat perbedaan antara pria dan wanita ; tidak bisa memiliki anak pada setelah usia
tertentu (menoupause) kata dr. Harry Fisch, direktur Male Reproductive Centre di New york-
Presbyterian Hospital, Columbia University Medical Centre. Tetapi tidak semua pria
dijamin akan baik-baik saja, tambahnya. Kesuburan akan menurun pada pria tertentu,
namun pada pria lain, kesuburan akan tetap bertahan tetapi terdapat kemungkinan berisiko
penurunan ketidak normalan genetis.

G. Faktor yang Menyebabkan Pernikahan Tua

1. Belum bekerja

Ini masalah utama yang sering menghinggapi pemuda sehingga sekalipun telah merasa cocok
dengan seorang wanita, dan jika ditunda akan menimbulkan fitnah, akan tetapi tenyata sang
pemuda belum memiliki pekerjaan tetap untuk menghidupi keluarganya kelak, maka niat baik
tersebut terpaksa harus tertunda.

2. Belum lulus

Untuk alasan ini, berbeda dengan yang pertama. Masalah ini menghinggapi pemuda dan
pemudi. Terkadang seorang pemuda sudah memiliki pekerjaan, dan sambil bekerja ia
sekolah, akan tetapi studinya belum selesai maka pernikahan terpaksa tertunda, sampai
selasainya di wisuda dan mendapatkan gelar, agar tampak terhormat di undangan kalau
kedua pasangan memiliki gelar didepan dan dibelakang namanya. Begitu pun pemudi,
sekalipun dia telah sarjana, namun karena yang datang melamarnya adalah pemuda yang
belum selesai kuliahnya, maka niat untuk menikah dicegah oleh keluarganya, ditunda sampai
selesainya pendidikan calon pasangannya.

3. Belum cocok

Mungkin sudah lulus, sudah bekerja, bahkan telah memiliki rumah sendiri, dan berusaha
mencari calon pasangannya. Akan tetapi karena merasa belum ada yang cocok, sekalianpun
keinginan untuk menikah sangat tinggi, tetapi karena tidak cocok baik dari segi harta,
pendidikan, dan latar keturunan, ataupun lainnya sehingga niat baik untuk menikahpun
menjadi tertunda.

4. Belum mantap

Alasan belum mantap , biasanya didasarkan karena persiapan dirinya kurang, baik ilmu
tentang pernikahan, keluarga, dan orang-orang yang ada disekitarnya. Termasuk didalam
merasa belum mantap betul dengan calon pasangannya karena belum dikenal dengan baik
luar dan dalam.

5. Belum terlambat

Ada pemuda, begitu pun pemudi membuat standar usia dalam menuju gerbang pernikahan.
Biasanya menjadikan standar usia tertentu, atau suatu target tertentu, misalnya usia remaja
bagi laki-laki adalah 27 tahun, sehingga ketika belum mencapai usia yang bernaksud atau
target yang dituju (S-2) atau belum tercapai cita-citanya, maka sebelum itu semua terpenuhi,
dianggap belum terlambat untuk menikah.

I. Dampak Pernikahan Tua

v Dampak negatif

Masa tua merupakan perpanjangan dari masa sekarang, bedanya adalah kekuatan sudah jauh
berkurang sehingga beban terasa lebih berat.

Masa tua memperjelas ketidak harmonisan di antara pasangan menikah.

Masa tua juga dapat melahirkan kebiasaan baru yang tidak dapat ditoleransi pasangan.

Masa tua penuh kelemahan fisik yang menambah kerepotan, dulu repot mengurus anak
sekarang repot mengurus pasangan sendiri. Bedanya adalah kerap kali lebih mudah mengurus
anak daripada mengurus pasangan sendiri. Juga kelemahan fisik sering kali memperburuk
frustrasi sehingga kita mudah jengkel dengan diri sendiri dan pasangan.

Hormon-hormon reproduksi mulai berkurang sehingga kesehatan juga akan menurun.

Meningkatkan angka kesakitan / kematian ibu dan bayi : susah melahirkan, resiko kanker
payudara dll

Meningkatkan resiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan

Lebih merasa mudah capek pada saat hamil

Emosi tidak stabil

Susah hamil

v Dampak positif

Di masa tua cenderung tidak tergesa-gesa dan lebih sabar menunggu karena lebih dapat
berbicara dengan lebih berlahan.

Di masa tua cenderung lebih berhikmat dan memahami prioritas hidup dengan lebih tepat.
Lebih menyadari hal-hal apa yang penting dan tidak penting dan apa itu yang merupakan
kesia-sian hidup.

Di masa tua seharusnya lebih takut akan tuhan dan lebih memntingkan hal rohani. Ini dapat
menjadi kekuatan dan motivasi kita untuk membereskan masalah.

v Penanganan kawin usia tua:

Pengawasan kesehatan: ANC teratur pada tenaga kesehatan

Peningkatan kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan kesehatan

v Pencegahan kawin usia tua:

Penyuluhan kesehatan untuk menikah usia reproduksi sehat

Merubah cara pandang budaya dan cara pandang diri yang tidak mendukung

Meningkatkan kegiatan sosialisasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkawinan muda adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki dan perempuan yang
di bawah umur. Dampak yang terjadi pada pernikahan muda yaitu dampak biologis, dampak
psikis, dampak sosial, dampak perilaku seksual menyimpang, terhadap suami, terhadap anak-
anaknya, dan dampak terhadap masing-masing keluarga. Faktor- faktor yang mempengaruhi
terjadinya perkawinan dalam usia muda yaitu ekonomi, pendidikan, orang tua, media massa,
dan adat.

Perkawinan usia tua adalah perkawinan yang dilakukan seorang laki-laki dan perempuan
yang dengan umur yang sudah matang atau sudah dewasa. Faktor yang menyebabkan
pernikahan tua yaitu belum bekerja, belum lulus, belum cocok, belum mantap, dan belum
terlambat. Dampak dari pernikahan usia tua ada dampak negatif dan positif.


B. Saran

Agar para remaja mengetahui seabagaimana sebaiknya melakukan perkawinan dan agar tidak
adanya perkawinan di bawah umur karena mempunyai dampak yang bisa merugikan mereka.
Demikianlah artikel tentang MAKALAH PERNIKAHAN USIA DINI DAN TUA dan anda
bisa menemukan artikel ini dengan url http://aandyn04.blogspot.com/2013/04/makalah-
pernikahan-usia-dini-dan-tua.html . Terima kasih telah brkunjung ke POSKO
KESEHATAN . Semoga bermanfaat dan mohon tingalkan komentar anda atau follow
google+ kami di widget pojok kanan atas!.

Anda mungkin juga menyukai