PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH 2013
A. LATAR BELAKANG Asma bronkial adalah penyakit saluran napas dengan karakteristik berupa peningkatan reaktivitas ( hiperaktivitas) trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi klinik berupa penyempitan saluran napas yang menyeluruh. Inflamasi pada saluran napas berperan penting dalam mekanisme terjadinya hiperaktivitas bronkus. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua Negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa seseorang. Lebih dari seratus penduduk dunia menderita asma dengan peningkatan prevalensi pada anak-anak. Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan prevalensi anak laki-laki lebih banyak dibanding perempuan sebesar 1,5:1, tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dari laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi daripada asma dewasa, namun ada pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Prevalensi nasional untuk penyakit asma sebesar 4,0%. Sebanyak 9 provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit asma diatas prevalensi nasional, antara lain Aceh, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Papua Barat. Penyakit saluran napas merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit gangguan pembuluh darah. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah. Sebagian dari semua kasus asma berkembang sejak masa kanak- kanak, sedangkan sepertiganya pada masa dewasa sebelum umur 40 tahun. Namun demikian, asma dapat dimulai pada segala usia, mempengaruhi pria dan wanita tanpa kecuali, dan bisa terjadi pada setiap orang pada segala etnis.
B. PERMASALAHAN I. Identitas Pasien Nama : Ny. P Umur : 54 tahun Alamat : Semanggi 07/05, Pasar Kliwon Pekerjaan : Guru Tanggal Periksa : 1 Juni 2013
II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 1 Juni 2013 1. Keluhan Utama Sesak Nafas 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan 3 jam yang lalu. Pada saat datang pasien dapat berjalan sendiri. Pasien hanya mampu berbicara dalam beberapa kata. Sesak dirasakan terus menerus, bertambah saat pasien dalam posisi berbaring dan berkurang dengan posisi duduk membungkuk. Sesak muncul setelah pasien kehujanan dan terpapar udara dingin. Saat sesak disertai suara ngik-ngik. Sesak sudah terjadi lebih dari empat kali dalam sebulan. Pasien sudah sering sesak sejak kecil dan sering kambuh. Pasien mengaku rutin kontrol ke dokter spesialis paru. Dan oleh dokter diberikan Pulmicort MDI, namun tidak ada perbaikan ketika digunakan saat serangan. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat hipertensi : disangkal b. Riwayat DM : disangkal c. Riwayat asma : (+) sejak kecil, sering kambuh 4 kali/ bulan d. Riwayat sakit jantung : disangkal e. Riwayat mondok : 2 kali di RS. Dr.Moewardi Surakarta f. Riwayat alergi : (+) alergi udara dingin
4. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat merokok : disangkal b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal 5. Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat hipertensi : disangkal b. Riwayat DM : disangkal c. Riwayat asma/alergi : (+) bapak pasien menderita asma d. Riwayat sakit jantung : disangkal 6. Riwayat Gizi Pasien sehari hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @ 1 piring dengan lauk tahu tempe, kadang telur, jarang makan buah dan tidak minum susu. 7. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah seorang guru. Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Saat ini, biaya perawatan pasien menggunakan ASKES.
III. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Juni 2013 1. Keadaan Umum : Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup. 2. Tanda Vital a. Tensi : 140 / 90 mmHg b. Nadi : 120 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup. c. Pernapasan : 36 x/menit, kussmaul (-), Cheyne Stokes (-) d. Suhu : 37,8 C per axiler 3. Status Gizi BB = 60 kg TB = 157 cm BMI = 2 ) 57 , 1 ( 60 = 24,34 kg/m 2 (normoweight)
4. Kulit Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-). 5. Kepala bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut 6. Wajah Simetris, eritema (-) 7. Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-) 8. Telinga Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-) 9. Hidung Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-) 10. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil lidah atropi (-) 11. Leher JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-). 12. Thoraks Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan abdominothorakal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-) Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan parasternal tidak tampak Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat. Perkusi : batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio clavicularis sinistra batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis dextra batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis dextra pinggang jantung :spatium intercostale III, linea parasternalis sinistra Kesan : batas jantung kesan tidak melebar Auskultasi : HR 120 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-), gallop (-) Pulmo Depan Inspeksi Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar. Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal (-). Palpasi Statis : simetris Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri Perkusi Kanan : sonor Kiri : sonor Auskultasi Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (+), Wheezing (+) saat ekspirasi dan inspirasi diffus. Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (+), Wheezing (+) saat ekspirasi dan inspirasi diffus. Belakang Inspeksi : Statis : punggung kanan kiri simetris Dinamis : pengembangan dada simetris Palpasi : fremitus raba simetris Perkusi : paru kanan sonor, paru kiri sonor Batas paru kanan bawah setinggi vertebre thoraks VI Batas paru kiri bawah setinggi vertebre thoraks VII Penanjakan diafragma : 5 cm kanan sama dengan kiri Auskultasi: Kanan: SDV (+), ST (+), Wheezing (+) inspirasi dan ekspirasi difus Kiri: SDV (+), ST (+), Wheezing (+) inspirasi dan ekspirasi difus 13. Abdomen Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-). Auskultasi : peristaltik (+) normal Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-) Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak teraba 14. Genitourinaria Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-) 15. Kelenjar getah bening inguinal tidak membesar 16. Ekstremitas : normal
C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI 1. DIAGNOSIS : Asma Bronkial 2. PENATALAKSANAAN Tujuan penatalaksanaan asma bronkial secara umum ialah mengatasi serangan asma dan mencapain dan mempertahankan status kontrol asma. Tujuan penatalaksanaan asma bronkial dibagi menjadi dua, yaitu: a. Jangka pendek: mengatasi serangan asma yang mengancam jiwa b. Jangka panjang: mencapai dan mempertahankan status kontrol asma sehingga dengan mencapai kontrol asma yang baik, diharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi, menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik, meningkatkan kualitas hidup dan akhirnya mencegah kematian karena asma. Terapi Non-farmakologis: Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu: - Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan asma. Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi, merokok, olah raga, perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit yang sering mempengaruhi kejadian sama, seperti rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksi virus. Untuk memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan psien serta uji alergi pada kulit (skin prick test). - Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma. Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagai cara untuk mencegah dan mengatasi saat terjadi serangan asma. Edukasi juga meliputi pengetahuan tentang patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu asma dan mengenal tanda-tanda awal keparahan asma, cara penggunaan obat yang tepat, dam bagaimana memonitor fungsi paru nya. Selain itu pasien diminta untuk melakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau perkusi toraks dan batuk yang efisien.
Terapi famakologis: Berdasar penggunaannya, pengobatan asma dibagi menjadi dua golongan yaitu pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma, dan pengobatan jangka pendek atau pengobatan cepat (quick-relief medication) untuk mengatasi serangan akut asma. Obat asma dapat dijumpai dalam bentuk oral, larutan nebulizer, dan MDI. Contoh obat yang digunakan unruk terapi jangka panjang adalah inhalasi kombinasi budesonide dan formeterol (symbicort), kombinasi salmeterol dan flutikason (seretide) dan budesonide tunggal (pulmicort). Sedangkan untuk melegakan serangan asma yang perlu aksi cepat adalah salbutamol, terbutalin sulfat, dan ipratoprium bromide.
Terapi farmakologis yang diberikan adalah: - Oksigen 3 lpm - Nebulizer Atrovent 15 tetes + NaCl 2 cc - Terapi Oral: R/ Aminophilin No. X S 3 dd 1 tab R/ Dexametason No. X S 3 dd 1 tab R/ Flumin No. X S 3 dd 1 tab Lanjut penggunaan obat MDI Pulmicort dari dokter.
Edukasi yang diberikan kepada pasien: 1. Menghindari faktor pencetus berupa udara dingin, menghindari hujan, memakai jaket saat malam dan pagi hari, tidak menggunakan alat pendingin ruangan, tidak minum air dingin. 2. Olah raga yang mampu melatih otot-otot pernapasan seperti berenang dan senam secara rutin 1-2 kali/ minggu. 3. Istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi dengan memperbanyak sayur dan buah-buahan. 4. Minum obat secara teratur dan kontrol ke puskesmas secara rutin. 5. Segera datang ke layanan kesehatan terdekat apabila terjadi serangan asma.
D. MONITORING DAN EVALUASI Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah berkurang atau belum. Diperiksa apakah masih ada wheezing di kedua lapang paru. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga diminta untuk melakukan pemeriksaan spirometri di rumah sakit untuk mengetahui fungsi paru, prognosis dan terapi selanjutnya.